Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN KEPATUHAN MENJALANKAN LIMA PILAR PENATALAKSANAAN

DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI


POLIKLINIK METABOLIK-ENDOKRIN RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
TAHUN 2017

Pardi
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat
nspardiskep@gmail.com

ABSTRAK
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat di kelompokkan dalam lima pilar, yaitu edukasi,
pengaturan makan, aktivitas fisik (olahraga), terapi medis dan monitoring. Fenomena yang terjadi
saat ini bahwa kepatuhan menjalankan lima pilar penatalaksanaan DM tersebut masih sangat sulit
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan menjalankan lima pilar
penatalaksanaan dengan neuropati perifer pada pasien diabetes mellitus tipe-2 di poliklinik
metabolik-endokrin RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo tahun 2017. Penelitian ini deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 88 responden. Hasil
penelitian menunjukkan kepatuhan menjalakan edukasi, diet, olahraga dan terapi medis
mempunyai hubungan dengan neuropati perifer dengan p value = < 0.05. Sedangkan kepatuhan
menjalankan monitoring menunjukkan tidak ada hubungan dengan neuropati perifer dengan p
value = >0.05.

Kata Kunci : lima pilar, DM tipe-2, neuropati perifer.


Daftar pustaka : 52 ( 2000-2016)

ABSTRACT
Management of Diabetes Mellitus can be grouped into five pillars, namely education, eating
arrangements, physical activity (sports), medical therapy and monitoring. The current
phenomenon that compliance with the five pillars of DM management is still very difficult. This
study aims to determine the relationship of adherence to running five management pillars with
peripheral neuropathy in patients with type 2 diabetes mellitus in metabolic polyclinics-endocrine
RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo year 2017. This research is descriptive correlation with cross
sectional approach with the number of samples counted 88 respondents. The results showed
adherence to education, diet, exercise and medical therapy were associated with peripheral
neuropathy with p value = <0.05. While adherence to monitoring showed no association with
peripheral neuropathy with p value => 0.05.

Keywords: five pillars, type-2 DM, peripheral neuropathy.


References: 52 (2000-2016)

1
2

PENDAHULUAN merupakan negara urutan ke-7 dengan


Diabetes melitus (DM) merupakan prevalensi tertinggi, dibawah China, India,
suatu kelompok gangguan metabolik yang USA, Brazil, Rusia dan Mexico dengan
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa penderita DM sekitar 8,5 juta orang dengan
dalam darah melebihi normal (PERKENI, penderita DM mencapai angka 21,3 juta
2011). Terdapat beberapa tipe diabetes yang orang pada 2030 (IDF, 2013).
diketahui dan umumnya disebabkan oleh Berdasarkan data Riset Kesehatan
suatu interaksi yang kompleks antara faktor Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
genetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada DM di Indonesia cukup tinggi. Prevalensi
umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu DM di Indonesia adalah 2,4% meningkat dari
diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tahun 2007 sebanyak 1,1%. Empat provinsi
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). dengan prevalensi tertinggi sesuai diagnosis
Diabetes tipe 1 biasanya dimulai dari anak- dokter yaitu di DI Yogyakarta (2,6%), DKI
anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
usia dewasa. Bila hal ini dibiarkan tidak Kalimantan Timur (2,3%), (Depkes, 2013).
terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik Penyakit diabetes melitus (DM)
akut maupun komplikasi vaskuler jangka ditandai dengan kadar glukosa darah
panjang baik mikroangiopati maupun melebihi nilai normal, kondisi ini disebabkan
makroangiopati (Gustaviani, 2007). karena produksi insulin yang kurang atau
Diabetes mellitus salah satu penyakit insulin yang ada tidak bekerja dengan baik
kronik yang terjadi pada jutaan orang di atau keduanya. Apabila keadaan ini tidak
dunia (ADA, 2004). DM merupakan terkendali, penyakit ini akan menimbulkan
penyakit tidak menular yang menempati berbagai macam komplikasi yang dapat
urutan ke-6 sebagai penyebab kematian di berakibat fatal (PERKENI, 2011).
dunia dan diperkirakan sekitar 382 juta orang Komplikasi menahun Diabetes Millitus di
di dunia mengidap DM dengan tingkat Indonesia terdiri atas neuropati 60%,
prevalensi global 8,4% dan akan terus penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus
meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun diabetik 15%, retinopati 10%, dan nefropati
2035 dengan tingkat prevalensi 55% (WHO, 7,1% (Adam, 2005). Berdasarkan data diatas
2013). Menurut data dari International neuropati merupakan komplikasi terbanyak
Diabetes Federation (IDF), Indonesia pada pasien diabetes mellitus dan menurut
3

Merza dan Tesfaye (2003) neuropati perifer Prevalensi pasti tidak diketahui dan
merupakan komplikasi paling umum yang dilaporkan bervariasi mulai dari 10% hingga
terjadi pada diabetes mellitus. 90% pada pasien DM bergantung pada
Diabetic Peripheral Neuropathy kriteria dan metode yang digunakan.
(DPN), yaitu kerusakan pada saraf perifer Hubungan yang kuat antara hiperglikemi dan
yang mengkibatkan gejala kesemutan, nyeri, perkembangan dari neuropati dilaporkan
mati rasa, atau kelemahan pada kaki dan banyak studi (Fazan dkk., 2010).
tangan, yang menjangkit sampai dengan 50% Deteksi dini neuropati deabetik sangat
dari penderita DM tipe II (American Diabetes penting dilakukan pada pasien diabetes
Association, 2013; Boulton, 2005). mellitus. Diagnosis neuropati tidak hanya
Neuropati ditandai dengan rasa panas, mati dapat dilakukan dengan menggunakan alat
rasa, rasa kering, kadang sakit pada kaki EMG (elektromiogram), belakangan ini
dimana pulsasi arteri masih teraba. Ini mulai banyak berkembang alat atau metode
berlawanan dengan iskemik pada kaki yang metode untuk melakukan skrining dan
teraba dingin dan pulsasi arteri tidak teraba diagnosis dini neuropati diabetik, seperti
sampai timbul komplikasi tidak terasa sakit Clinikal Neurological Examination (CNE),
saat terjadi luka pada daerah yang mendapat test vibrasi dengan garputala, maupun test
tekanan bahkan terjadi nekrosis dan gangren monofilamen (Misnardiarly,2006; Waspadji,
(Jennifer, 1998 dan Jude 1998). Kira-kira 2006). Penggunaan test monofilamen adalah
15% pasien dengan DM mempunyai tanda salah satu cara muda mengkaji neuropati
dan gejala neuropati, hampir 50% juga diabetik (Misnardiarly,2006; Waspadji,
mempunyai gejala nyeri neuropaik dan 2006). Pasien dengan sensasi kaki normal
gangguan saraf. biasanya dapat merasakan sentuhan
monofilamen, tetapi pada pasien yang diduga
Neuropati sering dijumpai pada pasien memiliki penurunan atau kehilangan sensasi
DM yang berumur lebih dari 50 tahun, jarang proteksi tidak dapat merasakan sentukan
dijumpai pada usia dibawah 30 tahun dan monofilamen. Monofilamen merupakan alat
sangat jarang pada anak-anak (Adams dan yang mudah, tidak mahal, dan tidak
Victor, 2005). Neuropati merupakan menimbulkan rasa nyeri, dan dapat
komplikasi utama dari DM yang digunakan pada pasien DM sebagai skrining
mengakibatkan tingginya angka morbiditas. awal peripheral neuropati (Shrikhande,
4

2012). Menurut Bambang Adi Setyoko kejenuhan dapat muncul kapan saja, bila
(2003) monofilamen 10g memiliki kepatuhan dalam menjalani proses diet pada
sensitifitas yang baik bila digunakan untuk penderita DM rendah maka akan
skrining dan diagnosis dini polineuropati mempengaruhi kadar gula darah yang
diabetik. Test ini dapat memeriksa fungsi kemudian akan menyebabkan komplikasi
reseptor Merkel dan Meissner, dan (Pratia, 2012). Pilar Berolah raga secara
hubungannya dengan serabut saraf diameter teratur Sirkulasi darah dan tonus otot juga
besar, pasien DM memiliki resiko tinggi diperbaiki dengan berolahraga. (Ilyas, 2007)
terjadinya masalah penurunan atau dan Latihan akan menurunkan kadar glukosa
kehilangan sensasi pada serabut saraf darah dengan meningkatkan pengambilan
tersebut (Perkins BA, 2001 dan Boulton, glukosa oleh otot dan memperbaiki
1998). pemakaian insulin. Pilar kepatuhan konsumsi
Penatalaksanaan penyakit diabetes obat-obatan merupakan pilar yang penting
dikenal dengan lima pilar penatalaksanaan dilakukan pasien. Perencanaan makan dan
diabetes melitus, yang meliputi : mengikuti olahraga yang teratur saja, berhasil mencapai
kegiatan edukasi/penyuluhan kesehatan target gula darah yang baik hanya 10-20%
tentang perawatan dirinya, melakukan penyandang diabetes. Selebihnya
pengaturan pola makan yang benar, berolah membutuhkan obat hipoglikemik oral
raga secara teratur, kepatuhan konsumsi obat- (OHO) dan bahkan kadang-kadang
obatan dan melakukan monitoring terhadap memerlukan insulin (Soegondo, 2007). Pilar
regulasi gula darah, kadar kolesterol, tekanan monitoring terhadap regulasi gula darah,
darah, kelainan kaki dan sebagainya kadar kolesterol, tekanan darah, kelainan
(PERKENI, 2015). kaki dan sebagainya. Pemantauan kadar gula
Pilar edukasi atau pendidikan darah ini penting karena membantu
bertujuan tercapainya perubahan perilaku menentukan penanganan medis, diit dan
individu, keluarga, dan masyarakat dalam obat-obatan yang tepat sehingga mengurangi
memelihara perilaku sehat serta berperan resiko komplikasi yang berat, dan dapat
aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan meningkatkan kualitas hidup penderita
yang optimal (Effendi, 2005). Pilar diabetes (NPS Medicinewise 2011).
pengaturan makan yang dijalankan penderita Berdasarkan data diatas kepatuhan
akan berlangsung seumur hidup dan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus
5

apabila dijalankan dengan patuh dapat obat dan melakukan kontrol teratur.
meminimalkan terjadinya komplikasi. Sesuai Sedangkan dari hasil pengukuran
dengan penelitian Arianti (2012) monitoring monofilamen 10g terdapat 3 orang yang
terhadap gula darah secara teratur penting mengalami neuropati perifer.
dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih Banyak penelitian yang
lanjut salah satunya adalah gangguan menggambarkan tingkat kepatuhan pasien
neuropati perifer. Kepatuhan sendiri diabetes melitus, tetapi penelitian tentang
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kepatuhan menjalankan lima pilar
tingkat pengetahuan, tingkat keparahan penatalaksanaan dengan neuropati perifer
penyakit, kompleksitas terapi dan pada pasien diabetes sampai saat ini belum
komplikasi, serta pengaruh kondisi pernah peneliti ketahui. Tujuan penelitian ini
psikososial pasien (Notoatmodjo, 2010). adalah untuk mengetahui hubungan
Dalam survey pendahuluan yang Kepatuhan Menjalankan Lima Pilar
dilakukan terhadap 10 pasien DM tipe 2 di Penatalaksanaan dengan Neuropati Perifer
poliklinik Metabolik-Endokrin RSUPN. pada pasien DM tipe 2 di Poliklinik
DR. Cipto Mangunkusumo, dari hasil Metabolik-Endokrin RSUPN. DR. Cipto
wawancara didapatkan data bahwa untuk Mangunkusumo.
mematuhi pilar penatalaksanaan diabetes
pasien merasakan sulit untuk dilakukan. METODOLOGI PENELITIAN
Apalagi dengan kondisi penyakit yang Pada penelitian ini peneliti
dialami seumur hidup. Terkadang timbul menggunakan metode deskriptif dengan
kebosanan dalam menjalani pengobatan dan pendekatan cross sectional adalah suatu
berbagai aturan terkait penatalaksanaan penelitian yang bertujuan untuk
penyakit diabetes mellitus. Pilar yang mendapatkan informasi mengenai hubungan
dianggap sulit untuk dipatuhi adalah pilar antara kepatuhan menjalankan lima pilar
aktifitas olaraga. Disamping data diatas penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe-2
didapatkan juga data 3 orang mengikuti dengan neuropati. Pendekatan cross sectional
edukasi 2 kali dalam 1 bulan, 6 orang pasien digunakan pada desain penelitian ini dimana
mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan data dikumpulkan dalam satu waktu tertentu.
tubuhnya, 4 orang melakukan olarga minimal Sampel dalam penelitian ini adalah 88
1 kali dalam 1 minggu, seluruh pasien minum responden yang sedang berobat di Poliklinik
6

Metabolik-Endokrin. Instrumen yang Tabel 2 Analisa Bivariat


digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
Neuropati OR P
kuesioner, demografi (usia dan jenis kelamin) Pilar Edukasi Jumlah
(95% Value
Tidak
Neuropati CI)
dan lembar formulir pemeriksaan Neuropati

monofilamen. n 24 21 45
Tidak
patuh % 53,33 46,67 100 5,000
Analisa data yang digunakan pada
n 8 35 43
Patuh 1,903-
penelitian ini adalah analisa univariat dan % 18,60 81,40 100 13,136 0,002
56
analisa bivariat. Pada analisis univariat data n 32 88
Jumlah
ditampilkan dalam tabel proporsi atau % 36,4 63,6 100

persentase sedangkan pada analisa bivariat


OR P
dalam penelitian ini menggunakan Pearson Pilar
Neuropati
(95% Value
Pengaturan Jumlah
Chi Square. Pada penelitian ini, diperhatikan CI)
makan Tidak
Neuropati
Neuropati
masalah etika yang dapat muncul selama 25
Tidak N 24 49
proses penelitian. Oleh karena itu, masalah patuh
% 49,0 51,0 100 3,720

etika yang ditekankan pada penelitian ini N 8 31 39 1,427-


Patuh 9,696 0,011
yang pertama adalah dengan Autonomy % 20,5 79,5 100
56
N 32 88
dengan memberikan Informed Consent. Jumlah
% 36,4 63,6 100
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari 2017

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi data demografi
Katagori Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin
Laki-laki 32 36,4
Perempuan 56 63,6
Usia
45-59 tahun (middle age) 56 63,6
60-74 tahun (lansia) 29 33,0
75-90 tahun (lansia tua) 3 3,4
7

OR P diabetes mellitus lebih banyak perempuan


Pilar Neuropati
(95% Value
Aktivitas Tidak Jumlah CI) dari pada laki-laki. Jumlah lemak pada laki-
Fisik Neuropati Neuropati
laki 15-20% dari berat badan total dan
N 21 16 37
Tidak perempuan sekitar 20-25%. Jadi peningkatan
patuh 43,2
% 56,8 100
40
4,773 kadar lipid (lemak darah) pada perempuan
N 11 51
Patuh 78,4 1,880- 0,002 lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki,
% 21,6 100 12,118
N 32 56 88 sehingga faktor resiko terjadinya diabetes
Jumlah
% 36,4 53,6 100 mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi
OR P
Neuropati
Pilar Terapi (95% Value dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2-3 kali
Jumlah
Medis Tidak CI)
Neuropati Neuropati (Haryati dkk, 2014). Dari hasil analisi
n 23 14 37 hubungan kepatuhan menjalankan pilar
Tidak
patuh 37,8
% 62,2 100
8,256 edukasi di dapatkan nilai p value = 0,002 (
n 9 42 51
Patuh 82,4 3,067- 0,000 nilai probabilitas (p) < α (0,05)). Artinya ada
% 17,6 100 22,228
n 32 56 88
hubungan yang signifikan antara kepatuhan
Jumlah
% 36,4 63,6 100 pilar edukasi dengan neuropati. Sedangkan
OR P
Neuropati Dari hasil analisi diperoleh pula nilai
Pilar (95% Value
Tidak Jumlah
Monitoring
Neuropati
CI) OR=5,000, artinya pasien yang tidak patuh
Neuropati
pada pilar edukasi mempunyai resiko 5 kali
n 21 24 45
Tidak
patuh 53,3 mengalami neuropati dibanding pasien yang
% 46,7 100 2,545

n 11 32 43 1,034-
patuh. Hal diatas sesuai dengan teori yang
Patuh 6,269 0,067
% 25,6 74,4 100 dikemukakan oleh Effendi (2005), tujuan
n 32 56 88
Jumlah
pendidikan kesehatan atau edukasi yang
% 36,4 63,6 100
paling pokok adalah tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat
PEMBAHASAN
dalam memelihara perilaku sehat serta
Berdasarkan hasil data yang didapat,
berperan aktif dalam mewujudkan derajat
Dari hasis analisa responden yang mengalami
kesehatan yang optimal. Hal ini tujuan dapat
diabetes usianya diatas 45 tahun. Hal ini
tercapai jika pasien dan keluarga mengetahui
sesuai dengan PERKENI (2015), salah satu
bagaimana cara mengelola masalah
faktor resiko terjadinya diabetes mellitus
kesehatan yang dihadapi. Tujuan pendidikan
adalah usia yang lebih dari 45 tahun. Dari
kesehatan (penyuluhan) meningkatkan
hasil analisi responden yang mengalami
8

pengetahuan, mengubah sikap, mengubah mellitus. Secara umum outcome atau hasil
perilaku serta meningkatkan kepatuhan dan yang diharapkan dari proses edukasi atau
meningkatkan kualitas hidup (Basuki, 2009 pendidikan kesehatan adalah peningkatan
dalam Soegondo 2009). Dalam laporan pengetahuan dan perubahan perilaku hidup
teknologi yang memberitahukan panduan sehat, sehingga komplikasi diabetes dapat
atas pemakaian model edukasi-pasien, NICE dicegah atau diperlambat. Tetapi hal tersebut
menyediakan suatu tinjauan, bukan sekedar akan berbanding terbalik jika pengetahuan
meta-analisa formal, karena perbedaan yang sudah sangat baik tidak diikuti dengan
rancangan durasi, pengukuran hasil akhir perubahan perilaku positif yang mendukung
dapat mengurangi resiko penyakit diabetes pengelolaan atau pengobatan suatu penyakit.
mellitus (IDF, 2005). Hasil penelitian diatas Dari hasil analisi hubungan kepatuhan
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan menjalankan pilar pengaturan makan di
oleh Yoga, analisis didapatkan odds ratio dapatkan nilai p value = 0,011 ( nilai
sebesar 4 dengan 95 % confidence interval CI probabilitas (p) < α (0,05)). Artinya ada
: 1,27 < 4 < 12,58 dan nilai P = 0,015 (<0,05). hubungan yang signifikan antara kepatuhan
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang pilar pengaturan makan dengan neuropati.
mempunyai pengetahuan baik mempunyai Sedangkan Dari hasil analisi diperoleh pula
risiko 4 kali untuk berhasil dalam nilai OR=3,720, artinya pasien yang tidak
pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan patuh pada pilar pengaturan makan
yang berpengetahuan kurang dan secara mempunyai resiko 3,7 kali mengalami
statistik bermakna. Dan penelitian yang neuropati dibanding pasien yang patuh. Hal
dilakukan Suwandi (2014) ada hubungan diatas sesuai dengan pendapat Sukardji
antara pilar edukasi dengan nilai ancke (2007), bahwa pengaturan makan sangat
brachial index (ABI). Dengan p value (0,01) berkaitan dengan kelancaran sirkulasi darah
= < 0,05. Berbeda halnya dengan penelitian kaki. Jumlah kalori yang dikonsumsi sangat
yang dilakukan oleh Ainin dan Aini (2013) berpengaruh terhadap regulasi gula darah,
tidak terdapat hubungan antara kepatuhan jika gula darah tinggi risiko gangguan
edukasi dengan kejadian kaki diabetik pembuluh darah terutama bagian perifer akan
dengan p value 0,088 = > 0,05. Analisa semakin tinggi. Begitu juga dengan jumlah
peneliti bahwa pilar edukasi merupakan pilar lemak yang dikonsumsi berakibat gangguan
utama dalam penatalaksanaan diabetes lumen pembuluh darah dan kelancaran
9

sirkulasi darah jika jumlahnya berlebihan. hari. Disamping itu klien harus juga patuh
Menurut Smeltzer et al (2008) perencanaan terhadap jadwal, jumlah dan jenis makanan
makan pada pasien diabetes mellitus yang baik untuk dikonsumsi. Apabila klien
meliputi: memenuhi energi pada pasien DM, tidak dapat mengikuti pola dietnya maka
terpenuhinya nutrisi yang optimal pada akan sangat mempengaruhi regulasi gula
makanan yang disajikan seperti vitamin dan darah sehingga lama-kelamaan
mineral, mencapai dan memelihara berat mengakibatkan terjadinya komplikasi salah
badan yang stabil, menghindari makan- satunya neuropati perifer.
mkanan yang mengandung lemak dan Dari hasil analisi hubungan kepatuhan
mencegah level glukosa darah naik, karena menjalankan pilar aktifitas fisik di dapatkan
dapat mengurangi komplikasi yang dapat nilai p value = 0,002 ( nilai probabilitas (p)
ditimbulkan dari diabetes mellitus. Hasil < α (0,05)). Artinya ada hubungan yang
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang signifikan antara kepatuhan pilar aktifitas
dilakukan aini dan Ainin (2013) tentang fisik dengan neuropati. Sedangkan Dari hasil
hubungan kepatuhan lima pilar penanganan analisi diperoleh pula nilai OR=4,773,
diabetes melitus dengan kejadian kaki artinya pasien yang tidak patuh pada pilar
diabetik hasil analisa bivariate dengan aktifitas fisik mempunyai resiko 4,8 kali
menggunakan uji chi square didapatkan hasil mengalami neuropati dibanding pasien yang
ada hubungan yang signifikan antara patuh. Sesuai dengan yang dipublikasikan
kepatuhan menjalankan diet dengan kejadian oleh PERKENI (2015) Latihan jasmani atau
komplikasi kaki diabetik dengan p value = aktivitas fisik selain menjaga kebugaran juga
0,030 dan penelitian yang dilakukan oleh dapat menurunkan berat badan dan
suwandi (2014) terdapat hubungan antara memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
kepatuhan pilar pengaturan makan dengan akan memperbaiki kendali glukosa darah .
nilai ankle brachial index dengan p value Dan juga teori yang dikemukan oleh Ilyas
0.001. Menurut pendapat peneliti, pilar (2007), yang menyampaikan bahwa sebagai
pengaturan makan merupakan pilar yang hasil akhir aktivitas fisik yang teratur adalah
harus dikuasai oleh seorang klien diabetes. kontrol kadar gula darah dan lemak lebih baik
Karena klien harus mengetahui berapa kalori dan mencegah komplikasi DM yang tidak
yang berasal dari karbohidrat, lemak dan diinginkan. Hasil penelitian lain yang sesuai
protein yang sesuai dengan kebutuhan sehari- adalah penelitian yang dilakukan oleh Ainin
10

