Anda di halaman 1dari 9

EVIDENCE BASED PRACTICE

SENAM KAKI DIABETIC DALAM MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA


PASIEN DIABETUS MELLITUS

Disusun Oleh:

Khansa Rizki Syukrina (1611114287)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
A. Pendahuluan

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolikmenahun akibat


pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yangmengatur keseimbangan gula
darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsenterasi glukosa di dalam darah
(hiperglikemia) (Infodatin Kemenkes RI,2014). DM dikenal sebagai silent killer karena
sering tidak disadari oleh penyandangnya dansaat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Infodatin Kemenkes RI, 2014). World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
Indonesia beradadi urutan keempat negara yang jumlah penyandang DM terbanyak.
Jumlah ini akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030(Wild,et.al., 2004).

Berdasarkan estimasi IDF (International Diabetes Federation), pada tahun 2013


terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia. Pada tahun 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta
orang tersebut 175 juta antaranya belum terdiagnosis, sehingga dapat mengakibatkan
berkembang secara progresif terjadinya komplikasi diabetes tanpa disadari dan tanpa
pencegahan (Infodatin, 2014). Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia diprediksi
akan terus meningkat, hal ini berkaitan dengan usia harapan hidup semakin meningkat,
diet kurang sehat, kegemukan serta gaya hidup modern seperti kurangnya aktivitas atau
berolahraga karena kesibukan dan tuntutan penyelesaian pekerjaan (Tarwoto, dkk, 2012).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), Indonesia menempati urutan ke-7 dengan 8,5
juta penderita diabetes mellitus setelah Mexic. Angka kejadian diabetes mellitus
mengalami peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 dari
keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
berdasarkan diagnosa dokter sebesar 1,5% dan berdasarkan diagnosa atau gejala sebesar
2,1%. Semakin lama seseorang menderita DM akan semakin besar kemungkinan untuk
menderita retinopati diabetik. Dua puluh lima hingga lima puluh persenpasien DM tipe 1
akan mengalami retinopati diabetik dalam jangka waktu 10-15tahun, meningkat menjadi
75-95% setelah 15 tahun dan mencapai 100% setelah30 tahun. Enam puluh persen pasien
DM tipe 2 akan menunjukkan tanda-tanda Non Proliferative Diabetic Retinopathy
(NPDR) setelah 16 tahun (Willard and Herman, 2012). Lama menderita DM dan
retinopati diabetik mempunyai hubungan linear. Semakin lama menderita DM maka
semakin tinggi kejadian danderajat keparahan retinopati diabetik (Harnita, 2013).

Masalah utama dalam penanganan retinopati DM adalah keterlambatan diagnosis


karena sebagian besar penderita pada tahap awaltidak mengalami gangguan penglihatan.
Oleh sebab itu, perlu waktu yag optimal untuk terapisebelum pasien mengeluhkan gejala
penglihatan(Vaughan,et al.,2000). Untuk mengurangi beratnya gejala neuropati perifer
diatas dibutuhkan tindakan pencegahan. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu melakukan latihan pada kaki dengan benar (Tarwoto, dkk 2012). Latihan
kaki yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus yang mengalami gangguan
sirkulasi dan neuropati adalah senam kaki (Soegondo, dkk, 2009). Senam kaki adalah
kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah
terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Widianti &
Proverawati, 2010). Menurut Soegondo, dkk (2009) latihan senam kaki dapat dilakukan
setiap hari secara teratur dengan posisi berdiri, duduk, dan tidur, dengan cara
menggerakan kaki dan sendi-sendi kaki. Peran kita sebagai perawat adalah membimbing
pasien untuk melakukan senam kaki secara mandiri.

B. Tinjauan Teori
1. Konsep Diabetes Melitus
a. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin
adalah hormon yangmengatur keseimbangan gula darah. Akibatnya terjadi
peningkatan konsenterasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia)
(Infodatin Kemenkes RI,2014). DM dikenal sebagai silent killer karena
sering tidak disadari oleh penyandangnya dansaat diketahui sudah terjadi
komplikasi (Infodatin Kemenkes RI, 2014). World Health Organization
(WHO) melaporkan bahwa Indonesia beradadi urutan keempat negara
yang jumlah penyandang DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai 21,3
juta pada tahun 2030(Wild,et.al., 2004).
b. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalansel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agenyang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dangula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yangdisertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkankerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan selbeta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringanterhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat padamembran sel yang responsir terhadap insulin.
2. Definisi Senam Kaki
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetesmelitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno, 2008). Senam kaki adalah suatu
modulasi nyeri neuropati ( Ismail, 2010). Latihan kaki yang dianjurkan pada
penderita diabetes mellitus yang mengalami gangguan sirkulasi dan neuropati
adalah senam kaki (Soegondo, dkk, 2009). Senam kaki adalah kegiatan atau
latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya
luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Widianti &
Proverawati, 2010). Menurut S, Sumosardjono (2008) Senam kaki adalah kegiatan
atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya
luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki, dan Menurut Ismail,
2010 Senam kaki adalah suatu modulasi nyeri neuropati . Dengan pergerakan senam kaki
menstimulasi serabut Aferen (Beta), Mengaktifkan substansia gelatinosa di dalam
medula spinalis sehingga gerbang tertutup, akibatnya memperbaiki sirkulasi darah,
sehingga intensitas nyeri berkurang. Selain itu dengan senam kaki menstimulasi non
nosiseptor, menstimulasi sinyal tidak nyeri ke otak sehingga penurunan intensitas
nyeri(neuropati) terjadi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa senam kaki
dapat menurunkan intensitas nyeri, Senam kaki yang dilakukan oleh responden sesuai
prosedur tetapi kemampuan responden berbeda-beda tergantung motivasi, emosi ,
umur, dan lama menderita DM.

C. Resume Artikel Jurnal


Jurnal : Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Judul Jurnal : Efektifitas Pelaksanaan Senam Kaki Diabetic dalam Menurunkan
Intensitas Nyeri pada Pasien Diabetus Mellitus di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang
Volume : Volume 1, Nomor 1.
Tahun : 2018
Penulis : Eni Sumarliyah dan Suyatno Hadi Saputro
Tanggal : Juni 2019
Berdasarkan pada hasil penelitian, ditemukan bahwa sebelum latihan kaki sebagian besar
responden mengalami Nyeri sedang, yaitu 19 orang (63%), setelah melakukan latihan
kaki sebagian besar responden mengalami nyeri ringan, 21 orang (70%) mengalami nyeri
ringan. Hasil tes statistik menunjukkan bahwa pemberian latihan kaki efektif dalam
mengurangi intensitas nyeri pada pasien Diabetes Mellitus dengan ρ value = 0,000.

D. Pembahasan
1) Jenis Kelamin

Hasil implementasi yang dilakukan di Puskesmas Muara Fajar didapatkan


bahwa mayoritas jenis kelamin pasien dengan diabetes melitus ini adalah
perempuan sebanyak 11 orang dan laki-laki 5 orang. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Alexander (2013) dimana diabetisi perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan diabetisi laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa neuropati pada diabetisi perempuan dikaitkan dengan
adanya hormon estrogen. Secara hormonal, estrogen akan menyebabkan
perempuan lebih banyak terkena neuropati akibat penyerapan iodium pada usus
terganggu sehingga proses pembentukan serabut mielin saraf tidak terjadi
(Melanie. A, 2014). Menurut Abduh (2014) dalam Rosyida (2016) menyatakan
bahwa seorang perempuan memiliki resiko lebih besar daripada laki-laki untuk
mengalami komplikasi penyakit diabetes mellitus yaitu neuropati perifer, karena
perbedaan hormon pada laki-laki dan perempuan mempengaruhi timbulnya
neuropati. Tingginya kadar estrogen pada perempuan dapat mengganggu
penyerapan iodium yang berperan dalam proses pembentukan myelin saraf.
Sedangkan kadar testosteron pada laki-laki melindungi tubuh dari diabetes
mellitus tipe 2, tetapi tidak pada perempuan (Meiti, 2014 dalam Rosyida, 2016).

Perempuan juga memiliki kecenderungan untuk mengalami diabetes


terutama pasca menopause. Hal ini berkaitan dengan hormon estrogen dan
progesteron yang mempengaruhi sel-sel tubuh merespon insulin. Kedua hormon
tersebut memiliki efek antagonis terhadap kadar glukosa darah yaitu reseptor
hormon estrogen pada sel β pankreas yang menyebabkan pelepasan insulin yang
merupakan hormon terpenting dalam homeostasis glukosa dalam darah dan
hormon progesteron yang memiliki sifat anti-insulin serta dapat menjadikan sel-
sel kurang sensitif terhadap insulin yang menyebabkan terjadinya resistensi
insulin dalam tubuh (Magdalena et al, 2008 dalam Aghniya, 2017).

Penelitian yang dilakukan Aghniya (2017) menyatakan bahwa pada


distribusi jenis kelamin yang menderita diabetes mellitus perempuan lebih banyak
daripada laki-laki. Perempuan memiliki kecenderungan mengalami obesitas
dibandingkan laki-laki, perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat
trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Jumlah lemak pada
laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15-20 % dari berat badan total, dan pada
perempuan sekitar 20-25%. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, sehingga faktor resiko
terjadinya diabetes mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan
pada laki-laki yaitu 2-3 kali (Haryati dan Geria, 2014 dalam Aghniya, 2017).
Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin. Lemak dapat memblokir kerja insulin sehingga glukosa
tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam pembuluh darah,
sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah (Waris, 2015 dalam Aghnia,
2017).

2) Lama Menderita Diabetes Mellitus


Hasil implementasi yang didapatkan di Puskesmas Muara Fajar bahwa
mayoritas responden dengan lama menderita diabetes mellitus pada penelitian ini
adalah ≥ 3 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea,
dkk (2016) yang mengatakan bahwa neuropati paling banyak terdapat pada
diabetisi yang telah menderita diabetes mellitus dalam rentang 1-10 tahun.
Kejadian neuropati ringan lebih sering ditemukan pada diabetisi yang telah
menderita diabetes mellitus < 5 tahun. Sedangkan kejadian neuropati sedang dan
neuropati berat lebih sering ditemukan pada diabetisi yang telah menderita
diabetes mellitus ≥ 5 tahun.
Latihan kaki yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus yang
mengalami gangguan neuropati adalah senam kaki (Soegondo, dkk, 2009). Senam
kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah
bagian kaki (Widianti & Proverawati, 2010). Menurut Waspadji (2012) senam
kaki merupakan salah satu terapi yang diberikan oleh seorang perawat yang
bertujuan untuk melancarkan peredaran darah yang terganggu, karena senam kaki
diabetes dapat membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan
memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes mellitus dengan neuropati.
Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha, juga mengatasi keterbatasan
gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
3) Intensitas Nyeri
Setelah diberi perlakuan Senam kaki Dabetik pada 15 pasien dengan diabetes
melitus, didapatkan 8 dari 15 mengalami penurunan intensitas nyeri.F Responden
dengan umur di bawah 40 tahun semangat sekali dalam mendemonstrasikan gerakan
senam kaki apalagi mendapat dukungan keluarga artinya pada saat melakukan gerakan
senam didampingi oleh keluarga juga semangat sekali, Jadi peran keluarga atau
dukungan keluarga sangat penting dalam tindakan senam kaki. Selain itu Responden
yang baru menderita DM dan yang sudah lama tidak ada perbedaan dalam melakukan
gerakan senam, jadi dapat diasumsikan tidak ada pengaruh antara lama menderita DM
dengan motivasi dalam melakukan gerakan senam. Tingkat pendidikan tidak kalah
pengaruhnya dalam tindakan senam kaki jelas sekali dengan semakin tinggi tingkat
pendidikan sangat mudah dalam pemahaman gerakan senam kaki sehingga melakukan
senam kaki sesuai prosedur dengan cepat tanpa bantuan peneliti. Begitu pula dengan
kecemasan, pada penelitian ini responden yang mengalami kecemasan dalam observasi
sebelun dan sesudah tindakan senam kaki tidak ada perubahan intensitas nyeri.

E. Kesimpulan
Karakteristik responden penelitian ini yaitu jenis kelamin perempuan lebih
banyak menderita diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
Karakteristik lama menderita diabetes mellitus banyak dialami responden ≥ 5 tahun
daripada < 5 tahun. Intensitas nyeri pada pasien DM mengalami penurunan skala nyeri 9
responden (70%) intensitas nyeri ringan , 4 responden (27%) mengalami Intensitas nyeri
sedang dan 1 (10%) responden mengalami intensitas nyeri berat. Berdasarkan beberapa
penjelasan yang telah dikemukakan, bahwa senam kaki tersebut sangat membantu
mengatasi nyeri diabetic yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam proses
penyembuhan dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien.

F. Daftar Pustaka
Yulita, Rita Fitri. dkk. (2019). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Penurunan Skor
Neuropati Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dm Tipe 2. Journal of
Telenursing (JOTING) 1(1):. https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.498
Aghnia R. (2017). Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Mellitus dengan Terjadinya
Diabetic Peripheral Neuropathy pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Grha
Diabetik Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/51812/. Diperoleh tanggal 15
November 2019.
Darmayanti. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Priyanto. (2012) Pengaruh Senam Kaki terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar Gula Darah
pada Anggregat Lansia Diabetes Mellitus di Magelang.
jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/853/907 Diperoleh
pada tanggal 15 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai