Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

URTIKARIA
Kelompok 3 :
Diah Hariyani
Elsa Dwi Pangestu
Intan Gayatri
Piter Wahyu
Vera Oktarina

I. Definisi Urtikaria

Urtikaria yaitu keadaan yang ditandai dengan timbulnya urtika


atau edema setempat yang menyebabkan penimbunan di atas
permukaan kulit yang di sertai rasa sangat gatal. ( Ramali,
Ahmad. 2000)

Urtikaria (urticaria, wheal, hives, biduran, kaligata, liman) adalah


reaksi alergi (melibatkan pembuluh darah atau vaskuler) pada
kulit dan selaput lendir yang ditandai dengan bentol-bentol
(adakalanya hanya berupa bercak merah) pada kulit, bewarna
merah atau bewarna keputihan dan gatal, sebagai akibat
pembengkakan antar sel.

II. Klasifikasi
1. Urtikaria Akut
berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Penyebabnya adalah:
. Adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu
binatang/makanan.
. Akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan,
kerangan-kerangan dan strowberi.
. Akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. Urtikaria Kronis
berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau
beberapa tahun. Jarang didapatkan adanya faktor penyebab
tunggal.
3. Urtikaria Pigmentosa
erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung
sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa
gatal.

3. Urtikaria Sistemik (Prurigo Sistemik)


suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan
khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popularpopular yang berwarna kemerahan.
Penyebabnya :
. Heat rash, disebabkan panas.
. Urtikaria idiopatik, belum jelas penyebabnya/sulit dideteksi.
. Cold urtikaria, disebabkan oleh rangsangan dingin.
. Pressure urtikaria, disebabkan rangsangan tekanan.
. Contact urtikaria, disebabkan oleh alergi.
. Aquagenic, disebabkan oleh rangsangan air.
. Solar urtikaria, disebabkan sengatan sinar matahari.
. Vaskulitik urtikaria.
. Cholirgenic urtikaria, disebabkan panas, latihan berat dan stress.

III. Etiologi
Faktor pencetus urtikaria :
Makanan
obat-obatan
bahan hirupan (inhalan),
infeksi,
gigitan serangga,
faktor fisik,
faktor cuaca (terutama dingin tapi bisa juga panas
berkeringat),
faktor genetik,
bahan-bahan kontak (misalnya : arloji, ikat
pinggang, karet sandal, karet celana dalam, dan
lain-lain) dan
faktor psikis.

IV. Manifestasi Klinis


bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit,
dapat mengalami edema sehingga tampak
seperti benjolan.
disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang
sangat panas sekitar benjolan.
Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam
jaringan subkutan, terutama di sekitar mata, bibir
dan di dalam orofaring.
Adanya pembengkakan, kadang-kadang bisa
menutupi mata secara keseluruhan dan
mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
Demografisme dan eritema yang linear di kulit
yang terkena goresan benda tumpul, timbul
dalam waktu kurang lebih 30 menit. Pada
urtikaria timbul pada tempat terdekat, misalnya
di sekitar pinggang.

V. Patofisiologi
Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas.
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast
untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan
dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya,
maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel
mast sebelumnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah
kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami
degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengeluarkan histamin yang
ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator
kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang
mengalami urtikaria. Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat
meliputi merah, gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit.
Penyebab hal itu terjadi pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat
saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi
karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah
yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang
terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.

VI. Komplikasi
Purpura dan excoriasi
Infeksi sekunder.
Somnolens dan bibir kering.

VII. Pathway

VIII. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan uji kulit alergen (test kulit invivi/skin prick test)
dermografisme,
uji tempel es atau IgE spesifik (radioallergosorbent testRASTs/invitro)
pemeriksaan kadar IgE total,
pemeriksaan hitung eosinofil total (eosinofilia),
pemeriksaan urinalisis (mencari fokal infeksi di saluran
kemih),
feses rutin (mencari adanya parasit cacing),
pemeriksaan darah tepi (LED dapat meningkat), dan
kadar komplemen (C3, C4) untuk mencari kelainan sistemik
yang mendasari urtikaria, pada klien yang memiliki riwayat
angioedema pada keluarga.

IX. Penatalaksanaan
Non-farmakologi
Menghindari alergen yang menjadi penyebab dari
urtikaria.
Farmakologi
Pemberian obat antihistamin, kortikosteroid, serta
Pengobatan lokal berupa bedak/lotion yg
mengandung menthol
Urtikaria berat : suntikan epinephrin.

Asuhan Keperawatan Urtikaria


I.
1.
2.
3.
4.
II.
1.
2.
3.
4.

Pengkajian
Identitas klien
Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik
Pola kebiasaan sehari-hari
Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik
Kerusakan Integritas Jaringan b/d Faktor Suhu
Gangguan Pola Tidur b/d Kurang Kontrol Tidur
Resiko Infeksi

III. Intervensi Keperawat


an

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai