Disusun Sebagai
Penugasan Mini Project Program Internsip Dokter Indonesia
Disusun Oleh:
2021
HALAMAN PENGESAHAN
MINI PROJECT
Oleh:
Dengan ini kami menyatakan bahwa mini project ini asli hasil karya kami tidak
menjiplak dari karya tulis penulis lain dan bukan karya orang lain sebagai pemenuhan
Semua informasi yang dimuat dalam mini project ini yang berasal dari penulis
lain telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan
semua isi dari karya ilmiah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunianya, sehingga mini project ini
dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Mini project ini dilaksanakan ditengah pandemi
Covid-19, sehingga penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan mini project ini. Akan
tetapi, dengan dukungan langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan mini project ini dengan semaksimal mungkin. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan mini project ini,
antara lain:
1. dr. Ira Praenanda Widiastuti selaku dokter pendamping sekaligus Kepala Puskesmas
Kampung Persatuan yang telah memberikan bimbingan.
2. Seluruh staff Puskesmas Kampung Persatuan atas bantuannya selama ini.
3. Teman-teman sesama dokter internship yang turut saling membantu dalam penyusunan
mini project ini.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dari mini project ini. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi mini project yang lebih baik. Semoga mini project ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
2.1. Hipertensi............................................................................................3
2.1.1. Definisi..................................................................................3
2.1.2. Epidemiologi.........................................................................4
2.1.3. Patogenesis Hipertensi..........................................................4
2.1.3.1. Peran Volume Intravaskular.................................5
2.1.3.2. Peran Kendali Saraf Autonom..............................5
2.1.3.3. Peran Sistem RAA...............................................6
2.1.3.4. Peran Dinding Vaskular.......................................7
2.1.4. Etiologi................................................................................10
2.1.5. Diagnosis............................................................................11
2.1.6. Penatalaksanaan..................................................................13
2.1.7. Komplikasi..........................................................................14
iii
iv
6.1. Kesimpulan.......................................................................................31
6.2. Saran.................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32
LAMPIRAN.....................................................................................................34
DAFTAR TABEL
HALAMAN
vi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Masalahnya ialah beberapa mmHg tekanan darah itu dapat disebut normal,
sehingga bila tekanan darah di atas kesepakatan normal tersebut, maka ia akan
dikatakan sebagai hipertensi (tekanan darah tinggi).
Bila faktor risiko itu tidak di intervensi (yaitu faktor risiko yang dapat
dicegah dan diobati karena masih mungkin reversibel), maka hipertensi akan
berlanjut menuju penyulit berupa kerusakan-kerusakan di organ sasaran yang
terkait yang disebut target organ damage (TOD). Pendekatan klinis pengobatan
hipertensi harus meliputi pengendalian tekanan darah sampai kepada normotensi,
mengendalikan faktor-faktor risiko serta mengobati semua TOD yang telah
terkena
1
2
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran penyakit hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada pasien
hipertensi di Puskesmas Kampung Persatuan tahun 2021.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi
Persistensi peningkatan diatas 140/90 mmHg ini harus berbukti, sebab bisa
saja peningkatan tekanan darah tersebut bersifat transient atau hanya merupakan
peningkatan diurnal dari tekanan darah yang normal sesuai siklus sirkardian (pagi
sampai siang tekanan darah meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi
masih dalam batas variasi normal).
3
4
2.1.2. Epidemiologi
Hipertensi mengambil porsi sekitar 60% dari seluruh kematian dunia. Pada
anak-anak yang tumbuh kembang hipertensi meningkat mengikuti dengan
pertumbuhan badan.
kesemuanya itu akan menyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan
darah meningkat.
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac
output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (Total peripheral resistance) yang
masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah sistem saraf
simpatis, yang mana saraf ini tang akan menstimulasi saraf viseral (termasuk
ginjal) melalui neurotransmiter : katekolamin, epinefrin, maupun dopamin.
