Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No.

2, Desember 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SENAM KAKI DIABETIK


DENGAN AKTIVITAS SENAM KAKI DIABETIK UNTUK MENCEGAH ULKUS
DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LOA KULU
The Relationship Knowledge Level About Exercisers Feet Of Diabetes With The Activity Of
The Exercisers On The Foot Of Diabetes In Order To Prevent The Ulcer Disease In Patients
With Diabetes In The Territory Of The Clinic Loa Kulu
Siti Khoiroh Muflihatin1, Rahmat Indra Saputra2

ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkan oleh pankreas. Salah satu komplikasi dari penyakit diabetes adalah ulkus diabetik,
dimana ulkus kaki diabetik merupakan salah satu penyebab tersering dilakukannya tindakan
amputasi pada kaki. Olahraga adalah salah satu hal yang penting khususnya Senam kaki dapat
membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki sehingga bisa membantu mencegah terjadinya ulkus diabetik.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang senam kaki diabetik dengan
aktivitas senam kaki diabetik untuk mencegah ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Loa Kulu.
Metode : Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan conseccutive sampling. Dengan
jumlah 76 responden. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat yaitu karakteristik responden,
tingkat pengetahuan, dan aktivitas senam kaki diabetik, dan analisa bivariat menggunakan chi
square.
Hasil : Dengan sampel 76 orang penderita diabetes mellitus didapatkan hasil distribusi frekuensi
responden berdasarkan usia,≥45 tahun ada 62 orang (81,4%). Sebagian besar responden bekerja
sebagai wiraswasta/ pedagang sebanyak 47 orang (61,8%). Pendidikan terakhir paling banyak
lulusan SD dan SLTA dengan jumlah yang sama 27 orang (35,5%). Jenis kelamin perempuan ada 42
orang (55,3%). Berdasarkan pengetahuan kurang baik ada 55 orang (72,4%). Aktivitas senam kaki
diabetik yang baik ada 38 orang (50,0%). Hasil uji statistik chi square diperoles P Value tingkat
pengetahuan dengan aktivitas senam kaki diabetik 0,000, dengan nilai OR 18,000.
Kesimpulan: ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang senam kaki diabetik
dengan aktivitas senam kaki diabetik untuk mencegah ulkus diabetik pada penderita diabetes
mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Kulu.
Kata Kunci: tingkat pengetahuan, aktivitas senam kaki, senam ka

ABSTRACT
Background : Diabetes is a chronic disease that occurs when the pancreas does not produce enough
insulin or when the body can not effectively use the insulin produced by the pancreas. One of the
complications of diabetes is diabetic ulcers, diabetic foot ulcers which is one of the most common
cause of amputation. Sport is one particularly important in Gymnastics feet can help improve blood
circulation and strengthen the small muscles in the feet and prevent foot deformity, so that it can
help prevent diabetic ulcers.

1
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

Purpose : To know the relationship knowledge level about gymnastics feet of diabetes with the
activity of the gym on the foot of diabetes in order to prevent the ulcer disease in patients with
diabetes in the territory of the cllinic loa kulu.
Methods : The design of this research is descriptive correlational,Using cross sectional approach.
The process of taking sampling is used conseccutive sampling. samples were 76 respondents. The
univariate analysis was respondent characteristic, knowledge level, and gymnastics feet, and
bivariate analysis used chi square.
Result : the sample 76 samples, result of frequency distribution respondents age were ≥45 years
there’re 62 people (81,4%). Most respondents work as self-employed / traders 47 people (61,8%).
Education last at most elementary and high school graduates with the same number 27 people
(35,5%). Genderthe girls 42 people (55,5%). There were 55 people (72,4%). There’re 38 (50,0%)
Activities gymnastics diabetic foot is good t. The result of Chi Square is P Value Knowledge level
with gymnastics feet of diabetes 0,000, with OR 18,000.
Conclusion : There is significant relationship knowledge level about gymnastics feet of diabetes with
the activity of the gym on the foot of diabetes in order to prevent the ulcer disease in patients with
diabetes in the territory of the cllinic loa kulu.
Key Words : knowledge level, foot gymnastics activity, foot gymnastics

PENDAHULUAN satu negara dengan penderita diabetes yang


berumur 20-79 tahun terbanyak yaitu
Penyakit diabetes adalah penyakit kronis yang
menempati urutan ke 7 tujuh dunia dengan
terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan
jumlah penderita 8,5 juta jiwa (IDF, 2013).
cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang
Seiring dengan peningkatan jumlah penderita
dihasilkan oleh pankreas. Kadar gula darah
DM, maka komplikasi yang terjadi juga
yang meningkat merupakan efek umum dari
semangkin meningkat, satu diantaranya
diabetes tak terkontrol. Dimana pada tingkat
adalah ulserasi yang mengenai tungkai bawah,
tertentu bisa menyebabkan kerusakan serius
dengan atau tanpa infeksi dan menyebabkan
pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf
kerusakan jaringan di bawahnya yang
dan pembuluh darah (Sheila, 2014).
selanjutnya disebut dengan kaki diabetes
(KD). Manifestasi kaki diabetik dapat berupa
Menurut American Diabetes Association
dermopti, selulitas, ulkus, gangren, dan
(ADA) tahun 2010, Diabetes Mellitus (DM).
osteomyelitis. Kaki diabetik merupakan
Merupakan satu kelompok penyakit metabolik
masalah yang kompleks dan menjadi alasan
dengan karakteristik hiperglikemia yang
utama mengapa penderita DM menjalani
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
perawatan di rumah sakit yang selama
insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011).
perawatan membutuhkan biaya sangat mahal
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu
dan sering tidak terjangkau oleh kebanyakan
penyakit tidak menular yang prevalensinya
masyarakat umum.
terus mengalami peningkatan di dunia, baik di
Komplikasi kaki diabetik merupakan
negara maju ataupun negara sedang
penyebab tersering dilakukannya amputasi
berkembang. Menurut data World Health
yang didasari oleh kejadian non traumatik.
Organisation (WHO), diperkirakan 347 juta
Risiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada
orang di dunia menderita diabetes melitus dan
penderita DM dibandingkan non DM.
jika ini terus dibiarkan tanpa adanya
Komplikasi akibat kaki diabetik menyebabkan
pencegahan yang dilakukan dapat dipastikan
lama rawat penderita DM menjadi lebih
jumlah penderita DM bisa meningkat
panjang. Lebih dari 25% penderita DM yang
(WHO,2013). Berdasarkan data International
dirawat adalah akibat kaki diabetik. Sebagian
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013
besar amputasi pada kaki diabetik bermula
lebih dari 382 juta orang di dunia menderita
dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi
diabetes melitus. Indonesia merupakan salah
dini dan pengebotan yang adekuat akan dapat

