Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu jenis Penyakit Tidak
Menular (PTM) yang saat ini menjadi masalah kesehatan pada masyarakat,
pada setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah penderita di
negara-negara seluruh dunia.
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang disebabkan oleh
gangguan atau difisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhas kelenjar
pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap
insulin (Sunarti dalam Masriadi, 2019).
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis progresif yang
ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa
darah tinggi) (Amtasari, 2019)
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik akibat
defisiensi relatif insulin atau absolut insulin sehingga menimbulkan
intoleransi glukosa. Pada kelompok usia < 20 tahun sekitar 0,1 %, usia
20- 44 tahun sekitar 2%, usia 45 – 64 tahun sebesar 4% dan paling tinggi
pada usia > 65 tahun sebesar 8% - 10% (Kuncoro, Benyamin, Makes
dalam Anggara, 2019).
Berdasarkan data Organisasi Internasional Diabetes Federation
(IDF) diperkirakan terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun didunia
menderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2019 atau sekitar 9,3% dari
total penduduk pada usia yang sama. Pada umur 65-79 tahun diperkirakan
prevalensi diabetes meningkat menjadi 19,9 % atau 111,2 juta orang.
Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030
dan 700 juta ditahun 2045. Wilayah Asia tenggara menempati posisi ke 3
dengan prevalensi sebesar 11,3 %.
Internasional Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan jumlah
penderita diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun terdapat 10 negara
dengan jumlah penderita tertinggi. Indonesia berada di peringkat ke 7
dengan jumlah penderita sebesar 10,7 juta. Prevalensi Diabetes Melitus
(DM) di Indonesia pada usia dewasa mengalami peningkatan dari 6,9 %
pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 ( Riskesdas, 2018).
Provinsi DKI Jakarta Menempati posisi tertinggi pada prevalensi Diabetes
Melitus (DM) sebesar 3,4 % sedangkan prevalensi terenda ada pada
provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 0,9 % dan prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,7 % (Riskesdas, 2018).
Pasien dengan Diabetes Melitus (DM) beresiko mengalami
komplikasi akut dan kronik. Pada komplikasi kronik terdiri dari
mikroangiopati, makroangiopati, gangren diabetika dan disfungsi erektil
diabetika. Retinopati, nefropati dan neuropati merupakan jenis komplikasi
mikroangiopati (Tarwoto, 2016). Kondisi tersebut dapat menyebabkan
penderita diabetes perlahan-lahan beresiko mengalami terjadinya
neuropathy.
Neuropati perifer atau yang dikenal dengan Diabetic Peripheral
Neuropathy (DPN) adalah gangguan saraf perifer yang meliputi
kelemahan motorik, gangguan sensorik, otonom dan melemahnya reflek
tendon (Azhary, 2010).
Neuropati adalah komplikasi yang terdapat pada syaraf. Kadar gula
darah yang tinggi mengakibatkan serat saraf hancur sehingga sinyal ke
otak dan dari otak tidak terkirim dengan benar, akibat dari tidak
terkirimnya sinyal tersebut maka hilangnya indera perasa, meningkatnya
rasa nyeri di bagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi yang umum
terjadi biasanya dimulai dari jempol kaki hingga seluruh kaki dan akan
timbul mati rasa. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah kesemutan
(Bril V, Ari B, 2018)
Neuropati merupakan sekelompok penyakit yang menyerang
semua tipe saraf termasuk perifer (sensorimotor), otonom dan spinal
(Amtasari, 2019). Kerusakan tersebut menyebabkan proses pengiriman
sinyal antara sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi terganggu. Menurut
Tesfaye (2013) diperkirakan bahwa 90% orang dengan Diabetic
Peripheral Neuropathy (DPN) mengalami polineuropati distal simetris,
dimana beberapa kelompok saraf terpengaruh. Lebih dari 40% pasien
Diabetes Melitus (DM) tipe 2 mengalami neuropati perifer diabetik/
Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) (Gogia dan Rao dalam Putri dan
Agung, 2020)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Khana Rosyida (2016)
mengenai gambaran neuropati perifer pada diabetisi di wilayah kerja
Puskesmas Semarang bahwa hasil penelitian ini menunjukkan sebagian
besar responden mengalami neuropati perifer. Sebanyak 113 responden
berpartisipasi dalam penelitian ini. Mayoritas diabetesi berusia dewasa
tengah (73.5%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan (61.9%), telah
menderita DM >5 tahun (50.4%), dan memiliki kadar GDS ≥200 mg/dL
(52.2%). Sebagian kecil diabetisi memiliki riwayat penyakit penyerta,
riwayat amputasi, dan riwayat DFU (Diabetic Foot Ulcer) (29.2%, 3.5%,
5.3%). Kerusakan fungsi saraf lebih banyak ditemukan pada kerusakan
otonom baik kaki kanan maupun kaki kiri (89.9% ; 85%). Lebih banyak
diabetisi yang memiliki neuropati ringan (55.8%) daripada diabetisi
dengan neuropati sedang maupun berat (28.3% ; 9.7%).
Hasil penelitian Putri dan Agung (2020) tentang faktor resiko
neuropati perifer diabetik pada pasien diabetes melitus tipe 2 diantaranya
adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, lamanya menderita diabtes melitus,
kontrol glikemik buruk, retinopati, nefropati, dan faktor resiko penyakit
kardiovaskular seperti : obesitas, overweight, hipertensi, dan dislipidemia.
Penelitian yang dilakukan oleh Aghniya (2017) mengenai
hubungan lamanya menderita diabetes melitus dengan terjadinya diabetic
peripheral neuropathy (DPN) didapatkan hasil bahwa dari 100 sampel
yang diambil, sebanyak 52 orang mengalami DPN ( 11 sampel dengan
kategori durasi rendah, 22 durasi sedang dan 19 sampel durasi panjang).
terdapat hubungan signifikan antara lamanya menderita diabetes dengan
terjadinya Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan nilai Odd Ratio (OR) 0,25 yang berarti bahwa
semakin lama durasi diabetes mellitus maka resiko terjadinya Diabetic
Peripheral Neuropathy (DPN) meningkat sebanyak 25%

Berdasarkan hasil wawancara .................

Berdasarkan data serta fenomena diatas, penulis tertarik dalam mengambil


penelitian “Analisis hubungan resiko gangguan perifer terhadap kejadian
Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus
(DM) tipe II di RS Sentra Medika Cikarang.

B. Rumusan Masalah
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kondisi dimana kadar
gula darah lebih tinggi dari normal atau hiperglikemia karena tubuh tidak
bisa mengeluarkan atau menggunakan hormon insulin secara cukup. Salah
satu komplikasi yang ditimbulkan yaitu neuropati. Keadaan mati rasa atau
tidak sensitif terhadap nyeri, kesemutan, nyeri yang tajam atau kram,
kehilangan keseimbangan serta koordinasi merupakan gejala klinis dari
Neuropati tersebut. Adanya penekanan ataupun luka pada daerah yang
mengalami mati rasa, dapat beresiko mengalami ulkus. Jika tidak
ditangani secara tepat, maka dapat terjadi infeksi yang menyebar hingga ke
tulang dan amputasi.
Berdasarkan data dari rekam medik RS. Sentra Medika Cikarang
jumlah pasien dengan Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN)
sebanyak.........tahun.................................. . Berdasarkan data tersebut
peneliti menyimpulkan bahwa angka kejadian Diabetic Peripheral
Neuropathy (DPN) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada pasien
Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) terdapat faktor resiko mengalami
gangguan perifer, maka pada penelitian ini peneliti ingin meneliti apakah
hubungan resiko gangguan perifer terhadap kejadian Diabetic Peripheral
Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II.
C. Tujuan Penilitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana hubungan resiko gangguan perifer terhadap kejadian
Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus
(DM) tipe II di RS. Sentra Medika Cikarang Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan) pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II
di RS. Sentra Medika Cikarang Tahun 2021.
b. Mengetahui data frekuensi kejadian Diabetic Peripheral
Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II di
RS. Sentra Medika Cikarang tahun 2021.
c. Mengidentifikasi gambaran faktor resiko gangguan perifer pada
pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II di RS. Sentra Medika
Cikarang tahun 2021.
d. Mengetahui hubungan resiko gangguan perifer terhadap kejadian
Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes
Melitus (DM) tipe II di RS. Sentra Medika Cikarang tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pendidikan keperawatan khusunya dalam bidang keperawatan
tentang hubungan resiko gangguan perifer terhadap kejadian Diabetic
Peripheral Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe
II di RS. Sentra Medika Cikarang tahun 2021.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dan inovasi
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada
pasien diabetes melitus khusunya diabetes melitus tipe II dalam
mengetahui hubungan resiko gangguan perifer pada kejadian
Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) sebagai tindakan
mencegah komplikasi lain, infeksi dan amputasi.

b. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan
kepustakaan serta pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan
resiko gangguan perifer terhadap kejadian Diabetic Peripheral
Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II. Hal
ini diharapkan dapat memacu institusi pendidikan menciptakan
penelitian-penelitian lain yang dapat mendukung dan menguatkan
hasil penelitian penelitian yang akan diteliti selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
para pembaca yang berasal dari kalangan masyarakat untuk
mendapatkan kajian ilmu pengetahuan dan keterampilan terutama
yang berkaitan tentang penyakit diabetes melitus.

d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
kemampuan peneliti baik mengenai konsep dan teori keperawatan
maupun penerapan riset keperawatan. Selain itu, diharapkan
peneliti mampu untuk mengembangkan suatu penelitian lain secara
lebih mendalam kaitannya dengan hubungan resiko gangguan
perifer terhadap kejadian Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN)
pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan informasi baru bagi
penelitian lanjutan dimasa yang akan datang tentang analisis
hubungan gangguan perifer terhadap kejadian Diabetic Peripheral
Neuropathy (DPN) pada pasien Diabetes Melitus (DM) tipe II.

Anda mungkin juga menyukai