(2011) menunjukkan hasil uji statistik dengan mengendalikan kadar glukosa darah pada
menggunakan uji Fisher’s Exact didapatkan penderita, maka perlu dilakukan langkah
nilai p = 0,041. Nilai p < α artinya ada berikutnya berupa terapi obat, baik dalam
hubungan yang bermakna antara kebiasaan bentuk terapi obat hipoglikemik oral, tetapi
olah raga dengan kadar gula darah. Dan juga insulin atau kombinasi keduanya. Tujuan
penelitian yang dilakukan oleh Suwandi utama dari pengobatan diabetes adalah untuk
(2014) terdapat hubungan antara kepatuhan mempertahankan kadar gula darah dalam
pilar aktivitas fisik dengan nilai ankle kisaran yang normal. Kadar gula darah yang
brachial index dengan p value 0.001. benar-benar normal sulit untuk
Menurut pendapat peneliti, olahraga dipertahankan, tetapi semakin mendekati
merupakan suatu aktivitas yang harus kisaran yang normal, maka kemungkinan
dilakukan secara rutin baik itu klien diabetes. terjadinya komplikasi sementara maupun
Karena dengan olahraga terjadi peningkatan jangka panjang semakin berkurang
pembakaran dari karbohidrat serta (Saraswati, 2009). Hasil penelitian lain yang
peningkatan sensitifitas dari insulin yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh
pada akhirnya regulasi gula darah menjadi Yoga (2011) didapatkan odds rasio (OR)
lebih baik, dan komplikasi bisa dicegah atau sebesar 4,03 dengan 95% Confidence interval
diperlambat salah satunya komplikasi (CI) : 1,37<4<11,84 dan nilai P = 0,01
neuropati perifer. (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa orang
Dari hasil analisi hubungan kepatuhan yang mempunyai kepatuhan minum obat
menjalankan pilar terapi medis di dapatkan mempunyai risiko 4 kali untuk berhasil dalam
nilai p value = 0,000 ( nilai probabilitas (p) pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan
< α (0,05)). Artinya ada hubungan yang yang tidak patuh. penelitian ini sejalan
signifikan antara kepatuhan pilar terapi medis dengan penelitian yang dilakukan Aini dan
dengan neuropati. Sedangkan Dari hasil Ainin (2013) tentang hubungan kepatuhan
analisi diperoleh pula nilai OR=8,256, obat-obatan dengan kejadian kaki diabetik
artinya pasien yang tidak patuh pada pilar dengan p value = 0.015. sebaliknya menurut
terapi medis mempunyai resiko 8,3 kali Suwandi (2014) tidak ada hubungan antara
mengalami neuropati dibanding pasien yang kepatuhan terapi medis dengan nilai ankle
patuh. Apabila terapi tanpa obat (pengaturan brachial index dengan p value 0.926.
diet dan olahraga) belum berhasil Berdasarkan hasil penelitian diatas, teori dan
11

hasil penelitian, maka peneliti berpendapat penelitian yang dilakukan Suwandi (2014)
bahwa kepatuhan terapi medis sangat disimpulkan tidak ada hubungan yang
berpengaruh terhadap kontrol gula darah dan signifikan antara kepatuhan pilar monitoring
dapat mencegah dan atau memperlambat dengan nilai Ankle brachial index (ABI).
komplikasi diabetes mellitus. Namun terapi Berdasarkan hasil penelitian diatas
obat diabetes melitus tidak cukup hanya dibandingkan dengan teori dan hasil
patuh mengkonsumsinya saja. Diabetisi penelitian, maka peneliti berpendapat bahwa
harus paham benar mengenai cara minum kondisi penyakit diabetes mellitus yang
obat, karena ada obat yang dikonsumsi atau dialami pasien tidak cukup hanya
digunakan sebelum makan, setelah makan dimonitoring atau dipantau gula darah,
atau ada yang diminum bersamaan dengan HbA1c, tekanan darah, kolestrol dan lain
suapan pertama. sebagainya. Tetapi juga harus diiringi dengan
Dari hasil analisi hubungan kepatuhan pengelolaan makanan, olaraga, terapi medis
menjalankan pilar monitoring di dapatkan serta kegiatan untuk mendapatkan informasi
nilai p value = 0,067 ( nilai probabilitas (p) tentang penanganan diabetes mellitus dengan
> α (0,05)). Artinya tidak ada hubungan baik sehingga gula darah dapat terkontrol
antara kepatuhan pilar monitoring dengan dengan baik agar komplikasi dapat dicegah
neuropati. Hasil ini tidak sesuai dengan atau diperlambat.
publikasi dari NPS Medicinewise (2011),
pemantauan secara teratur merupakanbagian KESIMPULAN DAN SARAN
yang penting dari pengendalian diabetes, Karakteristik responden berjenis
pemantauan kadar gula darah ini penting kelamin perempuan lebih banyak dibanding
karena membantu menentukan penanganan laki-laki, sebagian besar responden termasuk
medis, diit dan obat-obatan yang tepat lansia akhir dan mayoritas responden tingkat
sehingga mengurangi komplikasi yang berat pendidikannya tinggi (minimal SMA).
dan dapatmeningkatkan kualitas hidup Hasil analisis kepatuhan menjalankan 5
penderita diabetes. Hasil penelitian yang pilar penatalaksanaan DM didapatkan data
dilakukan oleh Aini dan Ainin (2011) bahwa pada Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan Metabolik-Endokrin RSUPN DR. Cipto
yang signifikan antara kepatuhan monitoring Mangunkusumo tingkat kepatuhan paling
dengan kejadian kaki diabetik dan juga tinggi adalah pada pilar aktifitas fisik dan
12

pilar terapi medis, kemudian pilar edukasi DAFTAR PUSTAKA :


dan pilar monitoring dan paling rendah
Adam, J. (2005). Komplikasi Kronik Diabetik
adalah kepatuhan dalam pilar pengaturan Masalah Utama Penderita Diabetes
makan. dan Upaya Pencegahan
Hasil pemeriksaan neuropati perifer Adams, R.D., and Victor, M.,2005. Diseases
dari 88 responden didapatkan responden of Peripheral Nerves. Principles of
Neurology.
yang tidak mengalami neuropati perifer lebih
banyak dibandingkan yang sudah mengalami Aini, N & Ainin, AN. (2013), tentang
Hubungan Kepatuhan Penanganan
neuropati perifer. Lima Pilar Diabetes Mellitus dengan
Ada hubungan antara kepatuhan Kejadian Kaki Diabetik pada
Diabetisi, http://e.-skripsi.stikesmuh-
menjalankan pilar edukasi, pilar pengaturan pkj.ac,id/ diakses 18 Februari 2017
makan, pilar aktifitas fisik, pilar terapi medik
American Diabetes Association (ADA),
dengan Neuropati perifer dan tidak ada 2008. Comprehensive Foot
Examination and Risk Assessment.
hubungan antara kepatuhan menjalankan
http://care.diabetesjournals.org/conte
pilar monitoring dengan Neuropati perifer. nt/31/8/1679 diakses tanggal 12
januari 2017
Disarankan khususnya perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan pada klien American Diabetes Association (ADA),
2013. Standards of Medical Care in
diabetes secara holistik melalui kegiatan Diabetes-2013.
pendidikan kesehatan terkait kepatuhan http://care.diabetesjournals.org/conte
nt/36/Supplement_1/S11.full.pdf+th
menjalankan 5 pilar penatalaksanaan diabetes ml diakses tanggal 30 Desember 2016
melitus dengan melibatkan keluarga, dalam
Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian suatu
upaya mencegah atau memperlambat Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
terjadinya komplikasi termasuk gangguan Cipta

neuropati perifer. Serta Hasil penelitian ini Ariyanti, 2012, Tentang Hubungan
dapat digunakan sebagai data awal dalam Perawatan Kaki dengan Risiko Ulkus
Kaki Diabetik http://lontar.ui.ac.id
pengembangan ilmu keperawatan terkait diakses tanggal 10 Oktober 2016
manajemen holistic pada klien diabetes. Data
Armstrong DG, 2000. The 10g Monofilament
ini dapat dipergunakan sebagai sumber . The Diagnostic Divining Rod For
The Diabetic Foot : Diabetic Care
informasi untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kepatuhan 5 pilar Boulton, A.J.M. 2005. Management of
Diabetic Peripheral Neuropathy.
penatalaksanaan atau neuropati perifer. Clinical Diabetes.
13

Boulton, A.J.M. et al 2006. The Foot in International Diabetes Federation. 2005. The
Diabetes. Fourth Edition Diabetic Foot: Amputations are
https://books.google.co.id/books?id= Preventable.
DBPuh3AolvQC&pg=PA125&dq= http://www.idf.org/position-
monofilament+10+g+diabetes+boult statement-deabetic-foot diakses pada
on&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ 13 februari 2017.
go7mvvzRAhUKLI8KHQhuBnQQ6
wEIMzAD#v=onepage&q=monofila International Diabetes Federation. IDF
ment%2010%20g%20diabetes%20b Diabetes Atlas Sixth Edition. 2013
oulton&f=false diakses tanggal 12 (http://www.idf.org/sites/default/files
januari 2017 /EN_6E_Atlas_Full_0.pdf diakses
pada 8 Oktober 2016)
Brunner & Suddarth’s, 2014, Textbook of
Medical Surgical Nursing Thirteenth Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Edition. China : LWW. Riset Kesehatan Dasar, 2013
(http://www.litbang.depkes.go.id/site
Chawla, Rajeev., 2012. Complication Of s/download/rkd2013/Laporan_Riskes
Diabetes. New Delhi: Jaypee das2013.pdf diakses tanggal 8
Brothers Medical Publisher. Oktober 2016)

Effendi , Ferry dan Makhfudli, 2005, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


Keperawatan Kesehatan Komunitas : Diabetes Melitus Penyebab Kematian
Teori dan Praktek dalam Nomor 6 Didunia: Kemenkes
Keperawatan, Jakarta : Salemba Tawarkan Solusi Cerdik Melalui
Medika Pobindu 2013.
(http://www.depkes.go.id/article/vie
Em Yunir dkk, 2010, Komplikasi Kronis w/2383/diabetes-melitus-penyebab-
Diabetes Melitus : Departemen Ilmu kematian-nomor-6-di-dunia-
Penyakit Dalam FKUI – RSCM kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-
melalui-pobindu.html diakses pada
Gustaviani, R., 2007 : Diagnosis Dan tanggal 8 Oktober 2016)
Klasifikasi Diabetes Mellitus. Buku
Ilmu Penyakit Dalam In: Buku Ajar Lemone dkk, 2015, Buku Ajar Keperawatan
Ilmu Penyakit Dalam, ed IV, jilid III. Medikal Bedah, Jakrata : EGC
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Lewis, SL, et al, (2011), Medical Surgical
Universitas Indonesia. Jakarta: 1857- Nursing : Assesment and
1859. Management of Clinical Problem, 8th
edition
Haryati, dkk (2014). Hubungan Faktor Resiko,
Jenis Kelamin, Kegemukan dan Merza, Z and Tesfaye S, 2003. Review the
Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Risk Factors for Diabetic Foot
Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Ulceration. The foot 13, 125-129.
Puskesmas Matraman. Media bina
ilmiah. Misnadiarly, 2006. Diabetes Mellitus : Ulcer,
Infeksi, Ganggren, Jakarta : Penerbit
Ilyas, E, 2007, Hidup Sehat dengan Diabetes, Populer Obor
Jakarta : FKUI
14

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010a, Ilmu Purwanti Okti Sri, 2012. Hubungan faktor
Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka resiko neuropati dengan kejadian
Cipta ulkus kaki pada pasien DM di RSUD
Moewardi Surakarta, Surakarta:
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010b, Metodologi Universitas Muhammadiyah
Penelitian Kesehatan, Jakarta : Surakarta.
Rineka Cipta
Saraswati, Sylvia, 2009. Diet Sehat.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2012, Metodologi Jogjakarta: A+Plus Books.
Penelitian Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta Sarwono, Waspadji, 2007. Kaki Diabetik:
kaitannya dengan neuropati diabetik,
Nursallam, 2008, Konsep dan Penerapan kaki diabetik, patogenesis dan
Metodologi Penelitian Ilmu penatalaksanaannya, Badan Penerbit
Keperawatan : Pedoman Skripsi, : Universitas Diponegoro Semarang.
Thesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Jakarta : Salemba Setyoko, Bambang Adi. 2003. Nilai
Medika Diagnostik Monofilamen 10g dan
Skor Clinical Neurological
NPS Medicines, 2011, Examination (CNE) pada
http://www.nds.org.au, diakses Polineuropati Diabetic. Tesis
tanggal 6 Oktober 2016 Program Pendidikan Dokter Spesialis
Fakultas Kedokteran Universitas
Pangemanan, M. 2014. Hubungan Diponegoro.
Karakteristik Ibu Hamil dengan
Pemanfaatan Pelayanan K4 di Shrikhande, Gautam V. 2012. Diabetes and
Puskesmas Matoling Kabupaten Peripheral Vaskular Desease :
Minahasa Selatan. Manado : Jurnal Diagnosis and Management. New
Administrasi Kebijakan Kesehatan York : Humana Press.
FKM Universitas Samratulangi.
Smeltzer, SC & Brenda GB 2001, Buku ajar
Perkins , BA et al. 2001. Simple Screening keperawatan medikal bedah Brunner
Test For Peripheral Neuropathy In & Suddarth, Vol 2, Penerbit Buku
The Diabetic Clinic. Diabetic Care Keokteran EGC, Jakarta.
Polikandrioti M. The Role Of Education in Soegondo, dkk, 2009, Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Type 2 Diebetes Melitus Terpadu, Jakarta :
Management. Health Science FKUI
Journal, 2010 http://www.hsj.gr/
diakses tanggal 6 november 2016 Soekardji, K, 2007, Hidup Sehat dengan
Diabetes, Jakarta : FKUI
Pratita, Nurina D. Hubungan Dukungan
Pasangan dan Health Locus Of Stanley, M, 2007, Buku Ajar Keperawatan
control Dengan Kepatuhan Dalam Gerontik, edisi 2, Jakarta: EGC
Menjalani Proses Pengobatan Pada
Penderita Diabetes MellitusTipe-2. Suyono, S, 2011, Penatalaksanaan Diebetes
Surabaya: Jurnal IlmiahMahasiswa Melitus Terpadu, Jakarta : FKUI
Universitas Surabaya, 2012.
15

Suwandi, 2014, Hubungan Kepatuhan


Menjalankan 5 Pilar
Penatalaksanaan Diebetes Mellitus
Dengan Nilai ankle Brachial Index
(ABI). Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Syahbudin, S (2002). Diabetes Mellitus dan


Pengelolahannya. Cetakan 2, Pusat
Diabetes & Lipid RSUP Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo-FKUI,
Jakarta.

Tim, 2011, Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia, Jakarta : PERKENI

Tim, 2015, Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia, Jakarta : PERKENI

Vinik AI, et al. 2001. Diabetes Mellitus. A


Fundamental and Clinical text.2th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Waspadji, S, 2007, Pertanyaan Pasien &


Jawabannya tentang Diabetes,
Jakarta : FKUI

World Health Organization. Bulletin of


World Health Organization, 2013.
http://www.who.int/topics/noncomm
unicable_diseases/en/ diakses pada
tanggal 10 Oktober 2016

Yoga, A. SU, 2011, tentang Hubungan


Antara 4 Pilar Pengelolahan
Diabetes Mellitus dengan
Keberhasilan Pengelolahan Diabetes
Mellitus Tipe 2
http://eprints.undip.ac.id/ diakses
pada tanggal 18 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai