MINI PROJECT
Disusun Oleh :
dr. Adhelia Galuh P
dr. Avicena Hafsah P
dr. Bintari Kartikaningrum
dr. Dina Nurhayati
dr. Evan Tantono
dr. Herdhina Dwi Jawanti
dr. Reztry Maulida
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................3
iii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Sasaran....................................................................................... 35
3.2 Metode Kegiatan........................................................................................... 35
3.3 Pelaksanaan................................................................................................... 36
3.4 Rundown Acara............................................................................................. 37
3.5 Kerangka Teori.............................................................................................. 39
3.6 Kerangka Konsep.......................................................................................... 40
3.7 Kerangka Kegiatan........................................................................................ 41
3.8 Indikator keberhasilan................................................................................... 42
BAB IV PELAKSANAAN
4.1 Kegiatan Pelaksanaan.................................................................................... 43
4.2 Kegiatan Sosialisasi....................................................................................... 43
4.3 Pelaporan Hasil dan Analisis Pretest dan Postest ......................................... 44
4.4 Pembahasan Hasil Sosialisasi........................................................................ 48
4.4.1 Penyelenggaraan Sosialisasi COVID-19, PHBS dan New Normal...... 48
4.4.2 Hubungan antara Pemberian Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan
Peserta Sosialisasi COVID-19..............................................................50
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................60
LAMPIRAN..................................................................................................................65
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan meletakan pekerja kesehatan pada porsinya, menerapkan sistem untuk
menemukan kasus-kasus baru maupun terduga, meningkatkan produksi dan
ketersediaan alat pendeteksi kasus, identifikasi fasilitas yang dapat diubah dan
digunakan sebagai pusat pelayanan kesehatan coronavirus, mengembangkan rencana
mengkarantina kasus dan Refokus langkah pemerintah untuk menekan angka
penyebaran virus (Djalante, 2020). Pola kasus baru yang dikonfirmasi setiap hari
oleh suatu negara menunjukkan efektivitas strategi kesehatan masyarakat yang
dianut oleh negara tersebut (Zhang, 2020). Melihat kesuksesan Shanghai hingga saat
ini telah mengkonfirmasi nol kasus positif COVID-19 sejak 27 februari 2020,
terdapat kunci strategi yaitu pentingnya informasi pengetahuan dan edukasi kepada
seluruh lapis masyarakat. hal ini dapat dilakukan dengan cara; menyiapkan poster,
spanduk, layar elektronik atau papan iklan, membentuk kader atau lembaga
masyarakat sebagi panjang tangan tenaga kesehatan dalam pemberian selebaran
informasi, memposting informasi terkini di situs jaringan komunitas atau situs resmi
pemerintah setempat. Setiap daerah perlu belajar dan mengambil tindakan sebagai
respons terhadap pandemi virus corona baru (Zhang, 2020). Menurut Direktorat
Jenderal Pencegahan dan pengendalian Penyakit, kunci pencegahan melitputi
pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi
dasar.
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 melakukan
proteksi dasar yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan air mengalir dan
sabun, menjaga jarak dengan orang bergejala batuk atau bersin, melakukan etika
batuk atau bersin, berobat ketika memiki keluhan yang sesuai kategori suspek.
rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter. Menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan
selama penggunaannya rasional. APD bagi masyarakat salah satunya dapat berupa
masker kain (WHO, 2020). Penerapan tindakan pencegahan dasar dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi, termasuk tinggal di rumah dan mempraktekan
kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan menjadi sangat penting. intervensi
yang dapat di lakukan di tingkat masyarakat yaitu penggantian sekolah maupun kerja
melalui online di rumah, menjaga jarak ataupun social distancing misalnya dengan
penundaan atau pembatalan pertemuan massal, opsi bekerja dari jarak jauh. langkah-
langkah ini mungkin akan memiliki dampak sosial dan ekonomi pada tiap individu
maupun masyarakat (Jernigan, 2020).
2
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan rumusan
masalah penelitian ini adalah Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai COVID-19 dengan adanya perubahan sikap dan perilaku guna mencegah
penyebaran COVID-19 di Kelurahan Candirejo wilayah kerja UPTD Puskesmas
Ungaran.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum :
Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai COVID-19 dengan adanya perubahan sikap
dan perilaku guna mencegah penyebaran COVID-19 di Kelurahan Candirejo
wilayah kerja UPTD Puskesmas Ungaran
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui tingkat pengetahuan kader, ketua RT, ketua RW dan
perwakilan Satgas COVID-19 di kelurahan Candirejo wilayah kerja UPTD
Puskesmas Ungaran
b. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap COVID-19 dan new
normal di kelurahan Candirejo wilayah kerja UPTD Puskesmas Ungaran
c. Mengetahui sikap masyarakat terhadap pencegahan COVID19 di kelurahan
Candirejo wilayah kerja UPTD Puskesmas Ungaran
d. Mengetahui perilaku masyarakat dalam melakukan langkah-langkah
pencegahan penularan COVID-19 di Kelurahan Candirejo wilayah kerja
UPTD Puskesmas Ungaran
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
1
2
2.1
1
2
2.1
1
2
2.1
2.1.1 Definisi
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19
ini dinamakan Sars-CoV-2.
Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia
dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini masih belum diketahui.
4
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
2.1.3 Epidemiologi
5
sembuh. Terdapat 213 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan
COVID-19. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-
19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada
tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia
memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3% (WHO,2019).
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-
19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 14 Juli 2020, Indonesia sudah
melaporkan 38.277 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu: Bali,
Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kep. Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan
Papua. Wilayah dengan transmisi lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten,
(Kab. Tangerang, Kota Tangerang), Jawa Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota
Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kab. Bogor, Kab. Karawang), Jawa Timur (kab.
Malang, Kab. Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota Surakarta).
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan diabetes
melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari
infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki
diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok,
hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2
6
(Cai H dan Fang L,2020).
Diaz JH (2020) menduga pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau
angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19 yang lebih
berat. Terkait dugaan ini, European Society of Cardiology (ESC) menegaskan
bahwa belum ada bukti meyakinkan untuk menyimpulkan manfaat positif atau
negatif obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini
sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya (ESC Council,2020).
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-
CoV-2 (Liang W dkk, 2020) (Zhang C dkk,2020). Kanker diasosiasikan dengan
reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan
gangguan maturasi sel dendritic (Xia Y,2020). Pasien dengan sirosis atau penyakit
hati kronik juga mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah
terjangkit COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buru (Bangash,
2020). Studi Guan, dkk.(2019) menemukan bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang
memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23
pasien dengan hepatitis B.
Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya memiliki
risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV. Namun, hingga
saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2
(Soriano and Barreiro,2020). Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan
hipersensitivitas dan penyakit autoimun juga belum dilaporkan (Conforti C
dkk,2020). Belum ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma dengan
kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2. Namun, studi meta-analisis yang
dilakukan oleh Yang J, dkk (2020) menunjukkan bahwa pasien COVID-19
dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi
klinis yang lebih parah.
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan
pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko
rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di
Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih dari 3.300
tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6% (Wang J, dkk,2020).
7
2.1.6 Diagnosis
Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia mengacu pada
panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
mengadopsi dari WHO.
8
3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau
berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus
pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala, termasuk kontak erat
adalah:
1. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa
menggunakan APD sesuai standar.
2. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
3. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis
9
alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
10
4. Menyediakan pos kesehatan di pusat perbelanjaan dan pasar
tradisional.
5. Mempromosikan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dengan cara
memasang poster mengenai pentingnya cuci tangan dan tata cara cuci
tangan yang benar.
6. Pastikan tempat umum memiliki akses untuk cuci tangan dengan
sabun dan air atau pencuci tangan berbasis alkohol.
7. Tempatkan dispenser pembersih tangan di tempat-tempat strategis dan
mudah dijangkau masyarakat di tempat umum serta dan pastikan
dispenser ini diisi ulang secara teratur.
8. Memperbarui informasi tentang COVID-19 secara reguler dan
menempatkan di area yang mudah dilihat oleh pengunjung.
Menyediakan media komunikasi, informasi dan edukasi (KlE)
mengenai pencegahan dan pengendalian COVID-19 di lokasi strategis
di setiap tempat umum.
11
5. Seluruh pekerja dan tamu/pengunjung diwajibkan setiap saat
menggunakan masker dan alat pelindung diri lainnya sesuai
kebutuhan selama berada di lingkungan perkantoran/tempat kerja.
6. Melakukan disinfeksi di lingkungan kerja secara berkala
menggunakan pembersih dan disinfektan yang sesuai serta menjaga
kebersihan lingkungan kerja terutama pegangan pintu dan tangga,
tombol lift, peralatan kantor yang digunakan bersama, area dan
fasilitas umum lainya.
7. Melakukan pengukuran suhu tubuh (screening) di setiap titik masuk
perkantoran/tempat kerja.
8. Perusahaan wajib menyediakan alat sanitasi kebersihan seperti hand
sanitizer di setiap area pintu masuk dan sekitar area gedung.
9. Menyediakan sarana dan prasarana untuk cuci tangan atau
membersihkan diri dengan sabun dan air mengalir.
10. Tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dan tetap
memberikan hak-hak yang biasa diterima oleh pekerja yang sedang
melakukan karantina mandiri.
11. Melakukan Self-Assessment Risiko COVID-19, satu hari sebelum
pekerja masuk kantor bagi seluruh pekerja untuk memastikan pekerja
dalam kondisi tidak terjangkit COVID-19 serta mewajibkan
tamu/pengunjung untuk mengisi Form Self- Assessment.
12. Perusahaan menetapkan jumlah maksimal pekerja yang berada
dalam satu ruangan dengan memperhatikan jarak minimal antar
pekerja paling sedikit dalam rentang satu meter (physical distancing)
13. Memaksimalkan penggunaan teknologi untuk mengurangi kontak
langsung antar pekerja
14. Meminimalisir penggunaan ruang rapat dengan memaksimalkan
pertemuan secara virtual meskipun dalam satu area gedung
15. Petugas kesehatan/petugas K3/bagian kepegawaian melakukan
pemantauan kesehatan pekerja secara proaktif
16. Menghindari penggunaan alat pribadi secara bersama seperti, alat
salat, alat makan, dan lain-lain
17. Setiap pekerja diimbau untuk menggunakan kendaraan pribadi
dalam melakukan perjalanan, diutamakan sepeda dan jalan kaki;
12
18. Menyediakan fasilitas pendukung bagi pekerja yang bersepeda ke
kantor/tempat kerja (tempat parkir, fasilitas kamar mandi dan lain-
lain)
19. Melakukan pembersihan pada kendaran operasional kantor dan
dilengkapi dengan alat pelindung diri dan alat sanitasi kebersihan
sesuai dengan kebutuhan
20. Melakukan rekayasa engineering pencegahan penularan seperti
pemasangan pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani
pelanggan dan lain lain
21. Menyediakan area/ruangan tersendiri untuk observasi pekerja,
tamu/pengunjung yang ditemukan gejala saat dilakukan screening.
22. Pihak perusahaan wajib memberikan surat perintah tugas, ID Card,
dan seragam kantor apabila ada kepada pekerja yang ditugaskan
23. Pimpinan tempat kerja agar selalu memperhatikan informasi terkini
serta himbauan dan instruksi pemerintah pusat dan daerah terkait
COVID-19 di wilayahnya, serta menginformasikannya kepada seluruh
pekerja melalui sarana prasarana dan media yang paling efektif
24. Perusahaan memberikan pembinaan bagi pekerja yang tidak
melaksanakan protokol pencegahan dan pengendalian COVID-19
13
8. Membuat denah informatif untuk menjaga jarak
9. Menerapkan perubahan pada ekstrakulikuler, pendidikan jasmani dan
istirahat dengan standart kesehatan.
1. Penyelenggara Acara
2. Peserta Acara.
a. Jika selama acara berlangsung, terdapat staf atau peserta yang sakit
maka tidak melanjutkan kegiatan dan segera memeriksakan diri ke
fasyankes.
14
b. Peserta yang kembali dari negara dengan transmisi lokal COVID-
19 dalam 14 hari terakhir sebaiknya menginformasikan kepada
panitia penyelenggara. Jika pada saat acara mengalami demam
atau gejala pernapasan seperti batuk/flu/sesak napas maka tidak
melanjutkan kegiatan dan segera memeriksakan diri ke fasyankes.
c. Individu yang sehat tidak perlu memakai masker.
d. Peserta harus menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) seperti mencuci tangan secara teratur menggunakan air
dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol serta menghindari
menyentuh area wajah yang tidak perlu.
e. Hindari berjabatan tangan dengan peserta acara lainnya, dan
pertimbangkan untuk mengadopsi alternatif bentuk sapa lainnya.
15
6. Pengelola harus membatasi jumlah orang yang masuk lift dan
pengelola harus mulai memperbanyak mesin penjual
makanan/minuman otomatis daripada mengoperasikan kafetaria
secara penuh untuk mengurangi kontak langsung.
7. Salon, salon kecantikan, dan spa akan diizinkan untuk beroperasi lagi,
tetapi personel harus menggunakan masker dan sarung tangan. Para
pegawai juga harus sering mencuci tangan dan membersihkan alat-
alat mereka dengan cairan disinfektan.
8. Menempatkan materi informasi sebagai pengingat bagi pegawai dan
pengunjung untuk mempraktikkan jarak fisik aman, cuci tangan dan
sanitasi rutin, informasi medis dan kesehatan, pembaruan pada kasus-
kasus lokal dan kebijakan pemerintah serta petunjuk arahan ke lokasi
tempat cuci tangan dan sanitasi, stasiun pengujian atau fasilitas,
fasilitas karantina, dan informasi-informasi penting lainnya
2. Deteksi suhu tubuh di setiap titik pintu masuk tempat umum dan
transportasi umum. Jika suhu tubuh masyarakat terdeteksi ≥ 380 C,
dianjurkan untuk segera memeriksakan kondisi tubuh ke fasyankes
dan tidak diperkenankan untuk memasuki tempat umum atau
menggunakan transportasi umum.
16
a. Pajang poster mengenai pentingnya cuci tangan dan tata cara cuci
tangan yang benar
b. Pastikan tempat umum dan transportasi memiliki akses untuk
cuci tangan dengan sabun dan air atau pencuci tangan berbasis
alkohol
17
1
1.1
1.2
1
1.1
1.2
3
3.1
3.2
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi
Menurut Bloom, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo,2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan
ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek
tertentu (Mubarok dkk,2007)
2.3.2 Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah
berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-
norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi
tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah
begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat.
Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan)
tetapi subjektif (Suhartono,2008).
18
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian
orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas
kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang
yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik
atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh
tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang
orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh
jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak
pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana
kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang
telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan
membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri (Suhartono,2008).
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi
adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga,
hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula
melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2008).
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran
memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca
indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis.
Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi
tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu
menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan
yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa
bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan
menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang
lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah
(Suhartono,2008).
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam.
Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan
pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera
maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan
untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di
dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini
19
kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun
akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal
belaka (Suhartono,2008).
2.3.3 Tingkat Pengetahuan
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,
yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003).
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo,2003).
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
(Notoatmodjo,2003).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya (Notoatmodjo,2003).
5. Sintesis (synthesis)
20
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada
(Notoatmodjo,2003).
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada (Notoatmodjo,2003).
2.3.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b. Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang,
akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
21
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi
dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar
media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh
informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah
terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
4. Status Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang
termasuk kebutuhan sekunder.
5. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor
hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan
untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.
6. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan
kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga
dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut,informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
2.3.7
2.3.8
2.3.9
2.3.10
2.3.5 Pengukuran Pengetahuan
Menurut (Arikunto, (Bangash, 2020) (Bangash, 2020)2010), pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek atau responden ke dalam
pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya, adapun jenis
pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secar umum di
bagi menjadi 2 jenis yaitu:
22
1. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pernyataan esay digunkan
dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil
nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktuke waktu
2. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah
dan pertanyaan menjodohkan dapat di nilai secara pas oleh penilai. Menurut
(Arikunto, 2010),pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi
3 yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
c. Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total
jawaban pertanyaan
2.3.6 Proses Belajar Masyarakat
Menurut Notoatmojo (2007) pengetahuan dalam diri seseorang dapat terjadi
melalui suatu proses yaitu :
1. Awarennes ( kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2. Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik terhadap
stimulus atau objek tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) berarti subjek menimbang nimbang
terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
4. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption berarti subjek telah berperilaku bru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmojo, 2007).
1
2
2.1
2.2
2.3
2.4 Sikap (attitude)
23
2.4.1Definisi
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung,
tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata merupakan konotasi adanya kesesuaian reaksi itu terhadap stimulus tertentu.
Newcom seorang psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan
pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan presdiposisi
tindakan atau perilaku. Sikap dapat bersifat positif dapat pula negatif. Dalam sikap
positif, kecenderungan tindakannya adalah mendekati, menyenangi dan
mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan sikap negatif kebalikannya yaitu
menjauhi, menghindar, membenci atau tidak menyukai obyek tertentu.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2. Komponen Sikap
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap:
1. Komponen kognitif (komponen perseptual),yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang terhadap obyek sikap. Rasa senang
merupakan hal-hal positif. Sedangkan rasa tidak senang merupakan hal-hal
negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap obyek sikap.
24
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.
Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang
peranan yang penting.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek). Contoh: sikap ibu terhadap pentingnya
kepatuhan dalam pemberian imunisasi pada bayinya.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah indikasi dari sikap pada tingkat merespon.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap pada tingkat
menghargai. Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain untuk menghadiri
penyuluhan imunisasi di Posyandu.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau
membawa anaknya ke tempat pelayanan imunisasi,meskipun mendapat
tantangan dari mertua atau orangtuanya sendiri.Dalam penentuan sikap yang
utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
sangat penting. Seorang ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan yang telah
mendengarkan atau mengerti akan pentingnya imunisasi pada bayinya maka
ibu tersebut akan memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya. Suatu
25
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. Adopsi (adoption)
d. Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
1.
2.
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5 Perilaku
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.5.1. Definisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan,
26
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya
(Notoadmojo, 2007).
2.5.1
2.5.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang. Ketiga faktor
tersebut diantaranya :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor prediposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya
perilaku seseorang. Faktor prediposisi mencakup pengetahuan dan sikap
seseorang terhadap kesehatan, serta sosial demografi seseorang yang dapat
berupa usia, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi seseorang, dan sebagainya.
a. Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup ataupun mati. Berdasarkan jenis
perhitungannya, usia dibagi menjadi usia kronologis, usia mental, dan
usia biologis. Usia kronologis merupakan perhitungan usia yang dimulai
dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.
Usia mental merupakan perhitungan usia yang didapatkan dari taraf
kemampuan mental seseorang. Sedangkan usia biologis merupakan
perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki
seseorang (Martini, 2013).
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh manusia sepanjang
hayat. Pendidikan mempunyai fungsi utama yang selalu ada dalam
perkembangan sejarah manusia yaitu untuk meningkatkan taraf
pengetahuan manusia. Pendidikan merupakan sarana sosialisasi nilai-
nilai budaya yang ada di masyarakat, juga sebagai media untuk
mentransmisikan nilai-nilai baru maupun mempertahankan nilai-nilai
lama. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
memudahkan orang tersebut untuk menerima informasi. Seseorang yang
berpendidikan tinggi cenderung lebih mudah mendapat informasi baik
dari orang lain maupun media massa (Anwar, 2008).
c. Pekerjaan
27
Pekerjaan menjadi faktor penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap
kesehatannya. Hal ini disebabkan oleh karena pekerjaan merupakan
faktor resiko seseorang mengalami sakit (Martini, 2013).
2.6.
2.6.1.
2.7.2. Ruang Lingkup.
1. Sasaran Pendidikan Kesehatan
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan
sekolah (UKS).
b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat
kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun
khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
c. Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
3. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
30
d. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
f. Rehabilitasi (rehabilitation)
31
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada
32
antara lain :
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
3) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang disebut kelompok
kecil. Metode – metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara
lain :
a) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat
bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para
peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadaphadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya
dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi /
penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan
kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang
sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan /
keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
b) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada
permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan
akhirnya terjadilah diskusi.
33
c) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah
lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
d) Kelompok Kecil (Bruzz Group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group)
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan
kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok
tersebut dan dicari kesimpulannya.
e) Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya
sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan
sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana
interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli
3. Metode Pendidikan Massa (Publik)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan –
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.Pada umumnya
bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Contoh metode ini antara lain:
a) Ceramah umum (public speaking). Pada acara-acara tertentu, misalnya
pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan
34
lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan.
b) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik
TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau
radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang
lalu.
d) Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
e) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan
bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
f) Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya
adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo
ke Posyandu".
2.7.5. Media Pendidikan Kesehatan
1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Media cetak terdiri dari :
35
d. Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan
yang berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah
kesehatan.
f. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya
ditempel di tempat umum.
2. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika.adapun macam media elektronik :
a.Televisi
b.Radio
c.Video
d.Slide
e.Film
3. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan
secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, missal :
a. Pameran
b. Banner
c. TV Layar Lebar
d. Spanduk
e. Papan Reklame
36
3. Pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya
sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap
dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2.5
2.6
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4
2.6.5
2.6.6
2.6.7
2.6.8
2.6.9
BAB III
METODE PENELITIAN
37
3.1 Identifikasi Sasaran
Penyelenggaraan Sosialisasi Covid-19 dan New Normal ditargetkan kepada
masyarakat Kelurahan Candirejo Kabupaten Ungaran. Pemilihan Kelurahan ini
dilatarbelakangi penemuan kasus terkonfirmasi Covid-19 pertama di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Ungaran. Dalam pelaksanaan sosialisasi yang memperhatikan
protokol kesehatan, sasaran utama yaitu kader, ketua RT, ketua RW, dan perwakilan
satgas Covid-19 di Kelurahan Candirejo. Sasaran ini dipilih karena mewakili
masyarakat Candirejo dan dipercaya dapat menyebarluaskan kepada warga di
Kelurahan Candirejo. Sasaran umum dari penelitian ini ialah semua warga
Kelurahan Candirejo.
3.3 Pelaksanaan
1. Sosialisasi Covid-19 dan New Normal
38
Tanggal : 10 Juni 2020
Waktu : 09.00-11.30 WIB
Tempat : Balai Kelurahan Candirejo
Peserta : Kader, ketua RT, Ketua RW, perwakilan Satgas Covid-19
Metode : Penyuluhan
Kegiatan : Pemaparan materi Covid-19, New Normal, PHBS, etika batuk,
pretest postest, dan diskusi
2. Rencana Tindak Lanjut
Tanggal : 18 Juni 2020
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Rumah masyarakat Kelurahan Candirejo
Sasaran : Masyarakat umum Kelurahan Candirejo
Metode : Home visit
Kegiatan : Penyebaran dan pengisian kuisioner tentang pengetahuan, sikap,
dan perilaku masyarakat Candirejo terhadap Covid-19 dan New Normal.
39
leaflet 150 lembar, poster 30 lembar,
lembar pretest dan postest 20 hal,
bolpoint 3 lusin, rol kabel 1-2, layar
proyektor, lembar absensi, souvenir
masker, time reminder.
Lokasi Acara Menyatukan file presentasi dan video
dr.Evan
penyuluhan dalam 1 flashdisk
Snack dr. Galuh
Pengaturan transportasi & loading
dr. Dina
barang
Loading barang & menata kursi dr. Avicena
meja absensi + pembagian snack
Penataan tempat, dr. Herdhina
08.30 - peserta yang hadir
Absensi,
09.00 Instalasi laptop + proyektor +
persiapan acara dr. Avicena
membuka materi --> checking akhir.
Dokumentasi dr. Bintari
09.00 - Pembukaan dan MC pembukaan dan memimpin
dr. Mahda
09.05 Doa bersama DOA
Sambutan oleh
09.05 - perwakilan
MC dr. Mahda
09.15 Kelurahan oleh
Bu Lurah
Sambutan oleh
perwakilan
Puskesmas oleh
09.15 -
Kepala MC dr. Mahda
09.25
Puskesmas
Ungaran
dr.Nugraha, M.M
Moderator / pemimpin pretest dr. Avicena
Pembagian & penarikan lembar
dr. Bintari
09.25 - kosong + bolpoint
PRETEST
09.40 Time Reminder dr. Galuh
dokumentasi dr. Bintari
Operator laptop dr.Evan
Moderator dr. Mahda
09.40 - Operator laptop dr. Avicena
Materi 1 :
10.00
COVID -19 PEMATERI dr.Evan
Time Reminder dr. Galuh
PEMATERI dr. Herdhina
10.00 - Materi 2 : New Moderator dr. Mahda
10.20 Normal Time Reminder dr. Galuh
Operator laptop dr. Avicena
Materi 3 : PHBS PEMATERI dr. Dina
10.20 -
+ simulasi etika SIMULATOR dr. Bintari
10.40
batuk + cuci Moderator dr. Mahda
40
Operator laptop dr.Evan
Time Reminder dr. Galuh
tangan
Dokumentasi dr. Herdhina
MC dr. Mahda
dr. Astri
10.40 - Tanya Jawab Aninda, dr.
11.15 ( Diskusi ) Evan, dr.
DISKUSI
Herdhina, dr.
Dina, dr.
Avicena
Moderator / pemimpin pretest dr. Avicena
Operator laptop dr. Evan
11.15 -
Postest Time Reminder dr. Galuh
11.30
Pembagian & penarikan lembar
dr. Bintari
kosong + bolpoint
11.30 -
Penutupan MC dr. Mahda
11.40
Faktor Internal
*Jasmani
*Rohani
Pengetahuan
Faktor eksternal
*Pendidikan (penyuluhan, ceramah) 41
*Media informasi (video, leaflet, poster)
*Sosioekonomi
*Pengalaman
*Kognitif
*Afektif
Sikap Covid-19 &
*Konatif
New Normal
Faktor Enabelling
*Sarana Prasarana
*Fasilitas
Perilaku
Faktor Reinforcing
*Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat dan petugas
kesehatan
Penyuluhan
Keterangan :
43
Target PenentuanMedia Penyusunan
Materi
Penelitian Edukasi Kuisioner
Pelaksanaan Sosialisasi
Pretest Penyuluhan Diskusi Postest
Penyusunan Hasil
Penulisan Laporan
Presentasi Hasil
44
Indikator keberhasilan penelitian ini terbagi menjadi 2 antara lain:
1. Indikator Keberhasilan Sosialisai Covid -19 dan New Normal
Pada sub indikator ini, sasaran kami ialah kader, ketua RT, ketua RW, dan
perwakilan satgas Covid-19. Indikator keberhasilan sosialisasi dilihat dari
peningkatan nilai postest setelah pemaparan materi. Hal ini berarti sejalan
dengan peningkatan pengetahuan kader, ketua RT, ketua RW, dan perwakilan
satgas Covid-19.
2. Indikator Keberhasilan Rencana Tindak Lanjut
Sub indikator ini memiliki sasaran masyarakat umum Kelurahan Candirejo.
Dengan menyebarkan kuisioner yang berisi identitas, pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap Covid-19 dan New Normal. Indikator keberhasilannya antara
lain:
a. Segi pengetahuan : Masyarakat Kelurahan Candirejo tahu terhadap Covid-
19 dan New Normal.
b. Segi sikap : Masyarakat Kelurahan Candirejo setuju dan / atau sangat setuju
terhadap pencegahan penularan Covid-19.
c. Segi perilaku : Masyarakat Kelurahan Candirejo sering dan / atau selalu
melakukan langkah – langkah pencegahan penularan Covid-19.
BAB IV
45
PELAKSANAAN
46
Pemberian materi sosialisasi dilakukan secara bergantian oleh dokter internsip
UPTD Puskesmas Ungaran. Secara berurutan materi yang diberikan, sebagai berikut:
1. Covid-19
2. New Normal
3. PHBS disertai dengan demo 6 langkah CTPS ( Cuci Tangan Pakai Sabun ) dan
tata cara etika batuk yang benar
4. Diskusi masalah covid-19
Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan post test. Post test terdiri 10 soal,
yang merupakan soal yang sama dengan soal yang diujikan saat pre test, setiap soal
juga diberikan waktu pengerjaan selama 1 menit. Metode post test dipilih untuk
mengukur seberapa besar peningkatan pemahaman para peserta terhadap materi-
materi yang sudah diberikan agar dapat menyebarkan ke masyarakat kelurahan
candirejo mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan Covid-19 dan New
Normal. Data pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan Covid-19 dan New
Normal pada masyarakat akan diambil melalui kuisioner yang disebar secara
random.
4.3. Pelaporan Hasil dan Analisis Pretest dan Posttest Peserta Sosialisasi Covid-19
dan new normal
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest
Peserta Nilai Peserta Nilai
ke- Pre Test Post Test ke - Pre Test Post Test
1 7 8 13 10 10
2 6 7 14 8 7
3 6 8 15 9 10
4 10 10 16 7 9
5 7 9 17 8 10
6 5 7 18 8 8
7 10 10 19 6 9
8 5 6 20 8 9
9 5 6 21 8 9
10 6 8 22 7 9
11 9 8 23 8 10
12 9 10 24 8 10
13 10 10 25 8 8
47
14 8 7 26 7 8
Tabel 4.2 Tabel Uji Deskriptif PreTest dan PostTest Peserta Sosialisasi
Descriptives
Median 8,00
Variance 2,260
Minimum 5
Maximum 10
Range 5
Interquartile Range 2
Median 9,00
Variance 1,614
Minimum 6
Maximum 10
Range 4
Interquartile Range 2
48
Dari tabel dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai peserta sosialisasi
Covid-19 dan New normal didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar 7,50 ± 0,295 dan
posttest sebesar 8,58 ± 0,249. Kemudian dilakukan uji normalitas data dengan
Shapiro Wilk untuk melihat sebaran distribusi data. Bilamana sebaran distribusi data
normal maka dilakukan uji beda parametrik. Jika distribusi data normal dan varian
sama, maka dilanjutkan dengan uji beda T-berpasangan. Begitupula sebaliknya bila
distribusi data tidak normal dilakukan transformasi data. Bilamana masih tidak
normal, maka dilakukan uji beda Wilcoxon.
Tabel 4.3 Tabel uji normalitas Peserta Sosialisasi Covid-19 dan New Normal
Tests of Normality
pre_post_test Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre test ,169 26 ,055 ,935 26 ,104
nilai
post test ,176 26 ,037 ,883 26 ,007
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 4.4 Tabel uji beda Wilcoxon Peserta Sosialisasi Covid-19 dan New Normal
Dari data diatas menunjukan secara uji statistik bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan yang signifikan p=0,000 ( p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat kenaikan pengetahuan pada peserta sosialisasi Covid-19 dan New Normal
setelah diberikan penyuluhan sosialisasi Covid-19 dan New Normal.
Pada penelitian ini juga dilakukan uji beda pengetahuan mengenai Covid-19
dan New Normal baik pada pre test maupun post test terhadap kader dan ketua
RT/RW untuk mengetahui perbedaan pengetahuan. Data yang sudah didapat,
diproses, disunting, ditabulasi, dan dibersihkan, kemudian dilakukan uji deskriptif,
meliputi variabel bebas yang menggunakan skala data rasio dan variabel tergantung
yang menggunakan skala data rasio. Kemudian dilakukan uji normalitas data dengan
Shapiro Wilk untuk melihat sebaran distribusi data. Bilamana sebaran distribusi data
49
normal maka dilakukan uji beda parametrik. Jika distribusi data normal dan varian
sama, maka dilanjutkan dengan uji beda T-berpasangan. Begitupula sebaliknya bila
distribusi data tidak normal dilakukan transformasi data. Bilamana masih tidak
normal, maka dilakukan uji beda Wilcoxon.
Tabel 4.5 Uji Normalitas Pretest Antara kader dan ketua RT/RW
Tests of Normality
pre_test_kader_ Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
ketua_RT_RW
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tabel 4.6 Uji Normalitas Posttest Antara kader dan ketua RT/RW
Tests of Normality
post_test Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kader ,256 10 ,063 ,769 10 ,006
hasil
ketua RT/RW ,195 10 ,200* ,878 10 ,124
50
Tabel 4.7 Uji beda T-berpasangan Pretest antara kader dan ketua RT/RW
Lowe Upper
r
Equal
1,0
variances ,279 ,604 18 ,320 ,600 ,587 -,633 1,833
22
assumed
Hasil Equal
variances 1,0 17,
,321 ,600 ,587 -,636 1,836
not 22 507
assumed
Tabel 4.8 uji beda Wilcoxon Posttest antara kader dan ketua RT/RW
Dari data pretest dilakukan uji beda T berpasangan dan didapatkan p=0,32
(p>0,05) sedangkan data posttest dilakukan uji beda wilcoxon dan didapatkan
p=0,28 (p>0,05), menunjukan bahwa uji statistik tidak terdapat perbedaan baik pada
nilai pre test dan post test antara kader dan ketua RT/RW, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan covid-19 dan new normal
antara kader dan ketua RT/ RW. Hal tersebut menunjukan bahwa kader dan ketua
RT/RW dapat menyebarkan pengetahuan yang sama mengenai covid-19 dan new
normal.
4.4. Pembahasan Hasil Sosialisasi Covid-19, PHBS dan New Normal di Kelurahan
Candirejo
4.4.1. Penyelenggaraan Sosialisasi Covid-19, PHBS dan New Normal
51
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan
penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan tersebut merupakan salah satu metode
pendidikan kesehatan yang digunakan untuk menambah pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah
atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun
masyarakat. Tujuan penyuluhan kesehatan ini adalah menginformasikan kepada
masyarakat tentang penyakit Covid-19, PHBS, dan New Normal.
Dalam upaya melakukan pencegahan penyebaran virus Covid-19, masyarakat
dihimbau untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain
mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayur dan buah, olahraga teratur dan yang
paling penting adalah menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir serta menerapkan etika batuk yang benar karena penularan
Covid19 melalui percikan droplet air liur saat batuk maupun bersin.
Pola hidup baru di era new normal dapat dijalankan dengan tetap
mengedepankan protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari. Terutama di lokasi
berisiko tinggi seperti saat berbelanja di pasar atau supermarket, bekerja di kantor,
naik kendaraan umum, dan berada di tempat ibadah. Adapun protokol kesehatan
yang dimaksud adalah menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker ketika
keluar rumah, menjaga jarak, serta mandi & ganti pakaian setelah keluar rumah.
Dengan demikian, masyarakat akan menggunakan pengetahuan dari hasil
penyuluhan tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku agar mencapai kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tentang Covid19 meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang masalah yang terjadi di masyarakat dan partisipasi masyarakat
dalam pencegahan Covid19.
Media yang digunakan pada penelitian ini adalah video, leaflet dan poster.
Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep
yang rumit, dan mempengaruhi sikap. (Kustandi, 2011). Menurut Majid (2006),
Beberapa keuntungan yang didapat jika penyuluhan yang disajikan dalam bentuk
video antara lain:
1. Lebih menarik dan lebih mudah dipahami
2. Dengan video seseorang dapat belajar sendiri
3. Dapat diulang pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas
4. Dapat menampilkan informasi secara yang detail
5. Dapat dipercepat maupun diperlambat
52
Sehingga diharapkan dengan diberikannya video edukasi, masyarakat di
Ungaran khususnya wilayah kelurahan Candirejo lebih mudah memahami tentang
pencegahan Covid19, penerapan PHBS saat masa pandemi serta apa yang harus
dilakukan ketika new normal supaya tetap terhindar dari penularan Covid19.
4.4.2. Hubungan antara Pemberian Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan
Peserta Sosialisasi Covid-19
Upaya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap Covid19 dapat dilakukan
dengan berbagai upaya yang salah satunya adalah pemberian penyuluhan. Efektivitas
pemberian penyuluhan salah satunya dapat diukur berdasarkan peningkatan
pengetahuan dari peserta penyuluhan.
Dalam miniproject ini, dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan responden
dengan dilakukannya pre test dan post test yang dilaksanakan sebelum dan sesudah
pemberian penyuluhan untuk dapat dibandingkan hasilnya. Berdasarkan hasil yang
telah dianalisis secara statistik, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada
tingkat pengetahuan yang signifikan pada peserta setelah diberikan penyuluhan
sosialisasi Covid-19 dan New Normal. Peningkatan pengetahuan tersebut ditunjukan
dengan peningkatan rerata skor, yaitu pada pretest sebesar 7,50 ± 0,295 menjadi 8,58
± 0,249 pada post test. Peningkatan ini berdasarkan uji statistik memiliki perbedaan
yang signifikan (p=0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan
dapat memberikan dampak positif pada peningkatan pengetahuan peserta.
Hal ini sesuai dengan fase-fase yang terjadi setelah mendapat penyuluhan
kesehatan dimana tujuan dan hasil yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan
berupa penambahan pengetahuan, perubahan kebiasaan dan proses menyadarkan
orang lain dalam berperilaku. Dalam teori Benyamin Blum menyatakan bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dalam teori tersebut dijelaskan pula bahwa
perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu atau masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka
membina kesehatan masyarakat, intervensi terhadap faktor perilaku sangat strategis.
Selain itu, pengetahuan tentang suatu objek tertentu sangat penting bagi terjadinya
perubahan perilaku yang merupakan proses yang sangat kompleks. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
53
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan mengenai Covid-19 dan New Normal antara kader dan ketua RT/RW.
Dari data pretest dilakukan uji beda T berpasangan dan didapatkan p=0,32 (p>0,05)
sedangkan data posttest dilakukan uji beda wilcoxon dan didapatkan p=0,28
(p>0,05), menunjukan bahwa uji statistik tidak terdapat perbedaan baik pada nilai
pre test dan post test antara kader dan ketua RT/RW, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan covid-19 dan new normal antara kader
dan ketua RT/ RW. Hal tersebut menunjukan bahwa kader dan ketua RT/RW dapat
menyebarkan pengetahuan yang sama mengenai covid-19 dan new normal.
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari
berbagai lapisan masyarakat (Nurmala, 2018). Dukungan dari masyarakat dalam
penelitian ini berasal dari unsur formal yaitu tokoh masyarakat seperti ketua RT,
ketua RW, dan kader kesehatan yang disegani oleh masyarakat. Peran dari tokoh
masyarakat pada sosialisasi Covid-19 ini ialah menjadi perantara antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dan masyarakat sebagai penerima
program kesehatan. Diharapkan dengan melibatkan tokoh masyarakat seperti ketua
RT/RW dan kader dapat menyampaikan informasi pencegahan dan penanggulangan
Covid-19 kepada seluruh warga Candirejo dengan mempergunakan berbagai saluran
komunikasi yang tersedia di wilayah masing-masing, salah satunya seperti whatsapp
group untuk menyebarkan video edukasi yang sudah dipaparkan ketika kegiatan
sosialisasi Covid19, sehingga dapat mengajak seluruh warga Candirejo agar
berpartisipasi dalam upaya pencegahan COVID-19.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia akan
mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir
adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya. Setelah hal tersebut, diharapkan para kader dan ketua RT/RW Kelurahan
Candirejo untuk dapat menyalurkan pengetahuannya kepada warga tentang Covid-
19, PHBS dan New Normal.
54
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
55
Penilaian dari kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah dengan melakukan
pembagian kuesioner untuk menilai bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam menghadapi COVID-19. Penyusunan kuesioner juga didasarkan
pada materi yang telah disampaikan pada penyuluhan sebelumnya mengenai
COVID-19 secara umum, New Normal, PHBS dan video animasi COVID-19 yang
disebarkan melalui grup social media warga Candirejo.
Kunjungan kepada koresponden dilakukan oleh dokter internsip Puskesmas
Ungaran pada tanggal 18 Juni 2020. Dari Tabel 5.1 diatas jumlah total koresponden
sebanyak 30 orang dari 5 Rukun Warga (RW) di kelurahan Candirejo, dengan
pengambilan sample setiap RW secara acak.
56
Berikut adalah tabel hasil rekapitulasi jawaban kuesioner evaluasi beserta
penjabarannya :
5.2.1. Pengetahuan Mengenai COVID-19.
Tabel 5.2 Rekapitulasi data Pengetahuan Responden Penelitian Mengenai COVID-19
5.2.2.
No Nama soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 Total Hasil
1 Lisnawati 1 1 1 1 4 Tahu
2 Atik Sri Haryani 1 0 1 1 3 Tahu
3 Turi 1 1 1 0 3 Tahu
4 Sakarti 1 0 1 1 3 Tahu
5 Sungkowo 1 1 1 1 4 Tahu
6 Rossa Duita Arthi 1 1 1 1 4 Tahu
7 Suminah 0 0 0 0 0 Tidak Tahu
8 Triani Nurul W 1 1 1 1 4 Tahu
9 Wiwing Sapdi Nugroho 0 1 0 0 1 Tidak Tahu
10 Muh Sholikun 0 0 0 0 0 Tidak Tahu
11 Giyanto 1 1 1 1 4 Tahu
12 Nur Amin 0 0 0 0 0 Tidak Tahu
13 Tri Bagiyo 1 1 0 1 3 Tahu
14 Agus Minanto 1 1 0 1 3 Tahu
15 Lasmiyati 1 1 1 0 3 Tahu
16 Marjianto 1 1 1 0 3 Tahu
17 Rizal Imamakhtoha 0 1 0 0 1 Tidak Tahu
18 Heru Suryanto 1 1 1 1 4 Tahu
19 Andi Catur 1 1 0 1 3 Tahu
20 Susanti 1 1 1 0 3 Tahu
21 Hartini 0 1 0 0 1 Tidak Tahu
22 Rumini 1 1 0 1 3 Tahu
23 Arrandika Deo K 0 0 0 0 0 Tidak Tahu
24 Sri Warjati 1 1 0 1 3 Tahu
25 Samiyem 1 1 0 1 3 Tahu
26 Larasati 1 1 1 0 3 Tahu
27 Maryati 1 1 0 1 3 Tahu
28 Rahmad 1 1 1 0 3 Tahu
29 Suyatmi 1 1 1 0 3 Tahu
30 Rukiyem 1 1 0 1 3 Tahu
Skor 0 untuk tidak tahu jawaban dari pertanyaan dan skor 1 untuk tahu
jawaban dari pertanyaan. Total skor masing-masing koresponden diinterpretasikan
dengan kriteria 0-2 belum mengetahui mengenai COVID-19 dan dan 3-4 sudah
mengetahui COVID-19. Dari kriteria tersebut didapatkan, 76,67% koresponden
sudah mengetahui COVID-19 dari segi definisi, cara penularan dan persiapan new
normal. Dan 23,33% koresponden lainnya masih belum mengetahui tentang
COVID-19.
57
5.2.2. Sikap Masyarakat dalam Menyikapi COVID-19
Tabel 5.3. Rekapitulasi data Sikap Responden dalam Menyikapi COVID-19
No Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Rata-rata Kesimpulan
1 Lisnawati 1 1 1 2 0 0 0 1 1 1 0.8 tidak setuju
2 Atik Sri Haryani 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0.7 tidak setuju
3 Turi 1 1 1 2 0 0 0 1 1 2 0.9 tidak setuju
4 Sakarti 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0.5 tidak setuju
5 Sungkowo 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0.9 tidak setuju
6 Rossa Duita Arthi 1 1 2 1 0 0 0 2 1 1 0.9 tidak setuju
7 Suminah 0 0 0 0 1 1 1 2 1 0 0.6 tidak setuju
8 Triani Nurul W 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0.7 tidak setuju
9 Wiwing Sapdi Nugroho 1 1 1 1 0 0 0 1 1 2 0.8 tidak setuju
10 Muh Sholikun 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0.4 tidak setuju
11 Giyanto 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 setuju
12 Nur Amin 0 1 1 2 1 0 0 1 2 2 1 setuju
13 Tri Bagiyo 1 1 1 2 0 1 0 1 1 2 1 setuju
14 Agus Minanto 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0.7 tidak setuju
15 Lasmiyati 0 1 1 0 0 0 0 1 2 2 0.7 tidak setuju
16 Marjianto 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0.9 tidak setuju
17 Rizal Imamakhtoha 2 1 2 1 2 0 0 2 2 1 1.3 setuju
18 Heru Suryanto 0 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0.5 tidak setuju
19 Andi Catur 1 2 2 2 0 0 0 1 2 1 1.1 setuju
20 Susanti 0 2 1 2 1 0 0 2 2 1 1.1 setuju
21 Hartini 1 1 2 2 1 0 0 1 1 1 1 setuju
22 Rumini 0 1 1 2 1 0 0 2 1 0 0.8 tidak setuju
23 Arrandika Deo K 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1.4 setuju
24 Sri Warjati 2 2 2 2 0 0 0 1 1 2 1.2 setuju
25 Samiyem 1 1 1 2 0 0 0 2 2 1 1 setuju
26 Larasati 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0.5 tidak setuju
27 Maryati 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1.5 setuju
28 Rahmad 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0.7 tidak setuju
29 Suyatmi 0 1 2 0 1 1 1 1 1 0 0.8 tidak setuju
30 Rukiyem 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0.9 tidak setuju
Skor 0 untuk tidak setuju dengan peryataan di kuesioner, skor 1 untuk setuju
dengan peryataan kuesioner, dan skor 2 untuk sangat setuju dengan peryataan
kuesioner. Rata-rata skor skala setiap korespendon diinterpretasikan dengan kriteria
0-0,9 tidak setuju perihal COVID-19, 1-1,9 setuju perihal COVID-19 dan 2,0 sangat
setuju perihal COVID-19. Dari kriteria tersebut didapatkan hasil 37% koresponden
sudah setuju perihal COVID-19 dan 63% koresponden tidak setuju perihal
COVID-19.
58
5.2.3. Perilaku Masyarakat dalam Menyikapi COVID-19.
Tabel
5.2.4.5.4. Rekapitulasi data Perilaku Responden dalam Menyikapi COVID-19
Nama Nama soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6
1 Lisnawati 3 3 1 3 3 1
2 Atik Sri Haryani 3 2 2 3 3 2
3 Turi 3 3 2 3 3 3
4 Sakarti 3 3 3 3 3 2
5 Sungkowo 3 3 3 3 2 1
6 Rossa Duita Arthi 3 3 3 3 2 3
7 Suminah 1 2 2 2 0 3
8 Triani Nurul W 3 3 3 1 3 1
9 Wiwing Sapdi Nugroho 3 3 2 2 2 1
10 Muh Sholikun 2 2 2 2 3 2
11 Giyanto 3 3 3 3 0 3
12 Nur Amin 3 3 2 3 3 0
13 Tri Bagiyo 1 3 1 1 3 1
14 Agus Minanto 2 2 2 3 3 1
15 Lasmiyati 3 3 3 3 3 3
16 Marjianto 2 2 1 2 3 1
17 Rizal Imamakhtoha 3 3 3 2 3 1
18 Heru Suryanto 2 1 2 0 1 1
19 Andi Catur 3 2 2 2 3 1
20 Susanti 3 2 2 3 3 1
21 Hartini 2 2 2 1 2 1
22 Rumini 2 2 1 1 3 2
23 Arrandika Deo K 3 3 3 3 3 3
24 Sri Warjati 2 3 2 3 3 3
25 Samiyem 3 3 3 3 1 2
26 Larasati 2 1 2 1 3 3
27 Maryati 3 3 2 3 3 0
28 Rahmad 2 2 2 2 2 2
29 Suyatmi 1 1 1 0 3 3
30 Rukiyem 2 2 2 2 2 1
Skor yang tertera pada tabel didefinisikan sebagai berikut : skor 3 untuk selalu
melakukan, skor 2 untuk sering melakukan, skor 1 untuk jarang melakukan, dan skor
0 untuk tidak pernah melakukan. Penilaian dilakukan bedasarkan analisis persentase
seberapa sering hal di setiap poin dilakukan.
1. Pertama, penggunaan masker kain setiap keluar rumah.
57% koresponden selalu (setiap saat) menggunakan masker setiap
keluar rumah, 33% koresponden sering (5 kali seminggu) menggunakan
masker setiap keluar rumah, 10% koresponden jarang (2 kali seminggu)
59
menggunakan masker setiap keluar rumah, 0% koresponden tidak pernah
menggunakan masker setiap keluar rumah.
2. Kedua, kebiasaan mencuci tangan setiap masuk rumah, tempat umum,
tempat ibadah, dan saat akan makan.
53% koresponden sudah selalu (setiap saat) mencuci tangan, 37%
koresponden sering (5 kali seminggu) mencuci tangan, 10% koresponden
jarang (2 kali seminggu) mencuci tangan, 0% koresponden tidak pernah
mencuci tangan.
3. Ketiga, kebiasaan makan sayur dan buah sehari-hari.
30% koresponden sudah selalu (setiap saat makan sayur dan buah,
53% koresponden sering (5 kali seminggu) makan sayur dan buah sehari-
hari, 17% koresponden jarang (2 kali seminggu) makan sayur dan buah
sehari-hari, 0% koresponden makan sayur dan buah sehari-hari.
4. Keempat, menjaga jarak dengan orang lain setiap keluar rumah.
50% koresponden sudah selalu (setiap saat) menjaga jarak, 27%
koresponden sering (5 kali seminggu) menjaga jarak, 17% koresponden
jarang (2 kali seminggu) menjaga jarak, 7% menjaga jarak.
5. Kelima, menghindari berjabat tangan dengan orang lain.
67% koresponden sudah selalu (setiap saat) berjabat tangan, 20%
koresponden sering (5 kali seminggu) berjabat tangan, 7% koresponden
jarang (2 kali seminggu) berjabat tangan, 7% koresponden berjabat tangan.
6. Keenam, tetap dirumah saat wabah corona.
30% koresponden sudah selalu (setiap saat) tetap dirumah, 20%
koresponden sering (5 kali seminggu) tetap dirumah, 43% koresponden
jarang (2 kali seminggu) tetap dirumah, 7% koresponden tetap dirumah.
60
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2 Hambatan
61
3. Penyebaran materi penyuluhan yang bertumpu pada sosial media kurang
merata, karena tidak semua warga memiliki handphone yang dapat mengakses
internet
4. Keterbatasan kapasitas ruangan untuk menyikapi kondisi new normal dengan
kebutuhan physical distancing membuat jumlah peserta penyuluhan yang dapat
hadir secara langsung menjadi terbatas.
5. Jarak antara layar proyektor dengan posisi duduk peserta yang terlalu jauh
sehingga membatasi visual dan mengurangi kenyamanan peserta untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan.
6.3 Saran
1. Pengetahuan masyarakat mengenai COVID-19 dan penerapan protokol
pencegahan penularan sudah baik, namun sebaiknya tetap dilakukan follow up
dan penyebaran informasi berkala mengenai COVID-19 terutama saat
beradaptasi dengan New Normal.
2. Tetap memastikan dan senantiasa mengingatkan masyarakat untuk mematuhi
peraturan dan protokol kesehatan di era New Normal.
3. Pemerintah ataupun pemegang kebijakan setempat membuat peraturan khusus
sebagai bentuk penegasan terhadap masyarakat agar selalu mentaati protokol
kesehatan new normal sesuai anjuran Kemenkes RI.
62
DAFTAR PUSTAKA
Bangash MN, Patel J, Parekh D. COVID-19 and the liver: little cause for concern.
Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020; published online March 20. DOI:
10.1016/S2468-1253(20)30084-4
Basuki, E. 2007. Teknik Penyuluhan Diabetes Melitus : Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 283 hlm
Bloom, S. S. (1908). U.S. Patent No. 897,518. Washington, DC: U.S. Patent and
Trademark Office
Cai H. Sex difference and smoking predisposition in patients with COVID-19. Lancet
Respir Med. 2020; published online March 11. DOI: 10.1016/S2213-
2600(20)30117-X
Conforti C, Giuffrida R, Dianzani C, Di Meo N, Zalaudek I. COVID-19 and
psoriasis: Is it time to limit treatment with immunosuppressants? A call
for action. Dermatol Ther. 2020:e13298
Diaz JH. Hypothesis: angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor
blockers may increase the risk of severe COVID-19. J Travel Med. 2020;
63
published online March 18. DOI: 10.1093/jtm/taaa041
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Maret 2020. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
Efendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
European Society of Cardiology. Position Statement of the ESC Council on
Hypertension on ACEInhibitors and Angiotensin Receptor Blockers
[Internet]. 2020 [updated 2020 March 13; cited 2020 March 22].
Available from: https://www.escardio. org/Councils/Council-on-
Hypertension-(CHT)/News/position- statement-of-the-esc-council-on-
hypertension-on-ace-inhibitors- and-ang.
Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes mellitus at
increased risk for COVID-19 infection? Lancet Respir Med. 2020;
published online March 11. DOI: 10.1016/S2213-2600(20)30116-8
Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, Liang WH, Ou CQ, He JX, et al. Clinical Characteristics of
Coronavirus Disease 2019 in China. New Engl J Med. 2020; published
online February 28. DOI: 10.1056/ NEJMoa2002032.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients infected
with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman PPI.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Keputusan Menteri Dalam Negeri, 2020. Pedoman Tatanan Normal Baru Produktif
dan Aman COVID-19 di Lingkungan Kementrian Dalam Negri dan
Pemerintah Daerah.
64
Kustandi, C, Sujipto, B. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Leavell H, Clark E. (1958). Preventive medicine for the doctor in his community an
epidemiologic approach. 1 st edition, New York: Mac Graw-Hill.
Ren L-L, Wang Y-M, Wu Z-Q, Xiang Z-C, Guo L, Xu T, et al. Identification of a
novel coronavirus causing severe pneumonia in human: a descriptive study.
Chin Med J. 2020; published online February 11. DOI:
10.1097/CM9.0000000000000722.
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease
(COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published online March 3. DOI:
10.1016/j.jaut.2020.102433. (1)
Soriano V, Barreiro P. Impact of New Coronavirus Epidemics on HIV-Infected Patients.
AIDS Rev. 2020;22(1):57-8.
Suhartono. 2008. Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Mandiri Prima
65
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Wang J, Zhou M, Liu F. Exploring the reasons for healthcare workers infected with
novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect. 2020;
published online March 5. DOI: 10.1016/j.jhin.2020.03.002.
World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 70
[Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31].
Available from: https://www.who.int/
docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200330- sitrep-70-
COVID-19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the
virus that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020
[cited 2020 March 29]. Available from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus- disease-
(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.
World Health Organization (WHO).2020.Global surveillance for human infection
with novel-coronavirus(2019-ncov).https://www.who.int/publications-
detail/global-surveillance- for-human-infection-with-novel-coronavirus-
(2019-ncov). Diakses 20 Januari 2020.
World Health Organization (WHO). 2020.
https://www.who.int/health-topics/coronavirus. Diakses 18 Januari 2020.
World Health Organization (WHO).2020. Laboratory testing for 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV) in suspected human cases.
https://www.who.int/publications- detail/laboratory-testing-for-2019-
novel-coronavirus-in-suspected-human-cases. Diakses 17Januari 2020
Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a Report of
72314 Cases From the Chinese Center for Disease Control and Prevention.
JAMA. 2020; published online February 24. DOI:
10.1001/jama.2020.2648.
Xia Y, Jin R, Zhao J, Li W, Shen H. Risk of COVID-19 for cancer patients. Lancet
Oncol. 2020; published online March 3. DOI: 10.1016/S1470-
66
2045(20)30150-9.
Yang J, Zheng Y, Gou X, Pu K, Chen Z, Guo Q, et al. Prevalence of comorbidities in
the novel Wuhan coronavirus (COVID-19) infection: a systematic review
and meta-analysis. Int J Infect Dis. 2020; published online March 12. DOI:
10.1016/j.ijid.2020.03.017.
Zhang C, Shi L, Wang FS. Liver injury in COVID-19: management and challenges.
Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020; published online March 4. DOI:
10.1016/S2468-1253(20)30057-1.
67
LAMPIRAN
68
7 Mana yang termasuk penerapan a. Tidak cuci tangan sebelum masuk
New Normal di supermarket atau supermarket
pasar ? b. Menjaga jarak antar pembeli minimal
1 meter
c. Pedagang melepas masker saat
berbicara
d. Tidak mengecek suhu saat akan
masuk pasar atau supermarket
8 Mana yang termasuk penerapan a. Bersalaman dengan rekan kerja
New Normal bagi pegawai kantor ? b. Tidak menggunakan masker
c. Menggunakan siku untuk membuka
pintu dan menekan tombol lift
d. Menutup mulut dengan telapak tangan
tanpa menggunakan tisu saat batuk
69
Kuisioner Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Candirejo
Terhadap Covid-19 dan New Normal
BAGIAN 1
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur !
1. Apakah Anda mengetahui tentang penyakit corona ?
Jika Ya,
jelaskan ! .................................................................................................................
.
2. Apakah Anda mengetahui gejala – gejala penyakit corona ?
Jika Ya,
jelaskan ! .................................................................................................................
3. Bagaimana cara penularan penyakit corona ?
...................................................................................................................
4. Apakah Anda mengetahui tentang “New Normal” dalam menghadapi wabah
corona ?
Jika Ya,
jelaskan ! .................................................................................................................
..
BAGIAN 2
70
f Saya tetap di rumah saat
wabah corona
BAGIAN 3
Centanglah pada kolom yang tersedia sesuai kondisi Anda !
Tidak Sangat
No Pertanyaan Setuju
setuju setuju
1 Seiap orang dapat tertular virus corona
2 Penyebaran virus corona melalui
droplet (percikan ludah) yang keluar
melalui batuk pasien positif corona
3 Menjaga daya imun tubuh dapat
mencegah saya dari penularan corona
4 Jika masyarakat tidak patuh untuk
tetap dirumah, maka penyebaran akan
semakin luas dan cepat
5 Saya tidak perlu khawatir dengan virus
corona karena angka kesembuhannya
tinggi
6 Saya yakin, efek virus corona sama
dengan influenza
7 ODP (Orang dalam pemantauan)
masih boleh keluar rumah untuk
melakukan aktivitas seperti biasa
8 Menurut saya, corona memiliki risiko
kematian yang tinggi
9 Dengan sering mencuci tangan dengan
sabun / handsanitizer, saya dapat
mencegah penularan corona
10 Saya mentaati instruksi pemerintah
untuk tetap tinggal di rumah dan
membatasi aktivitas berinteraksi
dengan orang lain untuk mengurangi
penyebaran virus corona
71
72
73
Foto Penyelenggaraan Sosialisasi Covid-19 dan New Normal
74
Penyampaian Materi Covid-19 Penyampaian Materi New Normal
Sesi Diskusi & Tanya Jawab Penyampaian Materi Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat, Etika Batuk, dan CTPS
75
Foto Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
76