Oleh :
NUR RACHMA INDRIANI
NIM. 2101047
PENDAHULUAN
Menurut data dari IDF Diabetes Atlas (2021) sebesar 537 juta orang
dewasa (20-79 tahun) hidup dengan diabetes dengan prevalensi Global
mencapai 10,5% populasi orang dewasa, orang dengan kadar glukosa darah
meningkat (fase prediabetes) Global berjumlah sekitar 541 juta, penderita
Diabetes Mellitus (DM) Global yang tidak terdiagnosis yaitu sekitar 45%
terutama penyandang diabetes mellitus tipe 2 dan konsekuensi angka
kematian Global yang tinggi terkait diabetes diperkirakan ≥6,7 juta pada
kelompok orang dewasa berusia antara 20-79 tahun. Di Indonesia jumlah
penderita diabetes mencapai 41,8 ribu orang pada tahun 2022 berdasarkan
kelompok usia dibawah 20 tahun sekitar 13,311 orang, usia 20-59 tahun
sekitar 26.781 orang dan usia 60 tahun ke atas 1.721 orang (Laporan IDF,
2022). Menurut Kementrian Kesehatan (2018), penderita diabetes tipe 1 >
sedikit dibanding diabetes tipe 2 dengan prevalensi sekitar 10% dan sejumlah
kajian memperkirakan prevalensi sekitar 6-16% perempuan hamil akan
menderita diabetes gestational. Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-
6 dari 10 provinsi Indonesia untuk prevalensi diabetes tertinggi sebesar 2,1%
yang lebih tinggi dari rata-rata prevalensi DM nasional sebesar 1,5% dengan
2,38% prevelensi kerutinan memeriksakan kadar gula darah pada semua umur
(Riskesdes, 2018). Kabupaten Sidoarjo sendiri berkontribusi sebanyak 7,8%
dari jumlah diabetes mellitus di Jawa Timur (Dinkes ProvJatim, 2020).
Diabetes mellitus memiliki tanda dan gejala yang khas yaitu polyuria
(banyak kencing), polydipsia (sering haus), polyphagia (sering merasa lapar).
Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi Diabetes Mellitus tipe I Insulin-
Dependen Mellitus (IDDM), tipe II Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) dan Diabetes melitus gestasional (GDM). Dalam kasus diabetes
tipe 1, tubuh tidak bisa memproduksi insulin sama sekali dan tubuh
memperlukan pasokan insulin dari luar. Hal ini disebabkan karena sel-sel beta
telah mengalami kerusakan sehingga pancreas berhenti memproduksi insulin.
Berbeda dengan diabetes tipe 2, di mana tubuh masih bisa menghasilkan
insulin tapi jumlahnya sedikit dan tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan
Diabetes mellitus gestasional diduga disebabkan oleh resistensi insulin akibat
hormon-hormon seperti prolactin, progesterone, estradiol dan hormone
plasenta (Evi et al, 2014). Penyebab resistensi insulin yaitu obesitas/kelebihan
berat badan, glukortikoid berlebih (sindrom cushing atau terapi steroid),
hormon pertumbuhan berlebih (akromegali), kehamilan, diabetes gestasional,
penyakit ovarium polikistik, lipodistrofi (didapat atau genetik, terkait dengan
akumulasi lipid di hati), autoantibodi pada reseptor insulin, mutasi reseptor
insulin, mutasi reseptor aktivator proliferator peroksisom (PPAR γ), mutasi
yang menyebabkan obesitas genetik (misalnya: mutasi reseptor melanokortin),
dan hemochromatosis (penyakit keturunan yang menyebabkan akumulasi besi
jaringan) (Ozougwu et al., 2013). Resistensi Insulin mengakibatkan kegagalan
fosforilasi kompleks Insulin Reseptor Substrat (IRT), penurunan translokasi
glucose transporter-4 (GLUT-4) dan penurunan oksidasi glukosa sehingga
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan terjadi kondisi Hiperglikemia yang
mengakibatkan Diabetes Mellitus. Kadar glukosa yang tinggi karena resistensi
Insulin dapat menganggu proses penyembuhan luka (Sulistyoningrum, 2010).
Sebagian penderita resistensi insulin dapat mengalami kondisi yang disebut
akantosis nigrikans dengan ciri-ciri bercak hitam pada leher, ketiak atau
pangkal paha maupun lipatan tubuh lain (Sienny, 2021).
2.1.2 Klasifikasi
2.1.2.1 Diabetes Tipe 1 IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus),
Disebabkan destruktur sel beta autoimun yang memicu
terjadinya defisiensi insulin absolut (Insana Maria, 2021).
.
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Diabetes Tipe 1 (IDDM=Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Pada diabetes tipe ini sel-sel penghasil insulin pada pancreas
mengalami kerusakan dan tubuh sama sekali tidak bisa memproduksi
insulin sehingga tubuh memperlukan pasokan insulin dari luar. Hal ini
disebabkan sel-sel beta telah mengalami kerusakan sehingga pancreas
berhenti memproduksi insulin. Penyebab diabetes ini diantaranya :
1) Genetik, Jika salah satu atau kedua orang tua dari seorang anak
menderita Diabetes, maka anak tersebut beresiko terkena Diabetes.
3) Virus dan zat kimia, yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel
atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin
banyak pulau yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang
menderita Diabetes.
2.1.3.2 Diabetes Tipe 2 (NIDDM=No Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes tipe ini biasanya merupakan penyakit keturunan dan
sel-sel penghasil insulin pada pancreas tidak mengalami kerusakan.
di mana tubuh masih bisa menghasilkan insulin tapi jumlahnya
sedikit dan tidak berfungsi dengan baik. Faktor Penyebab diabetes
ini diataranya :
1) Faktor genetik
Jika orang tua atau saudara kandung memiliki penyakit,
dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Presentase kemungkinan
tersebut sebagai berikut (Widharto, 2007) :
(1) Jika kedua orang tuanya (ayah dan ibu) merupakan penderita
diabetes mellitus kemungkinan anaknya akan menderita
penyakit yang sama sebesar 83%.
(2) Jika salah satu orang tuanya (ayah atau ibu) merupakan
penderita diabetes mellitus kemungkinan anaknya juga
menderita penyakit yang sama sebesar 53%.
(3) Apabila kedua orang tuanya normal (bukan penderita diabetes
mellitus) kemungkinan anaknya menderita diabetes mellitus
sebesar 15%.
(4) Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4
kg dianggap sebagai prediabetes.
2) Riwayat keluarga
Diabetes melitus Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab
DM orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita DM
mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut
(Ehsa, 2010).
3) Ras atau etnis
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit
hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).
2.1.5.2 Secara garis besar gejala-gejala yang biasa nampak pada penderita
diabetes mellitus sebagai berikut :
1) Adanya perasaan haus secara terus menerus
2) Sering buang air kecil (kencing) dalam jumlah yang banyak
3) Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
4) Timbul adanya gatal-gatal dan peradangan kulit yang menahun
2.1.5.3 Sementara itu, penderita diabetes mellitus yang sudah parah akan
timbul gejala- gejala sebagai berikut :
1) Terjadinya penurunan berat badan
2) Timbul rasa kesemutan (mati rasa), rasa sakit pada tangan atau kaki
3) Timbulnya luka pada kaki yang tak kunjung sembuh
4) Sering hilang kesadaran (pingsan/koma)
2.1.6 Patofisiologi
2.1.6.1 Patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 1
Manifestasi Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi akibat
kekurangan insulin untuk menghantarkan glukosa menembus
membran sel ke dalam sel tubuh. Molekul glukosa menumpuk dalam
peredaran darah yang mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia
menyebabkan hiperosmolaritas serum yang menarik air dari ruang
intraseluler ke dalam sirkulasi umum. Peningkatan volume darah
meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemia bertindak
sebagai doutetik osmosis. Diuretik osmosis yang dihasilkan
meningkatkan keluaran urine (poliuria). Ketika kadar glukosa darah
melebihi ambang batas glukosa biasanya sekitar 180 mg/dl glukosa
diekspresikan ke dalam urine (glukosuria). Penurunan volume
intraseluler dan peningkatan keluaran urine menyebabkan dehidrasi,
Mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan, yang
menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak
(polidipsia) (LeMone, Priscilla, 2016).
2.1.7 Komplikasi
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi Insulin atau
reaksi hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM Tipe 1 dan juga
dijumpai di dalam klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan
insulin atau obat oral. Kadar glukosa darah yang tepat pada klien
mempunyai gejala hipoglikemia bervariasi, tapi gejala itu tidak
terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-60 mg/dl.
2) Tes Keton
Keton merupakan senyawa kimia yang dihasilkan tubuh
apabila tubuh melakukan pemecahan lemak. Hal inilah yang
menyebabkan penderita diabetes semakin kurus meskipun nafsu
makannya baik. Senyawa keton yang ditemukan pada urine
menunjukkan bahwa yang bersangkutan memiliki kadar glukosa
darah yang sangat tiggi atau sangat rendah (Widharto, 2007).
3) Tes Glikoprotein
Pada umumnya protein dalam tubuh menpunyai glukosa
yang terikat padanya. Semakin tinggi kadar glikoprotein semakin
tinggi pula kadar glukosanya. Akan tetapi tes ini cenderung lebih
rumit sehingga membutuhkan tenaga ahli (Widharto, 2007).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
2.2.1 Pengkajian
Pada tahap ini bisa diartikan sebagai tahap awal dari proses asuhan
keperawatan secara sistematis yang dilakukan untuk memperoleh data
yang berasal dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dapat dilakukan
dengan melibatkan pengumpulan informasi secara subyektif (didapatkan
dari pasien atau keluarga) dan secara obyektif (hasil pengamatan petugas
medis). Pengkajian yang lengkap, sistematis sesuai dengan fakta atau
kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan respon individu (Pangaribuan, 2021).
2) Riwayat kesehatan
(1) Keluhan utama
Klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama
gatal-gatal pada kulit disertai bisul yang tidak kunjung
sembuh, kesemutan, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu pasien banyak mengeluh sering buang air kecil
(Poliuria), sering lapar (Polifagia), sering haus (Polidipsi),
anoreksia (), mual/muntah, berat badan menururn, diare
kadang-kadang disertai keluhan nyeri perut, kram otot, sakit
kepala sampai penurunan kesadaran.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang dengan keluhan yang dominan seperti
sering buang air kecil (Poliuria), sering lapar (Polifagia) dan
sering haus (Polidipsi). Sebelum pasien kelebihan berat
badan, biasanya pasien belum menyadari kalau termasuk
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Pasien baru menyadari
sesudah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
3) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum
Biasanya yang sering muncul adalah kelemahan fisik
dari klien ditandai dengan luka yang tidak sembuh-sembuh
dan klien mengatakan nyeri pada kakinya yang terdapat luka
khas diabetes mellitus (ganggren).
.
(5) B4 Perkemihan (Bladder)
(8) B7 penginderaan
((1) Rambut dan leher : Kulit kepala normal, Rambut
biasanya lebat, tipis (banyak yang rontok karena
kekurangan nutrisi dan sirkulasi buruk).
2) O : Data obyektif
Perkembangan yang dapat dilihat dan juga dapat diukur oleh
petugas kesehatan Pangaribuan, 2020).
3) A : Assasment
Dari kedua jenis data tersebut, apakah ada perkembangan
dengan baik atau malah ada kemunduran Pangaribuan, 2020).
4) P : Perencanaan Rencana
Dalam melakukan penanganan pasien yang didasari dengan
hasil analisis diatas yang memiliki isi untuk melanjutkan
perencanaan apabila masalah belum teratasi (Pangaribuan, 2020)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
Memperlukan Perawatan
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan 5.
Evaluasi Keperawatan
6. Dokumentasi Keperawatan