BAB I
PENDAHULUAN
ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Rasa tidak nyaman secara
spesifik meliputi rasa cepat kenyang, rasa penuh, rasa terbakar, kembung di perut
bagian atas dan mual. Gejala tersebut bersifat umum dan merupakan 30% sampai
40% dari semua keluhan lambung yang disampaikan kepada dokter ahli
berbagai faktor seperti gaya hidup merokok, alkohol, berat badan berlebih, stres,
kecemasan, dan depresi yang relevan dengan terjadinya dispepsia (Abdullah &
Gunawan, 2012).
1
2
Interaksi faktor psikis dan emosi seperti kecemasan atau depresi dapat
(100%) mengalami depresi. Secara statistik peristiwa hidup yang tidak diinginkan
2006 ).
yang cukup signifikan. Populasi orang dewasa di negara barat yang dipengaruhi
oleh dispepsia berkisar antara 14-38%. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia
2007, dispepsia rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien
3
34.029 atau sekitar sudah menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit
(dispepsia fungsional ) di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2011 sebanyak
rawat jalan yang mengalami keluhan dispepsia terjadi peningkatan yang signifikan
dari tahun ke tahun hal ini disebabkan RSUP Sanglah merupakan rumah sakit
subspesialis, sebagai pusat rujukan tertinggi atau disebut pula sebagai rumah sakit
pusat untuk seluruh wilayah kabupaten di Bali, termasuk Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur, serta melayani rujukan bagi peserta BPJS Mandiri dan
dkk, 2013). Suatu studi penelitian oleh Widyasari (2011), tentang hubungan antara
berdasarkan the big five personality yang dikembangkan oleh McCrae. Big five
secara signifikan terhadap terjadinya nyeri kepala primer, dan traits ini berperan
berobat ke poliklinik Penyakit Dalam Rumah Umum Sakit Umum Pusat Sanglah
Desember tahun 2014 yaitu sebesar 647 pasien, dimana 370 pasien yang datang
dengan keluhan dispepsia, dan sebanyak 39,21 % yaitu 120 pasien didiagnosis
dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk
terutama pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah
Denpasar.
Denpasar.
Denpasar.
Denpasar.
Denpasar.
1.4. Manfaat
dispepsia fungsional
dispepsia fungsional
pengaruh big five personality dengan dispepsia fungsional sehingga keluhan atau
khususnya Ilmu Penyakit Dalam, dan Ilmu Kesehatan Jiwa atau yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata dispepsia berasal dari Bahasa Yunani dys (bad = buruk) dan peptein
didefinisikan sebagai kesulitan dalam mencerna yang ditandai oleh rasa nyeri
atau terbakar di epigastrium yang persisten atau berulang atau rasa tidak nyaman
dari gejala yang berhubungan dengan makan (rasa penuh setelah makan atau
(Talley & Holtmann, 2008). Pada dispepsia organik ditemukan adanya suatu
satu atau lebih gejala tersebut, serta tidak ada bukti kelainan struktural melalui
dengan awal gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis (Brun & Kuo,
2010). Definisi lain dari dispepsia fungsional adalah penyakit yang bersifat
yang tidak responsif dengan obat-obatan, dapat ditunjukkan letaknya oleh pasien,
serta secara klinis pasien tampak sehat, berbeda dengan dispepsia organik yang
7
8
setelah makan dan perasaan cepat kenyang sedangkan epigastric pain syndrome
merupakan rasa nyeri yang lebih konstan dirasakan dan tidak begitu terkait
Klasifikasi dispepsia fungsional seperti disajikan pada table 2.1 dibawah ini
Dispepsia Fungsional
2.2. Epidemiologi
tanpa penyebab yang jelas. Di seluruh dunia mempunyai prevalensi sekitar 10%-
40%. Hal itu menunjukan bahwa diagnosis dan evaluasi harus segera dilakukan.
Roma III. Menurut studi berbasiskan populasi pada tahun 2007, ditemukan
10
peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dari 1,9% pada tahun 1988 menjadi
3,3% pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2010, dispepsia fungsional
daripada laki-laki yaitu 1,4 : 1 di Hongkong, 1,12 : 1,04 di Korea, 1,35 : 1,15 di
perbandingan prevalensi lebih besar pada laki-laki daripada wanita yaitu 2:1
meningkat secara signifikan yaitu : 7,7% pada umur 15-17 tahun, 17,6% pada
umur 18-24 tahun, 18,3% pada umur 25-34 tahun, 19,7% pada umur 35-44 tahun,
22,8% pada umur 45-54 tahun, 23,7% pada umur 55-64 tahun, dan 24,4% pada
umur di atas 65 tahun (Brun & Kuo, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan
peptikium masih belum seluruhnya dapat diterangkan secara pasti. Hal ini
heterogen, namun sudah terdapat banyak bukti dari hasil penelitian para ahli yang
tekanan agresif (HCL dan pepsin) yang menyebabkan ulserasi dan tekanan
saat ini masih terus diselidiki dan menjadi perdebatan dikalangan para ahli
insiden infeksi H. Pylori pada pasien dengan dispepsia fungsional. Beberapa ahli
kosong pada jangka waktu yang cukup lama. Infeksi H. Pylori menyebabkan
12
cepat. Pengosongan lambung yang cepat akan membuat lambung kosong lebih
lama dari biasanya dan H. Pylori akan semakin menginfeksi lambung tersebut,
seharusnya fundus lambung relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila
menuju ke bagian fundus lambung dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada
beberapa pasien dispepsia fungsional, refleks ini tidak berfungsi dengan baik
sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat. Bila berlangsung lama bisa
distensi lambung atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat : makanan yang
Faktor psikis dan stresor seperti depresi, cemas, dan stres ternyata memang
yang lebih berat. Jadi semakin tinggi nilai kortisol akan menyebabkan semakin
beratnya klinis dispepsia. Begitu juga dengan perubahan gaya hidup seperti
kurang olahraga, merokok, dan gangguan tidur juga memiliki efek terhadap
peningkatan asam lambung dan perubahan aktivitas otot dinding lambung yang
keadaan ini terjadi peningkatan kortisol dari korteks adrenal akibat rangsangan
Pada keadaan ini konflik emosi yang timbul diteruskan melalui korteks
otonom vegetatif. Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem
saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Konflik emosi akan meningkatkan
sistem saraf parasimpatis hampir 75% dari seluruh serabut sarafnya didominasi
oleh nervus vagus (saraf kranial X). saraf dari parasimpatik meninggalkan sistem
saraf pusat melalui nervus vagus menuju organ yang dipersarafi secara langsung
gastrin, dan histamine yang akhirnya memunculkan keluhan dispepsia bila terjadi
menimbulkan efek inhibisi pada organ lainnya salah satunya adalah organ
menerima berbagai input, termasuk input dari stresor yang mempengaruhi neuron
endokrin hypothalamus-pituitary axis (HPA), bila terjadi stres yang berulang atau
15
axis (HPA ) melalui kegagalan dari mekanisme umpan balik negative. Faktor
psikis dan stres juga mempengaruhi sistem imun melalui mengaktivasi sistem
pelepasan ketekolamin dari sistem saraf otonom. Selain itu akibat pelepasan
dan dapat mempengaruhi kualitas sistem imun seseorang, yang pada akhirnya
dengan manifestasi klinis berupa keluhan dispepsia. Bila keluhan somatik ini
berlangsung lama, bisa juga sebagai prediktor timbulnya dispepsia organik berupa
Manifestasi klinis pada sindrom dispepsia antara lain rasa nyeri atau
kenyang lebih awal, mual, muntah, atau bersendawa. Pada dispepsia organik,
terdapat dua pola yang telah ditentukan adalah: a) postprandial distres syndrome,
Kriteria Roma III menjelaskan dua pola dispepsia yang berbeda tergantung
pada apakah gejala tersebut terutama berkaitan dengan asupan makanan dan atau
distres syndrome) atau lebih didominasi oleh rasa sakit (epigastric pain
daripada bukti klinis, beberapa data yang mendukung relevansi klinis untuk
perbedaan ini mulai muncul dengan satu penelitian misalnya, menunjukkan bahwa
berhubungan dengan epigastric pain syndrome dan yang lain menunjukkan bahwa
adanya nyeri dan atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Apabila
ada kelainan yang bersifat organik pada pemeriksaan endoskopi (Abdullah &
untuk mengetahui semua gejala dispepsia sangat penting untuk mengetahui apa
masalah utama dari pasien. Hal ini penting karena penatalaksanaan dispepsia
Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan dari terapi. Langkah ini harus
mencegah kematian, tetapi juga menolong kehidupan. Tujuan terapi pada pasien
McClelan, 2011). Dalam Ilmu Kesehatan Jiwa atau Ilmu Psikiatri terdapat
18
kesembuhan penyakit secara fisik namun juga meliputi kesehatan mental serta
kualitas hidup pasien (Musana dkk, 2006). Secara umum pengobatan gangguan
tersebut untuk dilakukan secara bersamaan dan komprehensif (Loyd & McClelan,
2011).
antara psikiater dengan spesialis medis lain. Dalam CLP seorang psikiater
berperan sebagai penyalur keahlian psikiatri dengan disiplin ilmu lainnya yaitu :
Jadi CLP meliputi pelajaran, pelatihan, pengajaran komorbiditas medik (Aksis III)
dan Psikiatrik (Aksis I dan II). Seorang psikiater Consultation Liaison harus
mempunyai tehnik komunikasi yang baik, ilmu pengetahuan yang luas dalam hal
interaksi antara obat psikotropik dan medis lainnya (Loyd & McClelan, 2011).
19
Hubungan kerja yang erat antara psikiater dan internist. Hubungan ini
menjadi lebih penting dari pada permintaan konsultasi tertulis dan bentuk
kelainan structural.
yang sederhana tidak cukup. Setelah saran untuk terapi diberikan, CLP
kesehatan mutakhir
20
disiplin Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Psikiatri. Beberapa terapi farmakologi
bahwa tidak terdapat gangguan organik pada diri pasien, bila perlu lakukan
pemeriksaan fisik yang teliti disertai tes laboratorium. Beri kesempatan pasien
dimengerti dan gejala tersebut juga dijumpai pada orang lain yang pernah berobat.
Bantu pasien mengenali permasalahannya dan arahkan ke pola yang lebih sehat
yang akan bermanfaat. Beritahu bahwa gejala tersebut timbul karena kecemasan
dan ketegangan psikis namun dapat diobati setelah beberapa waktu. Terapi
21
Terapi ini membantu pasien secara sadar mengenali gejala nyeri pada daerah
episgastrium dan keluhan cepat kenyang, mengubah cara berpikir mengenai ide-
ide penyebab nyeri dengan pola pikir yang lebih realitas, memberikan tehnik
dari CLP adalah manipulasi lingkungan dan sosioterapi. Pada terapi ini akan
2.7. Kepribadian
Kepribadian berasal dari kata latin yaitu persona yang berarti sebuah
topeng yang biasa digunakan dalam sebuah petunjukan drama atau teaterikal,
yang digunakan para aktor romawi kuno dalam menjalankan perannya. Namun
seiring berjalannya waktu, kepribadian adalah pola sifat yang relatif permanen dan
psikologikal dan mekanisme di dalam diri individu yang diatur yang relatif
menetap dan dapat mempengaruhi interaksi individu dengan yang lain serta untuk
beradaptasi dengan lingkungan baik intrafisik, fisik, dan lingkungan sosial. Trait
orang berbeda dengan yang lain (Larsen & Buss, 2002) Penelitian lainnya,
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam
lima buah dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis
Ketika mendeskripsikan individu dengan trait yang baik ini berarti bahwa
individu tersebut cenderung berbuat baik setiap waktu dan pada setiap situasi.
Definisi yang luas ini menyatakan bahwa traits dapat dibagi menjadi tiga fungsi
tingkah laku seseorang, sehingga salah satu alasan terkenalnya konsep traits
a. Neuroticism (N)
sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stres. Seseorang yang
memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap
b. Extraversion (E)
tinggi pada dimensi extraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang,
periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain itu,
lebih banyak orang jika dibandingkan dengan individu yang memiliki skor E
memiliki antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal,
mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang lain.
individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai berdiam diri, tenang,
c. Openness (O)
orang yang mereka kenal. Individu yang terus menerus mencari perbedaan dan
pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada dimensi (O).
penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki
ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan
Individu dengan tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang
d. Agreeableness (A)
dengan yang tidak mengenal belas kasihan. Individu dengan skor yang lebih
yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati. Dimensi A ini
juga disebut dengan social adaptibility atau likability, yaitu mencirikan seseorang
yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari konflik.
mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif
e. Conscientiousness (C)
conscientiouness ini dapat juga disebut dengan dependability, impulse control dan
will to achive. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini
adalah pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu
yang berskor rendah dalam dimensi ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan
tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam
tugas-tugasnya.
diantaranya NEO-PI-R, CPI, 16-PF, Big Five Factor Maker dan lain-lain
(Mastuti, 2005). Sedangkan menurut Pervin dkk, 2005 terdapat dua instrumen
b. International Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO) yang dibuat oleh Lewis
Goldberg pada tahun 1992. Skala ini dibuat berdasarkan teori Big Five yang
digunakan oleh Costa dan McCrae dalam membuat NEO PI-R. Skala ini
markers.
27
pola kompleks perilaku yang dihasilkan dari interaksi antara ciri kepribadian
ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling
ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness
berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau
ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari
mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas
(Koenigsberg dkk, 2009). Konflik yang terjadi pada masa awal-awal kehidupan,
terutama pada usia 0 sampai 6 tahun yaitu pada fase oral, anal, dan phalik, sangat
konflik yang terjadi pada fase tersebut akan terrepresi atau tersimpan ke alam
bawah sadar atau unconscious. Saat dewasa, energi negatif yang tersimpan di
alam bawah sadar pada awal kehidupan (fase oral, anal dan phalik) akan muncul
misalnya terfiksasi fase oral akan bisa membentuk suatu kepribadian skizoid atau
paranoid, bila terfiksasi di fase anal atau phalik akan membentuk kepribadian
28
Somatisasi, salah satunya dispepsia fungsional (Oldham dkk, 2009; Kaplan dkk,
struktur kepribadian, yaitu id, ego dan super ego. Id adalah struktur paling
mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip
atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti
nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan
tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan
(anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi
defensif atau pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang
mengenai organ lambung yang dikenal dengan istilah sindrom dispepsia (Kaplan
kognitif atau dari trauma yang dialami saat masa perkembangan. Kepribadian
individu tersebut akibat suatu stresor. Stresor atau stimulus asing yang
adanya perasaan negatif dari kecemasan karena merasa tidak aman dan tidak
aksi sel, 3) selektif dalam perhatian untuk memaksimalkan input sensorik pada
respon terhadap stimulus yang ada. Jalur CRH di sistem peripheral yang berlokasi
spinal cord akan mengaktifkan sistem otonom simpatik preganglion. Jalur CRH
menyebabkan perubahan perilaku yang terjadi dan jika berlangsung lama maka
pada saat menghadapi konflik emosional (John dkk, 2008). Aktivasi saraf simpatis
kortisol yang tinggi dalam darah juga akan menyebabkan seseorang menjadi
rentan terhadap stimulus dan stresor dari luar dirinya. Gangguan lambung yang
adanya rangsangan yang baru atau stimulus yang dianggap bersifat ancaman.
BAB III
oleh adanya gejala gastrointestinal dan tidak adanya kelainan struktural melalui
imun dan faktor psikososial. Faktor lain yang juga berpengaruh timbulnya
dispepsia fungsional antara lain: depresi, kecemasan, stress, jenis kelamin, umur,
faktor psikososial. Kepribadian adalah pola sifat yang relatif permanen dan
dalam menghayati health awareness. Big five Personality traits model dapat
31
32
traits yang dikembangkan secara leksikal ini dikenal dengan Big Five model.
struktur kepribadian, yaitu id, ego dan super ego. Struktur kepribadian ego yang
dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik dan
berlangsung lama, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety) yang
tuntutan berasil diatasi dengan baik maka ego tidak terancam dan muncullah
Agreeableness Personality Trait. Pada dimensi trait kepribadian Big Five model
yang memiliki skor yang rendah, dimana ego merasa terancam maka ego akan
melakukan reaksi defensif atau pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense
adalah : konversi, dan represi. Bila gejala koversi dan represi terus berlangsung
Bagan di bawah ini menunjukkan hubungan antara Big five Personality traits
Infeksi H. Pylori
Extraversion
Ketidaknormalan motilitas
Gangguan sensori visceral Openness
Faktor psikososial Agreeableness
Faktor sistem saraf otonom, neuroendokrin, Conscientiesness
sistem imun
Kecemasan,Depresi,Stres, jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, status pernikahan
Diagnosis setelah
endoskopi : fungsional dan
organik
Gejala Dispepsia :
Depresi
Kecemasan
Stres
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Status pernikahan
Dependent Variables:
Denpasar.
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
Personality Traits dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan poliklinik
identifikasi kasus, yaitu individu yang mengalami keluhan dispepsia dan sudah
pasien dispepsia fungsional dan dispepsia organik yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Hasil evaluasi ini berupa hasil wawancara dan kuesioner dengan
responden.
36
37
Populasi
dispepsia yang pernah rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit
38
Umum Pusat Sanglah Denpasar yang tercatat di buku register selama periode
tahun 2014.
inklusi dan eksklusi. Subyek yang diteliti (actual study subjects) adalah sampel
yang benar-benar mau ikut serta dalam penelitian dengan mengisi formulir
informed consent.
a. Kriteria Inklusi
di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dari bulan Januari 2014 sampai
consent.
b. Kriteria Ekslusi
registrasi RSUP
c. Besar Sampel
0,614
n=
0,01
n = 61,4 dibulatkan menjadi
62orang Keterangan:
10%
Q =1 – P
d. Penentuan Sampel
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dari 1 Januari 2014 sampai dengan 31
dan dipilih secara simple random sampling: dimulai dengan membuat daftar
untuk sampel berikutnya dengan kelipatan tiga, sampai besar sampel terpenuhi.
yang diukur baik secara numerik maupun nominal (Sastroasmoro, 2011). dan
Variabel bebas yang diteliti adalah Big Five Personality Traits terdiri dari :
Conscientiousness trait
bentuk numerik.
salah satu gejala atau lebih gejala rasa penuh setelah makan yang
d. Umur adalah umur yang tertera pada kartu tanda penduduk (KTP) pasien
pada rekam medis. Data disajikan dalam bentuk skala non kategorikal.
e. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tertera di kartu tanda penduduk
: Tidak Sekolah, SD, SMP, SMA atau sederajat, Diploma atau Sarjana
Tidak Bekerja
i. Stres adalah tekanan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan
j. Depresi adalah suasana hati (afek) atau hilang minat atau kesenangan
14
adalah salah satu jenis alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua alat ukur. Adapun dua alat
alat ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg. Skala ini
berjumlah 50 item yang memilki rentang diri sangat tidak sesuai (skala
1) sampai sangat sesuai (skala 5), dimana setiap variabelnya terdiri dari
2006).
terdiri dari 42 item pertanyaan yang terdiri dari 3 subvariabel yaitu fisik,
kriteria. Komponen DASS untuk depresi adalah 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21,
24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Kecemasan diukur oleh komponen nomor 2, 4,
7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41. Sedangkan stres ditunjukkan
oleh komponen 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
komputer. Jika ada data yang belum lengkap akan dilengkapi kemudian dilakukan
dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05 dan tidak apabila nilai p <
Uji parametrik t-test tidak berpasangan digunakan untuk uji hipotesis pada
digunakan untuk uji perbandingan pada data yang tidak berdistribusi normal,
sedangkan uji Chi-Square digunakan untuk uji perbandingan pada data kategorik
(Dahlan, 2009). Dalam penelitian ini ditentukan derajat kemaknaan α = 0,05 (p <
0,05)
46
4.7.4.Statistik Bivariat
dispepsia organik diberikan penjelasan rinci tentang tujuan penelitian dan setelah
Informed Consent
Wawancara
Kuesioner IPIP-FFI untuk Big five personality traits
Kuesioner DASS 42 untuk cemas, depresi, stres
Pengumpulan data
BAB V
HASIL PENELITIAN
endoskopi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah selama tahun 2014 adalah
sebanyak 647 orang, 370 orang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian ini.
orang tidak dimasukan sebagai sampel karena alasan menolak, alamat tidak jelas (
tidak tercantum nomor HP atau telepon rumah di komputer registrasi), atau alamat
tidak ditemukan. Pada akhir penelitian ini didapatkan total sampel sebesar 62
orang, dan mereka bersedia mengisi kuesioner Big Five Personality Traits dan
DASS 42. Hasil yang didapat dari kuesioner yang diisi oleh sampel, didapatkan
48
49
Berdasarkan Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa karakteristik umur didapatkan rerata
51,31 ± 14,830. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki lebih tinggi yaitu
berdasarkan tingkat pendidikan adalah SMA sebesar 48,40%, dan terendah adalah
tertinggi adalah menikah sebesar 51,60% dan terendah adalah janda sebesar
(56,50%) dispepsia organik. Data variabel umur akan diuji normalitas data dengan
0,05 dan tidak apabila nilai p < 0,05. Selanjutnya dilakukan uji beda pada kedua
rerata umur tersebut dengan menggunakan uji t tidak berpasangan bila data
berdistribusi normal. Bila distribusi data tidak normal maka kedua rerata umur
subjek pada kelompok dispepsia fungsional dan dispepsia organik dapat dilihat
Tabel 5.2 Uji beda karakteristik subjek pada kelompok dispepsia fungsional dan
dispepsia organik
Dispepsia Dispepsia
Fungsional Organik
Variabel Nilai p
N (%) N (%)
Total = 27 Total = 35
Umur 48,29 ± 14,525 53,66 ± 14,838 0,134**
Jenis kelamin
Laki-laki 12 (44,40%) 23 (65,70%)
0,094*** Perempuan 15 (55,60%) 12 (34,30%)
Pekerjaan
Bekerja 14(51,90%) 10 (28,60%) 0,062***
Tidak bekerja 13 (48,10%) 25(71,40%)
Pendidikan
Tidak sekolah 3 (11,10%) 5 (14,30%)
SD 3 (11,10%) 11 (31,40%)
SMP 3 (11,10%) 1 (2,90%) 0,121*
SMA 14 (51,90%) 16 (45,70%)
Diploma/Sarjana 4 (14,80%) 2 (5,70%)
Pernikahan
Tidak Menikah 8 (29,60%) 4 (11,40%)
Menikah 14 (51,90%) 18 (51,40%) 0,059*
Duda 2 (7,40%) 9 (25,70%)
Janda 3 (11,10%) 4 (11,40%)
Depresi
Tidak Ada 26 (96,30%) 28(80,00%)
0,123* **
Ada 1 (3,70%)
Kecemasan 7 (20,00%)
48,29 ± 14,525, dan rerata umur untuk kelompok dispepsia organik adalah 53,66
adalah 0,200 (p ˃ 0,05), dan homogen pada levene test dengan nilai p adalah 0,69
52
( p ˃ 0,05). Selanjutnya dilakukan uji beda pada kedua rerata umur tersebut
menggunakan uji t tidak berpasangan. Uji beda kedua rerata umur tersebut
didapatkan hasil tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p adalah 0,134 ( -5,9
jenis kelamin, dan pekerjaan yang merupakan variabel katagorikal, uji beda
menggunakan pearson chi-square test. Pada uji beda tersebut didapatkan tidak ada
perbedaan bermakna pada variabel jenis kelamin dan pekerjaan (nilai p > 0,05).
Pada variabel pendidikan dan variabel pernikahan, uji beda menggunakan uji
Mann-Whitney. Pada uji beda tersebut didapatkan tidak ada perbedaan bermakna
pada variabel pendidikan, dan variabel pernikahan (nilai p > 0,05). Pada variabel
depresi, kecemasan, dan stress yang merupakan variabel katagorikal uji beda tidak
dapat menggunakan pearson chi-square test karena terdapat sel yang bernilai
kurang dari 5 sehingga digunakan uji alternatif fisher’s exact test, pada uji beda
0,05).
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pernikahan, depresi, dan stres pada kedua
Permasalahan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh antara masing-masing variabel pada Big Five personality traits dengan
kelima variabel pada Big Five personality traits dengan dispepsia fungsional.
fungsional sebagai variabel tergantung. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Analisis Bivariat Pengaruh Antara Big Five Personality Traits Sebagai
Variabel Bebas dan Dispepsia fungsional Sebagai Variabel Tergantung
Variabel Big Five Unadjusted CI 95% OR
B p Value
personality traits Odd Ratio Low High
Neuroticism 0,576 0,562 0,416 0,760 0,000
Extraversion 0,290 1,337 1,108 1,612 0,002
Openness -0,182 1,200 1,025 1,404 0,023
Agreeableness 0,267 1,306 1,135 1,504 0,000
Conscientiousness -0,743 0,476 0,323 0,701 0,000
apabila memiliki nilai p < 0,25. Sehingga ada lima variabel personality traits yang
Tabel 5.4 Analisis Multivariat Pengaruh Antara Big Five Personality Traits
sebagai Variabel Bebas dengan Dispepsia Fungsional sebagai Variabel
Tergantung setelah dikontrol dengan variabel kecemasan
Big Five Adjusted CI 95% OR
B p value
Personality Traits OR Low High
Neuroticism 0,515 0,598 0,396 0,901 0,014
Extraversion -0,144 0,866 0,395 1,898 0,719
Openness -0,347 1,415 0,741 2,700 0,293
Agreeableness -0,090 0,914 0,580 1,441 0,699
Conscientiousness -0,435 0,647 0,404 1,035 0,070
Anxiety_nominal 0,313 1,367 0,025 75,859 0,879
Pada tabel di atas dapat kita lihat ada satu trait yang memiliki nilai p <
0,05 dan nilai CI 95% yang tidak bersinggungan dengan nilai satu yaitu
OR sebesar 0,598 dan nilai B yang positif yang berarti setiap kenaikan 1 unit
fungsional sebesar 0,515 kali. Dengan kata lain setiap kenaikan 10 unit skala
statistik tidak signifikan (nilai p > 0,05). Begitu pula untuk extraversion,
BAB VI
PEMBAHASAN
Data deskriptif pada penelitian ini dapat digambarkan dari data yang
diperoleh diantaranya yaitu: 62 orang sampel yang dipilih secara simple random
dengan dispepsia organik pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Sanglah Denpasar yaitu sebesar 43,50% pada dispepsia fungsional dan
56,50% pada dispepsia organik. Angka ini serupa dengan data penelitian yang
fungsional dengan dispepsia organik di Mumbai India sebesar 34,2% dan 65,80%
(Kumar dkk, 2012), bahkan penelitian yang dilakukan oleh Nwokediuko dkk, di
%), masalah hubungan suami/istri (22,5 %), masalah anak (17,5 %) dan masalah
pada dispepsia fungsional yaitu: 48,29 ± 14,525, dan 53,66 ± 14,838 pada
dispepsia organik. Angka yang diperoleh ini mirip dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mahadeva & Lee di Mumbai India, didapatkan angka prevalensi
kemungkinan hal ini disebabkan oleh pengaruh faktor ketahanan tubuh itu sendiri,
dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 71,40%. Angka ini mirip dengan
angka yang diperoleh oleh Widya dkk, dimana perbandingan jenis kelamin
(Widya dkk, 2015) atau data yang diperoleh pada tahun 2009 pada pemeriksaan
fungsional lebih banyak pada wanita (Tenri dkk, 2011). Tingginya prevalensi
dispepsia fungsional pada perempuan, hal ini karena pada perempuan lebih rentan
58
untuk mengalami stres, pola makan sering tidak teratur dan pada wanita sering
justru membuat produksi asam lambung terganggu. Diit ketat dengan hanya
sering mengalami gejala yang mirip dispepsia (Widya dkk, 2015), atau penelitian
ekspektasi yang berbeda terhadap perasaan tidak nyaman ketika mengalami gejala
seperti perut kembung atau nyeri perut, hal ini karena penyakit ini dianggap
subjek sensitif dan kondisi memalukan yang mungkin lebih sulit bagi perempuan
pada laki-laki, hal ini berkaitan dengan pola hidup yang cenderung tidak sehat
makanan yang menghasilkan gas (tape, nangka, durian), atau konsumsi obat-obat
bekerja pada kelompok dispepsia fungsional dan sebesar 71,40% tidak bekerja
pada kelompok dispepsia organik. Angka ini mirip dengan penelitian yang
dilakukan oleh Cheng dkk, bahwa dispepsia fungsional lebih banyak ditemukan
semakin tinggi beban kerja, lama jam kerja, dan posisi jabatan yang semakin
tinggi maka kejadian untuk menderita dispepsia fungsional akan semakin tinggi
(Cheng dkk, 2011). Sedangkan pada dispepsia organik lebih banyak tidak bekerja,
ini sesuai dengan penelitian Tenri dkk, yang mengatakan pada dispepsia organik
lebih banyak berhubungan dengan faktor usia, penyakit yang bersifat kronis atau
Dilihat dari proporsi kecemasan yang dialami oleh kedua kelompok pada
mengalami kecemasan. Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Daniela dkk, menunjukkan bahwa ada hubungan antara dispepsia organik
dan dispepsia fungsional dengan kecemasan dimana 25% dari penderita ulkus
2012), ataupun penelitian yang dilakukan oleh Pertti dkk, menemukan bahwa baik
kecemasan dengan tingkatan yang bervariasi dari ringan, sedang dan berat, dan
daripada dispepsia organik (Pertti dkk, 2011). Sedangkan pada penelitian yang
60
dilakukan oleh Ghoshal dkk, terdapat penemuan yang sangat berarti bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara kejadian dispepsia organik dengan derajat
penyakitnya, mungkin karena penderita merasa tidak pernah merasa sembuh dari
penyakitnya, fakta ini menguatkan bila penderita dispepsia organik itu tidak ada
satupun yang terbebas dari rasa cemas oleh karena keluhan atau gejala gastritis
dan ulkus tersebut. Jadi disini faktor fisik dan psikis saling berinteraksi dan dapat
dispepsia fungsional lebih mudah terjadi pada individu dengan kepribadian yang
merupakan cenderung lebih tenang, rileks, tidak emosional, memiliki daya tahan
terhadap stres, merasa aman, dan puas atas diri sendiri. Sehingga dapat
tidak aman, tidak mampu dan mudah panik, kurang kontrol diri, kerapuhan,
orang yang memiliki temparamental datar, puas akan diri sendiri dan tidak
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
NEOP1-R buatan McCrae dan Costa (1990). Hasilnya ternyata trait neuroticism
dan trait extraversion masing-masing memiliki pengaruh yang cukup kuat pada
cara depth interview dan observasi terlihat bahwa pengaruh trait neuroticism
membuat penderita menjadi sosok yang selalu worrying, emotional, insecure, dan
Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Chun dkk, pada 187
pasien rawat jalan (72,2% pasien wanita, usia rata-rata 42,6 tahun) dengan
dievaluasi dengan Brief Symptom Rating Scale, dan hasilnya ternyata trait
fungsional terutama pada sub group postprandial distress syndrome (Chun dkk,
2009).
Penelitian yang berkaitan dengan terapi dilakukan oleh Tanum & Malt
dispepsia fungsional mempunyai efek terapi yang lebih baik dibandingkan dengan
penderita dispepsia fungsional yang mempunyai skor level sedang sampai tinggi
sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress sehingga
pada psikoanalitik klasik yaitu: teori kepribadian yang membagi struktur mind ke
sadar) dan unconsciousness (alam bawah sadar). Konflik yang terjadi pada masa
dewasa. Semua konflik-konflik yang terjadi pada fase tersebut akan terrepresi atau
tersimpan ke alam bawah sadar atau unconscious. Apabila timbul konflik saat
dewasa, energi negatif yang tersimpan di alam bawah sadar pada awal kehidupan
akan muncul dalam bentuk suatu demensi kepribadian tertentu. Pada kepribadian
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cano dkk, yang
fungsional. Individu dengan extraversion yang rendah tidak bisa menikmati hidup,
tidak bisa fokus pada pekerjaan, merasa tidak bertujuan dalam hidup, kadang-
kadang disebabkan oleh perasaan negatif, seperti suasana hati yang rendah,
menyebabkan diri ketidakpuasan dan menodai diri. Hal ini disebabkan oleh fakta
lakukan. Individu dengan dispepsia memiliki hubungan sosial yang lebih rendah
secara indirect terhadap dispepsia fungsional (Tobon dkk, 2013). Hal ini mungkin
cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta mudah
dispepsia fungsional. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang ada,
cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif
(Cloninger, 2012).
terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki ciri mudah
untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
yang berpusat di perut bagian atas. Dispepsia setelah dilakukan endoskopi tidak
hanya disebabkan oleh adanya kelainan struktural pada organ lambung atau yang
lebih dikenal dengan dispepsia organik, tetapi juga oleh faktor psikis, atau lebih
mudah khawatir, gugup, mudah panik bagi yang memiliki skor tinggi nuroticism.
7.2 Saran
Dalam RSUP Sanglah dapat digunakan sebagai indikator bahwa sub divisi CLP (
psikiatri khususnya kecemasan cukup tinggi, maka diharapkan dimasa depan ada
66
67
selain Ilmu Penyakit Dalam. Di masa depan juga diharapkan ada penelitian yang
bersifat prospektif untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara Big Five
DAFTAR PUSTAKA
Crawford, J., Henry, J. 2003. The Depresson Anxiety Stres Scale (DASS):
Normative Data and Latent Structure in A Large Non-Clinical Sample. Br J Clin
Psychol, 42(2): 111-131.
Dahlan, M. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian kedokteran dan Kesehatan. 2nd edition. Jakarta: Salemba Medika.
Daniela, M.T., Micut, R., Dragos, D. 2012. A review of the
psychoemotional factors in functional dyspepsia. Romania: Internal Medicine
Department, University Emergency Hospital Bucharest. 59(4):278-285.
Djojoningrat, D. 2006. Dispepsia fungsional dalam Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid1. Edisi ke-4. Jakarta: pusat penerbitan departemen ilmu
penyakit dalam FKUI.
Donnellan, M. B., Oswald, F. L., Baird, B. M., Lucas, R. E. 2006. The
MINI-IPIP Scales: Tiny-Yet-Effective Measures of The Big Five Factors of
Personality. Journal of Psychological Assesment, 193: 203.
Drug, V., Stanciu, C. 2007. Functional Dispepsia: Recent Advances
(Progresses) in Pathophysiology and Treatment. A Journal of Clinical Medicine,
2(4): 311-315.
Faresjo, A., Welen, K., Tomas F. 2007. Functional dyspepsia affects
woman more than men in daily life: A case-control study in primary care. Gender
Medicine, 1(5): 62-73.
Feist, J. & Feist, J. G. 2009. Theories of Personality. 7th edition. New
York: The McGraw-Hill Companies.
Friedman, H. S. and Schustack, M. W. 2008. Kepribadian: Teori Klasik
dan Riset Modern. 3rd edition. Jakarta: Erlangga.
Gene, N. 2012. Borderline personality disorder : an evaluation of its
connection to the brain and clinical issues. London: Traumatic Stres Service
Clinical Treatment Centre Maudsley Hospital.
Ghoshal,U.C., Singh, R., Young, F.C., Xiaohua, H., Chun, B.Y.,
Kachintorn, U. 2011. Epidemiology of uninvestigated and functional dyspepsia in
asia: facts and fiction. Journal of Neurogastroenterology and Motility, 17(3): 235.
Grantika, P. A. 2015. “Hubungan big five personality traits dengan nyeri
kepala primer pada siswa-siswi sekolah menengah atas di denpasar” (Tesis).
Denpasar: Universitas Udayana.
Guowen, Z., Jiang, Q., Liexin, L. 2004. The influence of personality,
psychological factors on functional dyspepsia. Journal of Guangxi Medical
University. Retreved September 25, 2015, Available from
http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-GXYD200403011.htm
Harahap, H.S. 2010. Karakteristik pasien dispepsia yang rawat inap.
Retreved Mei 15, 2015, Available From
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20335/7/Cover.pdf.
John, O. P., Robins, R.W., Pervin, L. A. 2008. Handbook of personality:
theory and research. New York: The Guilford Press
Kandulski, A., Venerito, M., Malfertheine, P. 2011. Therapeutic
Approach in Functional (Nonulcer) Dispepsia. In: Duvnjak M, editor. Dispepsia in
Clinical Practice. New York: Springer Science+Business Media. p. 143-151.
70
Lampiran 1
RSUP Sanglah
1. Nomor urut
2. Tanggal Pemeriksaan
3. Pemeriksa 1.
2.
4. Nama
5. Alamat
6. Pendidikan
7. Status pernikahan
8. Nomor telepon
9. Tanggal lahir
10. Umur
(2) Perempuan
12. Pekerjaan
74
Lampiran 2
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan yang mungkin sesuai dengan
Nilai
No Pertanyaan
0 1 2 3
hal sepele.
positif
sebelumnya).
75
suatu situasi.
terlepas)
masa depan.
menunggu sesuatu).
manusia.
depan.
sendiri.
(bersumber dari : Lovibond, 1995; Crawford & Henry, 2003; Kholifah, 2013 ).
80
Lampiran 3
Petunjuk
Tes kepribadian di bawah ini terdiri dari 50 pernyataan yang menggambarkan ciri-
ciri kepribadian. Anda diminta secara jujur menyatakan seberapa jauh Anda setuju
sendiri.
Untuk tiap pernyataan, Anda diminta memilih satu jawaban dengan memberikan
tersebut
AST jika Anda merasa antara setuju dan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut
tersebut
Lampiran 7
Frequency Table
Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 35 56,5 56,5 56,5
Valid Perempuan 27 43,5 43,5 100,0
Total 62 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
bekerja 24 38,7 38,7 38,7
Valid Tidak bekerja 38 61,3 61,3 100,
total 62 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak sekolah 8 12,9 12,9 12,9
SD 14 22,6 22,6 35,5
SMP 4 6,5 6,5 41,9
Valid
SMA 30 48,4 48,4 90,3
Diploma/ Sarjana 6 9,7 9,7 100,0
Total 62 100,0 100,0
83
Pernikahan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak menikah 12 19,4 19,4 19,4
Menikah 32 51,6 51,6 71,0
Valid Duda 11 17,7 17,7 88,7
Janda 7 11,3 11,3 100,0
Total 62 100,0 100,0
Dispepsia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Fungsional 27 43,5 43,5 43,5
Valid Organik 35 56,5 56,5 100,0
Total 62 100,0 100,0
Depresi_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
54 87,1 87,1 87,1
depresi
Valid Depresi 8 12,9 12,9 100,0
Total 62 100,0 100,0
Anxiety_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak cemas 49 79,0 79,0 79,0
Valid Cemas 13 21,0 21,0 100,0
Total 62 100,0 100,0
84
Stres_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak stres 55 88,7 88,7 88,7
Valid Stres 7 11,3 11,3 100,0
Total 62 100,0 100,0
DESCRIPTIVES VARIABLES=Umur
/STATISTICS=MEAN STDDEV.
Descriptives
[DataSet1] D:\ \Data Penelitian Wangsa.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Umur 62 51,31 14,830
Valid N (listwise) 62
Frequencies
[Fungsional]
Statistics
Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pernikahan Dispepsia Depresi_ Anxiety_ Stres_
nominal nominal nominal
Valid 27 27 27 27 27 27 27 27
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,56 2,96 3,48 2,00 1,00 1,04 1,44 1,07
Frequency Table
Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Laki-laki 12 44,4 44,4 44,4
Valid Perempuan 15 55,6 55,6 100,0
Total 27 100,0 100,0
85
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
bekerja 14 51,9 51,9 51,9
Valid Tidak bekerja 13 48,1 48,1 100,0
total 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak sekolah 3 11,1 11,1 11,1
SD 3 11,1 11,1 22,2
SMP 3 11,1 11,1 33,3
Valid
SMA 14 51,9 51,9 85,2
Diploma/ Sarjana 4 14,8 14,8 100,0
Total 27 100,0 100,0
Pernikahan
Frequen Percent Valid Cumulative
cy Percent Percent
Tidak menikah 8 29,6 29,6 29,6
Menikah 14 51,9 51,9 81,5
Valid Duda 2 7,4 7,4 88,9
Janda 3 11,1 11,1 100,0
Total 27 100,0 100,0
Dispepsia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Fungsional 27 100,0 100,0 100,0
Depresi_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak depresi 26 96,3 96,3 96,3
Valid Depresi 1 3,7 3,7 100,0
Total 27 100,0 100,0
86
Anxiety_nominal
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Tidak cemas 15 55,6 55,6 55,6
Valid Cemas 12 44,4 44,4 100,0
Total 27 100,0 100,0
Stres_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak stres 25 92,6 92,6 92,6
Valid Stres 2 7,4 7,4 100,0
Total 27 100,0 100,0
DESCRIPTIVES VARIABLES=Umur
/STATISTICS=MEAN STDDEV.
Descriptives
[Fungsional]
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Umur 27 48,26 14,525
Valid N
27
(listwise)
Statistics
Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pernikahan Dispepsia Depresi Anxiety Stres_
_ _ nomin
nominal nominal a
l
Valid 35 35 35 35 35 35 35 35
N Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,29 1,69 2,97 2,37 2,00 1,20 1,03 1,14
87
Frequency Table
Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Laki-laki 23 65,7 65,7 65,7
Valid Perempuan 12 34,3 43,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
bekerja 10 28,6 28,6 28,6
Valid Tidak bekerja 25 71,4 71,4 100,
total 35 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak sekolah 5 14,3 14,3 14,3
SD 11 31,4 31,4 45,7
SMP 1 2,9 2,9 48,6
Valid
SMA 16 45,7 45,7 94,3
Diploma/ Sarjana 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Pernikahan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak menikah 4 11,4 11,4 11,4
Menikah 18 51,4 51,4 62,9
Valid Duda 9 25,7 25,7 88,6
Janda 4 11,4 11,4 100,0
Total 35 100,0 100,0
Dispepsia
Frequen Percent Valid Cumulative
cy Percent Percent
Valid Organik 35 100,0 100,0 100,0
90
Depresi_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak depresi 28 80,0 80,0 80,0
Valid Depresi 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Anxiety_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
34 97,1 97,1 97,1
cemas
Valid 1 2,9 2,9 100,0
Cemas
Total 35 100,0 100,0
Stres_nominal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak stres 30 85,7 85,7 85,7
Valid Stres 5 14,3 14,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
DESCRIPTIVES VARIABLES=Umur
/STATISTICS=MEAN STDDEV.
Descriptives
[Organik]
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Umur 35 53,66 14,838
Valid N (listwise) 35
DATASET ACTIVATE
DataSet1. NPAR TESTS
/M-W= Umur Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pernikahan Depresi_nominal
Anxiety_nominal Stres_nominal BY Dispepsia(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
91
Cases
Descriptives
Median 53,00
Variance 237,553
Minimum 18
Maximum 87
Range 69
Interquartile Range 23
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Umur
93
T-TEST GROUPS=Dispepsia(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Umur
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
[DataSet1] C:\Users\lovemealways\Documents\Data Penelitian
Wangsa.sav
Group Statistics
for Equality of
Variances
Equal
assumed
Umur Equal
variances
-1,538 58,082 ,130 -5,941 3,864 -13,675 1,793
not
assumed
CROSSTABS
/TABLES=Kelamin BY Dispepsia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Dispepsia Total
Fungsional Organik
Count 12 23 35
Laki-laki
% within Dispepsia 44,4% 65,7% 56,5%
Kelamin
Count 15 12 27
Perempuan 55,6% 34,3% 43,5%
% within Dispepsia
27 35 62
Count
Total 100,0% 100,0% 100,0%
% within Dispepsia
95
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,76.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
Dispepsia Total
Fungsional Organik
Count 13 25 38
Tidak bekerja
% within Dispepsia 48,1% 71,4% 61,3%
Pekerjaan
Count 14 10 24
Bekerja 51,9% 28,6% 38,7%
% within Dispepsia
27 35 62
Count
Total 100,0% 100,0% 100,0%
% within Dispepsia
96
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,45.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
Dispepsia Total
Fungsional Organik
Count 26 28 54
Tidak depresi
% within Dispepsia 96,3% 80,0% 87,1%
Depresi
Count 1 7 8
Depresi 3,7% 20,0% 12,9%
% within Dispepsia
27 35 62
Count
Total 100,0% 100,0% 100,0%
% within Dispepsia
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,48.
b. Computed only for a 2x2 table
CROSSTABS
/TABLES=Anxiety_nominal BY Dispepsia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet1] D:\Data Penelitian Wangsa.sav
98
Cases
Dispepsia Total
Fungsional Organik
Count 15 34 49
Tidak cemas
% within Dispepsia 55,6% 97,1% 79,0%
Cemas
Count 12 1 13
Cemas 44,4% 2,9% 21,0%
% within Dispepsia
27 35 62
Count
Total 100,0% 100,0% 100,0%
% within Dispepsia
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,66.
b. Computed only for a 2x2 table
CROSSTABS
/TABLES=Stres_nominal BY Dispepsia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet1] D:\Data Penelitian Wangsa.sav
99
Cases
Dispepsia Total
Fungsional Organik
Count 25 30 55
Tidak stres
% within Dispepsia 92,6% 85,7% 88,7%
Stres
Count 2 5 7
Stres 7,4% 14,3% 11,3%
% within Dispepsia
27 35 62
Count
Total 100,0% 100,0% 100,0%
% within Dispepsia
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,05.
b. Computed only for a 2x2 table
100
NPar Tests
[DataSet1] D:\ \Data Penelitian Wangsa.sav
Mann-Whitney Test
Ranks
Dispepsia N Mean Sum of
Rank Ranks
Fungsional 27 35,28 952,50
Pendidikan Organik 35 28,59 1000,50
Total 62
Fungsional 27 26,96 728,00
Organik 35 35,00 1225,00
Total 62
Organik 35 33,70 1179,50
Pernikahan Total 62
Organik 35 25,89 906,00
Total 62
Organik 35 32,43 1135,00
Total 62
Test Statisticsa
Pendidikan Pernikahan
Mann-Whitney U 370,500 350,000
Wilcoxon W 1000,500 728,000
Z -1,551 -1,888
Asymp. Sig. (2-tailed) ,121 ,059
a. Grouping Variable: Dispepsia
Logistic Regression
[DataSet1] D:\ \Data Penelitian Wangsa.sav
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in
62 100,0
Analysis
Selected Cases 0 ,0
Missing Cases 62 100,0
Total
Unselected Cases 0 ,0
Total 62 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for
the total number of cases.
101
Dependent Variable
Encoding
Original Internal
Value Value
Fungsional 0
Organik 1
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke
likelihood R Square R Square
1 22,321 a
,636 ,852
a. Estimation terminated at iteration number 7
because parameter estimates changed by less
than
,001.
102
Classification Tablea
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 25 2 92,6
Step 1 Dispepsia Organik 3 32 91,4
Overall Percentage 91,9
a. The cut value is ,500
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsi Organik Correct
onal
Fungsional 0 27 ,0
Step 0 Dispepsia Organik 0 35 100,0
Overall Percentage 56,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Model Summary
Step -2 Log Cox & Nagelkerke
likelihood Snell R R Square
Square
1 72,867a ,177 ,237
a. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less
than
,001.
104
Classification Tablea
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 17 10 63,0
Step 1 Dispepsia Organik 10 25 71,4
Overall Percentage 67,7
a. The cut value is ,500
Logistic Regression
[DataSet3] C:\Users\lovemealways\Documents\Data Penelitian Wangsa.sav
Dependent Variable
Encoding
Original Internal
Value Value
Fungsional 0
Organik 1
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsional Organik Correct
Fungsional 0 27 ,0
Step 0 Dispepsia Organik 0 35 100,0
Overall Percentage 56,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke
likelihood R Square R Square
1 78,840 a
,093 ,125
a. Estimation terminated at iteration number
4 because parameter estimates changed by less
than
,001.
106
Classification Tablea
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 9 18 33,3
Step 1 Dispepsia Organik 8 27 77,1
Overall Percentage 58,1
a. The cut value is ,500
Dependent Variable
Encoding
Original Internal
Value Value
Fungsional 0
Organik 1
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 0 27 ,0
Step 0 Dispepsia Organik 0 35 100,0
Overall Percentage 56,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,260 ,256 1,026 1 ,311 1,296
Model Summary
Step -2 Log Cox & Nagelkerke
likelihood Snell R R Square
Square
1 63,335a ,294 ,394
a. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less
than
,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 18 9 66,7
Step 1 Dispepsia Organik 9 26 74,3
Overall Percentage 71,0
a. The cut value is ,500
108
Dependent Variable
Encoding
Original Internal
Value Value
Fungsional 0
Organik 1
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 0 27 ,0
Step 0 Dispepsia Organik 0 35 100,0
Overall Percentage 56,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
109
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke
likelihood R Square R Square
1 31,854 a
,575 ,771
a. Estimation terminated at iteration number 7
because parameter estimates changed by less
than
,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsiona Organik Correct
l
Fungsional 23 4 85,2
Step 1 Dispepsia Organik 2 33 94,3
Overall Percentage 90,3
a. The cut value is ,500
Unweighted Cases a
N Percent
Total 62 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 62 100,0
Fungsional 0
Organik 1
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsional Organik Correct
Fungsional 0 27 ,0
Dispepsia
Step 0 Organik 0 35 100,0
56,5
Overall Percentage
Score df Sig.
N 44,945 1 ,000
E 10,820 1 ,001
5,701 1 ,017
O
Variables 18,171 1 ,000
Step 0 A
37,844 1 ,000
C
15,908 1 ,000
Anxiety_nominal 46,546 6 ,000
Overall Statistics
Chi-square df Sig.
Model Summary
Classification Tablea
Observed Predicted
Dispepsia Percentage
Fungsional Organik Correct
Fungsional 25 2 92,6
Dispepsia
Step 1 Organik 1 34 97,1
95,2
Overall Percentage
Lower Upper