2
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

mengurangi kejadian tindakan amputasi. METODE PENELITIAN


Ironisnya evaluasi dini dan penanganan yang
Penelitian ini merupakan penelitian
adekuat di rumah sakit tidak optimal (Decroli,
deskriptive correlation yaitu penelitian yang
2010).
bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
korelatif antara variabel independen dan
Senam kaki diabetes bertujuan meningkatkan
variabel dependen, dengan menggunakan
kesegaran jasmani atau nilai aerobic yang
pendekatan cross sectional, yaitu suatu
optimal untuk penderita diabetes, dengan
penelitian untuk mempelajari dinamika
olahraga yang disesuaikan dengan kebutuhan
korelasi antara faktor dan resiko dengan efek
penderita diabetes tanpa komplikasi-
dengan cara pendekatan, obsevasi atau
komplikasi yang berat (Anneahira, 2011).
pengumpulan data sekaligus pada saat (point
Senam kaki dapat membantu memperbaiki
approach) (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada
sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot
penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang
kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan
berada di bawah wilayah puskesmas Loa Kulu
bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan
Tenggarong yang berjumlah 76 responden.
kekuatan otot betis, otot paha, dan juga
mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
(Anneahira, 2011).
dalam penelitian ini adalah Conseccutive
Sampling Kuota yaitu semua subyek yang
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas
datang dan memenuhi kriteria pemilihan
Loa Kulu, penulis mendapatkan jumlah pasien
dimasukan dalam penelitian sampai jumlah
DM dari bulan Januari – November 2015
subyek yang diperlukan terpenuhi
yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
(Sastroasmoro, 2008). Pengambilan data
Loa Kulu berjumlah 308 orang jumlah
penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
keseluruhan lansia penderita DM pada bulan
sampai dengan Mei tahun 2016.
Januari – November yang berkunjung di
Puskesmas Loa Kulu. Hasil wawancara
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
terhadap 11 orang penderita DM yang
penelitian adalah kuesioner pengetahuan
berkunjung di Puskesmas Loa Kulu di
tentang senam kaki diabetes, dimana kusioner
temukan masalah yang berhubungan dengan
ini berbentuk Cheklist dengan menggunakan
tingkat pengetahuan tentang senam kaki
skala Guttman. Sedangkan untuk mengetahui
diabetik, 11 orang telah di wawancarai 9
aktivitas senam kaki menggunakan Kuasioner
orang mengatakan bahwa sering melakukan
berbentuk pertanyaan esay . Kuesioner dibuat
senam kaki diabetik namun gerakan senam
sendiri oleh peneliti yang diambil dari teori
kaki diabetik masih terbolak-balik atau tidak
atau referensi terkait dan telah dilakukan uji
sesuai dengan langkah-langkah senam kaki
validitas serta uji reliabilitas.
diabetik yang benar, dan hasil wawancara
juga mengatakan belum bisa menjelaskan atau
Analisa data pada penelitian ini menggunakan
menyebutkan tentang manfaat senam kaki
analisa data univariat dan bivariat, analia
diabetik itu sendiri mereka hanya
univariat menggambarkan karakteristik
beranggapan bahwa senam kaki diabetik baik
responden dan karakteristik masing masing
dilakukan untuk penderita DM dan 2 orang
variabel yang diteliti. Analisis univariat yang
mengatakan jika ingat dan tidak sibuk saja
diginakan dalam penelitian ini adalah
baru melakukan senam kaki diabetik dan juga
menggunakan distribusi frekuensi, sedangkan
mengatakan belum mengetahui tentang
analisis bivariatnya menggunakan uji chi-
manfaat senam kaki diabetik.
square.
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Senam Kaki Diabetik Dengan Aktivitas
Senam Kaki Diabetik Untuk Mencegah Ulkus
Diabetik Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Loa Kulu”.

3
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN penuaan yang menyebabkan menurunya


kemampuan sel B pankreas dalam
1. Karakteristik Responden memperoduksi insulin. Usia 45 tahun telah
termasuk usia yang tua, dimana segala
Tabel 1 perubahan dalam tubuh pun berubah salah
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden satunya sel beta pankreas yang memperoduksi
Berdasarkan Usia Di Puskesmas Loa Kulu insulin. Usia bukan hanya salah satu faktor
pencetus DM, orang yang berusia di bawah 45
Umur Frekuensi (%) tahun pun sudah bisa terkena DM Monica
(2011). Adib (2011) menyatakan bahwa DM
<45 14 18,4
tipe 2 bisa terjadi pada anak-anak dan orang
Tahun
dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30
≥45 62 81,6 tahun. Masyarakat yang merupakan kelompok
Tahun beresiko tinggi menderita DM salah satunya
Total 76 100 adalah mereka yang berusia lebih dari 45
(n=76) tahun. Prevalensi akan terus meningkat
seiring dengan makin meningkatnya umur,
hingga usia lanjut.
Sumber Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui Dalam hal pengetahuan yang bisa
bahwa dari 76 orang penderita Diabetes mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Usia
Mellitus yang sudah terdaftar di Puskesmas merupakan salah satu faktor yang dapat
Loa Kulu menunjukan jumlah penderita DM menentukan kematangan seseorang baik
yang berusia <45 Tahun sebanyak 14 orang dalam berfikir, bertindak, maupun belajar.
(18,4%), sedangkan jumlah untuk penderita Kematangan dalam berfikir seseorang yang
DM yang berusia ≥45 Tahun sebanyak 62 dapat mempengaruhi baik pengetahuan, sikap,
orang (81,6%). Dengan demikian sebagian maupun tindakan seseorang. Karena tahapan
besar responden adalah penderita DM berusia kehidupan yang telah dijalani seseorang dapat
di atas 45 Tahun. Teori mengatakan bahwa memberikan suatu pengalaman yang tidak
seseorang yang berusia ≥45 tahun memiliki mudah dilupakan (Azwar, 2006).
peningkatan resiko terhadap terjadinya DM
dan intoleransi glukosa oleh karena faktor Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola
degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
untuk memetabolisbe glukosa. Namun kondisi semakin bertambah pula daya tangkap dan
ini ternyata tidak hanya disebabkan oleh pola pikirnya, sehinga pengetahuan yang
faktor umur saja, tetapi tergantung juga pada diperoleh semakin membaik. Dalam
lamanya penderita bertahan pada kondisi kehidupannya individu mengalami kejadian
tersebut (Perkeni, 2006). dan peristiwa yang datang silih berganti.
Tidak sedikit yang merekam kejadian atau
Sesorang yang berumur diatas 45 tahun lebih peristiwa tersebut dan dijadikan sebagai bahan
beresiko terkena DM karena pada usia 40 pertimbangan dalam mengambil keputusan.
tahun, mulai terjadi intoleransi aktivitas Pengalaman yang dimiliki seseorang dalam
glukosa. Adanya proses penuaan kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel tingkat pengetahuan seseorang (Adin, 2009).
B pancreas dalam memproduksi insulin. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua dilakukan oleh john (2012), dimana hasil
terdapat penurunan aktivitas mitokondria di penelitiannya mengungkapkan bahwa orang
sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan yang berumur ≥45 tahun 8 kali lebih berisiko
dengan peningkatan kadar lemak diotot menderita DM tipe dibandingkan dengan
sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi orang yang berumur <45 tahun. Hal ini
insulin (Sanjaya, 2009). diperkuat lagi dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yurike (2014), dengan hasil
Menurut Budhiarta dalam sanjaya (2009) juga penelitian 30 responden (88,2%) mulai
mengatakan usia diatas >45 tahun terjadi menderita diabetes mellitus pada usia diatas

4
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

45 tahun, dan 4 responden (11,76%) Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui


menderita diabetes mellitus pada usia sebelum bahwa dari 76 orang penderita Diabetes
45 tahun. Mellitus yang sudah terdaftar di Puskesmas
Loa Kulu menunjukan jumlah penderita DM
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang yang berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 34
dilakukan oleh Umaroh (2012) tentang orang (44,7%), sedangkan proporsi untuk
hubungan antara usia dengan tingkat penderita DM yang jenis kelamin Perempuan
pengetahuan remaja tentang dampak sebanyak 42 orang (55,3%). Dengan demikian
pernikahan usia dini di MA Nurul Islam Silo sebagian besar responden adalah penderita
Kabupaten Jember. Hasil penelitian DM yang berjenis kelamin Perempuan.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin
bermakna antara usia dengan tingkat
dengan kejadian DM, prevalensi kejadian DM
pengetahuan remaja tentang dampak
pada wanita lebih tinggi daripada laki-
pernikahan usia dini dengan nilai p = 0,041 <
laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes
α 0,05.
karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
Asumsi peneliti adalah usia merupakan salah
besar. Sindroma siklus bulanan
satu faktor yang penting dalam menentukan
(premenstrualsyndrome), pasca-menopouse
tingkat pengetahuan seseorang. Berdasarkan
yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
teori, usia bisa mempengaruhi pola pikir dan
mudah terakumulasi akibat proses hormonal
kematangan berfikir seseorang, yang juga
tersebut sehingga wanita berisiko menderita
didalamnya terdapat pengalaman pribadi
diabetes mellitus (Irawan, 2010). Hal ini
individu. Peniliti berharap, berapapun usia
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang telah beranjak tua, hendaknya terus
Shara (2012) tentang faktor risiko Diabetes
belajar dan mencari informasi tentang senam
Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan
kakidiabetik dan aktivitas senam kaki diabetik
Cengkareng. Hasil penelitian menunjukkan
dari media massa, media cetak, bertukar
lebih dari ≥50% bahwa perempuan lebih
pengalaman dengan orang lain, dan dari
beresiko terkena DM dari pada laki-laki.
tenaga kesehatan, agar jumlah Penderita DM
dapat terhindar dari ulkus diabetik. Selain itu
hendaknya keluarga memberikan dukungan Menurut asumsi peneliti dan berdasarkan teori
kepada penderita DM dalam mencari perempuan cenderung lebih mudah terkena
informasi tentang senam kaki diabetik. DM ditimbang laki-laki karena perempuan
mempunyai indeks masa tubuh yang lebih
besar. Saran peneliti luangkan waktu untuk
Tabel 2 berolahraga walau hanya 30 menit karena
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden dengan berolahraga dapat membantu
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Puskesmas Loa pembakaran lemak sehingga dapat
Kulu(n=76) menurunkan resiko terkena diabetes mellitus.

Tabel 3
Pekerjaan Frekuensi (%) Distribusi Frekuens Karakteristik Responden
TidakBekerja 8 10,5 Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Loa
Kulu (n=76)
Petani 19 25,0
JenisKelamin Frekuensi (%)
Wiraswasta/Pedagang 47 61,9

Pensiunan PNS/Polri 2 2,6 Laki-Laki 34 44,7

Total 76 100 Perempuan 42 55,3

Total 76 100

Sumber: Data Primer 2016


Sumber: Data Primer 2016

5
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat diketahui PendidikanTerakhir Frekuensi (%)


bahwa dari 76 orang penderita Diabetes
Mellitus yang sudah terdaftar di Puskesmas SD 27 35,5
Loa Kulu menunjukan jumlah penderita DM
SLTP 18 23,7
yang Tidak Bekerja sebanyak 8 orang
(10,5%), sedangkan jumlah penderita DM SLTA 27 35,5
yang bekerja sebagai Petani sebanyak 19
orang (25,0%). sedangkan jumlah penderita PerguruanTinggi 4 5,3
DM yang bekerja sebagai Wiraswasta/ Total 76 100
Pedagang sebanyak 47 orang (61,8%)
sedangkan jumlah penderita DM yang bekerja Tabel 4
sebagai Pensiunan PNS/POLRI sebanyak 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
orang (2,6%) Dengan demikian sebagian Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di
besar responden adalah penderita DM yang Puskesmas Loa Kulu (n=76)
bekerja sebagai wiraswasta/ pedagang.
Sumber: Data Primer 2016
Menurut Wales (2009) pekerjaan dalam arti Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui
luas adalah aktivitas utama yang dilakukan bahwa dari 76 orang penderita DM yang telah
oleh manusia, dalam arti sempit istilah terdaftar di Puskesmas Loa Kulu, pendidikan
pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau terakhir yang paling banyak adalah lulusan
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang, SD dan SLTA dengan jumlah yang sama yaitu
serta lapangan kerja berguna untuk sebanyak 27 orang (35,5%), sedangkan untuk
memperluas wawasan yang dapat lulusan SLTP sebanyak 18 orang (23,7%) dan
mempengaruhi tingkat pengetahuan lulusan paling sedikit adalah Perguruan tinggi
seseorang. Menurut Darmojo dan Martono sebanyak 4 orang (5,3%). Ini berarti
(2006), aktivitas perempuan sehari-hari dapat pendidikan terakhir paling banyak adalah
mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. lulusan SD dan SLTA dengan jumlah yang
Seorang perempuan yang berperan hanya sama.
sebagai ibu rumah tangga saja, tingkat
pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak Pendidikan adalah suatu usaha untuk
banyak perubahan, sedangkan seorang mengembangkan kepribadian dan kemampuan
perempuan yang mempunyai aktivitas sosial di dalam dan di luar sekolah berlangsung
di luar rumah akan lebih banyak mendapat seumur hidup (Wawan dan Dewi, 2010).
informasi, misalnya dari teman bekerja atau Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh
teman dalam aktivitas sosialnya. Ibu rumah faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
tangga yang dipikirkan hanya untuk erat berhubungan dengan pendidikan. Dimana
mengurus anak, suami dan pekerjaan rumah, diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
sehingga informasi yang dimiliki sedikit. tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
Akibatnya akan memberikan pemikiran yang pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
keliru terhadap suatu hal (Notoadmodjo, ditekankan, bukan berarti seseorang yang
2012). berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan
rendah pula. Hal ini mengingatkan bahwa
Menurut asumsi peneliti dan berdasarkan teori peningkatan pengetahuan tidak mutlak
yang ada, status pekerjaan ibu merupakan diperoleh dari pendidikan formal saja, akan
salah satu faktor yang bisa mempengaruhi tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non
resiko terkena DM karena dengan bekerja formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
sama saja dengan melakukan aktivitas yang objek mengandung dua aspek yaitu aspek
teratur maka akan menurunkan resiko terkena positif dan aspek negtif. Kedua aspek ini yang
DM. Saran peneliti sebaiknya bisa akan menentukan sikap seseorang. Semakin
meluangkan waktu untuk berolahraga atau banyak aspek positif dan objek yang
melakukan aktivitas dan mencari informasi diketahui, maka akan menimbulkan sikap
tentang senam kaki diabetik atau cara makin positif terhadap objek tertentu.
pencegahan DM. Menurut teori World Helath Organization
(WHO) dalam Notoadmodjo (2007), salah

6
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa
oleh pengetahuan yang diperoleh dari dari 76 orang penderita Diabetes Mellitus
pengalaman sendiri. yang sudah terdaftar di Puskesmas Loa Kulu
menunjukan kategori dengan tingkat
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pengetahuan kurang baik sebanyak 55 orang
dilakukan oleh Asiah (2009) tentang (72,4%), sedangkan untuk penderita DM
hubungan tingkat pendidikan dengan dengan katagori tingkat pengetahuan baik
pengetahuan kesehatan reproduksi ibu rumah sebanyak 21 orang (27,6%). Dengan demikian
tangga di Desa Rukoh Kecamatan Syiah dapat disimpulkan kategori tingkat
Kuala Banda Aceh. Hasil penelitian pengetahuan kurang baik lebih banyak dari
menunjukkan adanya hubungan yang pada tingkat pengetahuan dengan kategori
bermakna antar tingka pendidikan dengan baik.
pengetahuan dengan Rhitung= 0,533>
Rtabel=0,159. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan
adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
Menurut asumsi peneliti dan berdasarkan teori seorang melakukan penginderaan terhadap
yang ada, pendidikan merupakan salah satu suatu objek tertentu. Menurut Hidayat (2007),
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses
pengetahuan seseorang. Pendidikan yang dengan menggunakan panca indera yang
rendah akan menghambat pemahaman dilakukan seseorang terhadap objek tertentu
seorang tentang sesuatu, salah satunya dapat menghasilkan pengetahuan dan
masalah informasi senam kaki diabetik. Saran keterampilan.
peneliti, dengan meningkatnya tekhnologi
informasi, warga bisa mencari informasi Status pekerjaan juga mempengaruhi tingkat
terkait senam kaki diabetik di media cetak pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan
atau elektronik, saling bertukar pengalaman bahwa sebagian besar orang yang tidak
dengan warga lain, atau bisa bertanya kepada bekerja, sebanyak 37 orang (77,1%). Seorang
tim kesehatan terdekat. Selain penderita DM, yang mempunyai aktivitas sosial diluar rumah
keluarga juga harus ikut serta dalam mencari akan lebih banyak mendapatkan informasi,
informasi diberbagai media dan membantu sehingga pengalaman yang didapat juga lebih
penderita DM melakukan senam kaki diabetik banyak. Pengalaman merupakan guru yang
dirumah. paling baik sebab pengalaman dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh
2. Analisis Univariat pengetahuan dan menyebutkan bahwa
a. Variabel Tingkat Pengetahuan manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh
Tabel 5
pengetahuan. Pengalaman juga merupakan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel faktor yang mempengaruhi tingkat
Tingkat Pengetahuan Tentang Senam Kaki pengetahuan (Herminaju, 2010).
Diabetik Di Puskesmas Loa Kulu Tahun 2016
Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau
Tingkat latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
Frekuensi (%) melitus untuk mencegah terjadinya luka dan
Pengetahuan
membantu melancarkan peredaran darah
KurangBaik 55 72,4
bagian kaki (Suriadi, 2007). Sedangkan
27,6 menurut Setiawan, 2010 senam kaki diabetik
Baik 21
merupakan salah satu terapi yang diberikan
Total 76 100 oleh seorang perawat. Senam ini bertujuan
untuk melacarkan peredaran darah yang
n=76) terganggu karena senam kaki diabetes dapat
membantu memperkuat otot-otot kaki.
Sumber: Data Primer 2016 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Veronica (2012). Yang

7
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

berjudul hubungan tingkat pengetahuan Tabel 6


tentang senam lansia dengan keaktifan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel
mengikuti senam lansia diunit rehabilitasi
Aktivitas Senam Kaki Diabetik Di Puskesmas
sosial wening wardoyo ungaran. Hasil
Loa Kulu Tahun 2016 (n=76)
penelitian menunjukan bahwa tingkat
pengetahuan lansia dalam katagori baik AktivitasSenam
(54%), cukup (6%). Frekuensi (%)
Kaki Diabetik

Kurangnya pengetahuan responden bisa KurangBaik 38 50,0


dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Baik 38 50,0
Pendidikan yang rendah akan menghambat
pemahaman terhadap berbagai informasi Total 76 100
tentang kesehatan. Asumsi peneliti dan Sumber : Data Primer 2016
berdasarkan teori yang ada, seseorang harus
memiliki pengetahuan yang baik tentang Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui
senam kaki diabetik jika ingin melakukan bahwa dari 76 orang penderita Diabetes
aktivitas senam kaki diabetik. Jika responden Mellitus yang sudah terdaftar di Puskesmas
memiliki pengetahuan yang baik tentang Loa Kulu menunjukan kategori dengan
senam kaki diabetik, responden tersebut aktivitas senam kaki diabetik kurang baik
memiliki kemungkinan lebih besar untuk sebanyak 38 orang (50,0%), sedangkan untuk
melakukan aktivitas senam kaki dengan baik penderita DM dengan katagori aktivitas
dan benar. Saran peneliti responden harus bisa senam kaki diabetik baik sebanyak 38 orang
lebih aktif mencari informasi tentang senam (50,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan
kaki diabetik, khususnya, di media cetak, kategori aktivitas senam kaki diabetik kurang
internet, media massa, berbagi pengalaman baik dan baik memiliki aktivitas yang sama.
dengan teman, tetangga, atau bisa bertanya
pada tim kesehatan. Selain itu, puskesmas, Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan
dinkes, dan tim kesehatan, diharapkan bisa diciptakan dengan terencana, disusun secara
memberikan penyuluhan tentang Senam Kaki sistematik dengan tujuan membentuk
Diabetik dan Cara Melakukannya, pembuatan mengembangkan pribadi secara harmonis
lifleat, pembuatan iklan diradio, dan (Probosuseno, 2007). Senam kaki adalah
sebagainya. kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
pasien diabetes mellitus untuk mencegah
terjadinya luka dan membantu melancarkan
b. Variabel Aktifitas Senam Kaki peredaran darah bagian kaki (Sumosardjono,
diabetik 2006).Senam kaki dapat membantu
memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat
Pada variabel aktivitas senam kaki diabetik, otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
sel dari 3x3 menjadi 2x2 dan penggabungan meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,
kelompok aktivitas kurang dengan kelompok dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan
aktivitas cukup. Berdasarkan data-data yang sendi (Anneahira, 2011). Senam kaki
didapat kemudian diklasifikasikan menjadi merupakan latihan yang dilakukan bagi
Aktivitas Senam Kaki Diabetik dengan penderita DM atau bukan penderita untuk
kategori baik (4-6 kali 15-30 menit 16 mencegah terjadinya luka dan membantu
langkah), dan kurang baik (Tidak Melakukan/ melancarkan peredaran darah bagian kaki
1-3 Kali 15-30 Menit 16 Langkah), (Soebagio, 2011).Gerakan-gerakan senam
selanjutnya dilakukan pengkategorian untuk kaki ini dapat mempelancar peredaran darah
masing-masing variabel sebagai berikut, di kaki, memperbaikki sirkulasi darah,
dimana didapatkan datasebagaiberikut : memperkuat otor kaki dan mempermudah
gerakan sendi kaki (Anneahira, 2011).

Senam kaki ini dapat diberikan kepada


seluruh penderita diabetes mellitus dengan

8
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan dilakukan untuk menjelaskan atau


sejak pasien didiagnosa menderita diabetes mendeskripsikan karakteristik masing-masing
mellitus sebagai pencegahan dini. Senam kaki variabel. Dan kemudian menganalisa data
ini juga dikontraindikasi pada klien yang untuk mengidentifikas hubungan masing-
mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti masing variabel independen dengan variabel
dipsnea atau nyeri dada. Keadaan seperti ini dependen dilakukan perhitungan dengan
perlu diperhatikan sebelum dilakukan menggunakan metode Chi Square dengan
tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan tabel 2x2.
umum dan keadaan pasien apakah layak untuk
dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda- Aktivitas Senam kaki
Total OR P
Tingkat Diabetik
tanda vital dan status respiratori (adakah Pengeta
(CI 90%) value
dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi Kurag Baik
huan
Baik
pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta N % n % N %
perhatikan indikasi dan kontraindikasi dalam Kurang 36 65 19 34 55 100 18,000 0,000
pemberian tindakan senam kaki (Perkeni, Baik ,5 ,5 (3,785-
% 85,609)
2006). Baik 2 9, 19 90 21 100
5 ,5
%
Gerakan senam kaki ini sangatlah mudah Total 38 50 38 50 76 100
untuk dilakukan (dapat didalam atau diluar ,0 ,0
ruangan) dan tidak memerlukan waktu yang Tabel 7
lama hanya sekitar 15 – 30 menit serta tidak
memerlukan peralatan yang rumit (kursi dan Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
sehelai koran bekas). Senam kaki DM Senam Kaki Diabetik dengan Aktivitas Senam
dianjurkan dilakukan setiap hari, namun Kaki Diabetik Di Puskesmas Loa Kulu Tahun
minimal dilakukan 4-6 kali dalam sepekan 2016 (n=76)
(Sumosardjuno, 2006). Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 7 diatas tentang hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tri (2010), yang berjudul tingkat pengetahuan tentang senam kaki
diabetik dengan aktivitas senam kaki diabetik
pengaruh senam kaki diabetik terhadap
didapatkan hasil, terdapat 36 dari 55
penurunan resiko ulkus diabetik pada pasien
responden (65,5%) memiliki tingkat
DM tipe 2 di perkumpulan diabetik. Dengan
pengetahuan yang kurang baik, dengan
hasil penelutuan P value 0,001 berarti terdapat
pengaruh senam dibateik terhadap penurunan aktivitas senam kaki kurang baik. Sedangkan
terdapat 19 dari 55 responden (34,5%)
resiko ulkus kaki diabetik.
memiliki tingkat pengetahuan kurang baik
dengan aktivitas senam kaki baik dari hasil
Asumsi peneliti dan berdasarkan teori yang
laporan selama penelitian dikarenakan
ada aktivitas senam kaki diabetik bisa
dilakukan dimana saja dan tidak responden belum pernah diberikan informasi
tentang senam kaki. Responden mengetahui
membutuhkan peralatan yang sulit. Saran
peneliti penderita DM harus melakukan gerakan senam kaki hanya dari para tetangga
yang kebetulan juga penderita DM. Ini
senam kaki diabetik minimal 4-6 kali dalam
menunjukkan bahwa sebagian besar
seminggu dengan gerakan yang sesuai dengan
senam kaki diabetik dan melakukannya 15-30 responden yang memiliki tingkat pengetahuan
yang kurang baik lebih banyak yang memiliki
menit penderita DM juga bisa melakukan olah
raga yang lain seperti joging atau senam. aktifitas senam kaki kurang baik
dibandingkan yang baik.
Selain itu, tim kesehatan sebaiknya bisa
memberikan penyuluhan atau penkes di desa-
desa tentang senak kaki diabetik. Sedangkan dari 21 responden yang memiliki
pengetahuan baik, terdapat 2 responden
(9,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik
3. Analisis Bivariat
dengan aktivitas senam kaki kurang baik hasil
Analisa bivariat dilakukan setelah melakukan laporan selama penelitian responden
analisa data secara univariat analisa yang mengatakan sering mendengar tentang senam

9
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

kaki dari berbagai media. Tapi responden seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
jarang melakukan senam kaki atau olahraga proses belajar, menurut IB Marta (1997) yang
karna sibuk dengan pekerjaan sehari-hari. di kutip oleh Notoadmojo (2007), makin
sedangkan 19 dari 21 responden memiliki tinggi pendidikan sesorang makin mudah
tingkat pengetahuan baik dengan aktivitas orang tersebut untuk menerimanya informasi.
senam kaki baik. Ini menunjukan bahwa
hampir seluruhnya responden dengan tingkat Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan
pengetahuan baik memiliki aktivitas senam diciptakan dengan terencana, disusun secara
kaki yang baik. sistematik dengan tujuan membentuk dan
mengembangkan pribadi secara harmonis
Analisis hubungan tingkat pengetahuan (Probosuseno, 2007). Senam kaki adalah
tentang senam kaki diabetik dengan aktivitas kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
senam kaki diabetik pada penderita DM di pasien diabetes mellitus untuk mencegah
Wilayah Kerja Puskesmas Loa Kulu terjadinya luka dan membantu melancarkan
dilakukan dengan menggunakan rumus Chi- peredaran darah bagian kaki
Square dengan taraf signifikan α=5% (Sumosardjono,2006).
didapatkan hasil nilai p = 0,000 < α 0,05,
sehingga H0 ditolak. Artinya ada hubungan Senam kaki ini dapat diberikan kepada
yang signifikan (bermakna) secara statistik seluruh penderita diabetes mellitus dengan
antara tingkat pengetahuan tentang senam tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan
kaki diabetik dengan aktivitas senam kaki sejak pasien didiagnosa menderita diabetes
diabetik pada penderita DM di Wilayah Kerja mellitus sebagai pencegahan dini. Senam kaki
Puskesmas Loa Kulu. ini juga dikontraindikasi pada klien yang
mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti
Hasil analisis odds ratio menunjukkan 18,000 dipsnea atau nyeri dada. Keadaan seperti ini
(CI 90%=3,758-85,609), Ini berarti bahwa perlu diperhatikan sebelum dilakukan
penderita DM yang memiliki pengetahuan tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan
yang kurang baik memiliki kecenderungan umum dan keadaan pasien apakah layak untuk
untuk 18,000 kali memiliki aktivitas senam dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-
kaki yang kurang baik dibandingkan dengan tanda vital dan status respiratori (adakah
penderita DM yang memiliki pengetahuan dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi
yang baik. pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta
perhatikan indikasi dan kontraindikasi dalam
Pengetahuan sesorang biasanya diperoleh dari pemberian tindakan senam kaki (Perkeni,
pengalaman yang berasal dari berbagai 2006).
macam sumber seperti media poster, kerabat
dekat, media massa, media elektronik, buku Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan
petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya, yang dimiliki penderita DM sangat
pengetahuan dapat membentuk keyakinan berpengaruh terhadap senam kaki diabetik.
tertentu, sehingga seseorang berperilaku Karena penderita DM yang memiliki
sesuai dengan keyakinannya tersebut pengetahuan baik, memiliki aktivitas senam
(Hidayat, 2013). Menurut Notoatmodjo kaki yang yang baik. Hal ini sejalan dengan
(2010), pengetahuan adalah hasil “tahu” dan penelitian yang dilakukan oleh Okta (2012)
ini terjadi setelah seorang melakukan yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. tentang senam nifas dengan sikap terhadap
Menurut Hidayat (2007), pengetahuan senam nifas pada ibu pasca persalinan di
(knowledge) adalah suatu proses dengan Rumah Sakit Panti Wilasa. Dengan hasil
menggunakan panca indera yang dilakukan penelitian didaptkan P value 0,004, yang
seseorang terhadap objek tertentu dapat berarti ada hubungan tingkat pengetahuan
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. tentang senam nifas dengan sikap terhadap
senam nifas.
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan Asumsi peneliti dan berdasarkan teori yang
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung ada adalah selain pengetahuan tentang senam

10
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

kaki diabetik. Responden juga harus besar dibandingkan dengan penderita DM


melakukan senam kaki diabetik agar dapat yang memiliki pengetahuan yang baik.
mencegah ulkus diabetik. Saran penelit harus
bisa meningkatkan pengetahuan tentang Adapun saran-saran yang dapat peneliti
senam kaki diabetik, dengan mencari berikan sebagai berikut:
informasi dimana saja, baik di media massa, 1. Bagi Responden
media cetak, internet, bertukar pengalaman a. Dapat meningkatkan pengetahuan
dengan teman, tetangga, dan dari tim tentang senam kaki diabetik melalui
kesehatan terdekat. Selain itu, tim kesehatan, media massa, media cetak, internet,
puskesmas, dan dinas kesehatan bisa bertukar pengalaman dengan teman,
memberikan berbagai penyuluhan tetangga,atau tim kesehatan, agar dapat
tentangSenam Kaki Diabetik, baik melalui melakukan senam kaki diabetik dengan
penyuluhan di balai desa / rumah warga, benar.
pembuatan lifleat, iklan di radio, dan lain-lain. b. Disarankan kepada responden agar
melakukan senam kaki minimal 4-6
KESIMPULAN DAN SARAN kali dalam seminggu atau bisa lebih
baik lagi dengan melakukan senam kaki
Berdasarkan pembahasan dan uraian dari hasil setiap hari dan bisa dijadwalkan secara
penelitian maka peneliti dapat mengambil rutin.
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian 2. Bagi Keluarga
tentang hubungan tingkat pengetahuan a. Disarankan untuk memberikan
tentang senam kaki diabetik dengan aktivitas dukungan sosial, informasional maupun
senam kaki diabetik pada 76 orang. emosional kepada responden dalam
1. Karakteristik penderita Diabetes Mellitus mencari informasi tentang senam kaki
yang sudah terdaftar di Puskesmas Loa diabetik.
Kulu menunjukan jumlah penderita DM b. Disarankan untuk ikut mencari
yang berusia ≥45 Tahun sebanyak 62 informasi dan membantu
orang (81,6%). Yang berjenis kelamin menjadwalkan kegiatan pelaksanaan
paling banyak Perempuan 42 orang senam kaki diabetik, karena keluarga
(55,3%). Mayoritas responden bekerja merupakan lingkungan terdekat
sebagai Wiraswasta/ Pedagang sebanyak responden untuk bisa lebih baik lagi.
47 orang (61,8%). Dan pendidikan terakhir
3. Bagi Tenaga Kesehatan
paling banyak adalah lulusan SD dan
SLTA sebanyak 27 orang (35,5%). a. Hendaknya memberikan penyuluhan
2. Tingkat pengetahuan responden tentang atau informasi tentang senam kaki
senam kaki diabetik dengan katagori diabetik di posyandu, balai desa,
kurang baik sebanyak 55 orang (72,4%). mengadakan perkumpulan senam kaki
3. Untuk aktivitas senam kaki diabetik diabetik agar bisa di jadwalkan secara
katagori kurang baik sebanyak 38 orang rutin dan lain-lain.
(50,0%). b. Disarankan untuk mengadakan kegiatan
4. Hubungan variabel tingkat pengetahuan yang dapat membantu responden dalam
tentang senam kaki diabetik dengan hal mempraktekkan cara senam kaki
aktivitas senam kaki diabetik pada diabetik, agar responden bisa lebih
penderita DM di Wilayah Kerja paham dalam melaksanakannya sendiri
Puskesmas Loa Kulu pvalue = 0,000 < α dirumah.
0,05, sehingga H0 ditolak ada hubungan c. Disarankan dapat memotivasi warga
yang signifikan (bermakna). Hasil analisis untuk rutin melakukan senam kaki
odds ratio menunjukkan 18,000 (CI diabetik untuk mencegah dan
90%=3,758-85,609). Ini berarti penderita menurunkan angka kejadian ulkus
DM yang memiliki pengetahuan yang diabetik.
kurang baik memiliki kecenderungan 4. Bagi Institusi
untuk memiliki aktivitas senam kaki yang Perlu diadakan penyuluhan atau
kurang baik dengan jumlah yang lebih pemberian informasi oleh pihak institusi
pendidikan kepada masyarakat

11
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

khususnya tentang senam kaki diabetik Dahlan, M.S 2009. Statistik untuk
dan bagaimana cara melakukan senam Kedokteran dan Kesehatan , Edisi 4
kaki diabetik. (deskriptif, Bivariat dan Multivariat,
5. Bagi Peneliti Selanjutnya dilengkapi aplikasi dengan menggunakan
Diharapkan peneliti berikutnya SPSS). Jakarta: Salemba Medika.
melakukan penelitian sejenis mengenai
Decroli E, Karimi J, Manaf A,
berapa jumlah peningkatan sirkulasi
Syahbuddin S. Profil ulkus diabetik pada
darah setelah melakukan senam kaki
penderita rawat inap di bagian penyakit dalam
diabetik.
RSUP Sr. M Djamil Padang. MKI (Majalah
Kedokteran Indonesia); 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Hastono, S.P & Sabri, L.2010.
Adib, M. 2011. Pengetahuan praktis Statistik Kesehatan. Rajawali Pers Jakarta.
ragam penyakit mematikan yang paling sering
Hidayat, (2013), Riset Keperawatan
menyerang kita. Jogjakarta: Buku Biru
dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba
American Diabetes Association , Medika, Jakarta, edisi IV.
2006. Genetics of Diabetes.
International Diabetes Federation.
http://www.diabetes.org/diabetes-
2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.
basics/genetics-of-diabetes.html, diakses 3
Januari 2016. Internasional Diabetes Federation.
2013. IDF Atlas Sixth Edition. Internasional
Ahmadi, A. 2007. Psikologi Belajar.
Diabetes Federation 2013.
PT. Rineka Cipta. Jakarta.
http://www.idf.org/sites/defult/files/EN
-----------.(2010). Prosedur penelitian: diakses 2 Januari 2016.
suatu pendekatan praktik, edisi revisi X.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan
Jakarta: Rineka Cipta
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
Andarwanti,L 2009, Pengaruh Senam 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data
Kaki Diabetes Terhadap Neuropati Sensorik Sekunder Riskesdas 2007). ThesisUniversitas
pada Kaki Pasien Diabetes Melitus Di Indonesia.
Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo, S.Kep,
John. (2012) analisis hubungan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
antara umur dan riwayat keluarga menderita
Anneahira. (2011) . Senam Kaki DM dengan kejadian penyakit DM tipe 2 pada
Diabetes. Diakses dari pasien rawat jalan di polikelinik penyakit
http://www.anneahira.com/senam-kaki- dalam. (http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
diabetes.htm. Diperoleh tanggal 9 Jabuari content/uploads/2013/08/GLORIA-
2016. WUWUNGAN-091511080.) diakses pada
tanggal 20 juni 2016
Arifin, A. 2013. Panduan Terapi
Diabetes Mellitus Tipe 2 Trekini. FK UNPAD Kushartini, (2007), Diabetes
Bandung. Educator Training, Yogyakarta, Fakultas
Kedokteran UGM.
Arikunto, S.2006. prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Proses. Rineka Cipta. Mangoenprasodjo, Setiono A. 2006.
Jakarta. Hidup Sehat dan Normal Dengan Diabetes.
Thinkfresh. Yogyakarta.
Cahyono.S (2007). Menejemen ulkus
kaki diabetik. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Misnadiarly, (2006). Diabetes
20, (3), 103-108. Mellitus: Ulcer, Infeksi, gangguan, Populer
Obor, Jakarta.
Cherin. 2009. Hubungan Pengalaman
dengan Pengethuan Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk
http://www.wordpress.com. Diakses tanggal 5 Bisnis & Ekonomi. Edisi 3. Erlangga . Jakarta
Januari 2015.

12
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

Notoadmodjo,. 2007. Promosi 2012. www.e-jurnal.com /2013. Diakses pada


Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka 1 juni 201
Cipta.Jakarta.
Suriadi, (2007), Perawatan Luka,
Nursalam. 2011. Konsep dan Edisi 1, Sagunng Seto, Jakarta.
Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Soebagio, Imam. (2011). Senam Kaki
Keperawatan, Pendoman Skripsi, Tesis dan
Sembuhkan Diabetes Mellitus. Diakses dari
Instrumen Penelitian Keperawatan. Sagung
http://pakdebagio.com/2011/04/senam-kaki-
Seto. Jakarta.
sembuhkan-diabetesmelitus.html. Diperoleh
Okta. M (2010). hubungan tingkat tanggal 9 Januari 2016.
pengetahuan tentang senam nifas dengan
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
sikap terhadap senam nifas pada ibu pasca
dkk. Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed
persalinan di Rumah Sakit Panti Wilasa.
4. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK
(pbm.stikeselogorejo.ac.id/e-jurnal/index-php-
UI. Jakarta; 2006
/ilmukeperawatan/article/viev/96). Diakses
tanggal 15 juni 2016. Suharjo JB. 2007. Menejemen Ulkus
Kaki Diabetik. Jurnal Kedokteran dan
Perkumpulan Endokrinologi
farmasi. Dexa Medica. No. 3,
Indonesia.. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
http://www/dexa-medica.com di Akses 7
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Januari 2016.
Indonesia 2006.
http://www.kedokteran.info/konsensus- Sumosardjuno., 2006. Pengetahuan
pengelolaandan-pencegahan-diabetes-melitus- Praktis Kesehatan dan Olahraga bagi
tipe-2-diindonesia 2006.html.PDF. Diakses 9 penderita diabetes mellitus. Jakarta: PT.
Januari 2016. Gramedia Pustaka Utama.
Suwarno.W (2006). Buku Ajar ilmu
penyakit dalam: Kaki diabetes. Sudoyo. W.
Perkumpulan Endokrinologi
Aru dkk. FKUI : Jakarta.
Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Tri. S (2010). Pengaruh senam
Indonesia. Jakarta: PD PERKENI; 2011. diabetik terhadap penurunan resiko ulkus kaki
diabetik pada pasien DM tipe 2 di
Prasetyo. 2007. Metode Penelitian
perkumpumpulan diabetik.
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. PT.
(pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-jurnal/). Diakses
Rajagrafindo. Jakarta.
tanggal 13 mei 2016.
Probosuseno. (2007). Agar Olahraga
Veronica. M (2012). Hubungan
Bermanfaat Untuk Kesehatan. Diakses dari
tingkat pengetahuan tentang senam lansia
http://www.republika.co.id 9 Januari 2016.
dengan keaktifan mengikuti senam lansia
Purnamasari D. Diagnosis dan diunit rehabilitasi sosial wening wardoyo
klasifikasi diabetes melitus. Editor: Sudoyo ungaran. (www.e-
AW, Setiyohadi B, Alwi Idrus, Simadibrata jurnal.com/2013/10/hubungan-tingkat-
M, Setiati S. Dalam : Buku ajar ilmu penyakit pengetahuan-tentang_13.html. Diakses
dalam jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna tanggal 11 juni 2016.
Publishing; 2009.
Wales, J. (2009). Pekerjaan
Saryono, (2011), Metodologi (http://id.wikipedia.org).Diakses pada 13 mei
Penelitian Kesehatan ; Penuntun Praktis Bagi 2016
Pemula, Yogyakarta, Mitra Cendikia
Waspadji, Sarwono. 2006.
Sastroasmoro, S.& Sofyan Ismael, ed. Komplikasi Kronik Diabetes:Mekanisme
2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Terjadinya,Diagnosis, dan Strategi
Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas
Shara. KT (2013). Faktor resiko
Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-
kejadian diabetes melitus tipe II di puskesmas
1888.
kecamatan cengkareng jakarta barat tahun
13
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 2, Desember 2016

Wawan, A dan Dewi, M. (2010).


Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap,
dan prilaku manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika
Word Healt Organization. 2013.
Diabetes,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs
312/en/, diakses 3 Januari 2016.
Yurike. (2014). faktor resiko kejadian
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
(kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/d
ownload/10491/10370)

14

Anda mungkin juga menyukai