Nim : 31101300331
SEMARANG
2019
PENATALAKSANAAN KASUS MUKOKEL TIPE MUKUS
EKSTRAVASASI
(Laporan Kasus)
ABSTRAK
Pendahuluan: Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat
rupturnya duktus glandula saliva minor dan terjadi penumpukan mucin pada
sekeliling jaringan lunak. Mukokel biasanya timbul akibat dari trauma pada
duktus saliva. Mukokel diklasifikasikan sebagai mukus ekstravasasi, mukus
retensi. Tujuan: Melaporkan bagaimana penatalaksanaan pasien dengan
mukokel. Kasus: Pasien laki-laki usia 19 th datang dengan keluhan benjolan
pada bibir bawah kanan sejak 3 bulan lalu. Awalnya pasien mengaku sering
tergigit yang kemudian muncul sariawan dibibir bawah kanan. Semakin lama
benjolan tersebut membesar sehingga mengganggu saat proses makan dan
berbicara. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit pada benjolan tersebut
pada saat di sentuh. Pasien mengaku awal mula munculnya benjolan tersebut
setelah pasien sering menggigit bibir pada daerah benjolan tersebut. Pasien
sempat mencoba menusuk sariawannya menggunakan jarum dimaksudkan agar
benjolan bisa mengempis, saat di tusuk terasa sakit dan dari benjolan pasien
mengaku mengeluarkan darah dan cairan berwarna putih bening. Benjolan sempat
mengempis tetapi selang 3 hari benjolan kembali membesar dan ukurannya
semakin bertambah. Pasien sempat berobat ke puskesmas terkait keluhanya
tersebut namun keluhan tidak membaik dan pasien di rujukkan ke rumah sakit.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik maupun alergi. Pada pemeriksaan
penunjang, didapatkan hasil menunjukan keping-keping jaringan tersusun atas
jaringan fibromiksoid dan fibrovaskuler sembab, hiperemis, mengandung foamy
1
histiosit. Disertai kelenjar yang hiperplastik. Tak tampak tanda ganas. Diagnosa
kasus adalah mukokel tipe mukus ekstravasasi.
Penatalaksanaan: Eksisi biopsi. Edukasi pada pasien agar tidak menggigit bibir.
Kata Kunci: Mukokel, mukus ekstravasasi, menggigit bibir.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kelenjar saliva merupakan salah satu struktur anatomi rongga mulut yang
sering dikaitkan dengan penyakit pada rongga mulut. Salah satu penyakit yang
sering terjadi pada glandula saliva adalah kista. Kista adalah suatu kantong
tertutup, berdinding membrane yang berlapis epitel dan berisi cairan atau semi
cairan, tumbuh tidak normal di dalam rongga suatu organ. Salah satu kista rongga
mulut yang berasal dari glandula saliva adalah mukokel. namun mukokel
merupakan pseudocyst (kista semu) karena dinding mukokel tidak dilapisi oleh
epitel. 2
Frekuensi insidensi mukokel yang terjadi di Amerika yaitu 2,5 lesi tiap
1000 orang per populasi dengan lebih sering terjadi pada kelompok ras caucasia.8
yang terjadi pada jenis kelamin perempuan adalah 72,2% dan 27,8% terjadi
pada laki-laki. Lokasi yang paling sering terjadi adalah mukosa labial yaitu
sebesar 83,3%, kemudian pada ventral lidah 8,3%. Mayoritas terjadi pada umur
perawatan juga dilaporkan yaitu 27,78% kasus. Secara klinis, mukokel dibagi
3
menjadi 2 yaitu mukokel ekstravasasi dan mukokel retensi. Umumnya kasus
mukokel yang terjadi yaitu 5% dari seluruh mucocele yang di rongga mulut
mekanik, dan mukokel retensi mukosa dimana etiologinya plug mukus akibat
sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus glandula
apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit.
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai mukokel tipe mukus
ekstravasasi pada seorang pasien yang datang ke Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Manfaat dari laporan kasus ini adalah sebagai dasar
4
BAB II
KASUS DAN TATA LAKSANA KASUS
1. Kunjungan 1 (2 Agustus 2019) Hari ke-1
Pasien laki-laki usia 19 th datang dengan keluhan benjolan pada
bibir bawah kanan sejak 3 bulan lalu. Awalnya pasien mengaku sering
tergigit yang kemudian muncul sariawan dibibir bawah kanan. Semakin
lama benjolan tersebut membesar sehingga mengganggu saat proses
makan dan berbicara. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit pada
benjolan tersebut pada saat di sentuh. Pasien mengaku awal mula
munculnya benjolan tersebut setelah pasien sering menggigit bibir pada
daerah sariawan tersebut. Pasien sempat mencoba menusuk sariawannya
menggunakan jarum dimaksudkan agar benjolan bisa mengempis, saat di
tusuk terasa sakit dan dari benjolan pasien mengaku mengeluarkan darah
dan cairan berwarna putih bening. Benjolan sempat mengempis tetapi
selang 3 hari benjolan kembali membesar dan ukurannya semakin
bertambah. Pasien sempat berobat ke puskesmas terkait keluhanya tersebut
namun keluhan tidak membaik dan pasien di rujuk ke rumah sakit. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit sistemik maupun alergi.
Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum pasien baik,
tekanan darah 110/70 mmHg, respiration rate 18x/menit, nadi 72x/menit.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak didapatkan deformitas wajah,
tidak ada pembengkakan wajah.
Pada pemeriksaan intra oral terdapat lesi berbentuk tumor
berjumlah satu sewarna dengan mukosa ukuran ±1 cm dengan konsistensi
kenyal pada bagian labioinferior dextra. Diagnosa sementara adalah
suspek mukokel. Differential diagnosis Ranula
5
Gambara 1.1 Gambaran klinis lesi
Rencana perawatan dilakukan edukasi pada pasien untuk
menghilangkan factor penyebab berupa kebiasaan menggigit bibir, control
plak DHE, dan menjaga OH dan merujuk pasien ke bedah mulut untuk
dilakukan eksisi biopsi setelah itu jaringan dikirim ke laboraturium
patologi anatomi. Kontrol H+7.
2. Kunjungan 2 (9 Agustus 2019) Hari ke-8
Pasien laki-laki usia 19 th datang keluhan terdapat benjolan pada
bibir bawah kiri sejak ±3 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat
sistemik maupun alergi.
Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum pasien baik,
tekanan darah 132/74 mmHg, respiration rate 18x/menit, nadi 78x/menit.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak didapatkan deformitas wajah,
tidak ada pembengkakan wajah.
Pada pemeriksaan intra oral terdapat lesi berbentuk tumor
berjumlah satu sewarna dengan mukosa ukuran ±1 cm dengan konsistensi
kenyal pada bagian labioinferior dextra. Diagnosa sementara adalah
mukokel.
6
Perawatan eksisi biopsi setelah itu jaringan dikirim ke laboraturium
patologi anatomi, kontrol h+7, Pemberian antibiotic amoxicilin tablet 3
kali sehari dan asam mefenamat 500 mg jika nyeri. Edukasi pada pasien
untuk tidak memainkan atau menggigit bekas luka.
3. Kunjungan 3 (21 Agustus 2019) Hari ke-20
Pasien laki-laki usia 19 tahun datang untuk control paska eksisi
pada bibir bawah kanannya yang 12 hari lalu dilakukan pengambilan
benjolannya. Pada bibir pasien mengaku masih tersa sakit dan seperti
sariawan. Masih sedikit bengkak dan terasa sakit, benang jahit telah lepas
sendiri.
Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum pasien baik,
tekanan darah 132/74 mmHg, respiration rate 18x/menit, nadi 78x/menit.
Pemeriksaan ekstra oral terlihat sedikit pembengkakan pada bibir
bawah, kelenjar limfe saat dipalpasi tidak sakit.
Pemeriksaan intra oral, terdapat luka bekas penjahitan, erosi,
bewarna putih dengan tepi kemerahan, berjumlah tunggal, berukuran kurang
lebih 1cm, sakit saat dipalpasi pada mukosa labialis inferior dextra. Rubor
(+), tumor (+), kalor (-), dolor (+), fungsiolaesa (-).
7
4. Kunjungan 4 (27 Agustus 2019) Hari ke-26
Pasien laki-laki usia 19 tahun datang untuk mengontrolkan bibirnya
yang 18 hari lalu dilakukan eksisi pengambilan benjolannya. Pasien
mengaku bekas luka dan kemerahan pada bibirnya sudah sembuh dan tidak
ada keluhan nyeri saat ini.
Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum pasien baik,
tekanan darah 132/74 mmHg, respiration rate 18x/menit, nadi 78x/menit.
Pemeriksaan ekstra oral terlihat sedikit pembengkakan pada bibir
bawah, kelenjar limfe saat dipalpasi tidak sakit.
Pemeriksaan intra oral, terdapat luka bekas jahitan, bewarna putih,
tidak sakit saat dipalpasi.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya
duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan
kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor atau yang juga
disebut ranula.11
A. Klasifikasi
extravasasi merupakan lesi yang sering dijumpai pada mucosa oral sebagai akibat
lunak disekitarnya.1 Tercurahnya mucin ini biasanya sebagai akibat dari adanya
oleh plug mucus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menekan
ductus kelenjar saliva. Mukokel retensi lebih jarang terjadi jika dibandingkan
dengan mukokel ekstravasasi, biasanya terjadi pada pasien usia tua dan jarang
ditemukan pada bibir bawah. Daerah yang paling sering terkena adalah bibir atas,
9
B. Etiologi
Mucocele disebabkan oleh 2 hal, yaitu trauma lokal, misalnya bibir yang
sering tergigit pada saat sedang makan, atau pukulan di wajah. Dapat juga
mengentalkan ludah atau saliva. Pembengkakan terjadi jika duktus kelenjar saliva
terjadi pada pasien yang senang berkumur dengan obat kumur yang mengandung
hidrogen peroksida, atau larutan antiplak yang dapat mengiritasi duktus. Pasta gigi
C. Patofisiologi
jaringan ikat submukosa dan di sekitarnya. Cairan mukus lalu terdorong dan
inflamasi neutrophil diikuti oleh makrofag yang terdiri dari hystiosit kemudian,
mengalami pembengkakkan.6
10
Retensi mukus dihasilkan karena adanya obstruksi duktus atau
atau plug mukus dan inflamasi pada mukosa. Penyempitan duktus membuat aliran
saliva tidak dapat mengalir dengan baik karena tertekannya duktus glandula saliva
genangan yang menumpuk dan mengelembung. Duktus yang rupture pada lapisan
subepitel yang digenangi oleh cairan mukus yang tampak seperti pembengkakan
salivarius.6
D. Gambaran Klinis
massa sudah terletak lebih dalam, Berfluktuasi karena berisi cairan mukus apabila
dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1-2 mm hingga beberapa
11
A B
E. Pemeriksaan Histopatologis
area yang mengandung musin dengan bagian tepinya berupa jaringan granulasi
Pada kasus ini hasil yang didapatkan dari pemeriksaan penunjang dengan
12
F. Penatalaksanaan
jaringan kelenjar kemudian ke lapisan otot. Pada kasus mucoceles lebih besar,
tidak ada perbedaan antara kedua jenis mukokel, dan karena itu diperlakukan
dengan cara yang sama. Namun ketika obstruksi mukokel retensi terdeteksi
elips di mukosa sekitar untuk memfasilitasi diseksi pada lesi. Dinding superior
kista digenggam bersama dengan mukosa di atasnya dan dipisahkan dari jaringan
hati-hati, karena kista bisa dengan mudah pecah dan mengerut, yang akan
yang diinsisi dijahit (hanya pada mukosa), untuk menghindari cedera pada
kelenjar ludah.12 Pada kasus ini hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
eksisi yaitu ketika memisahkan antara dinding mukokel dengan mukosa diatasnya
karena pada kasus ini mukokel yang ada lumayan besar sehingga insisi yang
dilakukan lebar yang menyebabkan bleeding yang cukup banyak dan dapat
menutupi batas antara diding kista dan mukosa sehingga harus berhati-hati. Selain
itu posisi kista yang lumayan dalam menyulitkan operator untuk memotong batas
mukokel agar dapat terangkat kelenjar saliva. Penting untuk mengangkat kelenjar
13
Pemberian obat setelah pembedahan juga diperlukan, yaitu pemberian
infeksi saluran kemih, peritonitis, dan penyakit lainnya. Obat ini tersedia dalam
berbagai sediaan seperti tablet, kapsul, suspensi oral, dan tablet dispersible. Asam
juga kerja perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan menghambat
kasus ini karena pasien mengalami kemerahan pada bibir ujung bekas
migrasi sel, angiogenesis, reepitelisasi (melalui proliferasi sel basal) dan juga
mengisi celah antar sel dan melindungi permukaan sel atau jaringan sehingga
G. Rekurensi
Mukokel merupakan lesi jinak pada mukosa mulut yang dapat sembuh
dengan sendirinya, namun dapat timbul kembali walaupun lesi telah diangkat
melalui tindakan pembedahan. Trauma pada tempat yang sama dimana lokasi
mukokel yang telah kempes dengan sendirinya ataupun pada lokasi mukokel yang
14
telah dibedah dapat menjadi pemicu kambuhnya mukokel. Rekurensi juga dapat
yang tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menyebabkan luka atau sobekan baru
pada duktus kelenjar saliva minor yang lain sehingga mukokel baru dapat timbul
H. Differential Diagnosis
minor. Ukuran ranula dapat membesar, jika tidak diatasi akan memberikan
obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Trauma pada
mukokel adalah letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah. Apabila
dipalpasi, massa ini tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini
terletak agak jauh ke dasar mulut, maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan
15
melainkan berwarna normal seperti mukosa mulut yang sehat. Diameternya mulai
dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter. Ranula tidak diikuti rasa sakit.
Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah mulutnya terasa penuh
dan lidah terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu
akan ditemui adanya massa yang radiopak dan berbatas tegas. Secara
histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel dan dinding dari
ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai jaringan granulasi.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Mukokel dapat salah didiagnosis sebagai patologi lain yang ada dirongga
mulut. Mengenai etiologi dan patogenesis pada kasus ini berawal dari trauma
menyebabkan rupture dari ductus saliva yang menyebabkan mucin saliva keluar
terbentuknya jaringan granulasi sebagai pembungkus dari mukus yang keluar dari
ductus.4 Dalam kasus klinis yang dilaporkan di sini, didapatkan hasil menunjukan
kelompok kelenjar saliva yang hiperplastik disertai granuloma tersusun atas sel-
sel foamy histiosit pada hasil pemeriksaan histopatologis sehingga kasus ini
liur minor terletak di mukosa bibir bawah, mukosa bukal, langit-langit lunak, dan
pembedahan yang dilakukan pada kasus ini adalah eksisi jaringan mukokel.7
dikaitkan dengan beberapa jenis trauma lokal lesi tersebut, lesi dapat dihilangkan
dengan eksisi biopsi yang memberikan keuntungan seperti pelepasan seluruh lesi
17
DAFTAR PUSTAKA
18