BAB 1
PENDAHULUAN
3 diantaranya tidak memakai alas kaki waktu keluar rumah, tidak melakukan
senam kaki, jarang memotong kuku.
Komplikasi Diabetes Mellitus yang paling sering dialami adalah
komplikasi pada kaki yang disebut kaki diabetes atau umum dikenal sebagai
luka ganggren. Kaki pasien diabetes seperti ini jika tidak ditangani secara tepat
dapat berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki. Adanya
luka dan masalah lain pada kaki merupakan penyebab utama kesakitan,
ketidakmampuan, dan kematian pada seseorang dengan diabetes. Komplikasi
ini merupakan penyebab utama penderita harus dirawat dengan waktu
perawatan yang lama. Akibatnya, biaya perawatan menjadi sangat tinggi.
Namun kenyataan yang ada menunjukkan bahwa belum semua penderita
diabetes
mellitus
melakukan
tindakan
pencegahan
komplikasi
(www.kompas.com)
Luka ganggren dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan kepada
pasien tentang tindakan pencegahan luka ganggren. Informasi tentang tindakan
pasien dalam pencegahan luka ganggren akan sangat menolong untuk
penyuluhan kesehatan yang optimal sehingga peneliti ingin mengungkap
bagaimana tindakan pencegahan pasien. Adapun tindakan pencegahan meliputi,
melakukan senam kaki, pencegahan/ perlindungan terhadap trauma, hygiene
kaki, pemeriksaan berkala kaki.
Tujuan Umum
Menggambarkan tindakan Pasien Diabetes Mellitus dalam mencegah
Tujuan Khusus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar Diabetes Mellitus dan
konsep dasar ganggren.
Patofisiologi
Menurut Brunner and Suddarth (2001) Pankreas yang disebut sebagai
glukosa
ke
dalam
sel,
kemudian
sel
glukosa
tersebut
dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah
meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus Tergantung
Insulin (DMTI).
Pada keadaan Diabetes mellitus Tidak tergantung Insulin (DMTI),
jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor
(penangkap) insulin dipermukaan sel kurang, sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit. Sehingga sel kehilangan bahan bakar (glukosa) dan keadaan
glukosa dalam darah meningkat.
-
Resistensi insulin
Ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin
Faktor Predisposisi
Menurut Arif Mansjoer (2000) Faktor-faktor pendukungnya yaitu
2) Kegemukan
3) Tekanan darah tinggi
4) Riwayat keluarga Diabetes Mellitus
5) Riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 gram
6) Riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan
7) Dislipidemia
2.1.4
2.1.5
Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association, 1997 dikutip Mansjoer,
(American Diabetes
Komplikasi
Menurut Sarwono Waspadji (1996) komplikasi yang sering timbul pada
Diabetes
Mellitus
dapat
mengalami
neuropati
yang
mempengaruhi sistem syaraf otonom, pada keadaan ini dapat terjadi perubahan
motalitas lambung sehingga menyebabkan tidak teraturnya absorbsi makanan,
inkontinensia dan ketidakmampuan mengenal tanda-tanda awal hipoglikemia.
Keluhan yang tersering adalah berupa kesemutan, rasa lemah, faal, dan juga
sering dijumpai gejala gastrointestinal berupa rasa mual, kembung, muntah dan
diare terutama, pada malam hari.
2.1.6.2 Retinopati diabetik
Penglihatan kabur sampai terjadi kebutaan pada penderita Diabetes
Mellitus yang terjadi akibat perubahan mikrovaskuler paada retina.
2.1.6.3 Nefropati diabetik
Perubahan pada struktur ginjal. Pasien dengan nefropati diabetik dapat
menunjukkan gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat hingga
keluhan sesak nafas akibat penimbunaan cairan dan ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan kadar kreatinum / ureum semua antara 2% - 7,1% pada
10
kadar
glukosa,
lipid
dan
insulin.
Kerangka
utama
11
Pengertian Ganggren
Ganggren adalah luka yang berakhir dengan kematian jaringan dan
kematian syaraf biasanya dalam jumlah besar dan umumnya diikuti dengan
kehilangan persediaan vascular (nutrisi) dan diikuti invasi bakteri dan
pembusukan (Dorland, 1996 ; 758).
Pasien diabetes mellitus lebih mudah mengalami infeksi berat seperti
ganggren streptococcus. Keadaan ini ditandai dengan perluasan selulitis dan
timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik. Dengan cepat jaringan kulit yang
menutupi mengalami nekrosis dan dalam beberapa hari proses ini meluas.
Streptocossus group A mungkin dapat diisolasi dari lesi atau darah.
Pemberitahuan antibiotika saja umumnya tidak cukup, oleh sebab itu harus
dilakukan eksisi yang luas bahkan mungkin amputasi. Pada pasien Diabetes
12
Mellitus dengan infeksi yang berat terapi antibiotika saja tidak cukup dan harus
dibantu dengan debridement yang agresif.
Karena bahwa ganggren dan peluang untuk menjalani amputasi yang
besar maka pasien diabetes mellitus dengan infeksi kaki harus segera dibawa
kerumah sakit untuk mendapat perawatan yang intensif (Sarwono Waspadji,
1996 ; 688). Komplikasi ini merupakan penyebab utama penderita harus dirawat
dengan waktu perawatan yang lama, diantaranya memerlukan tindakan
pembedahan dan diantaranya berakhir dengan amputasi. Setelah menjalani
amputasi makaakan menjalani amputasi lagi pada bagian tubuh lainnya.
Bahkan, penderita yang akan menjalani amputasi akan meninggal lima tahun
kemudian (www.kompas.com)
2.2.2
Penyebab
Salah satu ganggren yang paling ganas adalah ganggren gas. Gas
13
2.2.3
Patofisiologi
Diabetes Mellitus
Angiopati
Pembuluh darah
besar
Penyakit
makrovaskuler
Trombosis
dengan oklusi
pada darah besar
Neuropati
Pembuluh darah
kecil
Arteri kecil
Penyakit
mikrovaskuler
ganggren
dengan area
kecil
otonom
Penurunan
perspirasi
sensoris
Hilang
sensasi
Kulit kering
Trauma
Pecah fisura tidak terasa
infeksi
ulserasi
Ganggren luas
ganggren luas
motoris
Atrofi
otot
Perubahan
cara berjalan
Titik tekan
baru
infeksi
Ganggren luas
atau sedang
Macam Ganggren
Menurut Barbara C. long (1996) ganggren yang timbul dapat berupa
14
yang tidak terkontrol, yang dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan, dan adanya infeksi.
2.2.6.1 Upaya Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer antara lain :
1) Penyuluhan Kesehatan Diabetes Mellitus, komplikasi dan kesehatan kaki
2) Status gizi yang baik dan pengendalian Diabetes Mellitus
Makan makanan yang seimbang, kadar lemak yang rendah, kadar garam
yang rendah, dan kadar serat yang tinggi (komplek karbohidrat).
15
16
17
2.2.6.3 Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus
dengan kaki diabetik adalah :
1) Jangan rendam kaki
2) Jangan pergunakan botol panas atau peralatan listrik untuk memanaskan
kaki
3) Jangan gunakan batu atau silet untuk mengurangi kapalan (callus)
4) Jangan merokok
5) Jangan pakai sepatu atau kaos kaki yang sempit
6) Jangan menggunakan obat-obat tanpa anjuran dokter untuk menghilangkan
penebalan atau pengerasan kulit pada kaki diabetik
7) Jangan membiarkan luka kecil di kaki
Pasien perlu mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik, dengan
demikian kejadian ulkus ganggren yang lebih luas dapat dihindarkan
(Tambunan, 1999 ; 217)
2.2.6.4 Perawatan kaki pada pasien Diabetes Mellitus dengan komplikasi
ganggren di rumah sakit
Pelayanan pediatrik sangat penting jika tedapat perubahan vaskuler,
neuropati, lesi-lesi pada kaki (Barbara, 1996 ; 51). Podiatris ialah bagian ilmu
kesehatan yang berkaitan dengan perawatan ganggren pada kaki (Wolf
weitzelt/fuerst, 1984 ; 349).
Perawatan luka ganggren pada pasien diabetes mellitus (Suzanne and
Brenda, 1992 ; 1063) :
18
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan tentang : 1) Desain Penelitian. 2) Frame
Work.
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang
20
3.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah sesuatu yang abstrak, logikal secara arti
Faktor Internal
- Pengetahuan
- Usia
Tindakan pencegahan
ganggren
Penyuluhan kesehatan
Status gizi yang baik
Pemeriksaan berkala DM
Senam kaki
Higiene kaki
Pemeriksaan berkala kaki
Pencegahan trauma
Faktor Eksternal
- Lingkungan
- Dukungan
keluarga
Dampak
diteliti
tidak diteliti
21
maka tidak akan terjadi ganggren, bila tidak dilakukan dengan baik akan terjadi
ganggren, amputasi bahkan kematian.
3.4
Kerangka Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu teori yang bisa diukur yang telah
dikembangkan pada keperawatan atau disiplin ilmu yang lain (Nursalam, 2001)
Penetapan populasi
Pasien Diabetes Mellitus
RS. Baptis Kediri
Convinience Sampling
Sampel
Pasien Diabetes Mellitus NIDDM
di Poliklinik RS. Baptis Kediri
Analisa Data
Penyajian data
22
3.5
Sampling Desain
3.5.1
Populasi
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2003 ; 93). Populasi dalam penelitian ini adalah klien
yang menderita Diabetes Mellitus di RS. Baptis Kediri.
3.5.2
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002 ; 109). Pada penelitian ini sampel diambil klien yang menderita Diabetes
Mellitus di Poliklinik RS. Baptis Kediri yang memenuhi kriteria inklusi.
3.5.3
Sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
Klien rawat jalan di RS. Baptis Kediri yang menderita Diabetes Mellitus
yang bersedia diteliti
2)
Klien rawat jalan RS. Baptis Kediri yang menderita Diabetes Mellitus
dengan umur 25-65 tahun
3)
23
3.5.5
Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel
24
3.6
Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok tersebut (Nursalam, 2001 ; 101). Pada penelitian ini menggunakan
variabel tunggal yaitu tindakan pencegahan terjadinya luka ganggren pada klien
yang menderita Diabetes Mellitus.
3.7
Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut ( Nursalam
2003; 106 ).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Tindakan Pasien Diabetes Mellitus Terhadap Pencegahan Terjadinya Luka Ganggren di
Poliklinik RS. Baptis Kediri
Variabel
Tindakan
pencegahan luka
ganggren yang
terdiri atas :
- Pemeriksaan
berkala kaki
- Kebersihan
kaki
- Pencegahan/
perlindungan
terhadap
trauma
- Senam kaki
Definisi Operasional
Tindakan
pencegahan luka
ganggren adalah
usaha yang
dilakukan untuk
menahan atau
menghalangi
terjadinya ganggren.
Parameter
Tindakan pencegahan ganggren :
1. Pemeriksaan berkala kaki
- memeriksa keadaan kaki
- memeriksa keadaan luka
- memeriksa denyut nadi kaki
- mengukur suhu kaki
2. Kebersihan kaki
- membersihkan kaki
- mengeringkan kaki
- menggunakan kaos kaki bersih
- menutup luka
3. Pencegahan/ perlindungan trauma
- memberi pelembab pada kaki yang kering
- rutin menggunting kuku
- memakai alas kaki
- menyediakan kotak pertolongan pertama
Alat Ukur
kuesioner
Skala
ordinal
Skor
Jawaban :
Selalu setiap hari : 4
Hampir selalu : 3
Kadang-kadang : 2
Jarang sekali : 1
Tidak pernah : 0
Ya : 1
Tidak : 0
Klasifikasi :
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : <56%
Variabel
Definisi Operasional
4.
-
Parameter
Senam kaki
Frekuensi senam
Menggerakkan jari kaki
Menggerakkan tumit kaki
Alat Ukur
Skala
Skor
3.8
3.8.1
Pengumpulan Data
Setelah mendapat rekomendasi dan ijin dari Direktur RS. Baptis Kediri,
Analisa Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual meliputi pengumpulan,
hasil pengisian angket terstruktur dan memberi kode atau skor. Skor dijumlah
untuk mengetahui hasil. Analisa data pada penelitian menggunakan pengukuran
tensi sentral dengan menggunakan nilai modus yaitu nilai yang memiliki
frekuensi terbanyak atau sering muncul. Hasil data akan disajikan dengan
menggunakan gambar/ tabel.
3.9
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin
serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia
diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
3.6.2
menjaga
kerahasiaan
identitas
subyek,
peneliti
tidak
Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.
Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil riset.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan dan dibahas hasil penelitian Hubungan
pengetahuan dan sikap perawat dalam Universal Precaution. Data yang
diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Baptis Kediri
Frekuensi
4
7
3
14
Prosentase (%)
29
50
21
100
Frekuensi
6
3
5
14
Prosentase (%)
43
21
36
100
(36%).
Frekuensi
6
1
2
5
14
Prosentase (%)
43
7
14
36
100
Frekuensi
12
2
0
14
Prosentase (%)
86
14
0
100
Frekuensi
14
0
0
14
Prosentase (%)
100
0
0
100
Pengetahuan
1,000
Sikap
0,646
0,646
1,000
Coefisien korelasi
Nilai kemaknaan (p)
0,013
0,013
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan perawat dalam Universal Precaution
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat kamar
operasi (86%) memiliki pengetahuan yang baik dalam Universal Precaution.
Universal Precaution berprinsip bahwa semua cairan tubuh pasien merupakan
sumber potensial untuk penularan mikroba melalui darah, sedangkan tujuan
penerapan Universal Precaution adalah melindungi petugas kesehatan dari
resiko terpapar darah dan cairan tubuh lainnya serta melindungi klien dengan
mencegah infeksi nosokomial terutama yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh lainnya (Kanwil Depkes Prop Jatim, 1999). Untuk mencapai tujuan
tersebut maka dilakukan macam-macam tindakan Universal Precaution yang
meliputi : pengelolaan alat tajam untuk mengurangi perlukaan, dekontaminasi
peralatan secara aman, pencucian tangan untuk mencegah infeksi silang,
Sikap dapat dibentuk melalui suatu proses adopsi yaitu kejadiankejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, yang lama
kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu. Dapat juga melalui proses
diferensiasi yaitu proses berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman
sejalan dengan bertambahnya usia (Purwanto, 1998; 65).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perawat kamar operasi
memiliki sikap yang baik dalam Universal Precaution. Hal ini bisa disebabkan
oleh pengetahuan yang telah dimiliki oleh para perawat dan ditunjang dari
pengalaman kerja yang cukup lama, sehingga memungkinkan perawat belajar
dari pengalaman selama mereka bekerja. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
Universal Precaution wajib dilakukan di kamar operasi serta adanya kesadaran
dari perawat tentang pentingnya tindakan Universal Precaution, sehingga jika
perawat tidak melakukan tindakan Universal Precaution akan merasa rugi
sendiri yaitu terkena penularan infeksi.
4.2.3
antara pengetahuan dan sikap perawat kamar operasi RS.Baptis Kediri dalam
Universal Precaution dengan nilai kemaknaan 0,013. Sesuai dengan teori yang
ada, Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil
tahu, yang setelah itu seseorang akan melakukan pengindraan terhadap domain
yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan atau sikap dari orang tersebut.
Seseorang yang tahu akan melakukan analisa yang kemudian akan
jika
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Mayoritas perawat kamar operasi memiliki pengetahuan yang baik dalam
Universal Precaution.
2)
Semua perawat kamar operasi memiliki sikap yang baik dalam Universal
Precaution.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas dapat diberikan
saran sebagai berikut :
1) Bagi perawat.
Perawat kamar operasi perlu benar-benar melaksanakan Universal
Precaution serta meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti seminar /
kegiatan yang berhubungan dengan Universal Precaution.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian suatu pendekatan
praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saifudin MA (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Brunner dan Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Jakarta: EGC
Dorlan (1996). Medical Diagnosis. Jakarta : EGC.
Hadi, Sutrisno (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi.
Long, Barbara C (1996). Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan
IAPK Pajajaran Bandung
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Morison, Moya J (2003). Manajemen Luka. Jakarta: EGC
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan; Pedoman skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, E (2000). Bedah dan perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Purwanto, Heri (1998). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat,R (1998). Buku- ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Jakarta: EGC
Subana (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
INFORMED CONSENT
GAMBARAN TINDAKAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM
MENCEGAH TERJADINYA LUKA GANGGREN
DI POLIKLINIK RS. BAPTIS KEDIRI
Oleh :
RATNA WIDYA HAPSARI
Nim : 04.026
Jika anda bersedia menjadi peserta dalam penelitian ini, berikan tanda
tangan pada lembar kesediaan menjadi responden. Atas partisipasi anda, saya
ucapkan terima kasih.
Tanda Tangan
Tanggal
No Responden
LEMBAR KUESIONER
No. Responden
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda centang () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan
jawaban anda :
Skor
(diisi oleh petugas)
Data Demografi
1.
Usia
26 tahun 35 tahun
36 tahun 45 tahun
46 tahun 55 tahun
56 tahun 65 tahun
2.
Jenis Kelamin
Laki - laki
Perempuan
3.
Pendidikan
Tidak bersekolah
SD
SMP
SMA/ SMK
PT/ Akademi
4.
Pekerjaan
PNS
Wiraswasta
Tani
Ibu rumah tangga
Ya
Tidak
20) Pada saat duduk apakah telapak kaki anda diletakkan lurus
dilantai ?
Ya
Tidak