ABSTRAK
Latar belakang : Untuk menangani masalah nyeri pada penderita dispepsia dapat dilakukan dengan manajemen
nyeri yaitu meliputi pemberian terapi analgesik dan terapi non-farmakologi. Tujuan : Studi literatur ini dibuat untuk
mengulas atau mereview tentang model asuhan keperawatan pada penderita dispepsia dengan masalah nyeri terhadap
pasien dispepsia. Metode : Pencarian literatur secara sistematis dilakukan pada mesin pencarian google scholar
artikel dari 2013-2015 berbahasa Indonesia, terkait asuhan keperawatan dengan masalah nyari pada pasien dispepsia,
ada tiga artikel yang direview. Hasil : Setelah mereview tiga artikel yang terpilih ditemukan kesamaan dari ketiga
artikel yaitu mengangkat diagnosa keperawatan utama yang sama, nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada
mukosa lambung sedangkan untuk perbedaannya terletak pada tahap evaluasi yaitu waktu proses penyembuhan
berbeda, tahap evaluasi menggunakan metode SOAP. Kesimpulan : Pada tahap pengkajian ketiga artikel didapatkan
keluhan utama yang sama yaitu nyeri pada epigastrium. Tahap diagnosa ditemukan nyeri akut sebagai diagnosa
keperawatan utama, intervensi dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada ketiga artikel mencakup pengkajian
secara menyeluruh, tindakan farmakologi dan nonfarmakologi.
ABSTRACT
Background: To handle with pain problems in dyspepsia sufferers, pain management can be done, which includes
providing analgesic therapy and non-pharmacological therapy. Purpose: This literature study was created to review
or review the nursing care model in dyspepsia patients with pain problems. Methods: A systematic search for
literature was carried out on the google scholar article search engine from 2013-2015 in Indonesian, related to
nursing care with search problems in dyspepsia patients, there were three articles reviewed.Results: After reviewing
the three articles that were selected, it was found that the similarities of the three articles, namely raising the same
main nursing diagnoses, namely acute pain associated with irritation of the gastric mucosa while the difference lies
in the evaluation stage, namely the healing process is different, the evaluation stage uses the SOAP method.
Conclusion: At the review stage of the three articles, the same main complaint was found, namely pain in the
epigastrium. The diagnosis stage found acute pain as the main nursing diagnosis, nursing interventions and actions
carried out in the three articles including a comprehensive assessment, pharmacological and non-pharmacological
measures.
1
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
dispepsia di rawat inap yaitu 17-21% dari kasus obatan apapun sebelumnya.Tn.F.B tidak ada
yang ada pada tahun 2015. Di Indonesia menurut riwayat alergi obat ataupun makanan.Saat ini
WHO (2015) adalah 40,8 %. Angka kejadian Tn.F.B masih dirawat di IGD di RSUD Prof. Dr.
dispepsia pada beberapa daerah diindonesia Johanes Kupang karena menderita penyakit
cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus Dispepsia. Hasil pemeriksaan sementara
dari 238.452.952 jiwa penduduk (Waluyo & didapatkan (TTV) : RR : 20kali/menit, TD :
Suminar 2017). 110/60 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, suhu : 36
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan ºC, pasien tampak lemah , kesadaran
sebagai akibat dari kelainan saluran makanan Composmentis dengan Glasgow coma scale
bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, (GCS) :Eyes, Motorik, Verbal (E/M/V) 4/5/6.
perih, mual dan muntah, yang kadang-kadang Hasil pengukuran kekuatan otot didapatkan
disertai rasa panas di dada dan perut, lekas :ekstremitas atas bagian sinistra dan dekstra
kenyang, kembung, banyak mengeluarkan gas bernilai 5,ekstremitas bawah bagian sinistra dan
asam dari mulut (Hadi, 2014). dekstra bernilai 5. Pada saat pengkajian pasien
Dispepsia merupakan salah satu masalah mengeluh rasa penuh di penuh perut nyeri
pencernaan yang paling umum ditemukan. perut,nyeri ulu hati sejak pagi, nyerinya seperti
Berdasarkan data kunjungan diklinik tertikam,tidak menyebar berlangsung sekitar 5
gastroenterologist di perkirakan hampir 30 % menit hilang timbul,dan munculnya kapan saja
kasus yang dijumpai pada praktek umum dan 60 pada saat pasien beraktifitas ataupun beristirahat.
% pada praktek gastroenterologymerupakan Diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan
dispepsia ( Bobbi Hemriyantton, 2017) data-data yang dikaji dimulai dengan
Diperkirakan sekitar 15-40 populasi di dunia menetapkan masalah penyebab dan data
memiliki keluhan dispepsia kronis atau berulang, pendukungn masalah keperawatan yang
sepertiganya merupakan dispepsia ditemukan adalah:Nyeri akut yang disebabkan
organik.Etiologi terbanyak dispepsia organik karena pasien mengkonsumsi makanan yang
yaitugastritis, ulkus peptikus pedis dengan data yang didapatkan yaitu: pasien
lambung/duodenum, penyakit refluks mengeluh rasa penuh di penuh perut nyeri
gastroesofagus, dan kanker lambung perut,nyeri ulu hati, sejak pagi nyerinya seperti
(Purnamasari, 2017). tertikam,tidak menyebar, berlangsung sekitar 5
Secara umum tanda dan gejala yang sering menit, hilang timbul,dan munculnya kapan saja
terjadi pada pasien dispepsia yang mengalami pada saat pasien beraktifitas ataupun beristirahat.
nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien Solusi dalam menangani masalah nyeri pada
misalnya suara (menangis, merintih, penderita dispepsia dapat dilakukan dengan
menghembuskan nafas), ekspresi wajah manajemen nyeri meliputi pemberian terapi
(meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh analgesik dan terapi nonfarmakologi berupa
(gelisah, otot tegang), interaksi social intervensi seperti teknik relaksasi nafas dalam,
(menghindari percakapan, disorientasi waktu) akupresur,kompres air hangat, relaksasi
(Judha, 2012 dalam Supetran, 2018). genggam jari .
Studi kasus dengan diagnosis medis Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
Dispepsia.Tn.F.B berumur 38 tahun asal penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah
Sikumana pekerjaan sehari-hari adalah Kader dengan judul “Studi Litertur Asuhan
Bencana Alam Provinsi NTT.Tn.F.B masuk Keperawatan Gangguan Rasa Nyeri pada Pasien
rumah sakit pada tanggal 25 Juni Dispepsia”. Dengan harapan penulis bisa
2018.Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa pada memahami proses keperawatan gangguan rasa
tanggal 25 juni 2018 dengan data yang nyeri pada pasien dispepsia. Studi literatur ini
didapatkan alasan pasien masuk rumah sakit dibuat untuk mengulas atau mereview tentang
adalah nyeri perut sejak pagi di tempat model asuhan keperawatan pada penderita
kerja.Alasan masuk rumah sakit karena rasa dispepsia dengan masalah nyeri terhadap pasien
penuh di perut,nyeri perut, nyeri ulu hati, mual dispepsia.
muntah. Pasien tidak ada riwayat sakit apapun
sebelumnya, tidak pernah mengkonsumsi obat-
94
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
95
Tabel
SINTESIS GRID
96
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 25
juni 2018 pada pukul 08.30 yaitu :
a. Melakukan pengkajian secara komperhensif
PQRST
b. Mengbservasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
c. Memastikan perawatan analgesik bagi pasien
d. Mengjarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
(teknik relaksasi).
Evaluasi
Pada tanggal 25 juni 2018, evaluasi keperawatan
pada Tn. F.B sudah mulai membaik ini ditandai
dengan nyeri berkurang
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang.
O : Pasien tidak meringis, keadaan umum baik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
2 Buran, A. S. Tujuan menggunak Sampel Proses Pengkajian
(2019). Asuha penelitian an metode dalam pengumpulan a. Pasien atas nama Tn. A.K berumur 33 tahun
n ini untuk wawancara penelitian ini data dilakukan b. Diagnosa medis Dispepsia
Keperawatan melaksana dengan adalah Tn A. dengan c. Klien datang dengan keluhan nyeri di ulu hati
Medikal Bedah kan dan pendekatan K, dengan Pengkajian dan perut dibagian bawah, ± 1 minggu, mual dan
Komprehensif mendapatk studi kasus keluhan nyeri yaitu muntah, keluhan lain yang menyertai adalah
Pada Tn. AK an di menanyakan batuk dan nyeri seluruh tubuh
Yang gambaran epigastrium secara langsung d. Data Subjektif
Menderita tentang dan perut kepada pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
Sindrom asuhan dibagian responden tembus hingga kebelakang.Pasien mengeluh
Dispepsia Di keperawata bawah, mual tentang keluhan Nyeri , nyeri tersebut bertambah saat klien
Ruang n pada dan muntah, utama, Riwayat terlambat makan dan berkurang saat klien
Cendana Rs pasien keluhan lain Kesehatan istirahat/ tidur.pasien mengatakan tidak nafsu
Bhayangkara Sindrom yang Masa Lalu, makan, dan tidak dapat menghabiskan makanan
Drs. Titus Ully Dispepsia menyertai Riwayat sesuai dengan porsi yang disediakan.pasien
Kupang. adalah batuk Kesehatan mengatakan bahwa tidak pernah menderita
dan nyeri Keluarga, Pola penyakit seperti ini. pasien tidak ada riwayat
seluruh aktivitas,
97
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
98
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
dingin.
h. Tingkatkan istirahat.
i. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri.
j. Berkolaborasi dengan memberikan analgetik
Diagnosa kedua :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien gejala.
b. Monitor mual dan muntah.
c. Monitor turgor kulit.
d. Monitor lingkungan selama makan.
e. Monitor BB pasien.
f. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi
sering.
g. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan
favorit pasien.
Implementasi
Hari pertama di lakukan yaitu pada tanggal 13 juli
2019 yaitu : Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologis.
a. Jam 07.30 mengkaji tanda-tanda vital
(Tekanan Darah : 110/80 mmHg, Pernapasan :
18 x/ menit, Nadi : 79 x/ menit dan Suhu
Tubuh : 36,5℃).
b. Jam 08.00 memberi posisi semi fowler.
c. Jam 08.15 mengajarkan dan menganjurkan
pasien nafas dalam.
d. Jam 09.00 menganjurkan pasien menghindari
makanan berminyak.
e. Jam 10.00 mengkaji tingkat nyeri.
Diagnosa keperawatan 2 : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
ketidakmampuan makan.
a. Jam 07.30 memantau makan pasien
b. Jam 08.30 memodifikasi lingkungan pasien
c. Jam 09.00 memberikan pendidikan kesehatan
99
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
100
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
101
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
O : Skala nyeri 4
A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilajutkan
Diagnosa keperawatan 2 ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan.pada pukul 07.30
S: Pasien mengatakan masih mual, muntah, dan
tidak nafsu makan
O: Nyeri tekan diabdomen saat dipalpasi
A : Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan
Hari kedua tanggal 14 Juli 2019.
Diagnosa keperawatan 1
Pukul 14.00
S: Pasien mengatakan nyeri di ulu hati dan nyeri
di abdomen bagian bawah
O: Skala nyeri 4 keadaan umum lemah
A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa keperawatan 2
Pukul 14.00
S : Pasien mengatakan masih mual dan muntah
O: Nyeri tekan diabdomen saat dipalpasi,
A: Masalah belum teratasi,
P: Intervensi dilanjutkan
102
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
103
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
104
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
105
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
106
PEMBAHASAN kebutuhan tubuh. Sejalan dengan teori yang
Pengkajian Keperawatan dikemukakan oleh Ida (2016), diagnosa
Pada pengkajian keperawatan dari artikel keperawatan yang muncul pada masalah
satu sampai tiga diperoleh data yang hampir dispepsia yaitu: nyeri akut berhubungan dengan
sama yaitu pada keluhan utama yang mana agen cidera biologis, kekurangan volume cairan
pasien mengeluh nyeri pada epigastrium, berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kemuadian di data subjektif pasien mengatakan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
nyeri seperti tertikam, tertusuk dan tersayat. Data kebutuhan berhubungan dengan
objektif memiliki kesamaan yaitu pasien ketidakmampuan menelan makanan dan
menunjukan ekspresi wajah meringis intoleransi aktivitas berhubungan dengan
dikarenakan nyeri yang dirasakan, pasien gelisah kelemahan umum.
dan selalu memegangi area yang sakit. Berdasarkan teori diatas terdapat empat
Di artikel kedua selain dari keluhan nyeri diagnosa yang muncul pada pasien dispepsia
ada keluhan lain yang menyertai yaitu pasien akan tetapi bisa saja terjadi kesenjangan antara
mengeluh batuk dan nyeri diseluruh tubuh.Selain teori dan kasus nyata. Karena disesuaikan dari
itu, pasien memiliki kebiasaan merokok 1 hari apa yang dialami dan dirasakan pasien saat
bisa menghabiskan 3 batang rokok dan pasien dilakukannya pengkajian untuk penegakan
pernah mengkonsumsi alkohol 1 botol serta diagnosa.
pasien minum kopi 1 gelas/hari waktunya saat Sesuai dengan penjelasan diatas penulis
malam hari. mengasumsikan bahwa pada kasus pasien
Artikel ketiga pada pasien I mengatakan dispepsia diagnosa keperawatan utama yang
pola makannya teratur akan tetapi terkadang muncul adalah nyeri akut berhubung dengan
sebelum makan pasien biasanya meminum kopi iritasi pada mukosa lambung.
terlebih dahulu yang mana kopi telah terbukti Intervensi dan implementasi Keperawatan
dapat merangsang produksi asam di Ditinjau dari pembahasan sebelumnya
lambung.Hal ini sejalan dengan penelitian yang bahwa diagnosa keperawatan dari artikel I
dilakukan oleh Chikita (2015) bahwa konsumsi samapai III memiliki persamaan diagnosa yaitu
kopi berlebihan dapat meningkatkan asam nyeri akut maka intervensi dan tindakan yang
lambung dan tekanan darah tinggi.Pasien II diberikan pada kasus tersebut hampir sama
mengatakan bahwa nyeri dirasakan apabila hanya saja di artikel kedua ditambahkan untuk
lambat makan.Hal tersebut di dukung dengan rencana dan tindakan pemenuhan kebutuhan
teori yang ada dimana pada tahap awal yaitu nutrisi. Rencana dan tindakan yang dilakukan
pengumpulkan data, mengelompokan data dan untuk penderita dispepsia dengan masalah nyari
menganalisa data.Data fokus yang berhubungan akut yaitu, pengkajian secara komperhensif,
dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, tindakan pemberian farmakologi dan
rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang nonfarmakologi (terapi/relaksasi).
muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas Dari ketiga paparan artikel diatas bahwa
kenyang, perut kembung, rasa panas didada dan pada masing-masing intervensi menggunakan
perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung tehnik non farmakologi (terapi/relaksasi) untuk
secara tiba-tiba) (Ida, 2016). menurunkan tingkat nyeri bisa melakukan terapi
Adapun asumsi penulis bahwa,data yang kompres hangat Warm Water Zack (WWZ).Hal
ditemukaan saat pengkajian pada ketiga artikel ini senada dengan penelitian Rezky (2013) dan
sama yaitu keluhan utama pasien mengeluh nyeri Rizka (2014) yang menyatakan bahwa kompres
pada epigastrium. hangat dapat menurunkan nyeri.Kompres hangat
Diagnosa Keperawatan meredakan nyeri dengan mengurangi spasme
Diagnosa keperawatan dari ketiga artikel otot, merangsang nyeri, menyebabkan
diatas, penulis menemukan kesamaan yaitu vasodilatasi dan peningkatan aliran
masalah Nyeri akut berhubungan dengan iritasi darah.Adapun intervensi lain non farmakologi
mukosa lambung. Hanya saja pada artikel ke dua selain kompres hangat teknik relaksasi nafas
selain nyeri diagnosa lain juga muncul yaitu dalam merupakan suatu bentuk asuhan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari keperawatan yang bisa digunakan untuk
107
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
menurunkan skala nyeri, yang dalam hal ini mencoba mengemukakan pendapat, yaitu
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana mengenai kelebihan dan kekurangan dari artikel.
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat Dari segi kelebihan secara keselurahan
(menahan inspirasi secara maksimal) dan mengangkat diagnosa utama yang samayaitu
bagaimana menghembuskan nafas secara nyeri akut dan didukung oleh teori. Pada
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dan
nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat kasus artinya, apa yang menjadi tujuan dan
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan diharapkan itu tercapai.
oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002 Kekurangan dari kedua artikeladalah
dalam Wijayanti dan Dirdjo 2015). keluhan pasien dengan data yang dikumpulkan
Adapun asumsi penulis bahwa dari ketiga kurang lengkap.Pada artikel kedua, data
artikel mempunyai kesamaan rencana dan menunjukan bahwa pasien mempunyai
tindakan keperawatan yaitu melakukan kebiasaan merokok 1 hari bisa menghabiskan 3
pengkajian secara komperhensif, dan tindakan batang rokok dan pasien mengonsumsi alkohol 1
farmokologi dan non farmakologi. botol serta pasien minum kopi 1 gelas/hari
Evaluasi Keperawatan waktunya saat malam hari yang mana hal
Dari ketiga artikel diatas tahap evaluasi tersebut dapat meningkatkan asam lambung,
menggunakan Subjektif, Objektif, Analisis, akan tetapi pada intervensi tidak ada edukasi
Planning (SOAP).Pada artikel pertama setelah pada pasien penyebab nyeri epigastrium.
dilakukan tindakan sudah mulai membaik ini Begitupun dengan artikel ke tiga yaitu edukasi
ditandai dengan nyeri berkurang. Pada artikel efek samping dari pemberian obat tidak
kedua evaluasi SOAP dilakukan selama empat tercantum di intervensi.
hari dan artikel ketiga Pada pasien I dan II sama- Selain itu di artikel II ditemukannya data
sama pulang pada hari ke 3. Kedua pasien ini penurunan berat badan pada pasien akan tetapi
pada hari ketiga perawatan menyatakan nyeri pengukuran berat badan sebelumnya tidak
turun pada skala 0.Nyeri dapat diatasi melalui dicantumkan, sehingga untuk mengangkat
tindakan farmakologi dan non-farmakologi (Eva, diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan
2019).Tahap evaluasi keperawatan mengunakan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh perlu
Subjektif, Objektif, Analisis, Planning (SOAP) dipertimbangkan lagi.
metode ini gunakan untuk membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) KESIMPULAN DAN SARAN
dengan tujuan dan kriterial hasil yang dibuat Penentuan status masalah dari ketiga
pada tahap perenacnaan (Nikmatur, 2013). artikel dapat diperoleh dengan melakukan
Berdasarkan teori di atas dan hasil evaluasi pengkajian/wawancara kepada pasien langsung
keperawatan pada kasus nyata didapatkan tidak verbal maupun non verbal. Diagnosis
adanya kesenjagan antara teori dan kasus, keperawatan utama dari ketiga artikel pada
dimana masalah keperawatan nyeri akut sudah pasien dispepsia adalah masalah nyeri yang
teratasi, ini dikarenakan perubahan keadaan didapatkan dari hasil pengkajian awal pada
pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien. Rencana dan tindakan keperawatan dari
sudah teratasi, sehingga pencapaian tujuan dan ketiga artikel pada penderita dispepsia dengan
kriterial hasil dari diagnosa keperawatan tersebut masalah nyeri dapat dilakukan dengan
sudah tercapai. pemberian analgetik maupun dengan terapi non
Menurut asumsi penulis bahwa tahap farmakologi. Pada tahap evaluasi literatur artikel
evaluasi merupakan proses paling akhir dari yang dilihat dari tingkat keparahan nyeri pada
kegiatan asuhan keperawatan. Yang mana pada masing-masing kasus menurun.
tahap ini dapat diukur dan dilihat bagaimana Bagi Perawat proses penyembuhan nyeri
perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan pada penderita dispepsia tidak hanya berfokus
keperawatan. pada pemberian analgetik akan tetapi non
Kelebihan dan kekurangan. farmakologi juga bisa sangat membantu proses
Setelah penulis membuat dan membaca penyembuhan salah satunya terapi kompres
artikel yang menjadi fokus kajian, penulis hangat denganWarm Water Zack (WWZ)
108
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 2 No. 1 Hal 93-109, 2021
109