6
Karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor α1, maka bila NE
meningkat hal tersebut akan memicu vasokonstriksi (melalui reseptor α1)
sehingga hipertensi aterosklerosis juga makin progresif.
Pada ginjal NE juga berefek negatif, sebab di ginjal ada reseptor α1 dan β1
yang akan memicu terjadinya retensi natrium, mengaktivasi sistem RAA, memicu
vasokonstriksi pembuluh darah dengan akibat hipertensi atherosklerosis juga akan
semakin progresif.
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem RAA akan dipicu mengikuti
kaskade yang mana
7
pada akhirnya renin akan disekresi, lalu angiotensin I (A I), angiotensin II (A II),
dan seterusnya sampai tekanan darah meningkat kembali. Begitulah secara
fisiologis autoregulasi tekanan darah terjadi melalui aktivasi dari sistem RAA.
Faktor risiko yang tidak dikelola akan memicu sistem RAA. Tekanan
darah makin meningkat, hipertensi aterosklerosis makin progresif. Ternyata yang
berperan utama untuk memicu progresifitas ialah angiotensin II, bukti uji
klinisnya sangat kuat. Setiap intervensi klinik pada tahap-tahap aterosklerosis
kardiovaskular kontinum ini terbukti selalu bisa menghambat progresifitas dan
menurunkan risiko kejadian kardiovaskular.
Dengan memahami kaskade sistem RAA ini maka titik tangkap berbagai
obat anti hipertensi bisa dengan mudah dipahami.
Mungkin hipertensi ini lebih cocok menjadi bagian dari salah satu gejala
sebuah sindroma penyakit yang akan kita sebut sebagai “the atherosclerotic
syndrome” atau “the hypertension syndrome”, sebab pada hipertensi sering
disertai gejala-gejala lain berupa resistensi insulin, obesitas, mikroalbuminuria,
gangguan koagulasi, gangguan toleransi glukosa, kerusakan membran trasnport,
disfungsi
8
Dikenal ada faktor risiko tradisional dan non tradisional yang bila
bergabung dengan faktor-faktor lokal atau yang lain serta faktor genetik maka
vaskular biologi akan berubah menjadi makin tebal karena mengalami kerusakan
berupa lesi vaskular dan remodelling, antara lain akibat : inflamasi,
vasokonstriksi, trombosis, ruptur plal/ erosi.
Dikenal pula faktor risiko baru selain angiotensin II ialah Ox-LDL, ROS
(radical oxygen species), homosistein CRP serta masih ada lagi yang lain.
Penanda adanya disfungsi endotel dapat dilihat di retina mata dan dapat
juga dilihat di ginjal (glomerulus), yaitu bilamana ditemukan mikroalbumineria
pada pemeriksaan urin.
Maka dari itu pada pasien hipertensi usia muda (younger hypertension)
obatnya adalah A (ACE-I dan ARB) dan B (beta bloker). Sedang pada pasien tua
dengan hipertensi (elderly hypertension) obatnya ialah C (calcium channel
blocker) dan D (diuretic).
2.1.4. Etiologi
2.1.5. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis meliputi :
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Penunjang
2.1.6. Penatalaksanaan
diastolik 80-89 mmHg. Pada golongan prehipertensi ini perlu digalakkan program
pencegahan dengan memperbaiki gaya hidup agar tidak menuju kepada
komplikasi PKV. Direkomendasikan obat pilihan pertama antihipertensi adalah
golongan thiazid, dapat dikombinasikan dengan golongan antihipertensi lain,
terutama apabila ada situasi yang disebut dengan high risk condition, atau yang
disertai compelling indication.
Semua guidline umumnya sepakat dan sama untuk target tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg. Pengobatan selalu dimulai dengan modifikasi gaya
hidup, kemudian dilanjutkan dengan farmakoterapi secara individualistik sesuai
dengan komorbid atau compelling indications yang ada pada penderita. Untuk low
and moderate risk target tekanan darah <140/90 mmHg. Untuk high and very high
risk (dibetes and renal disease) target tekanan darah <130/80 mmHg, dan tidak
lupa mengobati TOD.
