PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kadar gula darah yang tidak normal, dan diabetes mellitus spesifik lain.
Selain itu, terdapat juga kondisi prediabetes, yaitu kondisi di mana kadar
gula darah seseorang lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi
untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2, kondisi ini dapat menjadi tanda
1
2
karena penurunan pelepasan insulin oleh sel beta pankreas dan ditambah
sebesar 8,5% pada populasi orang dewasa, yakni tercatat 422 juta orang
Diabetes Federation (IDF) tahun 2019 dari 177 juta jiwa di dunia yang
300 juta jiwa, prevalensi diabetes tipe 2 tahun 2019 pada penduduk
Amerika Serikat yang diatas berusia 65 tahun atau lebih yaitu sekitar 10,9
mellitus tipe 2 mengalami kenaikan, dari 8,4% juta jiwa pada tahun 2019
dan diperkirakan naik menjadi 21,3% juta jiwa pada tahun 2022
mencapai
3
September pada tahun 2023 dan data di Ruang Penyakit Dalam lantai 2
Januari - September pada tahun 2023 yang dirawat inap di ruang penyakit
sering haus. Polifagi adalah hilangnya kalori dalam jumlah besar karena
pemberian obat oral dan bentuk injeksi berupa anti hiperglikemik dan
glukosa darah terdiri atas edukasi, nutrisi medis, latihan fisik dan terapi
Relaxation dapat dilakukan sebagai salah satu latihan fisik bagi pasien
Blambangan.
tahun 2023.
6
2023.
penelitian.
research.
2. Institusi Pendidikan
3. Peneliti Selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi
kata lain, DM dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana hormon insulin
dalam tubuh. Apabila kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diserap
yaitu kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik,
kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah ≥ 200mg/dl di
2 jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75
9
2
yaitu:
a. Faktor genetik :
b. Faktor imunologi:
jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
pankreas.
2
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia.
2
peningkatan HbA1c.
Diabetes melitus tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya sindrom
organ).
kuncinya
2
Faktor resiko pada DMG adalah wanita yang hamil dengan umur
obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang
(WHO) juga mengatakan bahwa akan terjadi peningkatan lagi untuk kejadian
diabetes melitus minimal 366 juta jiwa pada tahun 2030. Laporan statistik dari
juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes mellitus pada
tahun 2019.
mencapai 20,1 juta pada tahun 2030. Hasil Riset Kesehatan Dasar
mellitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada tahun
negera dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak, yaitu sebesar 10,7
juta (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Hal ini menjadikan Indonesia satu-
satunya negara di Asia Tenggara yang masuk kedalam daftar 10 negara dengan
faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
b. Usia
tahun.
c. Jenis kelamin
syndrome),
2
d. Riwayat keluarga
rusak.
c. Hipertensi
d. Dislipidemia
f. Merokok
negatif pada kerja insulin, gangguan pada sel beta pankreas dan
terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang bersal dari makanan tidak
dapat di simpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
dalam urin ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
insulin dan gangguan skresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
penurunan reaksi intrasel ini, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe
poliuri, polidipsi, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
2.1.7 Pathway
Kehamilan
Genetik, gaya hidup yang tidak sehat, penyakit lain, kurangnya aktivitas
Penuaan, keturunan, gaya hidup, obesitas
Virus, Autoimun
Keterlibatan uni fetoplacenta dan atau keterlibatan jaringan adiposa
Memproduksi autoantibodi
Berkurangnya jumlah reseptor insulin Kerusakan reseptor insulin
Bestrogen, kolisol, HPL meningkat
Destruksi sel beta pangkreas Resistensi insulin
Penggabungan abnormal reseptor insulin dengan sistem transport glukosa
Kerja insulin terganggu
Defisiensi insulin Glukosa meningkat
Sel beta bermasalah Glukosa tidak dapat diserap
insulin opedia
Sekresi insulin hiperglikemia
DM Tipe 1 DM Tipe 2 DM Gestasional
DM Spesifik Lainnya
Blood (B2) Bowel (B5)
Breath (B1) Brain (B3) Bladder (B4) Bone (B6)
berikut:
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam
dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine
minum air terutama air dingin, manis, segar dan air dalam jumlah
banyak.
tenaga. Selain itu, sel juga menjadi kurang gula sehingga otak
juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka
7. Infeksi jamur
akan gula.
2
8. Iritasi genetalia
9. Pandangan kabur
Kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes mellitus dapat
gangguan penglihatan.
untuk sel saraf, sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada fungsi
saraf.
2
berikut :
c. Penghambat glukoneogenesis.
d. Penghambat glukosidasealfa.
mengeluarkan insulin.
menyebabkan hipoglikemia.
e. Kerja cepat: RI( reguler insulin) dengan masa kerja 2-4 jam
3. Insulin
c. Ketoasidosis diabetik.
4. Terapi Kombinasi
kadar glukosadarah.
1. Edukasi
pasien.
3. Latihan jasmani
4. Terapi farmakologis
gibenklamid.
spells.
3
mencakup, diantaranya :
a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis diabetik
ketosis
mencakup, diantaranya :
darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke dan risiko jantung
koroner.
b) Penyakit serebrovaskuler
c) Hipertensi
disebabkan hipertensi
3
1. Pengkajian
b. Keluhan utama
c. Riwayat Kesehatan
berlebihan.
f. Riwayat psikososial
g. Riwayat spiritual
masing-masing individu.
h. Pemeriksaan fisik
berikut:
ekstremitas
(polidipsia).
i. Pemeriksaan diasnostik
1) Pemeriksaan Darah
darah yaitu: GDS > 200 mg/dl, dua jam post prandial >200
2) Urine
3) Kultur pus
tidak efektif
j. Penatalaksanaan
menurun (D.0066)
(D.0023)
suatu perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang,
harmonis antara latihan pernapasan yang terkontrol dengan rangkaian kontraksi serta
relaksasi otot. Progressive Muscle Relaxation adalah teknik relaksasi otot yang dalam
mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam
mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan pungung, menurunkan tekanan
rileks serta dapat memberikan perasaan tenang baik fisik maupun mental. Progressive
emosional sehingga individu bias berpikir lebih rasional, hal ini dapat menyebabkan
produksi gula dalam darah dapat terkontrol dengan baik, teknik ini dilakukan untuk
tubuh, perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik, termasuk penurunan denyut nadi,
tekanan darah, dan fungsi neuroendokrin pada orang yang mengalami kecemasan.
Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa PMR dapat berfungsi sebagai metode
relaksasi bagi pasien yang menjalani kemoterapi. Relaksasi ini telah menunjukkan
progresif antara lain cidera akut atau ketidaknyamanan muskuloskeletal, dan penyakit
jantung berat/akut. Latihan relaksasi otot progresif dapat meningkatkan kondisi relaks
yang dapat menyebabkan hipotensi, sehingga perlu memeriksa tekanan darah untuk
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi, 2020 Persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:
1. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
4
sunyi.
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
e. Terapi dilakukan setiap gerakan 10 detik dan waktu yang digunakan 15-20
menit.
2. Prosedur
terjadi.
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
yang dialami.
selama 10 detik.
4
c. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas
pangkal lengan).
kedua telinga.
1) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
selama 10 detik.
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
belakang.
2) Punggung dilengkungkan
relaks.
sebanyakbanyaknya.
dilepaskan bebas.
detik.
m. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
BAB 3
METODE PENELITIAN
kasus, studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan
Keperawatan. Pada studi ini judul yang di ambil yaitu Penerapan Terapi
56
5
4.3 Partisipan
Partisipan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah klien yang
1. Inklusi
(tawang alun)
2. Eksklusi
1) Lokasi
2) Waktu
Lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit yang
dirawat dirumah sakit, jika dalam waktu kurang dari 1 hari klien
1. Wawancara
mempengaruhi kesehatan.
3. Studi dokumentasi
asuhan keperawatan, hasil data dari rekam medis, dan hasil data
dilakukan uji keabsahan data terhadap semua data yang terkumpul. Uji
dan orang yang berbeda (triangulasi sumber). Studi kasus ini teknik
menggunakan metode :
1. Informed Concent
lembar persetujuan yang telah dibuat tetapi jika tidak bersedia peneliti
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Respek
5. Otonomi
ada
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyoajibroto, M. A., Dewi, L. M., Nandasari, D., Sabilla, F. F., Ratnaasri, U. D.,
Anisah, Y. H., Puspitasari, K. V., & Permatasari, A. A. D. (2023). Mengenal
Penyakit Diabetes Melitus Dan Faktor Risikonya Pada Lansia. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Medika, 29–34.
Https://Doi.Org/10.23917/Jpmmedika.V3i1.1337
Dinkes Jatim, 2022. (2021). Profil Kesehatan 2021. In Jurnal Dinamika Vokasional
Teknik Mesin (Vol. 3, Issue 1). Https://Doi.Org/10.21831/Dinamika.V3i1.19144
Fatimah, S., Wachdin Rosyadia, F., & Fitriani Sholicha, I. (2020). Universitas
Muhammadiyah Ponorogo Health Sciences Journal. Health Sciences Journal,
4(1), 112–123. Http://Studentjournal.Umpo.Ac.Id/Index.Php/Hsj%0ahubungan
Hamidah, N. Y., Sari, I. M., Purnamawati, F., Darah, K. G., & Melitus, D. (2023).
Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Dr . 345–354.
Karokaro, T. M., & Riduan, M. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi
(Jkf), 1(2), 48–53. Https://Doi.Org/10.35451/Jkf.V1i2.169
Nur’ani, A. (2018). Buku Panduan Relaksasi Otot Progresif. Universitas Esa Unggul :
Jakarta.
Padmi, N. (2021). Analisis Perilaku Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii
Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Kawali Tahun 2021. 1–23.
Perkeni, L. (2021). Pengaruh Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula
Darah Pada Pasien Dm Tipe 2. November, 1–41.
Robert, B., & Brown, E. B. (2019). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus.
1, 1–14.
Saras, P. A., Purwono, J., & Pakarti, A. T. (2022). Penerapan Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2. Junrnal
6
Sari, N. P., & Harmanto, D. (2020). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kadar Glukosa Darah Dan Ankle Brachial Index Diabetes Melitus Ii.
Journal Of Nursing And Public Health, 8(2), 59–64.
Https://Doi.Org/10.37676/Jnph.V8i2.1187
Setyoadi Dan Kushariyadi, Et Al. (2020). Sop Teknik Relaksasi Otot Progresif. July,
1–7.
Wahyudi, D. A., & Arlita, I. (2019). Progressive Muscle Relaxation Diabetes Melitus
Tipe 2 Terkontrol Dan Tidak Terkontrol Wellness And Healthy Magazine
Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa Darah Diabetes
Melitus Tipe 2 Terkontrol Dan Tidak Terkontrol 2 Indaharlita7@Gmail.Com.
Wellness And Healthy Magazine, 1(1), 93.
Http://Wellness.Journalpress.Id/Index.Php/Wellness/Http://Wellness.Journalpres
s.Id/Index.Php/Wellness/
8
NIM : 202101016
Banyuwangi,
Responden
( )
8
Nama : .............................................................................
Alamat : .............................................................................
Nama : .............................................................................
Responden/Wali Responden
8
Dengan Hormat,
Banyuwangi ....................