Oleh:
A. Abstraksi
Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dokter dalam praktek
sehari-hari. Prevalensi dispepsia fungsional di Inggris mencapai 23,8%, sedangkan di Amerika Serikat
15%. Di Indonesia belum terdapat prevalensi penyakit ini secara keseluruhan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia yang mengalami kekambuhan di RSUP Dr.
M. Djamil Padang, Sumatera Barat tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross
sectional. Populasi sebanyak 63 data penderita tetapi sampel yang memenuhi syarat hanya 42
penderita. Proporsi tertinggi penderita dispepsia adalah kelompok umur 46-55 tahun (38,1%), jenis
kelamin perempuan (64,3%), suku minang (97,6%), agama Islam (100%), tingkat pendidikan
akademik/PT (50,0%), pekerjaan ibu rumah tangga (35,7%), dan status telah kawin (71,4%). Kepada
praktisi kesehatan atau dokter lini pertama agar dapat memaksimalkan usaha-usaha promosi
kesehatan, sehingga masyarakat mendapat pengetahuan terutama mengenai sindrom dispepsia
fungsional. Kata kunci: dispepsia fungsional, karakteristik penderita, kekambuhan.
B. Deskripsi Singkat
Salah satu penyakit tidak menular yang mempunyai angka kejadian tinggi di dunia adalah dispepsia.
Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui pada praktek seharihari.
Diperkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek umum dan 60% pada praktek
gastroenterologi merupakan dispepsia. Dari data pustaka Negara Barat didapatkan angka
prevalensinya berkisar 7-41%, tapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan.
C. Analisis PICOT
1. P = Populasi
sebanyak 25 orang (59,5%) dan jarang sebanyak 17 orang (40,5%).
2. I = Intervensi
Penelitian ini dilakukan mulai April 2012 – Juni 2013 dengan mengambil data dari catatan medis
pasien yang memeriksakan diri di bagian endoskopi RSUP Dr. M. Djamil tahun 2011. Penderita
yang pernah berobat di Poliklinik Gastroenterology unit rawat jalan RSUP Dr. M. Djamil Padang,
Sumatera Barat dengan keluhan dan hasil endoskopi sesuai dengan sindroma dispepsia
fungsional sepanjang tahun 2011.
3. C = Comparaion
Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu dengan jurnal yang lain
hanya ada satu jurnal saja.
4. O = Outcome
Angka tertinggi berada pada kisaran 46-55 tahun, tetapi perbedaan hasil antara kekambuhan
sering dan jarang tidak terlalu signifikan. Data tersebut mungkin disebabkan oleh beragam
faktor-faktor resiko yang mempengaruhi penderita tingkat kekambuhan dispepsia fungsional,
misalnya aktivitas olahraga efektif meningkatkan kemampuan manajemen stress, merangsang
peningkatan sistem imum terhadap H. pylory, membantu seseorang bertahan terhadap stres,
dan mereduksi rangsangan sekresi asam lambung.17 Selain itu faktor hormonal juga dapat
dipertimbangkan menjadi faktor resiko. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol dan
prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit
gastrointestinal.1 Pertambahan umur seseorang seringkali dihubungkan dengan penurunan
aktivitas olahraga rutin dan penurunan aktivitas hormonal fisiologis seseorang, hal ini mungkin
menyebabkan meningkatnya resiko kekambuhan dispepsia fungsional.
5. T = Time
RSUP Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat Tahun 2011
FORMAT MAKALAH UNTUK PERESENTASI TELAAH JURNAL
D. Abstraksi
Meningitis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan atau infeksi pada
selaput pelindung otak. Meningitis mempunyai angka mortalitas yang tinggi termasuk dinegara
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku
masyarakat tentang penyakit meningitis di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan metode survei lapangan menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 86 responden yang memenuhi kriteria penelitian
terdiri dari 45 orang perempuan (52,32%), dan 41 orang laki-laki (47,68%). Golongan usia responden
terbanyak berusia 21-40 tahun 43 (50,00%). Terdapat 68 responden (79,06%) yang berpendapat
bahwa penyakit meningitis diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, kuman, dan jamur yang meradang
di dalam selaput otak. Responden yang tidak menyetujui jika dokter meminta untuk dilakukan
pemeriksaan pungsi lumbal sebanyak 54 orang (62,79%). Simpulan: Sebagian besar responden belum
mengetahui tentang penyakit meningitis, dan hanya kadang-kadang menjaga kebersihan
lingkungannya
E. Deskripsi Singkat
Meningitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena peradangan atau infeksi pada sistem selaput
pelindung otak dan sumsum tulang belakang. 1 Meningitis dan meningoensafalitis infeksiosa dapat
disebabkan oleh berbagai agen seperti bakteri, mikobakteria, jamur, dan virus. Meningitis,
merupakan masalah yang serius sehingga dibutuhkan cara yang akurat dan efisien untuk
menegakkan diagnosis.2
F. Analisis PICOT
6. P = Populasi
Terdapat 86 responden yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah laki-laki dan
perempuan hampir sama banyak
7. I = Intervensi
Penelitian yang dilakukan oleh Hutahayan dan Kadarisman mengatakan bahwa lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata
atau abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya
interaksi diantara elemen-elemen dialam tersebut. Lingkungan yang kondusif menurut Indonesia
sehat 2010 adalah lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan
yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan
serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.
8. C = Comparaion
Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu dengan jurnal yang lain
hanya ada satu jurnal saja.
9. O = Outcome
Data yang diperoleh dari responden memperlihatkan bahwa responden kadangkadang menjaga
kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya sebanyak 22 orang (25,58%).
10. T = Time
Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe 2017
MENINGITIS
1. Pengkajian
Hal yang sering menjadi alas an klien atau orang tua membawa anaknya untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah suhu badan tinggi, kejang, dan
penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanda-tanda vital
3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil pada
klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya
tanpa kelainan.
4. Saraf V : Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan
paralisis pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada
kelainan.
5. Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli
persepsi.
7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik
3. Tanda Brudzinski
B4 (Bladder)
Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis, meliputi laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit, LED,
trombosit, retikulosit, glukosa). Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.
Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan lainnya diperlukan
sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru dan CT scan kepala.
g. Pengkajian penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan standar
pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis.
2. Diagonosa Keperawatan yang mungkin muncul
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dievaluasi
setiap selesai melakukan prasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan terutama
kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan lanjutan terhadap
masalah yang dialami pasien.
Askep anak dengan dypesia akut
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. Ngatiman
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 7 tahun
Status Perkawinan : blm menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : siswa
Alamat : Reni jaya blok Y rt 004/011 Pamulang Sumber
biaya : Pribadi
Sumber Informasi : Klien
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Alasan masuk rumah sakit : mual dan nyeri pada abdomen kiri atas
2) Keluhan utama : mual, muntah, sakit perut, pusing
3) Kronologis keluhan
1. Faktor pencetus : Klien belum makan
2. Timbulnya keluhan : Bertahap
3. Lamanya : Seminggu
4. Upaya mengatasi : Dirawat
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
1) Riwayat alergi ( obat , makanan, binatang, lingkungan) : Tidak ada
2) Riwayat Kecelakaan : Tidak ada
3) Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan,alasan,berapa lama): Baru pertama kali
4) Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga(genogram)
PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat Badan : 20 kg (sebelum sakit: 22 kg)
Tinggi Badan : 122 cm
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Napas : 20x/menit
Suhu Tubuh : 36,2oC
Keadaan Umum : Sedang (Compos Metis)
Pembesaran Kelenjar Getah Bening: Tidak ada
2. Sistem Penglihatan
Posisi Mata : Simetris
Kelopak Mata : Normal
Pergerakan bola mata : Normal
Konjungtiva : merah muda
Kornea : Keruh/berkerut
Sklera : Ikterik
Pupil : Anisokor
Otot-otot mata : Tidak ada kelainan
Fungsi penglihatan : Baik
Tanda-tanda radang : Tidak ada
Pemakaian kacamata : Tidak
Pemakaian lensa kontak : Tidak
Reaksi Terhadap cahaya : Normal
3. Sistem Pendengaran
Daun Telinga : Normal
Karakteristik Serumen : Kuning, Cair, Khas
Kondisi telinga tengah : Normal
Cairan dari telinga : Tidak ada
Perasaan penuh di telinga: Tidak
Tinitus : Tidak
Fungsi pendengaran : Normal
Gangguan keseimbangan : Tidak
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit)
Klien mengatakan mual, muntah dan nyeri pada abdomen bagian kiri atas. Awalnya klien
hanya mengira sakit biasa saja.
4. Data Penunjang Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 03 februari 2017
Hemoglobin : 14,1 gr/dl (normal 14,0-17,0 gr/dl)
Hematokrit : 43% (normal 42-52%)
Leucosit : 13.700 ribu/ul (normal 5-10 ribu/ul)
Trombosit : 341.000ribu/ul (normal 150-400 ribu/ul)
5. Penatalaksanaan
- Terapi cairan : Terpasang infus asering 8 jam/kolf
- Terapi oral : Mogtal 3x1cc ; Ventolin 3x1cc
- Terapi injeksi : Acran 2x1ml; Cefotaxim 2x1ml
- Diet : Makan lunak.
6. Resume An. N datang ke UGD RS. Bhineka Bakti Husada pada tanggal 5 februari 2017.
Dengan Keluhan mual, muntah dan nyeri pada abdomen bagian kiri atas. Setelah di diagnosa,
klien terkena penyakit Dispepsia. Klien mengatakan nyeri di bagian abdomen kiri atas, mual,
dan lemas. Klien di rawat di ruang Asy-Syifa kamar 43 kelas I. Setelah di observasi skala
nyeri 3, keadaan umum sedang, dengan hasil TTV sebagai berikut:
TD : 100/700 mmHg N : 86x/menit Rr : 20x/menit S : 36,2oC
7. Data Fokus
N Data subyektif Data obyektif
o
1. Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien tampak lemas dan pucat
dan merasa mual, muntah Klien mual 2x/hari
Mukosa bibir klien tampak kering
KU: Sedang
TTV: TD:100/70 mmHg N: 88x/menit RR:
20x/menit S : 37 oC
2. Klien mengatakan nyeri abdomen o klien tampak meringis kesakitan
bagian kiri atas o KU: Sedang
o TTV TD: 100/70 mmHg N: 86x/menit Rr:
24x/menit S: 36,5 oC
3. Klien mengatakan takut akan - Pasien tampak cemas (skala 3) - KU :
penyakitnya Sedang - TTV TD: 110/80 mmHg N:
84x/menit Rr: 22x/menit S: 36,6 oC
8. Analisa Data
N Data Masalah Etiologi
o
1. DS : Klien mengatakan Gangguan nutrisi kuran dari erosi mukosa lambung
tidak nafsu makan dan kebutuhan tubuh
merasa mual, muntah menurunnya tonus dan
DO : peristaltik lambung
Klien tampak lemas dan
pucat refluksi isi duodenum ke
Klien mual 2x/hari lambung
Mukosa bibir klien
tampak kering perubahan nutrisi kurang
KU: Sedang dari kebutuhan
TTV: TD:100/700
mmHg N: 88x/menit RR:
20x/menit S : 37 oC
2. DS: Klien mengatakan Gangguan rasa nyaman nyeri inflamasi nyeri
nyeri abdomen bagian kiri
atas epigastrium
DO:
o klien tampak meringis gangguan rasa nyaman
kesakitan nyeri
o KU: Sedang
o TTV TD: 100/60
mmHg N: 86x/menit Rr:
24x/menit S: 36,5 oC
3. DS: Klien mengatakan Resiko koping yang Kurangnya pengetahuan
takut akan penyakitnya berlebihan dan informasi iritasi
DO: - Pasien tampak jaringan paru cemas
cemas (skala 3) –
KU : Sedang – TTV
TD: 110/80 mmHg N:
84x/menit Rr: 22x/menit
S: 36,6 oC
Dignosa keperawatan
Diagnosa Tanggal di temukan temukan Tanggal Paraf
keperawatan (P&E) teratasi
Gangguan nutrisi 5/2/2017 8/2/2017
kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak
adekuat
Gangguan rasa 5/2/2017 6/2/2017
nyaman nyeri b.d
distensi abdomen
Resiko koping yang 5/2/2017 6/2/2017
berlebihan b.d
kurangnya
pengetahuan
Perencanaan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana paraf
(PES Hasil Tindakan
5/2/201 Gangguan nutrisi Setelah di lakuakn 1. Kaji status
7 kurang dari kebutuhan tindakkan nutrisi klien
tubuh b.d intake yang keperawatan 2. Berikan
tidak adekuat selama 3x24 jam. makanan
Gangguan nutrisi porsi kecil
kurang tapi sering 3.
darikebutuhan Observasi
tubuh dapat TTV 4. Beri
teratasi/ Tidak penkes
terjadi tentang
pentingnya
nutrisi 5.
Libatkan
keluarga
dalam
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
8/2/201 Gangguan rasa nyaman Setelah di lakukan 1. Anjurkan
7 nyeri b.d distensi tindakkan teknik
abdomen keperawatan relaksasi
selama 1x24 jam. (teknik nafas
Nyeri berkurang/ dalam) 2.
hilang Observasi
TTV 3. Beri
posisi
nyaman
sesuai
kebutuhan
klien
6/2/201 Resiko koping yang Setelah di lakukan 1. Observasi
7 berlebihan b.d tindakkan dan catat
kurangnya pengetahuan keperawatan TTV 2. Kaji
selama 1x24 jam. Rasa cemas
Cemas dapat klien (1-5)
teratasi 3. Berikan
Penkes
tentang
perjalanan
penyakit dan
prosedur
pengobatan
klien
Implementasi
Tanggal/waktu No. DK Tindakkan Keperawatan dan Hasil faraf
5/2/2017 1 1. Mengkaji status nutrisi klien
2. Memberikan makanan porsi kecil tapi
sering
3. Mengobservasi TTV Hasil : KU: Sedang
TD; 110/70 mmHg N: 81x/menit Rr:
24x/menit S: 36,5 oC
4. Memberikan penkes tentang pentingnya
nutrisi
5. Melibatkan keluarga alam pemenuhan
kebutuhan nutrisi
1. Menganjurkan teknik relaksasi (teknik nafas
dalam) 2. Mengobservasi
TTV dan KU Hasil :
TD:120/80 mmHg
N: 84x/menit
RR: 22x/menit
S : 37 oC
3. Memberikan posisi nyaman sesuai
kebutuhan klien 4. Menganjurkan klien
melakukan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
8/2/2017 1 1. Menganjurkan teknik relaksasi (teknik nafas
dalam) 2. Mengobservasi TTV dan KU Hasil :
TD:120/80 mmHg N: 84x/menit RR:
22x/menit S : 37 oC
3. Memberikan posisi nyaman sesuai
kebutuhan klien 4. Menganjurkan klien
melakukan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
6/2/2017 1 1. Mengobservasi dan catat TTVHasil: KU:
Sedang TD: 120/80 mmHg N: 87x/menit Rr:
22x/menit S: 37 oC edang 2. Mengkaji rasa
cemas klien (1-5) 3. Memberikan pendkes
tentang perjalanan penyakit dan prosedur
pengobatan klien
Evaluasi
Hari/tanggal/jam No . dk Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf
(Mengacu pada tujuan)
Minggu,5/2/2017 , 1 S: Klien mengatakan tidak mual
23.00 dan muntah lagi
O: Klien sudah tidak terlihat
lemas dan pucat
A: tujuan tercapai dan masalah
sudah teratasi
P: Tindakan di hentikan
2 S: Klien mengatakan sedikit
tidak nyeri abdomen lagi, tetpi
kadang masih suka kambuh
O: Klien tampak segar dan lebih
membaik
A: Tujuan tercapai masalah
sudah teratasi
P: Tindakkan di hentikan
3 S: Klien mengatakan sudah tidak
merasa cemas O: Klien tidak
terlihat cemas A: Tujuan
tercapai, masalah teratasi P:
Tindakkan di hentikan