Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan rendahnya
kadar hemoglobin dan atau berkurangnya jumlah sel darah merah,
yang berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk
proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh. Penyebab anemia adalah
kekurangan nutrisi, penyakit kronis dan kehilangan darah yang berlebihan.
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh
penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum
tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak
dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker
metastatik yang menekan sumsum tulang. (Prawiroharjo, 2009).
Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah
prevalensi anemia dunia berkisar antara 40-88%. Menurut data hasil
Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan
penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita
berumur 15 - 24 tahun (KemenkesRI, 2014).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu
hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutamapada remaja putri
(Kemenkes RI, 2013). Jumlah penduduk usia remaja(10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (KemenkesRI, 2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai
57,1% dengan penderita balita umur 0 – 5 tahun sebesar 40,5%, usia
sekolah sebesar 26,5%, wanita usia subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu
hamil sebesar 43,5%. Anemia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dengan pravalensi lebih dari 15 % (Dinkes Prov. Jawa Tengah,
2014).
Anemia pada anak dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga
dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar.,
konsentyrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat
mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Sayogo, 2006).
Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya rendahya asupan zat besi dan zat gizi lainnya
seperti vitamin A,C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan
zat besi dalam seharinya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber
makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap,
mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi
yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014).
Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi,
maka dari itu protein bekerjasama dengan rantai protein mengangkut
elektron yang berperan dalam metabolisme energi. Selain itu vitamin C
dalam tubuh remaja harus tercukupi karena vitamin C merupakan
reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam
bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C
membantu transfer Fe dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim
yang mengandung Fe (Muchtadi, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2014) pada remaja putri
di SMA Batik 1 Surakarta menyatakan bahwa asupan besi, asupan protein,
asupan seng (Zn) dan asupan vitamin C sangat berpengaruh terhadap
pembentukan kadar hemoglobin. Apabila asupan tersebut di dalam tubuh
remaja kurang maka bisa menyebabkan anemia pada remaja. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein, asupan zat besi, asupan
vitamin C dan asupan seng dari subyek penelitian sebagian besar memiliki
asupan yang kurang. Hasil uji korelasi yang dilakukan menunjukkan besar
p>0,05 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan
protein, zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar hemoglobin pada
remaja putri SMA Batik 1 Surakarta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah “ bagaimana asuhan keperawatan pada
An “I” dengan Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik
di Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada An “I” Dengan
Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di Ruang
Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian Pada Pada An “I” Dengan Gangguan
Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di Ruang Kanthil
RSUD Banyumas Tahun 2017.
b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pada An “I” Dengan
Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di
Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
c. Merencanakan Intervensi Keperawatan Pada Pada An “I” Dengan
Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di
Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
d. Melaksanakan Implementasi Pada Pada An “I” Dengan Gangguan
Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di Ruang Kanthil
RSUD Banyumas Tahun 2017.
e. Mengevaluasi Dan Mendokumentasikan Keperawatan Pada Pada
An “I” Dengan Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia
Aplastik Di Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
Dari makalah ini dapat memberikan masukan bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat untuk meningkatkan kualitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan anemia aplastik.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Laporan makalah ini diharapkan menjadi refrensi tambahan yang
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan serta dapat
dijadikan sumber rujukan penulis yang akan datang tentang asuhan
keperawatan terhadap klien anemia aplastik.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan keterampilan mahasiswa tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan terhadap klien dengan kasus anemia aplastik serta
menjadikan suatu kesempatan yang berharga bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

E. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1. Tempat
Pengambilan data dan pengkajian dilakukan di Ruang Kanthil Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas.
2. Waktu
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada An “I” dengan gangguan sistem
imun dan hematologi : anemia aplastik di ruang kanthil RSUD
Banyumas dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Definisi Anemia
Anemia adalah situasi atau keadaan dimana jumlah RBC dan atau
konsentrasi hemoglobin berkurang dibawah normal (Wong, 2009).
Anemia aplastik adalah suatu kegagalan anatomi fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentuk darah dalam sumsum. Hal ini khas dengan penurunan produksi
eritrosit akibat pergantian dari unsur produksi eritrosit dalam sumsum oleh
jaringan lemak hiposeluler, juga dapat mempengaruhi megakaryosit mengarah
pada neutropenia (Sacharin, 2011).
Anemia aplastik adalah gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang
menyebabkan panipisan semua unsur sumsum (Betz and Sowden, 2010).

2. Klasifikasi
Menurut ngastiyah, (1997) klarifikasi anemia aplastik adalah
a. Eritroblastopenia (anemia hipoblastik) yaitu aplastik yang hanya
mengenai sistem eritopoetik.
b. Agranulositosis (anemia hipoplastik) yaitu aplastik yang mengenai
sistem agranulopoetik.
c. Amegakaryositik ( penyakit schultz) yaitu aplastik yang mengenai
sistem trombopoetik.
d. Panmieleoptisis (anemia aplastik) yaitu yang mengenai ketiga sistem
diatas (eritroetik, agranulopoetik, trombopoetik).

3. Etiologi
Anemia aplastik disebaabkan oleh :
a. Faktor kongenital
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan sebaliknya.
b. Faktor yang di dapat:
1) Bahan kimia, benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb
2) Obat : kloramfenikol, mesantoin (anti konvulsan), piribenzamin
(anti histamin), santonin kalomel, obat sitostatika (myleran,
methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine, dan sebagainya).
3) Radiasi : sinar rontgen, radioaktif
4) Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan sebagainya
5) Infeksi : keganasana, gangguan endokrin
6) Lain-lain : penyakit ginjal
7) Idiopatik : penyebab yang paling sering, akhir-akhir ini faktor
imunologis telah dapat menerangkan etiologi golongan
idiopatik.(Ngastiyah.FKUI. 2002).

4. Anatomi Fisiologi
a. Sel darah merah
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf,
yang berartibagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya.
Jumlahnya sel darah merah berkisar antara 4,5-6 juta per mm3 darah
(millimetar kunik sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitunglah sel
darah merah pada laki-laki sering kali berada diujung bawah kisaran.
Cara lain untuk menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan
hematokrit. Pengujian ini lakukan dengan cara memasukkan darah ke
dalam tabung kapiler kemudian mesenteri fungsikannya sehingga sel
darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan
plasma dapat ditemukan. Karena sel darah merah adalah sel darah yang
paling banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%-48%.
Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan darah
lengkap.
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin (Hb), yang
memberi kemampuan kepda sel darah merah untuk mengangkut oksigen.
Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, yang masing-masing mengikat oksigen dan membentuk
oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik, hemoglobin. Pada kapiler
sistemik, hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya dan
hemoglobin menjadi kurang. Penentuan kadar hemoglobin juga termasuk
bagian pemeriksaan hitung darah total, kisaran normalnya sekitar 12-18
gram per 100 ml darah. Sangat diperlukan pada pembentukan
hemoglobin adalah mineral besi, terdapat empat atom besi pada setiap
molekul hemogobin. Sebenarnya atom besinlah yang mengikat oksigen
dan membuat sel darah merah berwarna merah. (Valerie C, Scanlon :
2006 : 230).

Gambar sel darah mera

Gambar sel darah pada anemia


Usia
Jenis sel darah
Bayi baru lahir 1 Tahun 5 Tahun 8-12 Tahun
Eritrosit
5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,1) 4,7 (4,2-5,2) 5 (4,5-5,4)
(juta/mikrolt)
Hb (gr/dl) 19(14-24) 12(11-15) 13,5(12,5-15) 14(13-15,5)
Leukosit (permikro 17.000(8-38) 10.000(5-15) 800(5-13) 800(5-12)
it)
Trombosit 200.000 260.000 260.000 260.000
(permikro)
Hematokrit (%) 54 36 38 40
Sumber : Essetiatials Of Pediatrics Nursing Wong (2000).
b. Zat Besi
Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporifirin
mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin.
Selain itu juga besi terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam
metabolisme oksidatif, sintesis DNA, neurotransmiter, dan proses
katabolisme. Kekurangan besi akan di memberikan dampak yang
merugikan terhadap system pencernaaan, susunan saraf pusat,
kardiovaskular, imunitas dan perubahan tingkat seluler.
Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh di pengaruhi oleh jumlah
besi dalam makanan, bioavailabilitasbesi dalam makanan dan
penyerapan oleh mukos usus. Di dalam tubuh orang dewasa mengandung
zat besi sekitar 55 mg/kgBB atau sekitar 4 gram, lebih kurang 67% zat
besi tersebut dalam bentuk feritin atau hemosiderin dan 3% dalam bentuk
mioglobin. Hanya sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2% sebagai
enzim. Bayi baru lahir (BBL) dalam tubunhya mengandung besi sekitar
0,5 gram.
Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yang pertama adalah
penyerapan dalam bentuk non heme (sekitar 90% berasal dari makanan),
yaitu besinya harus diubah dahulu sebagai bentuk yang ke dua adalah
bentuk heme (sekitar 10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung
di serap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung
ataupun zat makanan yang dikonsumsi. (H.Bambang Permono. 2006 :
31).
Secara normal, tubuh hanya memelukan Fe dalam jumlah yang
sedikit. Oleh karena itu , eksresi besi juga sangat sedikit. Pemberian Fe
yang berlebihan dalam makanan dapat mengakibatkan
hemosiderosit(pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan
hemokromatosis(timbulnya Fe yang berlebihan dalam jaringan). Pada
masa bayi dan pubertas, kebutuhan Fe meningkat karena pertumbuhan.
Demikian juga dalam keadaan infeksi.
Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb, sehingga
pembentukan eritrosit mengalami penurunan. Disamping itu, tiap eritrosit
akan mengandung Hb dalam jumlah yang lebih sedikit. Akibatnya,
bentuk selnya menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel darah kecil),
karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah yang lebih sedikt.
(DR.Nursalam, M. Nurs (Hons), dkk ; 2005; 125).
c. Asam Folat
Asam folat adalah zat yang berhubungan dnegan unsur makanan
yang sangat penting bagi tubuh. Peran utama asam folat ialah dalam
metabolisme intra seluler. Asam folat merupakan esensial untuk sitesis
DNA dan RNA, yang penting sekali untuk metabolisme inti sel. DNA
digunakan untuk mitosis sedangkan RNA digunakan untuk pematangan
sel. Jadi bila terdapat kekurangan asam folat, banyak sel yang akan antri
untuk memperoleh DNA agar dapat membelah. Tampak eritrosis
meningkat sampai 3 kali normal.
Defisiensi folat merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penyakit usus halus karena penyakit tersebut dapat menggangu absorbsi
folat dari makanan dan resirkulasi folat lewat siklus entrohepatik. Pada
alkoholisme akut atau kronik, asufan folat dalam makanan akan
terhambat, dan siklus entrohepatik akan terganggu oleh efek toksik dari
alkohol pada sel-sel parenkim hati, hal ini menjadi penyebab utama dari
defisiensi folat yang menimbulkan eritropoiesis megaloblastik. (Aru w.
Sudoyo, dkk,2006, 643).

5. Patofisiologi
Penyebab anemia aplastik adalah faktor kongenital, faktor didapat
antara lain : bahan kimia, obat, radiasi, factor individu , infeksi, idiopatik.
Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, maka depresi
sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan
sempurna dan ireversible. Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah
sesering mungkin pada pasien yang medapat pengobatan atau terpajan secra
teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi
sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka
perlu dilakukan biobsy untuk menetukan beratnya penurunna elemen
sumsum normal dan perhantian oleh lemak. Abnormaitas mungkin terjadi
pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit, dan trombosit, akibatny terjadi
pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah (anemia) ditandai dengan menurunnya
tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah
(Hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih (leukosit)
kurang dari 4500-10000/mm3 penurunan sel darah putih ininakan
menyebbakan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi.
Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan
system imunitas fisis mekanik dimana dapt menyerang pada selaput lendir,
kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena
makan akan megeakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring,
sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan penurunan
masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu trombositopenia,
trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit di bawah
100.000/mm3. Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie,
epistaksis, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan
perdarahan saluran cerna. Gejala dari perdarahansaluran cerna adalah
anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan stomatitis (sariawan pada lidah
dan mulut) perdarahan saluran cerna dapat menyebabkan hematemesis
melena. Perdarahan akibat trombositopenia mengakibatkan aliran darah ke
jaringan menurun. (Brunner and Suddarth, 2002)
6. Pathway
Etiologi: faktor kongenital, faktor didapat

hipoplasia

Panjanan dilanjutkan

Depresi sumsum tulang

Kegagalan sempurna dan ireversibel

Penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang

Biopsi Defisiensi pengetahuan


Abnormalitas pada sel stem, prekusor gramlosit,

eritrosit dan trombosit

pansitopenia

Anemia Leukopenia Trombositopenia


(Hb < 12-16 gr/dl) (leukosit <4500-10.00) (platelet <100.000/mm3)

Sirkulasi oksigen yang sel darah putih menurun gangguan dalam pembekuan darah

Dikirim ke jaringan menurun


Kelamahan – pucat agranolusitosis gangguan dalam pembekuan darah
Kelemahan ekstrimitas
Kelelahan dingin
Intoleransi Perubahan Respon inflamasi tertekan perdarahan
Aktifitas perfusi jaringan
Berpengaruh pada - ekinosis / ptekie
Pertahanan fisis - epistaksis
Resiko infeksi Mekanis - perdarahan ssp
-Perdarahan saluran kemih

Ulserasi pada mukosa mulut dan faring penurunan darah dalam sirkulasi

Nyeri mulut dan faring penurunan aliran darah ke jaringan perifer

Kesulitan menelan - anoreksia


- nausea
Resiko tinggi Anoreksia - stomatitis
kerusakan integritas
Penurunan masukan diet dalam tubuh
kulit
Perubahan nutrisi
kurang dari
Konstipasi atau diare kebutuhan tubuh
7. Manifestasi Klinis
Anemia aplastik dapat muncul mendadak (salam beberapa hari) atau
perlahan-lahan (berminggu-minggu atau berbulan-bulan). Hitung jenis darah
menetukan menifestasi klinis. Anemia menyebabkan fatig dispnea dan
jantung berdebar-debar. Trombositopeni menyebabkan mudah memar dan
perdarahan mukosa. Neutropeni meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Pasien mungkin mengeluh sakit kepala dan demma (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid : 2 Hal : 638).
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
 Lemah dan mudah lelah.
 Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena
infeksi bakteri.
 Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
 Pucat
 Pusing
 Anoreksia
 Peningkatan tekanan sistolik
 Takikardia
 Penurunan pengisian kapler
 Sesak
 Demam
 Purpura
 Petekie
 Hepatosplenomegali
 Limfadenopati (Tierney, dkk. 2003. Hal:95).

8. Komplikasi
a. Sepsis
b. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi silang menyebabkan
perdarahan yang tidak terkendali
c. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum
tulang).
d. Kegagalan cangkok sumsum (terjadi setelah transplantasi sumsum
tulang).
e. Leukimia mielogen akut, berhubungan dengan anemia fanconi.
f. Hepatitis, hemosederosis dan hemokromatis. (Betz and Sowden, 2009).

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap disertai diferensial anemia makrostik, penurunan
granulosit, monosit dan limfosit
b. Jumlah trombosit menurun
c. Jumlah retikulosit menurun
d. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang hiposeluler
e. Elektroforesis hemoglobin kadar hemoglobin janin meningkat
f. Titer antigen sel darah merah naik
g. Kadar folat dan B12 serum normal atau meningkat
h. Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi. (Betz and
Sowden, 2009).

10. Penatalaksanaan
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Imunoterapi dengan globulin antimosit ATG atau globulin anti limfosit
(ALG)
c. Tranfusi darah
d. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
e. Makanan
f. Istirahat (Wong, 2009)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan asuransi, golongan
darah, no. Register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia yang nentinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung
diturunkan secara genetik.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/Istirahat
- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertari pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain
yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI
- palpitasi (takikardia kompensasi)
- Hipotensi postural
- Disritmi : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan
Pendataran atau depresi gelombang T
 Bunyi jantung murmur sistolik
 Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
 Sclera biru atau putih seperti mutiara
 Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonstriksi kompensasi)
 Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
 Rambut kering, mudah putus, menipis

c. Integritas Ego
- Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis
transfusi darah
 Depresi

d. Eliminasi
- Riwayat pielomefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urine
- distensi abdomen
e. makanan/cairan
- Penurunan masukan diet
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
- Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
- Adanya penurunan berat badan
- Membrane mukusa kering, pucat
- Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
- Stomatis
- Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
 Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
 Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan/kaki
 Peka rangsang, gelisah,depresi, apatis
 Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
 Hemoragis retina
 Epistaksis
 Gangguan koordinasi, ataksia

C. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringa perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktivitas
d. Nursing Care Planning
No Diagnose keperawatan Rencana keperawatan
NOC NIC
1. Ketidakefektifan perfusi jaring perifer NOC: NIC: Peripheral Senntion Management
Definisi : penurunan sirkulasi darah ke perifer  Circulation status (Manajemen sensai perifer)
yang dapatmengganggu kesehatan  Tissue Perfusion : cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
Batasan karakteristik: peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
 Tidak ada nadi Kriteria hasil : 2. Monitor adanya paretese
 Perubahan fungsi motorik Mendemontrasikan status sirkulasi yang ditandai 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
 Perubahan karakteristik kulit (warna, dengan dengan : kulit jika ada isi atau laserasi
elastisitas, rambut, kelembebapan,kuku,  Tekanan systole dan diastole dalam rentang 4. Gunakan sarung tangn untuk proteksi
sensasi,suhu) yang diharapkan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 Indek ankle-branhkial <0,90  Tidak ada ortostatik hipertensi punggung
 Perubahan tekanan darah diekstremita  Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan 6. Monitor kemampuan BAB
 Waktu pengisian kapiler >3 detik intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) 7. Kolaborasi pemebrian analgetik
 Klaudikasi 8. Monitor adanya tromboplebitis
 Warna tidak kembali ketungkai saat Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang 9. Diskusikan mengenal penyebab perubahan
tungkai diturunkan ditandai dengan : sensai
 Kelambatan penyembuhan luka perifer  Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
 Penurunan nadi kemampuan
 Edema  Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
 Nyeri ekstremitas orientasi
 Bruit femoral  Memproses informasi
 Pemendekan jarak total yang ditempuh  Membuat keputusan dengan benar
dalam uji berjalan 6 menit
 Pemendekan jarak bebas nyeri yang Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada
 Perestesia gerakan- gerakan involunter.
 Warna kulit pucatsaat elevasi.
Faktor yang berhubungan:
 Kurang penegtahuan tentang faktor pemberat
(mis., merokok, gaya hidup menonton,
trauma, obesitas, asupan, gaam imobilitas).
 Kurang penegtahuan tentang proses penyakit
(mis.hiperlipidemia)
 Hipertensi
 Gaya hidup monoton
 Merokok

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC: Nutrional Status NIC : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan Asuhan keperawatan 3x24 jam 1. Kaji adanyan alergi makanan
Definisi: diharapkan hasil dengan 2. Monitor adanya penurunan bb dan gula
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi KH : darah
kebutuhan metabolik No Indicator Awal Tujuan 3. Monitor turgor kulit
Batasan karakteristik: 1 Asupan gizi 2 4 4. Monitor mual dan muntah
 Kram abdomen 2 Asupan makanan 2 4 5. Monitor pucat kemerahan dan kekeringan
 Nyeri abdomen 3 Asupan cairan 2 4 jaringan konjungtiva
 Menghindari makanan 4 Energy 2 3 6. Monitor intake nutrisi
 Berat badan 20% atau lebih dibawah berat 5 Rasio bb/tb 2 4 7. Anjurkan banyak minum
badan ideal 6 Hidrasi 2 3 8. Pertahankan IV line
 Kerapuhan kapiler Indicator 9. Informasikan kepada klien dan keluarga
 Diare 1 = Sangat menyimpang dari rentang normal tentang manfaat dan nutrisi
 Kehilangan rambut berlebihan 2 = Banyak menyimpang dari rentang normal 10. Kolaborasi dengan tim medis lain tentang
 Bissing usus hiperaktif 3 = cukup menyimpang dari trentang normal kebutuhan suplemen makanan seperti Ngt /
 Kurang makan 4 = sedikit menyimpang dari rentang normal Tpn sehingga intake cairan dapat
 Kurang informasi 5 = Tidak menyimpang dari rentang normal. dipertahankan.
 Kurang minat makanan
 Penurunan berat badan dengan asupan
makanan adekuat
 Kesalahan informasi
 Membran mukosa pucat
 Ketidakmampuan makan memakan
 Mengeluh asupan makanan kurangdara
RDA (recommendeddaily allowance)
 Cepat kenyang setelah makan
Faktor-faktor yang berhubungan:
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Faktor psikologis
 Ketidak mampua mencerna makanan
 Ketidak mampuan untuk menganbsorbsi
nitrien
3. Intoleransi aktivitas NOC : NIC : Monitor tanda-tanda vital
Definisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Bantuan perawatan diri: IADL
Ketidakcukupan energi psikologis atau 3x24 jam, diharapkan dapat memenuhi kriteria 1. Monitor tekanan darh, suhu, nadi dan suhu
fisiologis untuk melanjutkan atau hasil: pernafasan dengan tepat.
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari  vital sign dalam batas normal. 2. Monitor tekana darah, denyut nadi, dan status
yang harus atau yang ingin dilakukan.  Toleransi terhadap aktifitas: pernapasan sebelum dan sesudah beraktifitas
Batasan karakteristik: dengan tepat
 Respon tekanan darah abnormal terhadap N Indikator Awal Tujuan 3. Berikan batuan sampai pasien mampu
kativitas o melakukan aktifitas sendiri.
1 Frefuensi
 Menyatakan merasa lemah 4. Ajarkan keluarga untuk mendukung
. Nadi Saat
 Menyatakan merasa letih Beraktifitas kemandirian dengan membantu hanya ketika
 Ketidaknyamanan setelah beraktifitas 2 Frekuensi 5 pasien tak mampu melakukan aktivitas secara
 Dipsnea setelah beraktivitas . Pernapasan Saat mandiri
Faktor yang berhubungan: Beraktifitas 5. Monitor kebtuhan pasien seperti perawatan
 Imobilitas 3 Kemudahan 5 diri, makan, minum, eliminasi, dan berganti
. Bernapas Ketika pakaian.
 Ketidakseimbangan antraa suplai dan Beraktifitas 6. Monitor kemampuan pasien dalam melakukan
kebutuhan oksigen 4 Kekuatan Tubuh 5 perawatan diri secara mandiri.
 Kelemahan umum . Bagian Bawah
 Gaya hidup monoton 5 Kemudahan Dalam 5
. Melakukan
Aktivitas Sehari-
Hari
Ket:
1= sangat terganggu 4=sedikit terganggu
2=banyak terganggu 5=tidak terganggu
3=cukup terganggu
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tempat Praktek : Ruang Kanthil RSUD Banyumas
Tanggal Praktek : 11 Desember s/d 24 Desember 2017
Tanggal pengkajian : 14 Desember 2017
I. IDENTITAS
Inisial Nama : An.”I”
Tempat/tgl.lahir : Banjarnegara, 8 Agustus 2005
Usia : 12 Tahun
Nama Ayah/Ibu : Tn. “J”
Pekerjaan Ayah : Tani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Penerusan Kulon
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SLTA
Pendidikan ibu : SLTA

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya pucat, klien tampak lemah.
b. Keluhan Utama (saat pengkajian)
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya pucat
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
2 hari SMRS, ibu klien mengatakan bahwa anaknya pucat, klien tampak
lemah, tidak nafsu makan, BB berkurang, ibu klien mengatakan
anaknya memiliki riwayat anemia aplastik sejak umur 5 tahun, serta
sudah 3 kali melakukan terapi protokol dan tidak mendapatkan hasil.
d. Riwayat Kehamilan dan kelahiran Anak

35
Prenatal : Ibu klien mengatakan selama kehamilan keluarga
klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai
dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada
keluhan dan penyakit yang diderita keluarga klien
Internatal : Ibu klien mengatakan persalinan dibantu oleh
Bidan setempat dan dilakukan dengan persalinan
spontan
Postnatal : Ibu klien mengatakan bahwa An. “I” lahir
spontan ditolong bidan, BBL : 3,4 Kg langsung
menangis.

e. Riwayat Masa Lalu


1. Penyakit waktu kecil
Ibu klien mengatakan waktu kecil klien pernah demam, batuk, pilek
2. Pernah dirawat di RS
Ibu klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit dengan
riwayat penyakit yang sama.
3. Obat-obatan yang digunakan
Ibu klien mengatakan obat-obatan yang digunakan hanya obat
penurun panas (Paracetamol)
4. Tindakan Operasi
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dilakukan tindakan
operasi.
5. Alergi
Ibu klien mengatakan klien tidak ada alergi.
6. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan.
7. Imunisasi Lengkap
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi
lengkap
 BCG : 1 kali
 Hepatitis B : 3 kali
 Polio : 4 kali
 DPT : 3 kali
 Campak : 1 kali

f. Riwayat Keluarga
Ibu klien mengatakan, tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit
anemia aplastik atau penyakit serius lain yang mengharuskan di bawa
ke Rumah Sakit.
Genogram :

Ket :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan ------ : Tinggal Satu Rumah

g. Riwayat Sosial
Yang mengasuh : Klien mengatakan yang
megasuh klien adalah orang tua.
Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan hubungan
klien dengan anggota keluarga
baik dan harmonis.
Hubungan dengan teman sebaya : Klien dengan teman sebaya
baik, klien sering bermain
dengan teman-temannya
Pembawaan secara umum : Pembawaan klien secara
umum terlihat ceria dan
kooperatif.
Lingkungan rumah : Klien mengatakan lingkungan
rumah cukup bersih, klien
mampu bersosialisasi dengan
teman sebaya sekitar rumah

III. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Pada saat pengkajian keadaan Klientampak lesu dan lemah, mukosa bibir
tampak kering, muka pasien tampak pucat, ibu klienmengatakan bahwa
klien tidak ada nafsu makan, ekstremitas tangan dan kaki klien teraba
dingin, mukosa bibir tampak lembab.S : 36,5OC, N : 101 x/menit RR :
24x/menit
Masalah Keperawatan :
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh

IV. PENGKAJIAN FISIK (13 DOMAIN NANDA)


1. PROMOSI KESEHATAN (KESADARAN & MANAJEMEN
KESEHATAN)
Keluarga klien mengetahui tentang kondisi kesehatan klien dan tahu
bagaimana cara menjaga kesehatan klien dan keluarga

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

2. NUTRISI (MAKAN, PENCERNAAN, ABSORPSI,


METABOLISME DAN HIDRASI)
a. Mulut : Normal
Bibir : Pucat
Gusi : Bersih
Gigi : Normal
Lidah : Bersih

b. Leher
Kaku kuduk : Tidak kaku kuduk
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tenggorok : Tidak kesulitan menelan
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
BB sebelum sakit : 35Kg
BB saat sakit : 31 Kg
Makanan yang disukai : buah dan sayur
Selera Makan : kurang nafsu makan
Alat makan yang digunakan : piring dan sendok
Pola Makan : 3x/hari
Porsi makan yang dihabiskan : 3 sdm
Pola Minum : 4gelas/hari
Jenis air minum : air putih

d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Kuadran I :-
Kuadran II :-
Kuadran III :-
Kuadran IV :-
Auskultasi : Bising Usus 8 x/menit
Perkusi : Timpani Data tambahan :
-
Masalah Keperawatan :
Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

3. ELIMINASI & PERTUKARAN (FUNGSI URINARIUS,


GASTROINTESTINAL & PERNAPASAN)
BAK
Warna : kuning jernih
Konsistensi : cair
Frekuensi : 4 x/hari
Urine output : 700 cc
Penggunaan kateter : klien tidak menggunakan kateter
Vesika Urinaria : tidak ada nyeri tekan
Gangguan : tidak ada gangguan
BAB
Warna : kuning
Frekuensi : 1 x/hari
Konsistensi : padat

Jalan Nafas : tidak ada gangguan jalan nafas


Konsistensi :-
Batuk : tidak batuk
Frekuensi :-

DADA
Bentuk : simetris

PARU-PARU
Inspeksi : RR 24 x/menit
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal/sonor
Auskultasi : Teratur
Suara nafas : Vesicular
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. AKTIVITAS / ISTIRAHAT (ISTIRAHAT / AKTIVITAS,


KESEIMBANGAN ENERGI, RESPON
KARDIOVASKULER/PULMONAL & PERAWATAN DIRI)
JANTUNG
Inspeksi : Normal
Palpasi : Kardiomegali
Perkusi : Redup
Auskultasi : HR 101 x/mnt

Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada


Kebiasaan tidur siang : 1 jam/hari
Skala aktivitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
0 : Mandiri, 1 : Alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain
dan alat, 4 : tergantung total
Personal Hygine
Mandi : 2 x/hari
Sikat Gigi : 2 x/hari
Ganti pakaian : 1 x/hari
Memotong Kuku : 1 x/semingu
Data tambahan :
- CRT > 3 detik
- Warna kulit tampak pucat
- Akral dingin
- Mukosa bibir lembab
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

5. PERSEPSI / KOGNISI (PERHATIAN, ORIENTASI, SENSASI


PERSEPSI, KOGNISI & KOMUNIKASI)
a. Kesan umum
Tampak sakit : Sedang
b. Kepala
Bentuk : Simeteris
Fontanel : Datar
Rambut : Warna hitam
c. Mata
Tampak Jernih
Visus : 6/6
Pupil : Isokor
Reaksi terhadap cahaya : Kanan positif
Alat bantu : Kacamata
Conjungtiva : Anemis
Sklera : Ikterik
d. Telinga
Simetris
e. Hidung
Simetris
f. Lidah
Kotor/putih
Data tambahan : -
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

6. PERSEPSI DIRI (KONSEP DIRI, HARGA DIRI & CITRA


TUBUH)
Perasaan klien terhadap penyakit yang dideritanya :
Klien gelisah, keluarga klien mengatakan klien tidak mau sakit lagi
Persepsi klien terhadap dirinya :
Keluarga klien mengatakan klien ingin cepat sembuh
Konsep diri :
Keluarga klien mengatakan klien ingin pulang
Tingkat kecemasan :
KU : lemah, tingkat kecemasan : ringan
Klien tampak tenang
Citra diri / bodyimage :
Keluarga klien mengatakan klien menyukai semua bagian tubuhnya
Data tambahan : -
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. HUBUNGAN PERAN (PERAN PEMBERI ASUHAN,


HUBUNGAN KELUARGA & PERFORMA PERAN)
Masalah sosial yang penting : -
Hubungan orang tua dan anak : baik, harmonis
Orang terdekat yang dapat dihubungi : nenek klien
Orang tua berespon terhadap penyakit : ya
Respon : keluarga klien menerima keadaan klien
Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya

Data tambahan : -
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

8. SEKSUALITAS (IDENTITAS, FUNGSI SEKSUALITAS &


REPRODUKSI)
Genitalia dan Anus
Laki-laki
Penis : Normal
Scrotum dan testis : Normal
Anus : Normal

Perempuan
Vagina :-
Anus :-
Data tambahan : -
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. KOPING/TOLERANSI STRESS (RESPON PASCATRAUMA,


RESPON KOPING & STRES NEUROBEHAVIOUR)
GCS :Composmentis
E:4
V: 5
M: 6
Reflek patologis :
Babinsky : Normal
Kerning : Normal
Brudzinsky : Normal
Refleks Fisiologis :
Biceps : Normal
Triceps : Normal
Patella : Normal
Data Tambahan : -
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

10. PRINSIP HIDUP (NILAI, KEYAKINAN & KESELARASAN)


Budaya : -
Spiritual : Keluarga Klien Mengatakan Klien Selalu
Beribadah Bersama
Harapan : Keluarga Klien Mengatakan Berharap Klien
Dapat Kembali Beraktivitas Seperti Biasa
Psikososial : Baik

Data tambahan :
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. KEAMANAN / PERLINDUNGAN (INFEKSI, CEDERA FISIK,


KEKERASAN, BAHAYA LINGKUNGAN, PROSES
PERTAHANAN & TERMOREGULASI)
Tingkat kesadaran : Composmentis
TTV
- S : 36,5OC
- N : 101 x/menit RR : 24x/menit
Warna kulit : Pucat
Turgor kulit : Tidak Elastis
Data Tambahan
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

12. KENYAMANAN (FISIK, LINGKUNGAN & SOSIAL)


Nyeri : Tidak
Pengkajian Nyeri
P (Provokatif/paliatif) :-
Q (Quality) :-
R (Regio) :-
S (Scale) :-
T (Time) :-
Data Tambahan :-
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

13. PERTUMBUHAN / PERKEMBANGAN PEMERIKSAAN


TINGKAT PERKEMBANGAN
Kemandirian dan bergaul :
- Klien mampu bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya
- Klien mampu menatap muka dan membalas senyum pemeriksa
- Klien mampu makan dan minum secara mandiri
- Klien mampu menggosok gigi tanpa bantuan
- Klien mampu menyatakan keinginan
Motoril Halus :
- Klien mampu memindahkan kubus
- Klien mampu memegang dengan jari-jari tangan
- Klien mempu membedakan barang yang besar dan yang kecil,
berat ringan, dan panjang pendek
Kognitif dan Bahasa :
- Klien mampu berbicara
- Klien mangerti bahasa yang disampaikan oleh pemeriksa
- Klien mampu menyebutkan bagian tubuhnya
Motorik Kasar :
- Klien mampu bergerak seimbang
- Klien mampu berdiri sendiri
- Klien mampu berjalan dengan baik
- Klien mampu berlari dan melompat

Data Tambahan: -
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan : 14 Desember 2017
Pemerikaan Hasil Nilai normal Satuan
WBC 3,05 3,5-10,0 10e3/uL
NEU 1,45 50-70 %
LYM 1,38 25-35 %
MONO ,154 4-6% %
EOS ,015 1,0 – 3,0 %
BASO ,033 0,0 – 1,0 %
RBC ,328 3,80-5,80 10e6/uL
HGB 2,84 11,0-16,5 g/dL
HCT 7,19 35,0-50,0 %
MCV 75,5 80 – 97 fL
MCH 22,9 26,5-33,5 pg
MCHC 28,7 31,5-35,0 g/dL
RDW 19,7 10,0-15,0 %
MPV 11,7 6,5- 11,0 10e3/ul

VI. TERAPI
No. Nama Obat Dosis Cara Indikasi Kontraindikasi
Pemberian
1. Dexametason 1,5 Ampul IV Obat 
golongan - jangan menggunakan
kortikosteroid obat ini untuk pasien
seperti etason yang memiliki riwayat
(dexamethasone) hipersensitif pada obat
golongan
digunakan untuk
kortikosteroid.
berbagai kondisi
 -Etason
inflamasi, misalnya (dexamethasone),
radang reumatik, sebaiknya tidak
radang usus, radang diberikan pada pasien
pada ginjal, radang yang menderita tukak
pada mata, radang lambung, osteoporosis,
diabetes melitus, infeksi
karena asma dan
jamur sistemik,
radang pada tempat glaukoma, psikosis,
lainnya. psikoneurosis berat,
Obat ini juga penderita TBC aktif,
digunakan untuk herpes zoster, herpes
menangani penyakit- simplex, infeksi virus
penyakit autoimun lain, sindroma Cushing
dan penderita dengan
seperti rheumatoid
gangguan fungsi ginjal.
arthritis, berbagai
jenis alergi, penyakit
lupus,
bronkospasme, dan
idiopatik
thrombocytopenic
(penurunan jumlah
trombosit darah
karena masalah
kekebalan tubuh).
2. NaCl 500 ml IVFD Pengganti cairan Hipernatremia, asidosis,
plasma isotonik
hipokalemia
yang hilang dan
Pengganti cairan
pada kondisi
alkalosis
hipokloremia
3. Ringer Laktat 500ml IVFD Mengembalikan Hipernatremia, kelainan
keseimbangan ginjal, kerusakan sel
elektrolit pada hati, laktat asidosis
dehidrasi.

VII. ANALISA DATA


Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Etiologi : faktor Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan klien lemas kongenital, faktor didapat perfusi jaringan
Data Objektif : perifer
- Tampak lesu dan lemah Hipoplasia
- Muka pasien tampak pucat
- Ekstremitas tangan dan kaki klien Depresi sumsum tulang
teraba dingin
- Mukosa bibir tampak lembab Kegagalan sempurna dan
- Crt > 3 detik ireversible
- Vital sign
S : 36,5 oc, Penurunan jumlah sel
N : 101 x/menit dalam sumsum tulang
Rr : 24x/menit
Abnormalitas pada sel
stem, prekusor granulosit,
eritrosit dan trombosit

Pansitopenia

Anemia (Hb< 12-16 gr/dl)


Sirkulasi oksigen yang
dikirm kejaringan menurun

Pucat, ektremitas dingin

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Data Subjektif: Etiologi :faktor kongenital, Ketidakseimbangan
- Ibu klien mengatakan bahwa klien faktor didapat nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
Hipoplasia
DO:
- Pasien tampak lesu dan lemas Depresi sumsum tulang
- Makan hanya habis ¼ porsi yang
disajikan Kegagalan sempurna dan
- Selera makan mnurun ireversible
- BB sebelum masuk RS : 35 kg
- BB saat pengkajian : 31 kg Penurunan jumlah sel
- TB : 85 Cm dalam sumsum tulang

Abnormalitas pada sel


stem, prekusor granulosit,
eritrosit dan trombosit

Pansitopenia

Gangguan dalam
pembekukan darah

Perdarahan

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

VIII. MASALAH KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

IX. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan Perifer b/d kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat ( leukositopenia, trombositopenia, hemoglobin)
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d faktor
biologis (anemia aplastik)
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. “I”
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
(Nursing Dignosis) (Nursing Intervention) Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan NOC (Tujuan) NIC (Intervensi keperawatan)
1 Ketidakefektifan Perfusi jaringan NOC : Perfusi Jaringan Perifer NIC : Manajemen Elektrolit
Perifer b/d kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 1. Kaji vital sign
tentang faktor pemberat x 24 jam diharapakan perfusi jaringan adekuat. 2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
Ditandai dengan : Kriteria hasil : toleransi
Data Subjektif : Indikator Awal Tujuan 3. Catat adanya keluhan rasa dingin
- Ibu klien mengatakan klien lemas 1. Muka pucat 2 5 4. Berkolaborasi dalam pemberian
Data Objektif : 2. Kelemahan otot 2 5
- Tampak lesu dan lemah 3. Akral hangat 2 5 transfuse, pemeriksaan Hb/Ht.
- Muka pasien tampak pucat
- Ekstremitas tangan dan kaki klien
Ket :
teraba dingin
- Mukosa bibir tampak lembab 1. Ekstrim
- CRT > 3 detik 2. Berat
- Vital sign 3. Sedang
S : 36,5 oc, 4. Ringan
N : 101 x/menit 5. Tidak ada keluhan
Rr : 24x/menit
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC :Nutritional status (Status Nutrisi) NIC :
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Nutrition Managenent (Manajemen
faktor biologis (anemia aplastik) 3x24 jam diharapkan pasien menunjukan perbaikan Nutrisi).
Ditandai dengan : status Nutrisi Dengan kriteria hasil : 1. Kaji adanya alergi makanan
Data Subjentif: No Kriteria Awal Tujuan 2. Anjurkan keluarga pasien untuk
- Ibu klien mengatakan bahwa klien 1 Intake Nutrien 1 5 memberikan pasien makanan berprotein
tidak nafsu makan, 2 Intake Nutrisi 1 5 dan mengandung vitamin C
Data Objektif : 3 Hematokrit 1 5 3. Berikan subtansi gula
- Pasien tampak lesu dan lemas 4 Tonus otot 4 5 4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya seerti
- Makan hanya habis ¼ porsi yang 5 Berat Badan Ideal 3 5 ahli gizi Monitor adanya penurunan berat
disajikan badan
- Selera makan menurun Indikator : Nutrition Monitoring (Monitor Nutrisi)
- BB sebelum masuk RS : 35 kg 1. Gangguan ekstrem 1. Monitor mual dan muntah
- BB saat pengkajian : 31 kg 2. Berat 2. Monitor turgor kulit
- TB : 85 Cm 3. Sedang 3. Monitor masukan makanan pasien.

4. Ringan 4. Monitor Pucat, kemerahan dan kekeringan

5. Tidak ada gangguan jaringan konjungtiva


5. Timbang bb pasien
XII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Implementasi Hari/Tgl Evaluasi Paraf
/Jam /Jam
1 Ketidakefektifan Perfusi Kamis, 1. Mengkaji vital sign Kamis, S:
jaringan Perifer b/d kurang 14/12/17 R/ TTV : 14/12/17 1. Ibu klien mengatakan
pengetahuan tentang proses 15.00 T: 36,8oC 17.00 anaknya lemas
penyakit (anemia aplastik) N: 98x/menit O:
Ditandai dengan : RR: 23 x/menit 2. Klien tampak pucat
Data Subjektif : SPO2 : 99% 3. Konjungtiva anemis
- Ibu klien mengatakan klien
2. Meninggikan kepala tempat 4. Hb masih 2,8
lemas
Data Objektif : tidur sesuai toleransi 5. Masih terpasang darah 1
- Tampak lesu dan lemah R/ klien mengikuti perintah kolf
- Muka pasien tampak
pucat perawat 6. TD 120/80 mmHg
- Ekstremitas tangan dan 3. Mencatat adanya keluhan
kaki klien teraba dingin
- Mukosa bibir tampak
rasa dingin A : Masalah
lembab R/ klien mengikuti perintah ketidakefektifan perfusi jaringan
- Crt > 3 detik
untuk mencatat keluhan di perifer belum teratasi
- Vital sign
S : 36,5 oc, list control Indikator A T Ak
N : 101 x/menit 4. Berkolaborasi dalam
Rr : 24x/menit pemberian transfuse, 1. Muka pucat 2 5 3
pemeriksaan Hb/Ht. 2. Kelemahan otot 2 5 3
3. Akral hangat 2 5 3
R/ Telah masuk tranfuse
darah 1 kolf golongan darah P : Intervensi dilanjutkan
O 1. Kaji vital sign
2. Tinggikan kepala tempat
tidur sesuai toleransi
3. Catat adanya keluhan rasa
dingin
4. Berkolaborasi dalam
pemberian transfuse,
pemeriksaan Hb/Ht.
2 Ketidakseimbangan nutrisi Kamis 1. Memonitor turgor kulit Kamis S:
kurang dari kebutuhan tubuh 14/12/17 R/ klien tampak pucat 14/12/17 - Ibu klien mengatakan nafsu
berhubungan dengan faktor 16.00 2. Memonitor masukan makanan 18.00 makan berkurang
biologis (anemia aplastik) pasien.
O:
Ditandai dengan : R/ klien tampak
- Klien tampak pucat
Data Subjentif: menghabiskan ¼ porsi makan
- Konjungtiva anemis
- Ibu klien mengatakan bahwa yang diberikan
klien tidak nafsu makan, 3. Memonitor Pucat, kemerahan - BB menurun (35 menjadi 40
Data Objektif : dan kekeringan jaringan kg)
- Pasien tampak lesu dan konjungtiva A : Masalah ketidakseimbangan
lemas R/ konjugtiva klien anemis
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Makan hanya habis ¼ porsi 4. Menimbang bb pasien
belum teratasi
yang disajikan R/ klien mengikuti perintah
No Kriteria A T Ak
- Selera makan menurun untuk cek BB
1 Intake Nutrien 1 5 2
- BB sebelum masuk RS : 35
2 Intake Nutrisi 1 5 2
kg
3 Hematokrit 1 5 2
- BB saat pengkajian : 31 kg
4 Tonus otot 4 5 4
- TB : 85 Cm
5 Berat Badan 3
3 5
Ideal
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor turgor kulit
2. Monitor masukan makanan
pasien.
3. Monitor Pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
4. Timbang bb pasien
1 Ketidakefektifan Perfusi Kamis 1. Mengkaji vital sign Jumat S:
jaringan Perifer b/d kurang 14/12/17 R/ TTV 15/12/17 - Klien mengatakan masih
pengetahuan tentang proses 21.00 T: 36,3oC 06.00 lemas
penyakit (anemia aplastik) N: 96x/menit - Klien mengatakan sedikit
Ditandai dengan : RR: 20 x/menit nyeri bagian yang di IVFD
Data Subjektif : SPO2 : 97% O:
- Ibu klien mengatakan klien
2. Meninggikan kepala - Klien tampak sedikit pucat
lemas
Data Objektif : tempat tidur sesuai - Konjugtiva tidak anemis
- Tampak lesu dan lemah toleransi - Hb masih 2,8 g/dL
- Muka pasien tampak
pucat R/ klien tampak semi A: Masalah
- Ekstremitas tangan dan fowler ketidakseimbangan perfusi
kaki klien teraba dingin
- Mukosa bibir tampak
3. Catat adanya keluhan rasa jaringan perifer teratasi sebagian
lembab dingin Indikator A T Ak
- Crt > 3 detik 1. Muka pucat 2 5 4
R/ tubuh klien sedikit
- Vital sign 2. Kelemahan otot 2 5 3
S : 36,5 oc, dingin
3. Akral hangat 2 5 4
N : 101 x/menit 4. Berkolaborasi dalam
Rr : 24x/menit
pemberian transfuse, P: Intervensi dilanjutkan
pemeriksaan Hb/Ht 1. Kaji vital sign
R/ sudah masuk tranfuse 2. Catat adanya keluhan rasa
kolf ke 2 dengan golongan dingin
darah O 3. Berkolaborasi dalam pemberian
transfuse, pemeriksaan Hb/Ht.

2 Ketidakseimbangan nutrisi 14/12/17 1. Memonitor turgor kulit 15/12/17 S:


kurang dari kebutuhan tubuh 21.30 R/ kulit klien tampak sedikit 06.30 - Klien mengatakan nafsu
berhubungan dengan faktor pucat makan masih kurang
biologis (anemia aplastik) 2. Memonitor masukan makanan
O:
Ditandai dengan : pasien.
- Klien masih tampak pucat
Data Subjentif: R/ klien tampak
- Akral masih dingin
- Ibu klien mengatakan bahwa menghabiskan ½ porsi makan
- BB menurun ( 35 menjadi 31
klien tidak nafsu makan, yang diberikan
Data Objektif : 3. Memonitor pucat, kemerahan
kg)

- Pasien tampak lesu dan dan kekeringan jaringan - TD 110/80 mmHg


lemas konjungtiva A: Masalah
- Makan hanya habis ¼ porsi R/ klien bersedia di cek ketidakseimbangan nutrisi kurang
yang disajikan konjugtiva dari kebutuhan teratasi sebagian
- Selera makan menurun 4. Menimbang bb pasien No Kriteria A T Ak
- BB sebelum masuk RS : 35 R/ klien mengikutki perintah 1 Intake Nutrien 1 5 3
kg perawat 2 Intake Nutrisi 1 5 3
- BB saat pengkajian : 31 kg 3 Hematokrit 1 5 3
- TB : 85 Cm 4 Tonus otot 4 5 4
5 Berat Badan 3
3 5
Ideal
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor masukan makanan
pasien.
2. Monitor Pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
1 Ketidakefektifan Perfusi Jumat 1. Mengkaji vital sign Jumat S:
jaringan Perifer b/d kurang 15/12/17 R/ TTV dalam rentang 15/12/17 - Klien mengatakan badannya
pengetahuan tentang proses 10.00 normal 12.30 sedikit lebih semangat
penyakit (anemia aplastik) 2. Mencatat adanya keluhan O:
Ditandai dengan : rasa dingin - Akral teraba sedikit panas
Data Subjektif : R/ klien mengatakan tidak - Klien masih tampak sedikit
- Ibu klien mengatakan klien
dingin pucat
lemas
Data Objektif : 3. Berkolaborasi dalam A: Masalah
- Tampak lesu dan lemah pemberian transfuse, ketidakefektivan perfusi jaringan
- Muka pasien tampak
pucat pemeriksaan Hb/Ht perifer teratasi
- Ekstremitas tangan dan R/ terpasang tranfuse 1 Indikator A T Ak
kaki klien teraba dingin
- Mukosa bibir tampak kolf mayor ke 3 1. Muka pucat 2 5 4
lembab 2. Kelemahan otot 2 5 4
- Crt > 3 detik 3. Akral hangat 2 5 4
- Vital sign
S : 36,5 oc,
P: Intervensi dihentikan
N : 101 x/menit
Rr : 24x/menit
2 Ketidakseimbangan nutrisi Jumat 1. Memonitor masukan Jumat S:
kurang dari kebutuhan tubuh 15/12/17 makanan pasien 15/12/17 - Klien mengatakn nafsu
berhubungan dengan faktor 10.30 R/ klien tampak 13.30 makan mulai membaik
biologis (anemia aplastik) menghabiskan ½ porsi
O:
Ditandai dengan : makanan yang diberikan
- Konjungtiva tidak anemis
Data Subjentif: 2. Memonitor Pucat,
- Bb masih menurun
- Ibu klien mengatakan bahwa kemerahan dan kekeringan
A: Masalah
klien tidak nafsu makan, jaringan konjungtiva
ketidakseimbangan nutrisi
Data Objektif : R/ klien tampak bersemangat
- Pasien tampak lesu dan kurang dari kebutuhan tubuh
lemas teratasi
- Makan hanya habis ¼ porsi No Kriteria A T Ak
yang disajikan 1 Intake Nutrien 1 5 4
- Selera makan menurun 2 Intake Nutrisi 1 5 4
- BB sebelum masuk RS : 35 3 Hematokrit 1 5 4
kg 4 Tonus otot 4 5 4
- BB saat pengkajian : 31 kg 5 Berat Badan 3
3 5
- TB : 85 Cm Ideal
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas studi kasus pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Desember 2017 di
Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Prinsip dari pembahasan
ini dengan memperhatikan teori keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
verifikasi, komunikasi dan dari data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari
dua tipe yaitu data subyektif dari persepsi pasien tentang masalah kesehatan
mereka dan data obyektif yaitu pengamatan/pengukuran yang dibuat oleh
pengumpul data (Potter, 2013).
Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan memgidentifikasi status
kesehatan klien (Nurarif, 2015).
Berdasarkan tinjauan teori pada saat pengkajian dengan pasien Anemia
Aplastik di dapatkan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Doenges, 2011).
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit (anemia aplastik).
DS :
Klien mengatakan klien lemas
DO :
- Tampak lesu dan lemah
- Muka pasien tampak pucat
- Ekstremitas tangan dan kaki klien teraba dingin
- Mukosa bibir tampak lembab
- Crt > 3 detik
- TTV:
- RR : 24 x / menit
- N : 101 X / menit
- T : 36,5 OC
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu makan.
DO :
- Pasien tampak lesu dan lemas
- Makan hanya habis ¼ porsi yang disajikan
- Selera makan menurun
- BB sebelum masuk RS : 35 kg
- BB saat pengkajian : 31 kg
- TB : 85 Cm
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti
tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan menggambarkan respon actual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan. Respon actual dan potensial klien
didapatkan dari data pengkajian dan catatan medis klien. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil
yang diharapkan (Potter dan Perry, 2011).
Berdasarkan kasus dilapangan pada An. “I” dengan Anemia Aplastik
diagnosa keperawatan yang diangkat kelompok adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat
Kelompok mengangkat diagnosa utama yaitu ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
proses penyakit (anemia aplastik) data yang menunjang dari diagnosa
tersebut adalah data subjektif dan data objektif. Pada data subjektif ibu
klien mengatakan klien lemas. Pada data objektif didapatkan tampak lesu
dan lemah, muka pasien tampak pucat, Ekstremias tangan dan kaki klien
teraba dingin, Crt > 3 detik, TTV: RR :24 x / menit, N: 101 X / menit, T :
36,5OC.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan biologis (anemia aplastik)
Kelompok mengangkat diagnosa yang kedua yaitu ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan biologis (anemia
aplastik).ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh secara
teoritis merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (Potter & Perry, 2006). Alasan mengambil ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu berdasarkan data subjektif dan
objektif. Pada data subjektif ibu klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu
makan. Pada data objektif didapatkan pasien tampak lesu dan lemas,
makan hanya habis ¼ porsi yang disajikan, selera makan manurun, BB
sebelum masuk RS : 35 kg, BB saat pengkajian : 31 kg, TB : 85 Cm.

D.Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan dan berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Rohman, 2009).
Dalam tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat. Pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan yang merupakan yang nyata terhadap klien dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Dari keseluruhan rencana tindakan dapat
diaplikasikan kedalam tindakan keperawatan yang nyata. Semua tindakan dari
setiap diagnosa dilakukan sesuai dengan rencana disusun berdasarkan
perencanaan. Penulisan menegakan diagnosa yang pertama yaitu:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit (anemia aplastik).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (anemi aplastik).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatan
actual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan
status kesehatan. Evaluasi terhadap tujuan asuhan keperawatan menentukan
tujuan ini telah terlaksana (Potter, 2010).
Kelompok mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan
suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi
kelompok menyesuaikan dengan teori yang ada yaitu SOAP yang berarti S
adalah subjektif yaitu keluhan utama klien, O adalah objektif hasil pemeriksaan
dan juga observasi perawat, A adalah perbandingan data dengan teori dan P
adalah perencanaan yang akan dilakukan (Asmadi, 2011).
Pada dua diagnosa keperawatan yang diangkat oleh kelompok semua
masalah teratasi berdasarkan tujuan keperawatan. Evaluasi yang didapatkan
masih kurang efektif dikarenakan kelompok mengalami keterbatasan waktu
dan tempat.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit (anemia aplastik).

2. Ketidakseimbanagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor biologis (anemia aplastik).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan di Ruang
Kanthil RSUD Banyumas sejak tanggal 14 – 15 Desember 2017 pada An. “I”
dengan anemia aplastik dapat diambil kesimpulan, kesimpulan tersebut
dipaparkan sebagai berikut :
1. Data yang akurat diperoleh dengan melakukan pengkajian secara
menyeluruh menggunakan teknik Wawancara dan Observasi atau Data dari
Pemeriksaan fisik. Klasifikasi data sesuai dengan masalah yang didapat dari
data subjektif dan data objektif. Sesuai dengan data yang diperoleh, saat
pengkajian perawat dapat menentukan beberapa masalah keperawatan dan
memprioritaskan masalah keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan persalian
normal adalah :
1) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b/d kurang pengetahuan tentang
faktor pemberat
2) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d faktor
biologis (anemia aplastik)
3. Selama melakukan intervensi keperawatan pada An. “I” penulis tidak
menemukan kendala dan hambatan. Intervensi keperawatan yang digunakan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah
dengan pemberi tranfusi darah, untuk ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh adalah monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
monitor turgor kulit, monitor pucat.
4. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan pada klien sesuai dengan
intervensi yang direncanakan yaitu untuk diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer adalah dengan melakukan pemberi tranfusi darah, untuk
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah memonitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori, memonitor turgor kulit, memonitor
pucat.
5. Evaluasi tanggal 15 Desember 2017, diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi pasien pulang intervensi dihentikan.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
a. Berikan informasi tentang anemia meliputi: kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan yang akurat kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Didalam melakukan kegiatan keperawatan diperlukan pendekatan dengan
keluarga pasien sehingga terjalin kerjasama yang baik.
c. Dalam berkomunikasi perawat tidak hanya memperhatikan komunikasi
verbal yang dilakukan melalui kata-kata dan ucapan. Diharapkan untuk
para perawat memperhatikan penggunaan alat perlindungan diri seperti
sarung tangan, masker dalam melakukan tidakan keperawatan terutama
pada tindakan perawatan.
2. Institusi Pendidikan STIKes Muhammadiyah Palembang
Diharapkan bagi institusi pendidikan STIKes Muhammadiyah
Palembang dapat meningkatkan program pembelajaran keperawatan anak
khususnya asuhan keperawatan anak agar mahasiswa dapat menambah
refrensi terbaru baik teori, praktek maupun research terbaru.
3. Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan pada mahasiswa keperawatan sebagai bahan evaluasi dan
menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan anak secara mandiri
namun tetap dalam pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai