Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN TERAPI RELAKSASI SENAM KAKI PADA LANSIA

DENGAN MASALAH GANGGUAN SENSITIVITAS KAKI PENDERITA


DIABETES MELITUS

KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS

BOSAMA BANGGARA AQUBACH


NIM P032114401092

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2024
PENERAPAN TERAPI RELAKSASI SENAM KAKI PADA LANSIA
DENGAN MASALAH GANGGUAN SENSITIVITAS KAKI PENDERITA
DIBETES MELITUS

Karya tulis ilmiah studi kasus ini disusun sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi DIII
Keperawatan Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pekanbaru

BOSAMA BANGGARA AQUBACH


NIM. P032114401092

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun atau
lebih, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, tetapi adalah tahapan lanjut dari proses
kelanjutan kehidupan yang pada umumnya ditandai dengan terjadinya penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi pada stress lingkungan dan juga penurunan
fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial maupun ekonomi seseorang (Muhith &
Siyoto, 2016)
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai
dengan kadar gula yang tinggi yang berhubungan dengan abnormal metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan insulin secara
efektif, insulin merupakan hormon penting yang diproduksi di pankreas. Menurut
(international Diabetes Federation (IDF, 2017) bahwa diabetes melitus (DM)
merupakan penyakit yang lebih serius. Lebih dari setengah beban penyakit adalah
diabetes melitus (DM) yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat (Han
Adam Renaldi et al., 2022)
Menurut World Healt Organization (WHO) (2015) angka kejadian diabetes
melitus (DM) yang terjadi di dunia pada tahun 2015 yaitu terjadi sebanyak 415 juta
jiwa dan diperkirakan akan meningkat sebanyak 642 jiwa di tahun 2040.
Berdasarkan data yang didapatkan setiap tahun angka kejadian diabetes melitus
(DM) mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 gula darah tinggi bertanggung jawab
atas kematian 3,7 juta jiwa di dunia, dari angka ini, 1,5 juta kematian yang
disebabkan oleh diabetes melitus. Pada tahun 2019, organisasi International
Diabetes Federation (IDF) telah memperkirakan jumlah penyandang diabetes
sedikitnya yang berjumlah 463 juta orang pada usia 20-79 tahun. Seiring
bertambahnya usia penduduk, prevalensi diabetes diperkirakan akan meningakat
menjadi 111,2 juta orang pada usia 65-79 tahun. Angka ini juga akan terus
meningkat menjadi 578 juta orang di tahun 2030, dan jumlahnya akan melonjak
menjadi 700 juta di tahun 2045 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Berdasarkan dari regionalnya, Asia Tenggara menduduki peringkat ke-3
dengan prevalensi diabetes melitus (DM) sebesar 11,3%,berdasrakan proyeksi
International Diabetes Federation (IDF), satu-satunya negara di wilayah Asia
Tenggara yang masuk ke dalam 10 daftar jumlah tertinggi penyandang diabetes pada
tahun 2019 adalah Indonesia, yakni di urutan ke 7 dengan jumlah yang mencapai
10,7 juta. Hal ini berarti jika Indonesia juga memiliki kontribusi yang besar terhadap
kasus diabetes melitus pada Asia Tenggara (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).
Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosa hingga 1,5% pada tahun
2013 terus naik hingga 2% pada tahun 2018 sementara dari periksa darah didapatkan
tingkat diabetes melitus menjadi sebesar 10,9% di Riau, prevalensi diabetes melitus
naik 1,0% pada tahun 2013 mencapai 1,9% pada tahun 2018. Sementara out, diantara
10 penyakit terbanyak di Pekanbaru diabetes melitus mengalami peningkatan pada
tahun 2019 hingga menjadi peringkat ke 3 setelah hipertensi (Datin Suhailah, 2022)
Pada tahap awal diabetes melitus tipe 2 biasanya tidak menunjukkan gejala
awal diabetes. Gejala umum pada penderita diabetes adalah sebagai berikut (1).
Sering merasa haus karena air dan elektrolit didalam tubuh berkurang (polidipsia),
(2). Meningkatnya atau sering merasa lapar karena karena kadar glukosa dalam
jaringan berkurang (polifagia), (3). Kondisi urin yang mengandung glukosa biasanya
terjadi ketika kadar glukosa darah 180 mg/dl (glikosuria), (4). Meningkatnya
osmolaritas filtrat glomelurus dan reabosorpsi air dihambat dalam tubulus ginjal
sehingga volume urin jadi meningkat (poliuria). (5). Dehidrasi karena meningkatnya
kadar glukosa sehingga menyebabkan cairan ekstraseluler hipertonik dan air dari
dalam sel jadi keluar, (6). Kelelahan karena gangguan pemanfaatan CHO yang
mengakibatkan kelelahan dan hilangnya cairan tubuh walaupun asupan makanan
sudah normal atau meningkat, (7). Kehilangan berat badan yang disebabkan oleh
kehilangan cairan pada tubuh dan penggunaan jaringan otot dan lemak yang akan di
ubah menjadi energi, (8). Adapun gejala lain berupa daya penglihatan berkurang,
kram, konstipasi dan penyakit infeksi candidiasis. (Mane et a. 2012, Baynest. 2015,
Kharroubi dan Darwish. 2015). pada beberapa kasus penderita diabetes tidak
memiliki gejala, sehingga bisa memperburuk kondisi sang penderita diabetes dan
diperkirakan 30%-80% penderita diabetes tidak terdiagnosis, dan penderita diabetes
yang tidak diobati dengan tepat dapat menyebabkan pingsan, koma, hingga kematian
(Kharroubi dan Darwish 2015)
Tujuan dari pengobatan diabetes adalah untuk mengendalikan glukosa darah
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang menyebabkan kematian.
Pengobatan diabetes dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai berikut : (1). Penggunaan
obat (2). Penggunaan non obat (Harikumar et al. 2015).
Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang disebabkan karena kekurangan
produksi insulin akibat rusaknya sel B (BETA), sel B adalah sel yang berfungsi
untuk memproduksi insulin, sehingga diobati insulin dari luar tubuh seumur hidup
(Sorli 2014, Janez et al 2020). Pada umumnya obat untuk diabetes melitus tipe 2
diberikan secara oral, metformin dan sulfonilurea merupakan antidiabetes yang
sudah digunakan sejak 1950. Pilihan utama untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2
adalah metformin, metformin menjadi pilihan utama dikarenakan efektif dengan 2
mekanisme kerja, yaitu mengurangi sekresi glukosa hepatik serta meningkatkan
penyerapan glukosa, aman untuk penderita diabetes melitus tanpa gangguan hati dan
ginjal, serta harganya juga terjangkau murah, pemilihan obat diabetes melitus
berdasarkan pada jenis diabetes, usia, situasi dan faktor yang lainnya (Olokoba et al
2012, Chatterjee dan Davies 2015, Gupta et al 2015, Harikumar et al 2015, Marin
Penalver et al 2016)
………………..Senam kaki diberikan kepada penderita diabetes melitus (DM)
tipe 1 atau tipe 2 ataupun tipe yang lainnya dan sangat dianjurkan sebagai bentuk
langkah untuk pencegahan dini sejak penderita pertama kali dinyatakan menderita
diabetes melitus, senam kaki merupakan contoh olahraga atau aktivitas yang ringan
dan mudah karena bisa dilakukan di dalam ataupun ataupun diluar ruangan dengan
hanya menggunakan kursi dan koran serta tidak membutuhkan waktu yang lama,
hanya sekitar 20-30 menit saja yang berguna untuk menghindari terjaadinya luka
atau ulkus diabetikum dan membantu untuk melancarkan peredaran darah pada
bagian kaki (Sumosardjuno, 2012)
Beberapa komplikasi penyakit akibat dari diabetes melitus (DM) diantaranya adalah
penyakit kardiovaskular, gangguan ginjal, peradangan, serta obesitas, studi
epidemiologis menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, dan latar belakang etnis
merupakan faktor yang penting dalam resiko perkembangan komplikasi DM.
Penderita DM memiliki resiko komplikasi yang menyebabkan hingga terjadinya
kematian (Olokoba et al, 2012).
…………………
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian karya tulis ilmiah adalah bagaimanakah
gambaran “PENERAPAN TERAPI RELAKSASI SENAM KAKI PADA
LANSIA DENGAN MASALAH GANGGUAN SESITIFITAS KAKI
PENDERITA DIABETES MELITUS”

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penerapan terapi relaksasi senam kaki
pada lansia dengan masalah gangguan sensitifitas kaki penderita diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas X

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mendeskripsikan tanda dan gejala sebelum dilakukan
penerapan senam kaki diabetes untuk memperlancar sirkulasi darah di
kaki pada lansia penderita DM di wilayah kerja Puskesmas X
2. Untuk mendiskripsikan pengaruh penerapan senam kaki diabetes agar
memperlancar sirkulasi darah di kaki untuk mencegah resiko terjadinya
ulkus diabetikum pada lansia penderita DM di wilayah kerja Puskesmas
x
3. Untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi setelah rutin
melakukan penerapan senam kaki diabetes agar memperlancar sirkulasi
darah di kaki pada lansia penderita DM di wilayah kerja Puskesmas X

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi masyarakat
1) Masyarakat
Agar meningkatkan wawasan masyarakat tentang bagaimana cara
penerapan senam kaki diabetes untuk memperlancar sirkulasi darah di
kaki untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum
2) Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Sebagai salah satu sumber informasi untuk pelaksanaan penelitian di
bidang keperawatan dalam memberikan penerapan senam kaki
diabetes untuk memperlancar sirkulasi darah di kaki untuk mencegah
terjadinya ulkus diabetikum
3) Bagi penulis
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
mengaplikasikan senam kaki diabtes untuk memperlancar sirkulasi
darah di kaki untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum

Anda mungkin juga menyukai