MINI PROPOSAL
OLEH :
DWI HARTANTO
NPM.2020206203252P
A. Latar Belakang
Perubahan gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang saat ini telah membawa dampak buruk
bagi kesehatan masyarakat dan menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit diabetes
mellitus yaitu penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai peningkatan gula darah
(Hiperglikemia) akibat ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan insulin. Kurang lebih 90%-
95% adalah penderita diabetes mellitus akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau
disebut diabetes tipe 2 selebihnya adalah tipe 1 atau diabetes yang bergantung pada insulin
akibat rusaknya sel beta pankreas penghasil insulin (Tarwoto dkk, 2012).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) angka kejadian diabetes
mellitus di dunia saat ini mencapai 422 juta orang, prevalensi global diabetes melitus
dikalangan orang dewasa di atas usia 18 tahun telah meningkat 8,5%. Tahun 2016, sekitar
1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes dan 2,2 juta kematian yang
penyebab utama kematian ke-7 di dunia pada tahun 2030 (WHO, 2021).
diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%.
penduduk 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes
melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5%
pada tahun 2018,Sedangkan angka kejadian diabetes mellitus di Provinsi Lampung mencapai
0,7% (38.923 kasus dari perkiraan 5.560.440 penduduk usia >14 tahun) (Kemenkes RI,
2021).
Berdasarkan data yang tercatat di Kasie Surveilans & Epidemiologi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2020 tercatat sebanyak 10.331
kasus. Sementara data yang tercatat di Wilayah Kerja Puskesmas purbolinggo menunjukkan
bahwa angka kejadian diabetes mellitus meningkat Pada tahun 2019 tercatat sebanyak 227
kasus dan di tahun 2020 ditemukan sebanyak 466 kasus (Dinkes Kab. Lampung Timur,
2020).
Jumlah ini meningkat hampir 50 % dari jumlah penderita Diabetes militus di wilayah
kerja Purbolinggo. Selain itu, wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo juga adalah salah satu
wilayah kerja yang cukup luas, yaitu 60,6 km2 yang terdiri dari 12 desa. Oleh karena itu,
atau diabetes yang bergantung insulin dan diabetes tipe 2 atau diabetes yang tidak bergantung
insulin. Dari dua tipe tersebut, yang paling banyak ditemukan adalah DM tipe 2 yaitu terjadi
sekitar 90% dari seluruh penderita diabetes (Black & Hawks, 2014b). Dampak meningkatnya
angka kejadian diabetes mellitus baik tipe 1 maupun tipe 2 akan menyebabkan tingginya
angka kematian di dunia, karena diabetes mellitus memiliki berbagai komplikasi yang
mengancam jiwa seperti gangguan pada sistem kardiovaskular. Perubahan sistem vascular
meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang penyakit arteri koroner, penyakit vascular
serebral dan penyakit vascular perifer. Penyandang DM yang mengalami infark miokard
lebih rentan terhadap terjadinya gagal jantung kongestif sebagai komplikasi infark dan juga
cenderung jarang bertahan hidup pada periode segera setelah mengalami infark (LeMone,
Penyebab tingginya angka kejadian diabetes mellitus sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, namun beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kejadian diabetes
mellitus adalah adanya riwayat keluarga, lingkungan, usia, obesitas, etnik, hipertensi,
pada tahun-tahun awal akan mengalami ansietas yang didefinisikan sebagai kebingungan
yang kemudian dicirikan dengan perasaan tidak yakin, putus asa, perasaan tertekan, bimbang
ketidaknyamanan pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
Diantara teknik relaksasi yang diyakini dapat menurunkan ansieatas adalah relaksasi
otot progresif, yaitu salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem
saraf simpatetis dan parasimpatetis. Relaksasi otot progresif bertujuan untuk mengatasi
berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat
Penelitian yang dilakukan Endah sri rahayu et al (2014) dengan desain penelitian
sampling. Sebelum dilakukan terapi relaksasi otot progresif didapatkan jumlah klien yang
mengalami kecemasan terbanyak adalah kecemasan berat 25 orang (62,5%), dan terkecil
adalah kecemasan berat sekali/panik sebanyak 4 orang (10%). Setelah dilakukan terapi
relaksasi otot progresif bahwa jumlah klien yang mengalami kecemasan terbanyak adalah
kecemasan sedang sebanyak 12 orang (30%), jumlah klien yang mengalami kecemasan
terkecil adalah kecemasan berat sebanyak 6 orang (15%). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan, bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap penuranan tingkat kecemasan pada klien diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangdoro Semarang (ρ < 0.05). Penelitian yang dilakukan oleh Adi Antoni dan
Ayus Diningsih didapatkan relaksasi otot progresif dapat digunakan sebagai terapi
komplementer dalam mengelola stres fisiologis dan sres psikologis pada klien dengan
diabetes melitus. Kadar glukosa darah sebelum 293 mg/dl dan sesudah 267,65 mg/dl. Skor
fatigue sebelum diperoleh 4,45 dan sesudah 2,60. Skor kecemasan dari 36,05 menjadi 32,60.
Berdasarkan hasil prasurvey dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) untuk
mengukur tingkat stress terhadap 10 orang penderita diabetes mellitus, ditemukan sebanyak 8
orang (80%) yang memiliki gangguan tingkat ansietas dan 2 orang (20%) lainnya tidak
memiliki gangguan tingkat ansietas. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang terus mengalami peningkatan
baik di dunia maupun di Indonesia. Diabetes sendiri merupakan salah satu penyakit yang
memiliki banyak komplikasi dan termasuk penyebab angka kematian di dunia. Penderita
diabetes dapat mengalami Gangguan tingkat Ansietas karena adanya gejala yang dirasakan
seperti, kecemasan, depresi, dan nyeri akibat neuropati. Peningkatan tingkat ansietas akan
Upaya untuk menurunkan tingkat ansietas pada penderita diabetes sangat penting
diantaranya melalui teknik relaksasi otot progresif yang diyakini mampu menurunkan tingkat
ansietas. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian yaitu ialah adakah pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap tingkat ansietas penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap tingkat ansietas penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja
2. Tujuan Khusus
tahun 2021
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif studi quasi
group pretest posttest design dengan uji paired t test. Objek penelitiannya yaitu pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap ansietas penderita diabetes mellitus, sedangkan sebagai
subjek penelitian ini adalah pasien diabetes tipe 2. Penelitian ini akan dilaksanakan di
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat/Aplikatif
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi yang
berkaitan dengan upaya menurunkan gangguan tingkat ansietas bagi penderita diabetes
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang bersifat
membangun bagi tenaga kesehatan dalam upaya memberikan intervensi yang tepat guna
menurunkan gangguan tingkat ansietas penderita diabetes mellitus melalui terapi
penelitian yang lebih lanjut serta dapat menjadi data awal untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan upaya menurunkan gangguan tingkat ansietas bagi