Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI PADA TELAPAK KAKI TERHADAP

SENSITIVITAS KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2


DI PUSKESMAS KARANGAYU SEMARANG

Ahmad Muzahidin*), Mugi Hartoyo**), Maria Suryani***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Jurusan Keperawatan POLTEKKES KEMENKES Semarang
***) Dosen Jurusan Keperawatan STIKES Elizabeth Semarang

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang merupakan masalah kesehatan yang serius di
dunia. Masalah yang sering terjadi pada pasien DM adalah penurunan sensitivitas kaki yang dapat
dipengaruhi oleh sirkulasi darah kurang optimal yang berakibat lanjut ke neuropati sampai ulkus
diabetik. Prevalensi neuropati pada DM tipe 1 berkisar antara 8-54% dan pada DM tipe II 13-46%.
Upaya meningkatkan sensitivitas kaki dan supaya tidak terjadi komplikasi dapat dilakukan dengan
perawatan komplementer yaitu dengan terapi pijat refleksi telapak kaki. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi pijat refleksi telapak kaki terhadap sensitivitas kaki pada pasien diabetes
melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan rancangan pra-eksperimen dengan pre- and post-test
design. Sampel penelitian adalah 44 responden penderita DM tipe 2 yang ditetapkan dengan teknik
purposive sampling. Sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pijat refleksi telapak kaki selama 3
hari berturut-turut dilakukan pengukuran sensitivitas kaki menggunakan monofilament 10 gram.
Teknik analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil menunjukkan sesudah intervensi terapi pijat
refleksi telapak kaki terdapat peningkatan sensitivitas kaki yang signitifikan (p-value 0,000). Mean
sensitivitas kaki kanan 3,04 dan mean sensitivitas kaki kiri 2,90. Terapi pijat refleksi telapak kaki
dapat diterapkan untuk mengurangi resiko neuropati dan dapat mencegah komplikasi yang berakibat
ulkus diabetik maupun amputasi.

Kata kunci : terapi pijat refleksi telapak kaki, sensitivitas kaki, diabetes melitus tipe 2

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that is a serious health problem in the world. A common
problem in DM patients is a decrease in leg sensitivity that can be affected by less than optimal blood
circulation, leading to neuropathy to diabetic ulcers. The prevalence of neuropathy in type 1 diabetes
ranged between 8-54% and in type II DM 13-46%. Efforts to increase the sensitivity of the foot and so
that no complications can occur with complementary treatment with foot reflexology therapy. The
aim of this study was to determine the effect of foot reflexology therapy on foot sensitivity in type 2
diabetes mellitus. This study used pre-experimental design with pre- and post-test design. The
research sample was 44 respondents with type 2 diabetes mellitus who were determined by purposive
sampling technique. Before and after the intervention of foot reflexology massage for 3 days in a row
was done leg sensitivity measurement using 10 gram monofilament. Data analysis technique using
Wilcoxon test. The results showed after intervention of foot reflexology therapy there was a
significant increase in sensitivity of the foot (p-value 0,000). Mean right-foot sensitivity of 3.04 and
mean left-foot sensitivity 2.90. Foot reflexology therapy therapy can be applied to reduce the risk of
neuropathy and can prevent complications that result in diabetic ulcers or amputations.

Keywords: foot reflexology therapy, foot sensitivity, diabetes mellitus type 2

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 1
PENDAHULUAN ke-7 dengan 7,6 juta orang penyandang DM
Diabetes melitus (DM) adalah sekumpulan (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
gangguan metabolik yang ditandai adanya [PERKENI], 2015).
peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat rusaknya sekresi insulin, Prevalensi DM di provinsi Jawa Tengah
kerja insulin, atau keduanya (Brunner & menurut Riskesdas (2013) berjumlah 532,23
Suddart 2013, hlm.211). Klasifikasi DM ribu jiwa. Data tergantung insulin sebesar 9.376
menurut Nabyl (2009, hlm.19-26) ada kasus dan yang tidak tergantung insulin atau
bermacam-macam diabetes yaitu diabetes tipe dikenal dengan DM tipe 2 sebesar 142.925
1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan kasus (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
diabetes yang lain. Diabetes tipe 1 menurut 2013, hlm.33). Kasus DM pada tahun 2015 di
Hasdianah (2012, hlm.16) adalah mereka yang kota Semarang sebanyak 17.900 kasus. Hal
menggunakan insulin karena tubuh tidak dapat tersebut mengalami peningkatan di banding
menghasilkan insulin, terjadi karena masalah tahun 2014 yaitu sebanyak 15.464 kasus (Dinas
genetik, virus atau autoimun. Diabetes tipe 2 Kesehatan [DINKES], 2015, hlm.57).
adalah kondisi saat gula darah dalam tubuh
Penyakit DM jika tidak ditangani dengan baik,
tidak terkontrol akibat gangguan sensitivitas sel
dapat mengakibatkan komplikasi seperti
b pankreas untuk menghasilkan hormon insulin
gangguan penglihatan, nepropati, impotensi,
yang berperan sebagai pengontrol kadar gula
stroke, penyakit jantung, gangguan
darah dalam tubuh (Dewi, 2014, hlm.14).
pendengaran, osteoporosis, gestasional,
Diabetes gestasional merupakan kehamilan
gangguan pada kaki dan neuropati (Tjahjadi,
normal yang disertai peningkatan resistensi
2010, hlm.59; Tarwoto, 2012, hlm.162).
insulin (ibu hamil gagal mempertahankan
Menurut Pusat Data dan Informasi
euglycemia). Faktor risiko diabetes gestasional
Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
yaitu riwayat keluarga, obesitas, dan glikosuria
tahun 2011 angka kejadian neuropati pada
(Nabyl, 2009, hlm.26). Diabetes yang lain
pasien DM lebih dari 50%.
merupakan diabetes yang timbul akibat
penyakit lain yang mengakibatkan gula darah Gangguan kaki diabetes dengan neuropati
meningkat, misalnya infeksi berat, pemakaian berupa gangguan sensorik, motorik dan
obat kortikosteroid, dan lain-lain (Nabyl, 2009, otonomik. Neuropati sensorik ditandai dengan
hlm.26). perasaan kebal (parastesia), kurang berasa
(hipestesia) terutama pada ujung kaki terhadap
Data World Health Organisation (WHO) pada rasa panas, dingin dan sakit (Monalisa &
tahun 2015 terdapat 415 juta orang dewasa Gultom, 2009, hlm.322). Peran perawat dalam
hidup dengan DM. Diperkirakan jumlah mengelola DM neuropati untuk jangka pendek
penderita DM tahun 2035 sebanyak 592 juta menghilangkan keluhan atau gejala dan
orang didunia dan pada tahun 2040 mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Untuk
diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta jangka panjang mencegah penyulit, baik
orang (WHO, 2015; IDF, 2014). Data makroangiopati, mikroangiopati maupun
Internasional Diabetic Federation (IDF) pada neuropati (Sarwono, 2009, hlm.33).
tahun 2014 sebesar 9,1 juta orang penduduk
Indonesia di diagnosis sebagai penyandang DM Penanganan neuropati diabetikum selain
dan memprediksi adanya kenaikan jumlah dengan farmakologis yaitu dengan obat bisa
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada dilakukan pula dengan non farmakologis antara
tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 lain: edukasi perawatan kaki, dan pemberian
(IDF, 2014). Indonesia menempati peringkat terapi pijat yang diharapkan dapat mengurangi
ke-5, atau naik dua peringkat dibandingkan derajat ND. Terapi pijat adalah penekanan atau
data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat pemijatan yang dilakukan pada titik–titik

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 2
keseimbangan di kaki dengan tujuan untuk Penelitian ini menggunakan teknik sampling
memperlancar peredaran darah (Mark S, 2008, purposive sampling. Penelitian ini
hlm.6). Terapi pijat dilakukan untuk pelancaran menggunakan teknik sampling purposive
sirkulasi darah dengan efek yang langsung sampling. Jumlah yang diperoleh dalam
dirasakan ke saraf–saraf yang terdapat di kaki penelitian ini adalah 44 responden. Alat dalam
sehingga dalam darah tidak terjadi endapan pengumpulan data dengan teknik pengambilan
gula dan darah yang membawa oksigen dan data dan dokumentasi dengan bantuan
nutrisi yang akan disampaikan keseluruh instrumen monofilament test 10 gram dan
bagian sampai ujung–ujung jari kaki dapat lembar dokumentasi yang berisi karakteristik
mengalir. Sehingga seluruh bagian kaki akan responden dan pengukuran sensitivitas kaki.
mendapat suplai oksigen yang cukup maka Berdasarkan uji normalitas data dengan
kesemutan dan rasa baal yang merupakan tanda menggunakan Shapiro-Wilk didapatkan p value
dan gejala dari neuropati diabetikum akan 0,000 (<0,005) maka data tidak berdistribusi
berkurang atau menurun (Kohar, 2008, tidak normal data dilakukan tranformasi data
hlm.56). dan didapatkan hasil p value 0,000 (<0,005)
karena data masih berdistribusi tidak normal
Pijat refleksi pada telapak kaki dengan maka analisa data menggunakan uji alternatif
pemijatan di daerah tertentu akan merangsang yaitu Wilcoxon test.
dan memperlancar sirkulasi darah dan bila ada
bagian titik yang saat dipijat terasa sakit dapat
HASIL PENELITIAN
mengeluarkan kristal-kristal yang menyumbat
(Mahendra & Ruhito, 2011, hlm.3). Pernyataan 1. Analisa univariat
tersebut dibuktikan oleh penelitian Yuwono a. Gambaran karakteristik responden jenis
(2015) dengan judul “Pengaruh Terapi Pijat kelamin
Refleksi Kaki Terhadap Ankle Brachial Index Tabel 4.1
(ABI) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” Distribusi responden berdasarkan
diperoleh hasil terapi pijat refleksi kaki jenis kelamin di puskesmas karangayu
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan semarang (n=44)
ABI dengan hasil p = 0,000. ABI merupakan Jenis kelamin F %
pemeriksaan non invasif pembuluh darah yang
Laki-laki 13 29,5
berfungsi untuk mendeteksi tanda dan gejala
klinis dari iskemia, penurunan fungsi perifer Perempuan 31 70,5
yang dapat mengakibatkan angiopati dan Total 44 100,0
neuropati diabetik (Mulyati, 2009). Asumsi
peneliti bahwa pijat refleksi dapat
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
meningkatkan sensitivitas kaki DM karena
bahwa sebagian besar responden berjenis
sirkulasi darah mempengaruhi sensitivitas kaki
kelamin perempuan sebanyak 31
DM.
responden (70,5%), sedangkan yang
METODE PENELITIAN berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13
Penelitian ini menggunakan metode pra- responden (29,5%).
eksperimenntal desain dengan menggunakan
desain jenis penelitian pre test-post test design. b. Gambaran karakteristik usia responden
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Tabel 4.2
pasien DM tipe 2 yang berada diwilayah Distribusi responden berdasarkan usia
Puskesmas Karangayu Semarang pada tahun di puskesmas karangayu semarang
2017 berjumlah 956 orang. Rata-rata perbulan (n=44)
jumlah pasien DM tipe 2 terdapat 79 orang.

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 3
Usia F % Berdasarkan diagram tersebut diketahui
<45 tahun 7 15,9 bahwa tingkat sensitivitas kaki pre
digambarkan garis berwarna biru,
45-60 tahun 28 63,6
sedangkan tingkat sensitivitas kaki post
>60 tahun 9 20,5 digambarkan garis berwarna merah.
Total 44 100,0 Sedangkan nilai terendah untuk kaki
kanan pre adalah 2, dan nilai tertinggi 7.
Untuk kaki kanan post nilai terendah
Berdasarkan tabel 4.2 Jumlah responden
menunjukkan angka 4 dan nilai tertinggi
berdasarkan usia sebagian besar
9. Dari hasil diatas didapatkan terdapat
responden termasuk usia 45- 60 tahun
peningkatan sensitivitas kaki kanan pre
yaitu sebanyak 28 responden (63,3%)
dan post dengan hasil rata-rata 3,04.
dan jumlah usia <44 tahun sebanyak 7
responden (15,9%).
2. Analisa bivariat
Tabel 4.3
c. Diagram linier sensitivitas kaki kiri pre-
Pengaruh terapi pijat refleksi
post
telapak kaki terhadap tingkat
10 sensitivitas pada pasien DM tipe 2 di
8 Puskesmas Karangayu Semarang
Kaki kiri
6 (n=44)
pre
4 sensitivit Mean ±SD Me Min- p-
Kaki kiri as dian Max value
2 post Kaki
0 kanan 0,000
1 8 1522293643 Pre 5,11 ± 1,298 5,00 2-7
Post 8,25 ± 0,781 8,00 6-9
Berdasarkan diagram tersebut diketahui Kaki kiri
bahwa tingkat sensitivitas kaki pre Pre 7,07 ± 1,561 7,00 3-10 0,000
digambarkan garis berwarna biru, Post 9,20 ± 0,795 9,00 7-10
sedangkan tingkat sensitivitas kaki post
digambarkan garis berwarna merah. Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa
Sedangkan nilai terendah untuk kaki kiri terdapat pengaruh terapi pijat refleksi
pre adalah 2, dan nilai tertinggi 10. telapak kaki. Hasil uji Wilcoxon
Untuk kaki kiri post nilai terendah didapatkan p value 0,000 (p<0,05) maka
menunjukkan angka 4 dan nilai tertinggi dapat disimpulkan bahwa Ha diterima,
10. Dari hasil diatas didapatkan terdapat artinya ada pengaruh yang bermakna
peningkatan sensitivitas kaki kiri pre dan tingkat sensitivitas sebelum dan sesudah
post dengan hasil rata-rata 2,90. diberikan terapi pijat refleksi telapak
kaki pada DM tipe 2 di Puskemas
d. Diagram linier sensitivitas kaki kanan Karangayu Semarang.
pre-post
10
PEMBAHASAN
1. Sensitivitas kaki
8 Kaki
kanan Hasil penelitian yang dilihat dari
6 karakterisitik responden berdasarkan tingkat
pre
4 sensitivitas kaki semua 44 responden
Kaki
2 kanan mengalami penurunan sensitivitas kaki. Dari
0 post 44 responden didapatkan hasil dari
1 8 15 22 29 36 43 penurunan menjadi peningkatan. Dengan

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 4
rata-rata tingkat sensitivitas kaki sebelum akibatnya nutrisi yang dibawa oleh darah
dan sesudah dibagian kaki kiri yaitu dengan tidak terdistribusi kebagian kaki.
hasil 2,90 dan hasil paling rendah
sensitivitas kaki pre dengan nilai 2 dan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
paling tinggi post dengan nilai 10. jenis kelamin perempuan lebih besar
Sedangkan dibagian kaki kanan dengan nilai dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
rata-rata 3,04 dan hasil paling rendah Penelitian terkait kejadian DM lebih tinggi
sensitivitas kaki pre dengan nilai 4 dan pada wanita dibanding pria terutama pada
paling tinggi post dengan nilai 9. Hasil DM tipe 2 yang dilakukan oleh Faradhita,
penelitian sejalan dengan penelitian Hasneli Handayani dan Kusumastuty (2014) tentang
(2014), menunjukkan bahwa sirkulasi darah “Hubungan asupan magnesium dan kadar
dan sensitivitas kaki pada pasien DM glukosa darah puasa pasien rawat jalan
setelah pemberian terapi latihan tempurung diabetes melitus tipe 2”, menunjukkan hasil
kelapa pada kaki yaitu p = 0,000 berarti ada sebagian besar responden berjenis kelamin
pengaruh sensitivitas kaki sebelum perempuan, yaitu sebanyak 38 orang
intervensi adalah 6,983 dan sesudah (86,2%). Penelitian lain yang dilakukan oleh
intervensi adalah 7,957. Satriani, Yusuf dan Kadar tentang
“Sensitivitas dan Spesifisitas Teknik Palpasi
Sensitivitas sentuh kaki adalah reseptor dalam Mendeteksi Angiopati pada Pasien
sensori yang peka terhadap sentuhan, suhu, DM Tipe II dengan Luka dan Tanpa Luka”,
tekanan dan nyeri yang tersebar luas di didapatkan hasil bahwa responden sebagian
dermis (Ross & Wilson, 2011, hlm.212). besar adalah perempuan 28 orang (53.8 %).
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi
dalam beberapa bentuk yaitu salah satunya Hasil pada penelitian ini dan penelitian
jika mengenai kaki akan dapat menimbulkan sebelumnya yang menderita diabetes
neuropati diabetikum yang dapat melitus didominasi oleh responden yang
menyebabkan mati rasa sampai terjadi ulkus berjenis kelamin perempuan. Kondisi
pada kaki (Maulana, 2009, hlm.78). tersebut didukung oleh teori menurut
Neuropati akan menghambat signal, LeMone, Karen dan Gerene (2015, hlm.653)
rangsangan atau terputusnya komunikasi perempuan sangat berisiko terjadi penyakit
dalam tubuh yang menyebabkan diabetes mellitus karena dipengaruhi oleh
insensitivitas atau hilangnya kemampuan pertambahan usia, kegemukan, dan gaya
untuk merasakan (Tambunan, 2009, hidup yang kurang gerak. Hasil tersebut
hlm.89). juga diperkuat dengan penelitian yang oleh
Allorerung, Sekeon, dan Joseph (2016)
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian diperoleh hasil bahwa jumlah responden
Pristiani, Hartoyo, dan Nurullita (2017) terbanyak adalah perempuan dibandingkan
bahwa selisih mean pada kelompok laki-laki. Jumlah perempuan sebanyak
intervensi lebih tinggi dikarenakan pada 58,8% dan laki-laki 41,2%. Perempuan
kelompok intervensi diberikan latihan lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2
ALROM, sehingga terjadi pergerakan dibandingkan oleh laki-laki. Hasil
kontraksi otot yang dapat membantu didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
melancarkan sirkulasi darah perifer jenis kelamin dengan kejadian DM tipe 2.
sehingga sensitivitas kaki meningkat.
Menurut peneliti dan penelitian sebelumnya Hal ini disebabkan oleh hormone estrogen
disimpulkan bahwa penurunan sensitivitas dan progesterone mengalami perubahan
kaki pada pasien DM dipengaruhi oleh akibat manopause. Perubahan tersebut dapat
sirkulasi darah yang kurang optimal mempengaruhi sel-sel tubuh sehingga

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 5
menyebabkan terjadinya diabetes mellitus menderita DM adalah 45-60 tahun sejumlah
(Silbernagl, 2008, hlm.276). Pasca 51 orang (66,2%).
menopause yang membuat distribusi lemak
tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat Hasil penelitian ini dan penelitian
proses hormonal tersebut sehingga wanita sebelumnya yang menderita DM terbanyak
berisiko menderita diabetes mellitus tipe 2 pada usia 45- 60 tahun. Pada usia 45-60
(Soegondo, 2013, hlm.278). Selain tahun fungsi tubuh secara fisiologis
perubahan hormone estrogen progesteron menurun karena proses aging (penuaan)
wanita yang mengalami pembatasan terjadi penurunan sekresi atau resistensi
aktivitas fisik, sehingga jika wanita insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh
melakukan aktivitas fisik yang berlebihan terhadap pengendalian glukosa darah yang
maka akan merasakan keluhan fisik. tinggi kurang optimal. Proses aging
Aktivitas yang terus dibatasi akan merubah menyebabkan penurunan sekresi atau
pengambilan glukosa pada otot mengalami resistensi insulin sehingga terjadi
penurunan sehingga akan mengakibatkan makroangiopati, yang akan mempengaruhi
resistensi insulin yang akan mengganggu penurunan sirkulasi darah (Waspadji, 2009,
keseimbangan metabolisme glukosa dalam hlm.44). Hal tersebut sependapat dengan
darah meningkat (Wijoyo, 2011, hlm.15). Surialoka dan Supriasa (2012, hlm.42) yang
menjelaskan pada teorinya bahwa semakin
Dari hasil penelitian ini dan penelitian bertambahnya umur maka kemampuan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa yang jaringan dalam mengambilkan glukosa
paling banyak menderita diabetes melitus darah akan semakin menurun, hal ini terjadi
adalah yang berjenis kelamin perempuan. pada seseorang yang berumur lebih dari 40
Dalam hal ini wanita yang mengalami tahun yang merupakan dewasa tengah.
manopause, karena terjadi penurunan
produksi hormon estrogen dan progesteron Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
selain itu aktivitas fisik, karena aktivitas dilakukan oleh Wicaksono (2011) bahwa
fisik dapat meningkatkan indeks massa faktor risiko yang terbukti berhubungan
tubuh. dengan kejadian DM tipe 2 adalah usia 45
tahun dengan nilai OR=9,3. Seseorang yang
Dalam penelitian ini diperoleh hasil usia berusia >45 tahun mempunyai resiko 9 kali
yang menderita diabetes melitus di lebih besar terkena diabates melitus
Puskesmas Karangayu Semarang didapatkan dibandingkan dengan orang yang usianya
bahwa sebagian besar penderita diabetes kurang dari 45 tahun.
melitus adalah 45-60 tahun. Pada kelompok
umur <45 tahun merupakan kelompok yang Dari hasil penelitian ini dan penelitian
kurang beresiko menderita DM tipe 2. sebelumnya dapat disimpulkan bahwa usia
Risiko pada kelompok ini 72% lebih rendah yang paling banyak menderita diabetes
dibanding kelompok umur ≥ 45 tahun. melitus adalah usia 45-60 tahun. Dalam hal
Menurut Sunjaya (2009) mengatakan bahwa ini peningkatan risiko diabetes sering
responden DM terbanyak adalah kelompok dengan umur, khususnya pada usia tersebut
umur 45-60 tahun (63,3%). Didukung mulai terjadi peningkatan intoleransi
penelitian Yan, Marisdayana dan Irma glukosa. Adanya proses penuaan
(2017) dengan judul “Hubungan menyebabkan berkurangnya sel b pankreas
Penerimaan Diri Dan Tingkat Stres Pada dalam memproduksi insulin yang dapat
Penderita Diabetes Mellitus” didapatkan berpengaruh sensitivitas.
hasil bahwa usia paling banyak yang

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 6
Faktor lain kecuali faktor umur dan jenis Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
kelamin yang dapat menyebabkan bahwa responden dengan kebiasaan pola
sensitivitas kaki menurun pada pasien DM hidup yang kurang baik seperti merokok dan
adalah yang pertama lama menderita DM responden yang lama mempunyai penyakit
karena semakin lama seseorang menderita DM dapat menurunkan sensitivitas kaki .
DM risiko mengalami komplikasi semakin Untuk menstimulus peningkatan suplai
meningkat (Smletzer, 2013, hlm.1274). Hal darah pada kaki penderita DM dapat
ini dikarenakan pada diabetes terjadi dilakukan pemijatan pada daerah telapak
kelainan saraf dimana serabut saraf tidak kaki
memiliki suplai darah sendiri, saraf
bergantung pada difusi zat gizi dan oksigena 2. Pengaruh terapi pijat refleksi telapak kaki
lintas membran (Black & Hawks, 2013, terhadap sensitivitas kaki
hlm.680). Faktor kedua yaitu merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa
karena merokok dapat mengakibatkan sebelum dan sesudah diberikan terapi pijat
kondisi yang tahan terhadap insulin. Zat refleksi telapak kaki didapatkan hasil dari
kimia dalam rokok seperti nikotin dapat 44 responden yang mengalami penurunan
meningkatkan glukosa dalam darah sensitivitas kaki terjadi perubahan
sehingga semakin banyak nikotin yang sensitivitas kaki setelah diberikan terapi
masuk ke tubuh maka kadar gula darahnya pijat refleksi telapak kaki dengan p value
akan semakin tinggi dan dapat 0,000 (< 0,05). Maka Ha diterima artinya
menyebabkan suplai darah terganggu ke ada pengaruh pemberian terapi pijat refleksi
area kaki karena kekentalan darah dapat telapak kaki terhadap sensitivitas kaki pada
menyumbat aliran darah (Pudjiadi, 2009, pasien DM tipe 2 di Puskesmas Karangayu
hlm.98). Namun dalam penelitian ini faktor- Semarang. Hal ini membuktikan bahwa
faktor diatas yang dapat menyebabkan teknik terapi pijat refleksi telapak kaki
masalah sensitivitas tidak diteliti. efektif dalam meningkatkan sensitivitas kaki
pada penderita DM tipe 2.
Pernyataan diatas didukung oleh Penelitian
Prasetyo (2011) di RSU Semarang juga Penelitian ini didukung dengan penelitian
mendapatkan hasil bahwa lama menderita oleh Darmilis, Hasneli dan Indriati (2014)
DM tipe 2 juga memengaruhi timbulnya “Efektifitas Terapi accupressure pada
gejala klinis neuropati, yaitu penderita telapak kaki terhadap sensitivitas kaki pada
neuropati paling banyak terdapat pada pasien diabetes mellitus tipe 2” bahwa hasil
rentang 1-10 tahun menderita DM tipe 2. penelitian menunjukan adanya peningkatan
Vincent (2014) mengatakan bahwa tingkat sensitivitas kaki yang signifikan dengan
keparahan dari neuropati dapat meningkat hasil uji statistik p <0,05, dibuktikan dengan
sejalan dengan lamanya menderita DM. Hal hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata
tersebut dapat terjadi karena keadaan sebelum melakukan intervensi sebesar 6,312
hiperglikemia yang lama dapat dan sesudah diberikan intervensi terjadi
meningkatkan stres oksidatif dan peningkatan rata-rata sensitivitas kaki
merangsang jalur-jalur lainnya yang menjadi 7,286.
menyebabkan kerusakan saraf dan endotel
pembuluh darah. Penelitian lain yang Hasil penelitian ini memberikan gambaran
dilakukan oleh Pernyataan ini didukung bahwa responden yang dilakukan pijat
dengan hasil penelitian dari Clair et,. al refleksi meningkatan sensitivitas
(2015) yang menyatakan bahwa lamanya dikarenakan terapi pijat refleksi telapak kaki
merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi terapi yang membantu melancarkan
akan mempengaruhi neuropati yang dialami.

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 7
sirkulasi darah pada kaki sehingga saraf- bermakna pada pasien DM tipe 2. Hal ini
saraf tidak tersumbat dan tidak dapat kemungkinan ketika dilakukan penekanan
menyebabkan mati rasa. pada titik-titik refleksi dikaki khususnya
dititik pankreas, saraf reseptor akan bekerja
Pernyataan diatas didukung oleh Fauza, dan rangsangan akan berubah menjadi aliran
Bayhakki, dan Arneliwati ( 2015, listrik atau bioelektrik yang akan menjalar
hlm.1132). Pijat refleksi adalah terapi ke otak kemudian ke pankreas, sehingga
komplomenter yang bermanfaat untuk produksi hormon insulin menjadi lebih baik
tubuh, pikiran dan jiwa. Rangsangan yang dan kadar gula darah dalam tubuh seimbang.
ditimbulkan pada reseptor saraf juga Penekanan yang berulang-ulang pada daerah
mengakibatkan pembuluh darah melebar titik refleksi kaki juga membantu sistem
secara refleks sehingga melancarkan aliran peredaran darah menjadi lancar karena
darah pada titik syaraf kaki yang dipijat. rangsangan bioelektrik membantu
setiap organ tubuh membutuhkan aliran menghancurkan pembekuan-pembekuan di
darah untuk melangsungkan yang normal. aliran darah.
Darah tersebut membawa gizi yang
diperlukan tubuh seperti oksigen, hormon, KESIMPULAN
antibiotik, dan zat makanan lain. Disamping Berdasarkan hasil penelitian yang telah
itu ketika aliran darah mengalami gangguan dilakukan pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas
akan mengakibatkan komplikasi yang Karangayu Semarang, dapat disimpulkan
berkelanjutan (Mahendra & Ruhito, 2011, sebagai berikut:
hlm.25). 1. Responden penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Karangayu Semarang
Responden dalam penelitian ini diberikan mayoritas responden berjenis kelamin
intervensi terapi pijat refleksi telapak kaki 3 perempuan sebanyak 31 responden
hari berturut-turut satu hari satu kali dengan (70,5%), dan sebagian besar responden
lama durasi 15-20 menit setiap kali terapi. termasuk usia dewasa pertengahan (45-60
Hal ini untuk meningkatkan sirkulasi darah tahun) yaitu sebanyak 28 responden
perifer sehingga oksigen dan nutrisi ke (63,6%).
perifer maka dapat membantu syaraf-syaraf 2. Terdapat peningkatan tingkat sensitivitas
pada kaki untuk menerima rangsang. kaki kiri pre-post dengan hasil rata-rata
Pernyataan tersebut didukung oleh 2,90. Untuk kaki kanan didapatkan
penelitian Lisanawati, Hasneli dan Hasanah peningkatan sensitivitas kaki kanan pre
(2015). Dengah hasil penelitian mendukung dan post dengan hasil rata-rata 3,04.
hipotesis penelitian bahwa terdapat 3. Terdapat pengaruh pijat refleksi telapak
perbedaan tingkat sensitivitas kaki sebelum kaki terhadap sensitivitas kaki pada pasien
dan sesudah diberikan terapi pijat refleksi. DM tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan
Hasil uji dependent sample t test diperoleh intervensi pijat refleksi telapak kaki
nilai p value = 0,000. Sehingga dapat dengan p value 0,000 (<0,005).
disimpulkan bahwa terapi pijat refleksi 4. Ada pengaruh pijat refleksi telapak kaki
dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada terhadap sensitivitas kaki pada pasien DM
responden. tipe 2 di Puskesmas Karangayu Semarang.

Hasil penelitian ini dan beberapa penelitian DAFTAR PUSTAKA


sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terapi
pijat refleksi telapak kaki dapat Allorerung, D.L., Sekeon, S.A.S. & Joseph,
meningkatkan sensitivitas kaki secara W.B.S. (2016). Hubungan antara umur, jenis

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 8
kelamin dan tingkat pendidikan dengan Natalia, N., Hasneli, Y., & Novayelinda, R.
kejadian diabetes melitus tipe 2di Puskesmas (2012). Efektifitas senam kaki diabetik dengan
Ranotana Weru Kota Manado tahun 2016. tempurung kelapa terhadap tingkat sensitivitas
kaki pada pasien diabetes melitus 2. Diakses
Seluruh Jurnal, 8 (3): 1-8.
pada 20 Januari 2018 dari
https://www.google.com/search?q=Natalia%2C
Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset +N.%2C+Hasneli%2C+Y.%2C+%26+Novayel
kesehatan dasar; RISKESDAS. Jakarta: inda%2C+R.+(2012).+Efektifitas+Senam+Kaki
Balitbang Kemenkes RI +Diabetik+Dengan+Tempurung+Kelapa+Terha
dap+Tingkat+Sensitivitas+Kaki+Pada+Pasien+
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2009). Medical Diabetes+Melitus+2.&uid=WDCXWD3200BE
surgical nursing: clinical management for VT26ZCT0_WDWXL0A99R1425R1425&z=0
positive outcomes (vol 2, 8th Ed). St. Louis, d2d4ee3b3a14a2a5e266a8gazat4zbo5z6g6gaw
Missiouri: Saunders Elseiver 9z&type=ds#

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Kohar. (2008). Terapi pijat pada pasien –
medikal bedah hand book for Brunner dan pasien kronis. Surabaya: Mekar Sari
Suddarth’s text book of medical-surgical
nursing, edisi 12 alih bahasa devi yuliani, Le Mone. P, Karen. M, Bauldoff. G. (2016).
amelia kimin. Jakarta: EGC Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: alih
bahasa, bhestyangelina, editor edisi bahasa
Clair, C., Cohen, M.J., Eichler, F., Selby, K.J., Miskiyah Tifolani Iskandar, edisi 5.
et al. (2015). The Effect of Cigarette Smoking Jakarta:EGC
on Diabetic Peripheral Neuropathy: A
Systematic Review and Meta-Analysis. Journal Loriza Sativa Yan , Rara Marisdayana , Rizki
of General Internal Medicine Irma. (2017). Hubungan penerimaan diri dan
tingkat stres pada penderita diabetes mellitus.
Darmilis, H, Y., & Indriati, G. (2014) Diakses pada tanggal 23 mei
Efektifitas terapi acupressure pada telapak kaki 2018darihttp://ejournal.kopertis10.or.id/index.p
terhadap sensitivitas kaki pada pasien diabetes hp/endurance/article/viewFile/2234/797
melitus tipe 2. Diakses pada 12 Februari 2018
darihttps://media.neliti.com/media/publications Maulana, H. (2009). Promosi
/184127-ID-efektifitas-terapi- acupressure- Kesehatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
pada-tela.pdf EGC

Dewi, R. K. (2014). Diabetes bukan untuk Mark, S. (2008). Kesembuhan melalui pijat
ditakuti. Jakarta: Pmedia refleksi. Jakarta: Bumi Aksara

Fauza , B,., & Arneliwati. (2015). Efektifitas Monalisa, T & Gultom, Y. (2009). Perawatan
latihan refleksi kaki dengan menggunakan kaki diabetes dalam. Jakarta: Balai Penerbit
tempurung kelapa terhadap tekanan darah FKUI
pada penderita hipertensi primer. Diakses
pada tanggal 23 januari 2018 dari Mulyati, L., (2009). Pengaruh masase kaki
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/artic secara manual terhadap sensasi proteksi,
le/download/8277/7947 sensasi nyeri dan ABI pada pasien dm tipe ii di
RSU daerah Curup Bengkulu. Jakarta: FIK
Hasdianah. (2012). Mengenal diabetes mellitus UI
pada orang dewasa dan anak- anak dengan
solusi herbal. Yogyakarta: Nuha Medika

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 9
Nabyl, R.A. (2009). Cara mudah mencegah Tjahjadi. (2010). Mengenal, mencegah,
dan mengobati diabetes mellitus. Jakarta: Aulia mengatasi silent killer diabetes. Semarang:
Publishing Pustaka Widyamara

Poedjiadi, A. dkk. (2009). Dasar-dasar Waspadji. (2009). Komplikasi kronik diabetes:


biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas mekanisme terjadinya, diagnosis dan strategi
Indonesia pengelolaan buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid iii ed 5. Jakarta: Interna Publishing
Pristiani, S.N., Hartoyo, M., & Nurulita, U.
(2017). Pengaruh Latihan Active Lower Range Wicaksono, R.P. (2011). Faktor-faktor yang
Of Motion Terhadap Sensitivitas Sentuh Kaki Berhubungan dengan Kejadian Diabetes
Diabetik Pada Penderita Diabetes Mellitus Mellitus tipe 2 (Studi Kasus di Poliklinik
Tipe 2 Di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi).
Diakses tanggal 11 Mei 2018 dari Artikel Penelitian. Semarang: Program Pasca
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran
ilmukeperawatan/article/view/618 Universitas Diponegoro

Ross & Wilson. (2011). Dasar-dasar anatomi Wijoyo, P.M. (2011). Rahasia penyembuhan
dan fisiologi. Jakarta: Salemba Medika diabetes secara alami. Bogor: Bee Media
AGRO
Ruhito & Mahendra. (2011). Pijat kaki untuk
kesehatan. Jakarta: Penebar Plus+ Yuwono, K., & Sari. (2015). Pengaruh terapi
pijat refleksi kaki terhadap Amkle Brachial
Sarwono. (2009). Buku ajar ilmu penyakit Index (ABI) pada pasien diabetes melitus tipe
dalam. Jakarta: FKUI 2. Diakses pada tanggal 2 Februari 2018 dari
ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/motor/arti
Silbernagl, S., & Florian, L. (2008). Color cle/download/223/219
Atlas Of Pathophysiology. EGC: Jakarta
Vincent, A. M., Russell, J. W., Low, P., &
Smeltzer, S.C & Bare, B. (2013). Buku ajar Feldman, E. L. (2014). Oxidative Stress
keperawatan medikal bedah brunner & in the Pathogenesis of Diabetic Neuropathy.
suddrath. Edisi 8. Jakarta: EGC Endocrine Reviews.

Soegondo, S. (2013). Buku ilmu penyakit WHO. (2015.) Diabetes fakta dan angka.
dalam. Jakarta: Penerbit FKUI http://www.searo.who.int/indonesia/topics/8-
whd2016-diabetes-facts-and-numbers-
Suiraoka & Supariasa, N. (2012). Media indonesian.pdf diakses tanggal 19 desember
Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Graha 2017
Ilmu
International Diabetes Federation. (2014). IDF
Sunjaya, I N. (2009). Pola Konsumsi Makanan diabetes atlas 5 th edition. Diakses pada
Tradisional Bali Sebagai Faktor Resiko DM 22 Januari 2018 dari
Tipe II di Tabanan. Jurnal skala Husada vol.6 http://idfnews.cmail1.com/t/r-i- kullnk-l-o/
No. 1

Tambunan, M. (2009). Penatalaksanaan


Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki … (Muzahidin, Hartoyo, Suryani) Page 10

Anda mungkin juga menyukai