Oleh :
NI KETUT KRISTINAWATI DEWI
NIM. 233221443
Oleh :
NI KETUT KRISTINAWATI DEWI
NIM. 233221443
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup
munculnya permasalahan pada kaki yaitu neuropati. Gejala neuropati yang sering
muncul yaitu penurunan sensitivitas kaki seperti rasa kesemutan, terbakar, nyeri,
Mellitus (umur 20 hingga 79 tahun ) mencapai 19,5 juta orang pada tahun 2021.
Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada tahun
(IDF, 2021)
2045 . Menurut Riskesdas Provinsi Bali 2018, prevelensi diabetes
Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, selain itu angka kematian 1 tahun
nyeri, suhu, sentuhan getaran. Gejala ini akan lebih dirasakan pasien terutama
pada malam hari (Kohnle, 2008). Dampak dari kehilangan sensasi proteksi pada
kaki meliputi: stress yang berulang, injuri yang tidak diketahui, deformitas
injuri pada daerah perifer khususnya kaki. Akibat yang paling sering terjadi
adalah terjadinya ulkus gangrene pada kaki akibat trauma karena proses neuropati
perifer. Jika kondisi ini terjadi maka pasien DM akan mengalami perawatan luka
dalam jangka waktu yang lama dan dengan biaya yang relatif menambah beban
sedini mungkin pada pada pasien DM dapat mencegah komplikasi diabetic foot
dan amputasi (Maryunani, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Freedy Khalid (2022) yang berjudul “Analisis Terjadinya Luka Diabetik
Pada Penderita Diabetes Melitus” Bahwa obesitas, diet, umur dan aktivitas
edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi, pemeriksaan kadar gula
darah. Aktivitas fisik merupakan salah satu tindakan yang bisa dilakukan pasien
fisik tersebut adalah berjalan kaki, aerobic, berenang, bersepeda, senam kaki
masyarakat yang menderita DM melakukan aktifitas fisik senam kaki diabetik dan
perawatan kaki secara rutin untuk mencegah Diabetic Foot Ulcer (DFU). Tujuan
dari senam kaki diabetes sendiri antar lain dapat memperbaiki sirkulasi darah
kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi
melakukan senam kaki diabetes memberikan dampak yang baik bagi tubuh, salah
satunya dapat menurunkan kadar gula dalam darah, didukung dengan diet yang
yang besar karena menggunakan alat yang sederhana dan mudah didapat, seperti
kursi dan kertas koran. Senam kaki dapat dilakukan kapan saja baik di dalam
ruangan atau di luar ruangan serta tidak memerlukan waktu yang lama, hanya
sekitar 20-30 menit yang berguna untuk menghindari terjadinya luka dan
Fitroh, 2019).
“Hubungan Ankle Brachial Index (ABI) dengan sensitivitas kaki pada penderita
diabetes Tipe II”, menunjukkan ada hubungan ABI dengan sensitivitas kaki pada
penderita diabetes mellitus tipe II. Penurunan nilai ABI akan diikuti dengan
penurunan sensitivitas kaki, jika hal ini tidak dicegah akan berisiko menimbulkan
, nyeri seperti tertusuk dan terasa kebas pada kaki. Pasien mengatakan sudah
mengontrol pola makan dan teratur dalam mengonsumsi obat antidiabetes dan
meningkatkan sirkulasi darah pada kaki dan sensitivitas kaki pada pasien DM
2. Bagi Masyarakat
tentang pengaruh senam kaki diabetik terhadap sensitivitas kaki pada pasien
DM Tipe 2.
Adapun penelitian yang sama terkait yang pernah dilakukan dan sejenis
penelitian ini adalah Seluruh penderita DM yang dirawat di RSU IPI Medan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dan metode pengambilan sampel Non
lokasi penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain two group
pre test – post test design, teknik pengambilan sampel secara purposive
Penderita Diabetes Tipe II (Dwi Arianta, 2020). STIKES Wira Medika Bali.
Desain penelitian ini adalah non eksperimental analitik korelasi Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe II dengan jumlah
hubungan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square (tingkat kepercayaan
95% p ≤ 0.05). Hasil uji Chi square di dapatkan p=0,000 menunjukan bahwa
ada hubungan ABI dengan sensitivitas kaki pada penderita diabetes mellitus
tipe II. Penurunan nilai ABI akan diikuti dengan penurunan sensitivitas kaki,
jika hal ini tidak dicegah akan berisiko menimbulkan kaki diabetik pada
penderita diabetes melitus tipe II. Persamaannya adalah pada responden yang
quasi eksperiment
3. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Ankle Brachial Index (ABI) (Wardani et al,
senam kaki. Perbedaaan penelitian ini antara lain terletak pada desain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam darah , kadar glukosa dalam darah diatur oleh insulin, yaitu hormon yang di
produksi oleh pankreas, berfungsi mengontrol kadar glukosa dalam darah dengan
melitus sel-sel dalam tubuh berhenti berespon terhadap insulin atau penkreas
dalam waktu tertentu dapat menyebabkan komplikasi metabolik akut, selain itu
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan organ terutama mata, ginjal,
(ADA, 2008).
saraf dan pembuluh darah .
yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Penyebab
Diabetes melitus tipe I adalah diabetes yang disebabkan kenaikan kadar gula
darah karena kerusakan sel beta pankreas sehingga produksi insulin tidak ada
sama sekali. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk
mencerna gula dalam darah. Penderita diabetes tipe ini membutuhkan asupan
(Infodatin, 2020)
insulin dari luar tubuhnya . Penyakit ini diderita oleh 5-10
diabetes tipe 1 belum ada dan diperkirakan hanya diderita sekitar 2-3%
seluruh pengidap diabetes yang ada-mungkin karena sebagian tidak
kerja insulin (retensi insulin ) pada organ target terutama hati dan otot.
insulin awalnya belum menyebabkan diabetes secara klinis, sel beta pankreas
yang menurun akibatnya kadar glukosa daarh semakin meningkat dan akan
Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling sering di jumpai, bahkan 90-
95% penderita diabetes adalah tipe 2 Penyakit ini biasanya timbul pada
orang-orang yang berusia di atas 40 tahun, namun bisa pula timbul pada anak-
(Tandra, 2020)
anak atau remaja .
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada wanita hamil
(Tandra, 2020)
yang me nyebabkan resistensi insulin .
Diabetes lain yang tidak termasuk kelompok di atas adalah diabetes yang
terutama yaitu:
a. Resistensi insulin
Resistensi insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang lebih tinggi dari
tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot , lemak dan hati akibatnya
banyak ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat untuk
digunakan dalam mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar
Disfungsi sel beta pankreas terjadi akibat dari kombinasi faktor genetik dan
c. Faktor lingkungan
aktivitas fisik.
d. Hipertensi
f. Usia
Faktor usia yang berisiko menderita diabetes adalah usia diatas 30 tahun, hal
itu terjadi karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Setelah
sesorang mencapai usia 30 tahun maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg %
(Sudoyo et al., 2006)
tiap tahun .
g. Kadar kolesterol
Pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari suatu lemak
tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga kemampuan hati untuk
mengikat dan mengstraksi insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini
asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan glukosa oleh sel otot.
h. Stres
Reaksi pertama dari sistem stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf
euglikemia (kadar glukosa darah normal). Biasanya gula darah akan kembali
normal setelah melahirkan, namun resiko ibu untuk menderita diabetes tipe 2
(Smeltzer et al., 2008)
cukup besar .
kadar glukosa darah yang normal atau toleransi glukosa setelah makan
karbohidrat.
Apabila kadar gula darah melebihi nilai abang ginjal,maka gulaa kan keluar
bersama urine. Jika kadarnya lebih tingi , makag injal akan membuang air
ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang belebihan, maka penderita
Karena banyaknya urine yang keluar, maka tubuh akan kekurangan cairan
a. Seseorang dikatakan mengalami diabetes melitus jika kadar gula darah saat
puasa >120 mg/dl atau memiliki kadar gula darah 200 mg/dl ( 2 jam setelah
ketika puasa 100-125 mg/dl atau memiliki kadar glukosa darah 140-199
gula darah ketika puasa <110 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah
mendadak. Yang temasuk ke dalam jenis komplikasi akut adalah infeksi yang
Pada keadaan diabetes yaitu saat kadar gula darah lebih tinggi dari 200
karen itu kuman yang masuk kedalam tubuh menjadi lebih sukar untuk
2) Koma hiperglikemik
3) Hipoglikemia
4) Ketoasidosis diabetetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa
dalam darah sednag kadar insulin dlam tubuh sangat menurun sehingga
kelainan pada pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil dan halus serta
susunan saraf .
dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil pada retina mata.
b) Katarak
sinar ke retina. Pada penderita diabetes katarak bisa terjadi pada usia
muda
c) Glaukoma
saraf perifer .kerusakan saraf bisa terjadi pada lengan , tungkai , paha,
tangan atau kaki juga sistem organ tubuh lainnya yang berada diluar
yaitu berupa ulkus kaki diabetik. Masalah kaki merupakan masalah yang
sering terjadi pada pederita diabetes melitus menjadi semakin berat bila
fisura kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut sensorik, motorik dan
a. Tingkat 0
Tidak terdapat lsi terbuka, mungkin hanya deformitas atau selulitis
b. Tingkat 1
c. Tingkat 2
Ulkus meluas mengenai ligamen, tendon, kapsul sendi ata otot dlalam
d. Tingkat 3
e. Tingkat 4
f. Tingkat 5
diabetik yaitu terapi nutrisi (diet) , latihan fisik, pemantauan kadar glukosa
(Smeltzer et al., 2008)
darah, terapi farmakologi dan pendidikan .
a. Manajemen diet
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah . olah raga atau
olah raga atau latihan fisik yang bisa dilakukan adalah senam kaki
(Damayanti, 2019)
diabetes .
d. Terapi farmakologi
terapi insulin. Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah
normal atau mendekati normal, sehingga kadar glukosa dalam darah bisa
e. Pendidikan kesehatan
b) Penyakit serebrovaskular
melitus
Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan fisik yang dilakukan
dengan cara menggerakkan otot dan sendi kaki. Senam kaki diabetik dilakukan
terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha serta
mengatasi keterbatasan gerak sendi. Sensivitas sel otot yang berkontraksi terhadap
insulin akan meningkat sehingga glukosa darah yang kadarnya tinggi dipembuluh
darah dapat digunakan oleh sel otot sebagai sumber energi. Penurunan kadar
glukosa darah juga akan mengurangi timbunan glukosa , sorbitol dan fruktosa
pada sel saraf. Hal ini akan meningkatkan sirkulasi dan fungsi sel saraf atau
bagian kaki, mengontrol glukosa darah, memperkuat otot kaki dan mencegah
menyebabkan peningkatan glukosa darah oleh otot yang aktif sehingga latihan
menurunkan stress.
a. Mengontrol kadar gula darah , melakukan senam kaki secara teratur dapat
diabetik secara teratur dapat menurunkan kadar kolesterol LDL yang dapat
di ujung ujung jari kaki atau persendian lainnya. Dengan senam kaki diabteik
sehingga pada otot yang tadinya tidak aktif menjadi aktif karena terjadinya
peningkatan kebutuhan glukosa. Pada latihan senam kaki akan terjadi peningkatan
aliran darah ,menyebabkan lebih banyak tersedia resptor insulin dan reseptor
menjadi lebih aktif sehingga terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot
a. Sakit
b. Sesak nafas
c. Cedera berat
d. Pusing
f. Mata kabur
PERKENI tahun 2021. Langkah senam kaki yang dimaksud, sebagai berikut
(PERKENI, 2021)
:
Gambar 2.1
Senam Kaki Gerakan 1
2. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas
Gambar 2.2
Senam Kaki Gerakan 2
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. Gerakan ini bermanfaat untuk
Gambar 2.3
Senam Kaki Gerakan 3
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
Gambar 2.4
Senam Kaki Gerakan 4
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan
Gerakan ini bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
Gambar 2.6
Senam Kaki Gerakan 6
7. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali ke lantai. Gerakan
ini bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot betis dan paha dan
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah no 7, namun gunakan kedua
kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali. Gerakan ini bermanfaat untuk
meningkatkan kekuatan otot betis dan paha dan mencegah kelainan bentuk kaki
Gambar 2.8
Senam Kaki Gerakan 8
meningkatkan kekuatan otot betis dan paha dan mencegah kelainan bentuk kaki
Gambar 2.9
Senam Kaki Gerakan 9
10. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki ,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
sendi
Gambar 2.10
Senam Kaki Gerakan 10
11. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja. Gerakan
gerak sendi
Gambar 2.11
Senam Kaki Gerakan 11
Gambar 2.12
Senam Kaki Gerakan 12
kaki.
Gambar 2.13
Senam Kaki Gerakan 13
Gambar 2.15
Senam Kaki Gerakan 15
diberikan (sebagai kontra indikasi). Kontra indikasi yang dimaksud, adalah (Potter
tulang.
2.1.3 Tinjauan Umum Sensitivitas Kaki
sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah (Rusandi dkk, 2015). Sedangkan menurut Rohana, 2014,
sehingga menurunkan kadar gula dan kadar lemak darah. Ditambahkan Echeverry
2007 dalam Damilis 2013, bahwa salah satu komplikasi Diabetes Melitus adalah
sensitivitas di kaki.
tingginya insulin dalam tubuh sehingga sirkulasi darah pada kaki terganggu dan
lain :
1. Usia
3. Diit makanan
4. Stress
5. Aktivitas fisik
6. Obesitas
Karena kadar glukosa di dalam darah demikian tingginya, keadaan ini akan
Rusaknya urat saraf ini akan berakibat luas. Kelainan urat saraf akibat penyakit
Diabetes Mellitus ini disebut neuropati diabetik. Salah satu keadaan neuropati
diabaetik yang sangat mengganggu diabetesi adalah neuropati diabetik tipe nyeri/
painful diabetic neuropathy(PDN). PDN dapat ini merupakan kurang lebih 10%
dari Neuropati Diabetik. Diabetisi dengan PDN akan merasa nyeri sekali terutama
2010).
(2010)adalah :
1. Kesemutan.
3. Nila rasa tebal terjadi di telapak kaki, penderita merasa seperti berjalan di atas
4. Kram.
diabetik, jalan penderita akan pincang dan otot-otot kakinya mengecil yang
disebut atrofi.
Semua kelainan saraf akibat diabetes mellitus dapat diatasi bila keadaan
belum terlambat. Karena penderita sering lengah, biasanya kelainan urat saraf,
2010).
2.1.3.3 Patofisiologi
diubah menjadi sorbitol, yang kemudian diubah oleh sorbitol menjadi fruktosa.
Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf merusak sel saraf yang
radikal bebas dan menurunkan produksi Nitric oxide (NO). Hiperglikemi kronis,
schwann (Smeltzer & Bare, 2013). Sel Schwann merupakan serat saraf yang
menjadi komponen utama dari saraf perifer. Sel schwann sangat terpengaruh oleh
British Columbia Provincial Nursing Skin and Wound Cmmiteepada tahun 2011,
yaitu :
Sumber : (Purwanto,2014)
Gambar 2.16
Monofilament 10g
monofilamennya.
pada sternum atau tangan dengan tujuan pasien dapat mengenal sensasi rasa
Gambar 2.17
Cara Melakukan Test Monofilament
7) Gunakan monofilament pada 10 titik lokasi di telapak kaki kiri atau kanan
yaitu pada Plantar jari 1 , plantar jari 3, plantar jari 5, metatarsal head jari 1,
metatarsal head jari 3, metatarsal head jari 5, medial arches, lateral arches,
- Pemilihan titik lokasi yang acak akan mencegah pasien dari perkiraan area
selanjutnya.
- Jika terdapat ulkus, kalus, atau skar di kaki, gunakan mpnofilamen pada
- Jika pasien telah mengalami amputasi, test dilakukan pada titik lokasi yang
memungkinkan saja.
pemeriksaan.
- Negatif : tidak dapat merasakan tekanan atau tidak dapat menunjukan lokasi
→ : Berpengaruh
Gambar 2.19
Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap
Sensitivitas Kaki Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas 1 Denpasar Selatan
2.1 HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
ilmiah (rasional, empiris, dan sitematis) sehingga dapat menuntun peneliti untuk
memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu terutama untuk menjawab
(Sugiyono, 2014)
pertanyaan penelitian . Metode penelitian eksperimen dapat
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalm kondisi yang terkendali (Nursalam,
2020). Pada penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperiment yaitu pasien
Diabetes Melitus kelompok intervensi dan kelompok kotrol diobservasi
Desain rancangan yang dipergunakan dengan pendekatan two group pre test –
Tabel 3.1
Rancangan penelitian Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Sensitivitas Kaki
Pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas 1 Denpasar Selatan
Keterangan :
K : Kelompok Kontrol
I : Kelompok Intervensi
01 : Pengukuran sensitivitas kaki pada kelompok kontrol sebelum diberikan
senam kaki
02 : Pengukuran sensitivitas kaki pada kelompok intervensi sebelum
diberikan senam kaki
X : Pemberian terapi senam kaki diabetik
01’ : Pengukuran sensitivitas kaki pada kelompok kontrol tanpa pemberian
senam kaki
02’ : Pengukuran sensitivitas kaki pada kelompok intervensi setelah
diberikan senam kaki
3.2 Kerangka Kerja
Adapun kerangka kerja dalam penelitian ini :
Populasi
x Rata - rata pasien DM Tipe 2 yang memeriksakan diri ke Puskesmas 1
Denpasar Selatan dalam 3 bulan terakhir sebanyak 483 orang
Teknik Sampling
Non Probability dengan teknik Purposive Sampling
Sampel
Jumlah sampel sebanyak 44 pasien DM yang menjadi anggota Prolanis di
Puskesmas 1 Denpasar Selatan 22 kelompok kontrol dan 22 kelompok intervensi
Desain Peneltitian
Quasi Eksperiment (Two group pretest posttest design)
Analisis
Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro wilk (p > 0,05 dikatakan
berdistribusi normal). Jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji
Paired T-Test dan Independent T-Test, namun jika syarat uji normalitas
tidak terpenuhi maka uji bivariat yang digunakan adalah uji Wilcoxon sign
dan Mann-Whitney
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
(Sugiyono, 2016)
kemudian ditarik kesimpulannya . Populasi dalam penelitian ini
Denpasar Selatan dalam 3 bulan terakhir dari bulan Oktober 2023 sampai bulan
Desember 2023 yaitu sebanyak 483 orang
memenuhi syarat sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria inklusi
yaitu:
Informed Consent
Denpasar Selatan
Kriteria drop out adalah kriteria subjek yang dikeluarkan pada pertengahan
atau saat proses penelitian berlangsung (Budiman, 2011). Dalam penelitian ini
adalah
2021), jumlah sampel tergantung dari jenis penelitian yang dilakukan, untuk
10-20 sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini masing masing adalah 20 orang
menyatakan mengantisipasi adanya sampel drop out, maka jumlah sampel dapat
direvisi dengan asumsi jumlah sampel yang drop out (L) 10% dengan
menggunakan rumus :
n
n '=
(1−f )
40
n '= n '=44
(1−0 ,1)
Keterangan :
3.4.4 Sampling
digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama dari
sampling, jenis “purposive sampling” yaitu teknik penetapan sampel dengan cara
Menurut (Sugiyono, 2016) , variabel adalah suatu sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian
Tabel 3.1
Definisi Operasional Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Sensitivitas Kaki
Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas 1 Denpasar Selatan
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
2 Dependent: Sensasi yang dirasakan oleh Monofilament 10g Rasio Total skor
Sensitivitas pasien pada bagian kakinya saat 0-10.
Kaki dilakukan pemeriksaan
menggunakan monofilament 10g
(mata tertutup) pada 10 titik
pemriksaan pada masing masing
kaki kiri dan kanan, yaitu
Plantar jari 1 , plantar jari 3,
plantar jari 5, metatarsal head
jari 1, metatarsal head jari 3,
metatarsal head jari 5, medial
arches, lateral arches, tumit dan
dorsum kaki .
Data adalah hasil pencatatan dari penelitian, baik yang berupa fakta
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung
adalah didapatkan dari orang lain atau tidak diambil langsung dari sumbernya
seperti data jumlah pasien DM Tipe 2 yang didapatkan dari buku register.
3.6.2 Cara Pengumpulan Data
pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan data yang diperlukan dalam
(Nursalam, 2016)
suatu penelitian . Langkah-langkah pengumpulan data dalam
penelitian ini :
Medika Bali
1 Denpasar Selatan
3. Setelah mendapat surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar,
maksud dan tujuan penelitian serta mohon ijin untuk mencari sampel
duduk bersama untuk membahas tentang maksud dan tujuan peneliti, cara
2. Pada saat awal pengumpulan data peneliti utama dan enumerator memilih
kegiatan senam yang rutin dilakukan setiap hari Sabtu pagi di Puskesmas 1
Denpasar Selatan
darah dan membaginya dalam proporsi yang sama pada kelompok control dan
kelompok intervensi
5. Peneliti melakukan pre test dengan mengukur sensitivitas pada 10 titik di kaki
Selatan, maka peneliti akan membuat janji temu atau mengunjungi rumah
setempat.
10. Setelah data terkumpul sesuai dengan yang diingingkan peneliti selanjutnya
pasien. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan untuk menilai senam kaki
penelitian ini instrumen yang digunakan untuk menilai sensitivitas kaki adalah
pasien per hari dan viskoelastisnya dapat pulih kembali setelah diistirahatkan
maksimal 1 pasien per hari. Pada penelitian ini tidak dilakukan kalibrasi alat
Data hasil pengamatan diolah dengan beberapa tahapan menurut (Hidayat, 2014),
1. Editing
tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau
2. Coding
coding, yakni mengubah data kalimat menjadi data angka atau bilangan. Coding
atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).
1) Usia
45-54 tahun :1
55-65 tahun :2
66-74 tahun :3
2) Jenis kelamin
Laki –laki :1
Perempuan :2
3) Pendidikan
Tidak sekolah :1
SD :2
SMP :3
SMA/SMK :4
Diploma/Sarjana : 5
4) Pekerjaan
Tidak bekerja :1
Pedagang :2
Petani :3
Pegawai negeri : 4
Swasta :5
TNI/Polri :6
Lain-lain :7
3. Scoring
Menentukan skor atau nilai untuk setiap item pertanyaan dan menentukan
terendah dan tertinggi. Tahapan ini dilakukan setelah ditentukan kode jawaban
4. Tabulating
infersial. Tabulasi dapat dilakukan dengan bebrapa cara, yaitu secara manual dan
tabulasi menggunakan beberapa sofware atau program yang telah ada di komputer
maupun software yang dapat diunduh dan diinstal komputer ( Swarjana, 2016).
diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat distribusi data pada semua variabel.
Analisa univariat dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu senam
kaki diabetik sedangkan variabel dependen yaitu sensitivitas kaki. Data katagorik
disajikan dalam bentuk frekuensi presentase. Analisa berupa data umum dan data
khusus. Data umum meliputi jenis kelamin, penidikan, pekerjaan, usia, dan lama
menderita diabetes melitus. Sedangkan data khususnya, yaitu sensitivitas kaki pre
tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan menggunakan uji
untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes melitus terhadap sensitivitas kaki
pada pasien DM Tipe 2 menggunakan uji statistik Paired T-test jika datanya
berdistribusi normal, apabila nilai p < 0,05 maka ada pengaruh senam kaki DM
Tipe 2 terhadap sensitivitas kaki pada penderita Diabetes Melitus, sedangkan jika
nilai p signifikansi > 0,05 maka tidak ada pengaruh senam kaki diabetes melitus
terhadap sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2. Data atau variabel non kategorik
pada umumnya berisi variabel yang berskala rasio dan interval (M.Sopiyudin
Dahlan, 2008).Uji Paired t-test memiliki asumsi atau syarat yang harus dipenuhi
yaitu :
d. Homogenitas / sejenis
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji yang di lakukan
2) Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan permeabilitas data dari kedua sampel
berdistribusi normal dan varian homogen ,maka untuk menguji hipotesa penelitian
dilakukan uji Independent T-test menggunkan alat berupa software SPSS versi
16.00, dengan kriteria pengujian jika sigma < α = 0,05, maka H1 diterima. Jika
data tidak berdistribusi normal perbedaan sensitivitas kaki pre dan post pada
masing masing kelompok kontrol dan intervensi diuji menggunakan uji Wilxocon
sign. Pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki selanjutnya diuji dengan uji
Mann Whitney
3.8 Etika Penelitian
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut
(Nursalam, 2016)
, etika penelitian perlu diperhatikan meliputi:
tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela tanpa ada unsur
pemaksaan atau pengaruh orang lain. Kesediaan klien ini dibuktikan dengan
Tujuannya adalah agar subjek mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh subjek. Lembar
tersebut hanya diberi kode pada lembar alat ukur atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
4. Condifidentiality (kerahasiaan)
5. Justice (keadilan)
Dalam etika ini peneliti dituntut untuk melakukan adil terhadap setiap
setiap responden memiliki hak dan kesempatan yang sama. Dan jika
dengan baik.