2.1.7. Komplikasi
Kenaikan tekanan darah yang berangsur lama juga akan merusak fungsi
ginjal seperti nampak pada hasil meta analisis dari Bakris. Makin tinggi tekanan
darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus sehingga akhirnya menjadi
penyakit ginjal tahap akhir.
Karena tingginya tekanan darah adalah faktor risiko independen yang kuat
untuk merusak ginjal menuju penyakit ginjal tahap akhir (PGTA), maka untuk
mencegah progresifitas menuju PGTA, usahakanlah mempertahankan tekanan
darah pada kisaran 120/80 mmHg.
Menurut CHEP 2011, bila kita berhasil menurunkan natrium dari 3500 mg
ke 1700 mg, kita akan mendapat keuntungan berupa :
16
Nasihat untuk olahraga adalah sebagai berikut : frekuensi tujuh kali per
minggu, intensitas moderate, waktu berjalan 30-60 menit, tipe aktivitas
kardiorespirasi seperti berjalan, joging, bersepeda, berenang yang non kompetitif
(olahraga harus diberikan sebagai tambahan terhadap terapi farmakologis).
2.1.9. Prognosis
Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi akan diikuti
penurunan insiden stroke 35% sampai 40%, infark miokard 20% sampai 25%, dan
lebih dari 50% gagal jantung. Diperkirakan penderita dengan hipertensi stadium 1
(TDS, 140-159 mmHg dan/ atau TDD, 90-99 mmHg) dengan faktor risiko
kardiovaskular tambahan, bila mencapai penurunan TDS sebesar 12 mmHg yang
dapat bertahan sampai 10 tahun, maka akan mencegah satu kematian dari setiap
11 penderita yang telah diobati. Namun belum ada studi terhadap hasil terapi pada
pre- hipertensi dapat menurunkan terjadinya hiperetensi sesungguhnya, walaupun
obat telah dihentikan selama satu tahun.
BAB III
Hipertensi
Faktor Resiko
Faktor Genetik
Usia Kejadian hipertensi
Jenis Kelamin berdasarkan usia
Etnis
Obesitas
Pola asupan makanan 18
19
3.2.1. Hipertensi
Definisi Nilai tekanan darah yang diukur pada saat pasien mengikuti
pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Kampung Persatuan
Skala Kategori
pengukuran
2. Perempuan
20
3.2.3. Umur
2. 45- 54 tahun
3. ≥ 55 tahun
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
21
22
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 53 44.2 44.2 44.2
Perempuan 67 55.8 55.8 100.0
Total 120 100.0 100.0
Tabel 5.1 Distribusi gambaran penyakit hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada
pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Persatuan tahun 2021.
23
24
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa kategori jenis kelamin
terbanyak ditemukan pada kategori Perempuan sebanyak 67 orang (55,8%). Dan
kategori jenis kelamin yang paling sedikit adalah kategori laki-laki yaitu sebanyak
53 orang (44,2%).
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-44 tahun 16 13.3 13.3 13.3
45-55 tahun 51 42.5 42.5 55.8
>55 tahun 53 44.2 44.2 100.0
Total 120 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kategori umur yang paling
banyak menderita hipertensi pada umur >55 tahun yaitu sebanyak 53 orang
(44,2%) dan yang paling sedikit pada kategori umur 19-44 tahun yaitu sebanyak
16 orang (11,3%).
25
5.2 Pembahasan
Hal ini diperkirakan akibat adanya hubungan antara faktor perilaku dan
biologi terhadap jenis kelamin perempuan yang memiliki kencederungan untuk
mengalami hipertensi. Faktor biologi yang berpengaruh berupa hormon seks,
perbedaan kromosom, dan faktor biologi seks lain yang memproteksi wanita dari
hipertensi. Faktor biologi ini menjadi bukti pada saat usia remaja dan bertahan
sampai dewasa hingga suatu saat wanita tersebut mengalami menopause, maka
dapat terjadi peningkatan tekanan darah.
Menurut Eghan, Zhao et al 2010, pasien yang berusia tua cenderung lebih
waspada dengan status tekanan darahnya dibandingkan dengan pasien yang
berusia muda, hal ini disebabkan pasien berusia muda cenderung merasa lebih
sehat dibanding yang berusia tua. Sehingga hal ini memicu kesadaran pada pasien
tua untuk memeriksakan kesehatannya di fasilitas kesehatan yang tersedia.
Sehingga akan tampak pasien hipertensi pada populasi usia tua (yang didominasi
oleh wanita) lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang lebih muda (yang di
dominasi laki-laki) yang didasari oleh karena pendataan di fasilitas kesehatan.
27
Dari gambar diagram batang diatas dapat dilihat bahwa kategori tekanan
darah yang paling banyak adalah pada umur >55 tahun yaitu sebanyak 53 orang
(45.2%) dan yang paling sedikit pada kategori umur 19-44 tahun yaitu sebanyak
16 orang (13.3%).
Hal ini sesuai dengan penelitian The Third National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES III) blood pressure data, yang membagi hipertensi
menjadi dua kategori umur, yang dimana terdapat populasi yang dominan
mengalami hipertensi khususnya pada 74% populasi tua (umur >50 tahun),
sedangkan pada populasi muda (< 50 tahun) hanya di kisaran angka 26%.
28
Hal ini disebabkan oleh kekakuan pembuluh darah arteri secara progresif,
hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pulse pressure. Proses penuaan
mempengaruhi compliance dari pembuluh darah arteri, hal ini disebabkan oleh
perubahan struktur molekular pada dinding arteri, berkurangnya kadar elastin,
meningkatnya deposisi kolagen tipe 1, dan terjadinya proses kalsifikasi. Dimana
ketika ventrikel kiri berkontraksi melawan compliance arteri yang rendah, tekanan
darah sistolik dan diastolik akan meningkat dengan rentang pulse pressure yang
luas. Hal ini berbahaya karena dapat memicu terjadinya hipertrofi ventrikel kiri
yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur anatomi dan fisiologi jantung
serta kerusakan pada organ target akibat hipertensi.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2. Saran
Adam, J. M. (2014) ‘Dislipidemia’, dalam Setiati, S. et al. (eds) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing, hh. 2551–2560.
Alwi, I. (2014) ‘Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST’, dalam Setiati, S. et al.
(eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna
Publishing, hh. 1459-1474.
Dafsah, J. dan Irmalita (2015) ‘Sindrom Koroner Akut’, dalam Rahajoe, A. U. dan
Karo-Karo, S. (eds) Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta:
BadannPenerbit FKUI, hh. 138–160.
Immanuel, S. (2014) ‘Biokimia Glukosa Darah, Lemak, Protein, Enzim Dan Non-
Protein Nitrogen’, dalam Setiati, S. et al. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing, hh. 213–226.
32
33
Liwang, F. and Wijaya, I. P. (2016) ‘Penyakit Jantung Koroner’, dalam Tanto, C.,
Liwang, F., dan Pradipta, E. A. (eds) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4.
Media Aesculapius, hh. 748–755.
Shah, P. K. (1997) ‘New insights into the pathogenesis and prevention acute
coronary syndromes’, Am J Cardial, 79(128), hh. 17–23.
Ujiani, S. (2015) ‘Hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kadar
kolesterol penderita obesitas rsud abdul moeloek provinsi lampung’,
Jurnal Kesehatan, 6(1), hh. 43–48.
Lampiran 1
Frequencies
Statistics
Missing 0 0
Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent