Anda di halaman 1dari 9

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan kematian

premature di seluruh dunia. Diabetes merupakan penyebab utama dari

berbagai penyakit lain, seperti : kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal

(Pusdatin Kemenkes RI, 2020). Diabetes melitus (DM) atau diabetes ialah

suatu penyakit kronik yang serius. DM ialah penyakit saat kondisi kadar

glukosa darah meningkat karena dalam tubuh tidak dapat memproduksi

hormone insulin atau tidak efektif menggunakan produksi insulin

(International Diabetes Federation, 2021). Diabetes melitus dapat dibagi

menjadi beberapa tipe. Tipe 1 tipe 2, diabetes gestasional, dan tipe diabetes

lainnya (Pusdatin Kemenkes RI, 2020).

International Diabetes Federation (2021) memperkirakan terdapat 537 juta

orang mengalami diabetes melitus di dunia pada tahun 2021, hal itu meningkat

24% dari tahun sebelumnya. Prevalensi diabetes di dunia diperkirakan

menigkat seiring penambahan umur penduduk menjadi 578 juta orang pada

tahun 2030 dan 700 juta orang di tahun 2045. Asia Tenggara mengalami

kenaikan sebesar 68% dari tahun sebelumnya atau sebesar 90 juta orang pada

tahun 2021 (International Diabetes Federation, 2021). Sepuluh negara dengan

jumah diabetes tertinggi ialah Cina, India, Amerika Serikat, Pakistan, Brasil

Meksiko, Indonesia, Jerman, Mesir, dan Bangladesh (Pusdatin Kemenkes RI,

2020). Prevalensi penderita diabetes diatas umur 15 tahun di Indonesia sebesar

2,0 % pada tahun 2018 berdasarkan diagnosa dokter (Kemenkes RI, 2018).
Provinsi Bali termasuk dari 20 besar provinsi di Indonesia yang penduduknya

mengalami diabetes.

Prevalensi diabetes di Provinsi Bali berdasarkan diagnosa dokter di semua

umur sebesar 1,33% (Riskesdas Provinsi Bali, 2018). Berdasarkan data Dinas

Kesehatan Provinsi Bali (2021), di Bali terdapat 52.282 orang penderita

diabetes dengan 37.736 orang yang telah mendapat pelayanan kesehatan.

Kabupaten Badung berada di urutan ketiga dengan presentase penderita DM

yang mendapat pelayanan sebesar 90,40% atau sebesar 2.694 orang pada tahun

2020. Total penderita DM di Kabupaten Badung pada tahun 2020 ialah 2.980

orang (Dinkes Kab. Badung, 2021). Pada presentase pelayanan kesehatan pada

penderita DM, puskesmas Kuta Utara baru 66,76% penderita yang menerima

pelayanan. Penderita DM di UPTD Puskesmas Kuta Utara sebesar 497 orang

yang mendapat pelayanan kesehatan dari bulan Januari hingga Maret 2022

(Puskesmas Kuta Utara, 2022). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5

orang penderita DM di UPTD Puskemas Kuta Utara, 3 orang penderita

mengaku sedikit sres, mengalami sulit tidur, dan pola makan terganggu.

Diabetes melitus ialah suatu penyakit kronis yang harus dihadapi oleh

penderitanya seumur hidup dan hal itu dapat berisiko penderita diabetes

mengalami depresi (Bilous et al., 2021; Pusdatin Kemenkes RI, 2020). Beberapa

faktor yang menyebabkan depresi pada pasien DM ialah faktor internal yaitu

inflamasi hormon dan jumlah serotonin, serta faktor eksternal yaitu status sosial,

pekerjaan, jenis kelamin dan tingkat pendidikan (Palizgir et al., 2013). Depresi

ialah suatu permasalahan psikologis. Depresi dapat diartikan sebagai gangguan

perasaan atau afek yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan
atau gairah) dengan timbulnya gejala-gejala seperti mengalami gangguan tidur

dan penurunan selera makan (Lubis, 2012).

Resiko depresi dapat menjadi dua kali lipat pada penderita DM dibandingkan

non-DM (Bilous et al., 2021). Berdasarkan hasil penelitian oleh Mustika et al.

(2016) pada pasien DM, ditemukan sebanyak 73,2% penderita DM yang

mengalami depresi. Hasil penelitian oleh Eashwar et al. (2017), dari 300 pasien

DM, ditemukan sebanyak 199 pasien (39,7%) mengalami depresi. Depresi yang

dialami mulai dari tingkat depresi ringan sebanyak 17,3%, depresi sedang

sebanyak 6,7%, dan tingkat depresi berat sebesar 2,7% (Eashwar et al., 2017).

Ketaatan penderita DM dalam mematuhi penatalaksanaan dan pengobatan DM

harus kuat. Semakin tingginya tingkat depresi penderita DM maka akan sangat

berpengaruh pada permasalahan psikologis dan emosional. Penatalaksanaan dan

pengobatan DM yang dilakukan dengan taat akan cenderung membuat kadar gula

darah penderita DM meningkat. Kadar glukosa darah yang meningkat akan

menibulkam komplikasi lainnya (Bilous et al., 2021; PERKENI, 2021).

UPTD Puskesmas Kuta Utara selalu melakukan upaya pencegahan DM.

pencegahan itu dilakukan dengan melakukan penyuluhan berkala dan sreening

kesehatan. Hasil dari upaya pencegahan yang dilakukan masih belum berhasil.

Hal tersebut berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang masih kurang sehat,

seperti mengonsumsi makanan siap saji, mengandung pemanis, dan pengawet.

Pola hidup yang kurang sehat akan menyebabkan kadar glukosa darah tidak

terkontrol pada penderita diabetes melitus yang berhubungan dengan tingkat

depresi yang meningkat (Bilous et al., 2021; PERKENI, 2021; Pusdatin

Kemenkes RI, 2020). Hal ini menunjukkan perlu adanya penanganan psikologis
pada pasien diabetes melitus.

Salah satu bentuk penganganan psikologis yang dapat dilakukan ialah dengan

melakukan aktivitas fisik yaitu senam otak atau brain gym. Brain gym ini

memiliki prinsip untuk mengaktifkan tiga dimensi otak yaitu dimensi pemusatan,

dimensi lateralis, dan dimensi pemofuksan. Gerakan-gerakan brain gym dapat

mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatis untuk mengurangi peningkatan

hormon adrenalin dalam tubuh yang dapat meredakan ketegangan psikis dan fisik

sehingga jiwa dan tubuh menjadi relaks dan seimbang (Dennison, 2005).

Brain gym ialah terapi yang bermanfaat untuk melepaskan stress,

menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, mampu memudahkan kegiatan

belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, dan tuntutan kehidupan

sehingga dengan dilaksanakannya terapi brain gym secara teratur akan dapat

menurunkan tingkat depresi (Lamuhammad, 2015). Hasil penelitian oleh

Pragholapati et al. (2019), menyatakan bahwa brain gym dapat menurunkan

tingkat depresi pada lansia apabila dilakukan pemeriksaan tingkat depresi secara

berkala dan menerapkan gerakan brain gym. Pengaruh brain gym dilakukan pada

30 orang sampel dengan menggunakan quasy experimental dengan teknik

purposive sampling. Hasil yang didapatkan menggunakan uji Wilcoxon signed

rank test menunjukan nilai p = 0,000, sehingga terdapat pengaruh brain gym

terhadap penurunan tingkat depresi (Alvita & Huda, 2020).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh Brain Gym Therapy Terhadap Tingkat Depresi Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 Di UPTD Puskesmas Kuta Utara Tahun 2022”.


B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian

yang di dapat ialah “Apakah Ada Pengaruh Brain Gym Therapy Terhadap Tingkat

Depresi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di UPTD Puskesmas Kuta Utara Tahun

2022?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brain gym

therapy terhadap tingkat depresi pasien diabetes melitus tipe 2 di UPTD

Puskesmas Kuta Utara tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

a. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien diabetes mellitus tipe 2 di UPTD

Puskesmas Kuta Utara tahun 2022.

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien diabetes melitus tipe 2 sebelum

diberikan brain gym therapy di UPTD Puskesmas Kuta Utara tahun 2022.

c. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien diabetes melitus tipe 2 sesudah

diberikan brain gym therapy di UPTD Puskesmas Kuta Utara tahun 2022

d. Menganalisis pengaruh brain gym therapy terhadap tingkat depresi pasien

diabetes melitus tipe 2 di UPTD Puskesmas Kuta Utara tahun 2021.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu, wawasan

serta pengetahuan perawat tentang pentingnya terapi komplementer brain gym

therapy dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien diabetes

melitus di UPTD Puskesmas Kuta Utara tahun 2022.

b. Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini, diharapkan dapat

digunakan sebagai informasi dasar bagi para peneliti lain dalam melaksanakan

penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai salah satu

intervensi komplementer untuk mengatasi depresi pada pasien diabetes melitus

dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan di puskesmas atau lembaga

kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai