Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN MASALAH UTAMA HIPERURISEMIA PADA Tn.M.R

DI KECAMATAN TANIMBAR SELATAN

KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR

Tim pengampu mata ajar:


(Ns. Aisyiah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom)
(Ns. Intan Asrinurani, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom)

DI SUSUN OLEH:

ADOLFINA RUMANTENAN,S.Kep

NPM. 194291517040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA DENGAN DENGAN HIPERURISEMIA PADA Tn.M.R

A.LATAR BELAKANG
Menurut Depkes RI,dikutip oleh Effendy,1998 : 32, Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Bailon dan Maglaya, keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Keluarga Tn.M.R adalah keluarga dengan tipe Nuclear family yang terdiri dari
Ayah ,ibu dan tiga orang anak dengan Tahapan perkembangan keluarga saat ini berada pada
Tahap keluarga dengan anak remaja dengan masalah kesehatan utama yaitu Hiperurisemia
yang di alami oleh Tn.M.R sejak 2 tahun yang lalu

Menurut Misnadiarly (2008), pada sebagian besar penelitian epidemiologi, kadar


asam urat dikatakan tinggi jika kadar asam urat serum pada pria lebih dari 7,0 mg/dl dan
lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan.

Peningkatan kadar asam urat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien
gagal jantung akut dan kronik (Ruilope & Cerezo, 2012).

Besarnya angka kejadian hiperurisemia pada masyarakat Indonesia belum ada data yang
pasti. Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerja sama WHO
COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar36% yang terdiri dari 24,3% laki-laki dan 11,7% wanita (Hensen &
Putra, 2007).

Penelitian di ChitwanNepal, melaporkan bahwa prevalensi hiperurisemia pada ras Mongolia


sebesar 24,50%, sedangkan pada non Mongolia sebesar 21,06%, lebih umum pada laki-laki
dari pada perempuan (Kumar et al,2010; Nakanishi et al,2000). Poletto (2011) dalam
penelitiannya melaporkan,tingginya prevalensi hiperurisemia Jepang-Brazil sebesar 35,3%.
Hiperurisemia didefinisikan sebagai peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Batasan hiperurisemia untuk pria dan wanita tidak sama tergantung dari golongan umur.
Seorang pria dewasa dikatakan menderita hiperurisemia bila kadar asam urat serumnya lebih
dari 7,0 mg/dl. Sedangkan hiperurisemia pada wanita dewasa terjadi bila kadar asam urat
serum di atas 6,0 mg/dl (Berry et al., 2004).

Ginjal merupakan organ yang berperan megendalikan kadar asam urat di dalam
darah agar selalu dalam batas normal. Organ ginjal mengatur pembuangan asam urat melalui
urin. Namun bila produksi asam urat menjadi sangat berlebihan atau pembuangannya
berkurang, kadar asam urat di dalam darah menjadi tinggi, keadaan ini disebut
Hiperurisemia (Misnadiarly, 2007).

Penumpukan asam urat akan membentuk kristal di sendi, yang dapat memicu nyeri
dan pembengkakan di berbagai sendi tubuh. Meskipun umumnya terbentuk di sendi, kristal
asam urat juga bisa terbentuk di ginjal dan saluran kemih. Kondisi tersebut dapat
mengganggu fungsi ginjal atau menyebabkan batu saluran kemih. Dan dapat juga mengenai
sendi lain seperti siku, lengan, jari-jari tangan, lutut dan pergelangan kaki. Penumpukan
kristal urat di sendi ini berbentuk benjolan yg disebut tophus, isi benjolan atau tophus ini
seperti cairan putih mirip pasta gigi.

Penyebab asam urat dapat di cegah dengan modifikasi gaya hidup seperti
mengkonsumsi bahan makanan purin tinggi jangan berlebihan, konsumsi buah sayuran yang
cukup, konsumsi air putih yang cukup, olahraga teratur, menghindari alkohol

Penanganan penyakit asam urat adalah dengan pemberian obat-obatan, untuk


meringankan gejalanya dan mencegah penyakit kambuh kembali. Jenis obat asam urat yang
biasanya diresepkan dokter untuk menangani penyakit asam urat adalah colchicine dan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi kedua obat
tersebut, dokter akan meresepkan kortikosteoid.
Menurut Wijaya (2017),Therapi kompres hangat rebusan daun kelor bisa untuk
mengobati rematik karena memiliki kandungan seperti flavanoid, alkaloid, steroid, tanin,
saponin, terpenoid (Wijaya, 2017). Flavonoid menghambat degranulasi neutrofil sehingga
akan menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta enzim yang berperan dalam
peradangan (Mohan dkk, 2012). Flavonoid ini berfungsi sebagai analgesik yang
menghambat kerja enzim siklooksigenase dan lipoksigenase sehingga dapat mengganggu
sintesis prostaglandin dan mengurangi rasa nyeri (Suryanto, 2012). Menurut penelitian
Hilyani (2017) mengatakan ekstrak air daun kelor dapat sebagai analgesik. Penggunaan
terapi herbal dapat dilakukan bersamaan dengan kompres hangat. Mengompres berarti
memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang memerlukannya (Fanada, 2012)

Berdasarkan penelitian dari Aris Widiyanto,dkk tentang Efektifitas kompres hangat


daun kelor terhadap nyeri asam urat pada lansia di desa Kenteng,Nogosari,Boyolali dalam
Journal of Health Research, Vol3 No 2. Oktober 2020 (103-113) dengan pendekatan one
group pre-post test design yang di lakukan terhadap 40 responden dengan melakukan
therapy kompres hangat daun kelor maka di temukan kompres hangat daun kelor efektif
menurunkan nyeri asam urat pada lansia di Desa Kenteng, Nogosari,Boyolali.

Begitu pula dengan hasil penelitian Sulistyawati & Pratiwi (2016) mengatakan
esktrak daun kelor memiliki kandungan analgesik dan antiinflamasi. Didukung hasil
penelitian Anshory dkk (2018) mengatakan esktrak daun kelor memiliki kandungan
analgesik lebih baik dibandingkan meloksikam. Kandungan flavonoid pada daun kelor
berkhasiat sebagai analgetik yang mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim
siklooksigenase. Penghambatan enzim siklooksigenase akan mengurangi produksi
prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri. Flavonoid juga menghambat degranulasi
neutrofil sehingga akan menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta enzim yang
berperan dalam peradangan (Syamsul, dkk., 2016)

Prosedur therapy kompres hangat daun kelor yaitu siapkan air rebusan daun kelor
yang sudah direbus,biarkan sebentar sampai suhu air 37°C - 39 °C, lalu masukan handuk
kecil ke dalam air rebusan daun kelor, letakan handuk pada sendi yang terinfeksi, biarkan
kompres hangat daun kelor dengan suhu 37°C- 39°C,selama 20 menit kemudian diangkat ,
kompres dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari.

Berdarkan penelitian ini maka, saya selaku Mahasiswa Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Profesi Ners Universitas Nasional Jakarta mencoba untuk melakukan metode
therapy kompres hangat daun kelor pada studi kasus kelolaan keluarga Tn.M.R dengan
judul Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah utama Hiperurisemia pada Tn.M.R di
Kecamatan Tanimbar Selatan Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
B. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Manajemen kesehatan keluarga Tn.M.R tidak efektif
Rencana Intervensi : Kompres hangat daun kelor
2. Metode intervensi : Pelibatan Keluarga (Terapeutik )
- Judul : Kompres hangat daun kelor
- Waktu : ± 20 menit
- Tempat: Rumah
- Susunan kegiatan

No Kegiatan Waktu
Pembukaan
Penjelasan tentang intervensi :
1. Salam
2. Penjelasan tentang kompres hangat daun kelor
a. Pengertian Kompres hangat daun kelor yaitu :
Pemberian kompres hangat dengan rebusan daun kelor
yang sudah direbus
b. Tujuan :
Agar keluarga dapat memberikan tindakan Kompres
hangat daun kelor untuk menurunkan asam urat yang
di alami oleh Tn.M.R
c. Dengan prosedur :
- Siapkan air rebusan daun kelor yang
sudah direbus,biarkan sebentar sampai
1 5 menit
suhu air 37°C - 39 °C
- Masukan handuk kecil ke dalam air
rebusan daun kelor
- Letakan handuk pada sendi yang
terinfeksi
- Biarkan kompres hangat daun kelor
dengan suhu 37°C- 39°C,selama 20
menit kemudian diangkat
- Kompres dilakukan selama 3 hari
berturut-turut
- Dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari

Persiapan intervensi :
Alat dan bahan :
- Alat tes Asam Urat
- Air rebusan daun kelor
2 30 Menit
- Handuk
- Pengukur suhu
- Ember/Waskom

Melakukan intervensi :
- Masukan handuk kecil ke dalam air rebusan daun kelor
- Letakan handuk pada sendi yang terinfeksi
3 20 Menit
- Biarkan kompres hangat daun kelor dengan suhu
37°C- 39°C,selama 20 menit kemudian diangkat
Evaluasi :
- Apakah terjadi perubahan setelah di lakukan kompres hangat daun
4 kelor 10 Menit
- Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengulangi
tindakan kompres hangat daun kelor dengan benar
Penutup :
5 - Salam dan ucapan terima kasih 3 Menit
- Kontrak untuk waktu esok hari

3. Evaluasi – ( ini adalah evaluasi yang diharapkan oleh mahasiswa sebelum melakukan intervensi)
- Struktur /Persiapan : apa saja yang sudah disiapkan?
o Pasien : Kooperatif bersama keluarga
o LP : Hiperurisemia
o Materi : Leaflet tentang Kompres hangat daun kelor dan masalah hiperurisemia
o Alat dan bahan :
- Alat tes Asam Urat
- Air rebusan daun kelor
- Handuk
- Pengukur suhu
- Ember/Waskom air

- Proses
o Tempat kegiatan : di rumah
o Kondisi pasien : K/U baik,Adanya edema pada kedua lutut dan tungkai

- Hasil
o Output yang akan diukur/dinilai :

Daftar pemantauan kompres hangat daun kelor

Nama (inisial): Tn.M.R Diagnosa: Hiperurisemia

Usia: 42 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki

Jam Pemberian : 20 menit

Hari Kadar Asam urat Edema

Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3

o Respon pasien dan Keluarga : Baik ( Kooperatif)


4. Penutup
Kesimpulan :
-
Saran :

Demikian laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah


utama Hiperurisemia pada Tn.M.R ini saya susun sebagai salah satu syarat memenuhi tugas
kelolaan individu pada stase Keperawatan Keluarga.
Akhir kata tak ada mawar yang tak berduri demikian juga laporan ini masih jauh dari
kesempurnaannya. Untuk itu saya tetap mengharapkan adanya masukan yang lebih ilmiah
dan konstruktif demi penyempurnaan laporan ini ke depan, semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Dan ijinkankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing Ns. Aisyiah,
S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Kom dan Ns.Intan Asri Nurani, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom yang
selama ini telah membimbing kami selama ada pada stase Gerontik ini, semoga Ilmu dan
Hidayahnya selalu di Ridho oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sekian dan Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai