Disusun Oleh :
Suci Tri Anggraeni 1920374178 (Apoteker
Syafitri Anggriyani Abidin 1920374179 (Pasien)
A. Latar Belakang
Swamedikasi merupakan salah satu elemen penting dalam usaha peningkatan kesehatan
masyarakat. Definisi swamedikasi menurut Departemen Kesehatan (Depkes) (1993) adalah
upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan
keterjangkauan pengobatan, dan biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain.
Swamedikasi yang baik dan bertanggungjawab dapat memberikan banyak manfaat
bagi pasien. Selain dari efek produk obat yang digunakan pasien, pasien akan mendapatkan
ketersediaan obat dan perawatan kesehatan yang lebih luas. Peran aktif pasien dalam perawatan
kesehatannya sendiri juga akan meningkat. Secara ekonomi, petunjuk atau guideline dari
World Health Organization (WHO) tahun 2000 menyatakan bahwa swamedikasi juga
memberikan manfaat, karena dapat mengurangi biaya konsultasi medis pasien. Maka dari itu,
biaya medis pasien dapat lebih difokuskan kepada produk farmasi yang digunakan untuk
merawat kesehatannya.
Pasar produk farmasi secara keseluruhan merupakan salah satu pasar yang cukup besar.
Total pasar farmasi di Indonesia mencapai 7,6 miliar dolar AS (Pharma Boardroom, 2013).
Tingginya angka ini merupakan indikator bahwa bisnis farmasi merupakan salah satu bidang
yang cukup tinggi aktivitasnya. Tiga puluh delapan persen dari pasar tersebut merupakan
produk obat bebas atau Over-The-Counter (OTC) (World Bank, 2009). Banyak sekali variasi
produk obat bebas yang dapat ditemukan di Indonesia, mulai dari suplemen makanan hingga
obat untuk gejala-gejala penyakit ringan.
Salah satu praktek swamedikasi yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia adalah
swamedikasi untuk pengobatan gejala dyspepsia. Dyspepsia merupakan sindrom atau
kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh atau begah.
Swamedikasi memiliki posisi penting dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat.
Diperlukan adanya peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri,
sehingga nantinya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya dapat
ditingkatkan. Swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan atau
medication error karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya,
maka dari itu apoteker dituntut untuk dapat memberi informasi yang tepat kepada masyarakat
guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Dyspepsia?
2. Apa etiologi dari Dyspepsia?
3. Bagaimana patofisiologi Dyspepsia?
4. Bagaiman penatalaksanaan Dyspepsia?
5. Bagaimana contoh penerapan swamedikasi Dyspepsia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Dyspepsia
2. Mengetahui etiologi Dyspepsia
3. Mengetahui patofisiologi Dyspepsia
4. Mengetahui penatalaksanaan Dyspepsia
5. Mengetahui contoh penerapan swamedikasi Dyspepsia
BAB II
ISI
A. Definisi
Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut
rasa penuh atau begah. (Djojoningrat, 2007) Berdasarkan penyebab dan keluhan gejala yang
timbul maka dispepsia dibagi 2 yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia
organik apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya adanya ulkus peptikum, karsinoma
lambung, dan cholelithiasis yang bisa ditemukan secara mudah melalui pemeriksaan klinis,
radiologi, biokimia, laboratorium, maupun gastroentrologi konvensional (endoskopi).
Sedangkan dispepsia fungsional apabila penyebabnya tidak diketahui atau tidak didapati
kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional atau tidak ditemukan adanya
kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik (Djojoningrat, 2007).
Dalam klinik tidak jarang para dokter menyamakan dispepsia dengan gastritis. Hal ini
sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu diagnosa patologik, dan tidak semua dispepsia
disebabkan oleh gastritis dan tidak semua kasus gastritis yang terbukti secara patologi anatomik
disertai gejala dispepsia. Karena dispepsia dapat disebabkan oleh banyak keadaan maka dalam
menghadapi sindrom klinik ini penatalaksanaannya seharusnya tidak seragam. (Tack, 2006)
B. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik dan
fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan di saluran
cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan
penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Abdullah dan Gunawan, 2012). Faktor-faktor
yang menyebabkan dispepsia (Rani, 2011) adalah :
C. Patofisiologi
Faktor genetik
Faktor psikososial
Pengobatan
a. Konsumsi Pisang kapok kuning setiap pagi siang dan sore teratur.
b. Yoghurt
Asam yang terbentuk dalam yoghurt adalah asam laktat yang malah berfungsi
untuk menutupi luka yang ada di dinding lambung. Selain itu bakteri asam laktat
dalam yoghurt mampu membentuk asam organic, hydrogen peroksida dan
bakteriosin yang bersifat mikrosidal atau mematikan mikroba lain. Rasa asam
yoghurt tidak akan merangsang produksi berlebihan asam lambung dan
meningkatkan iritasi pada lambung. Perut manusia, terutama lambung,
mempunyai pH 1, sedangkan yogurt memiliki pH 4, jadi yogurt cukup aman
bagi lambung. Dalam literatur dikatakan bahwa salah satu manfaat yoghurt
adalah justu mengobati penyakit maag, menyembuhkan luka pada dinding
lambung. Para penelitit melaporkan dalam American Journal of Clinical
Nutrition bahwa mengkonsumsi yoghurt yang mengandung bakteri
menguntungkan, Lacobacillus dan bifidobacterium, secara signifikan akan
menurunkan jumlah Helicobacter Pylori, bakteri penyebab penyakit tukak
lambung.
c. Jahe
Jahe digunakan untuk mengobati dispepsia, kolik, diare, demam dan flu serta
kurang nafsu makan. Uji klinis juga menunjukkan bahwa sediaan jahe
mencegah mual dan muntah pada wanita hamil. Komponen kimia utama pada
jahe segar adalah keton fenolik homolog yang dikenal sebagai gingerol
2. Penalaksanaan Farmakologi
1. Antasida
Peraingatan/Perhatian -
Kontra indikasi -
3. Ranitidn
Kontraindikasi Hipersensitif
4. Famotidin
Komposisi Famotidin
Kontraindikasi Hipersensitif
5. Sucralfat
Peringatan Hipersensitif
Kasus
Seorang bapak umur 50 tahun datang ke apotik dengan keluhan sakit terasa panas bagian perut,
sering cegukan dan bersendawa. Sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini , tidak
memiliki penyakit lain, tidak memiliki alergi, suka merokok.
Identifikasi Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tidak ada
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Riwayat penyakit : Tidak ada
Gejala penyakit
panas bagian perut, sering cegukan dan bersendawa.
Penyebab
Suka Merokok
Assement : Pasien diduga mengalami syndrome dyspepsia dimana pasien merasakan panas
bagian perut,sering cegukan dan bersendawa.
Usia 50 tahun
Alamat Nusukan
Pasien “Begini mbak, akhir-akhir ini saya sering merasakan perut saya
itu terasa panas kaya terbakar gitu, sendawa dan cegukan juga
mbak”
Apoteker “Maaf pak boleh saya tau apa bapak ada penyakit lainya?”
Apoteker “kalau boleh tau pola makan bapak gimana ya, sudah teratur
belum?”
1. Antasida Done
2. Mylanta suspensi
Pasien “Saya jadi bingung mba, kalau menurut mba yang bagus buat
saya yang mana?”
Apoteker “Kalau menurut saya tetap bagusan yang mylanta pak, biar
sendawa dan cegukan bapak tidakk menggangu kenyamanan
bapak”
Apoteker “Baik pak, jadi ini diminum 3 kali sehari pada 1-2 sendok teh
minumnya 30 menit sebelum bapak makanya”
Apoteker “Bapak saya sarankan untuk menahan diri agar tidak merokok
dulu dan pola makannya dijaga hindari dulu makanan yang
pedas-peda ya pak”
Apoteker Baik pak, saya kira bapak sudah mengerti tentang penggunaan
obatnya, apa ada yang bapak mau tanyakan lagi?
Apoteker “Baik bapak, ini silakan bayar obatnya di kasir sebelah timur
ya pak”
1. Kesimpulan
Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut
rasa penuh atau begah. Penyebab yang menyertainya seperti genetik, bakteri, psikologi dan
motilitas gangguan saluran pencernaan yang dapt di terapi dengan obat gongan antasida,
antagononis reseptor H2 dan golongan PPI (Proton Pump Inhibitor).
2. Saran
Saran terhadap terhadap pembaca untuk menghindari penyakit ini sebaiknya mengatur pola
makan denagn baik, hindari meroko, stres, mengkonsumsi kafein yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Kochhar, Malkit Nagi and Rajbir Sachdev, J. Hum. Ecol., 2006,19(3): 195-199
Anonim, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 11. Jakarta. Penerbit PT. Info
Master.
G. Suresh, A. K. Shethi & P. V. Salimath, Plant Foods for Human Nutrition, 2005, 60: 87-91.
Setiawati dan Arini. 1992. Farmakologi dan Penggunaan Terapi Obat-obat Sitoproteksi.
Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: EGC. No. 79. 29-35
M.E. Abdelgani, E.A.E. Elsheikh, N.O. Mukhtarb, 1999, Food Chemistry, 64,289-293