PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan rendahnya
kadar hemoglobin dan atau berkurangnya jumlah sel darah merah,
yang berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk
proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh. Penyebab anemia adalah
kekurangan nutrisi, penyakit kronis dan kehilangan darah yang berlebihan.
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh
penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum
tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak
dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker
metastatik yang menekan sumsum tulang. (Prawiroharjo, 2009).
Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah
prevalensi anemia dunia berkisar antara 40-88%. Menurut data hasil
Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan
penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita
berumur 15 - 24 tahun (KemenkesRI, 2014).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu
hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutamapada remaja putri
(Kemenkes RI, 2013). Jumlah penduduk usia remaja(10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (KemenkesRI, 2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai
57,1% dengan penderita balita umur 0 – 5 tahun sebesar 40,5%, usia
sekolah sebesar 26,5%, wanita usia subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu
hamil sebesar 43,5%. Anemia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dengan pravalensi lebih dari 15 % (Dinkes Prov. Jawa Tengah,
2014).
Anemia pada anak dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga
dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar.,
konsentyrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat
mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Sayogo, 2006).
Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya rendahya asupan zat besi dan zat gizi lainnya
seperti vitamin A,C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan
zat besi dalam seharinya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber
makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap,
mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi
yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014).
Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi,
maka dari itu protein bekerjasama dengan rantai protein mengangkut
elektron yang berperan dalam metabolisme energi. Selain itu vitamin C
dalam tubuh remaja harus tercukupi karena vitamin C merupakan
reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam
bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C
membantu transfer Fe dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim
yang mengandung Fe (Muchtadi, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2014) pada remaja putri
di SMA Batik 1 Surakarta menyatakan bahwa asupan besi, asupan protein,
asupan seng (Zn) dan asupan vitamin C sangat berpengaruh terhadap
pembentukan kadar hemoglobin. Apabila asupan tersebut di dalam tubuh
remaja kurang maka bisa menyebabkan anemia pada remaja. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein, asupan zat besi, asupan
vitamin C dan asupan seng dari subyek penelitian sebagian besar memiliki
asupan yang kurang. Hasil uji korelasi yang dilakukan menunjukkan besar
p>0,05 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan
protein, zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar hemoglobin pada
remaja putri SMA Batik 1 Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah “ bagaimana asuhan keperawatan pada
An “I” dengan Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik
di Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada An “I” Dengan
Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di Ruang
Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian Pada Pada An “I” Dengan Gangguan
Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di Ruang Kanthil
RSUD Banyumas Tahun 2017.
b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pada An “I” Dengan
Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di
Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
c. Merencanakan Intervensi Keperawatan Pada Pada An “I” Dengan
Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di
Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
d. Melaksanakan Implementasi Pada Pada An “I” Dengan Gangguan
Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia Aplastik Di Ruang Kanthil
RSUD Banyumas Tahun 2017.
e. Mengevaluasi Dan Mendokumentasikan Keperawatan Pada Pada
An “I” Dengan Gangguan Sistem Imun Dan Hematologi : Anemia
Aplastik Di Ruang Kanthil RSUD Banyumas Tahun 2017.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
Dari makalah ini dapat memberikan masukan bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat untuk meningkatkan kualitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan anemia aplastik.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Laporan makalah ini diharapkan menjadi refrensi tambahan yang
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan serta dapat
dijadikan sumber rujukan penulis yang akan datang tentang asuhan
keperawatan terhadap klien anemia aplastik.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan keterampilan mahasiswa tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan terhadap klien dengan kasus anemia aplastik serta
menjadikan suatu kesempatan yang berharga bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.
A. KONSEP TEORI
1. Definisi Anemia
Anemia adalah situasi atau keadaan dimana jumlah RBC dan atau
konsentrasi hemoglobin berkurang dibawah normal (Wong, 2009).
Anemia aplastik adalah suatu kegagalan anatomi fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentuk darah dalam sumsum. Hal ini khas dengan penurunan produksi
eritrosit akibat pergantian dari unsur produksi eritrosit dalam sumsum oleh
jaringan lemak hiposeluler, juga dapat mempengaruhi megakaryosit mengarah
pada neutropenia (Sacharin, 2011).
Anemia aplastik adalah gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang
menyebabkan panipisan semua unsur sumsum (Betz and Sowden, 2010).
2. Klasifikasi
Menurut ngastiyah, (1997) klarifikasi anemia aplastik adalah
a. Eritroblastopenia (anemia hipoblastik) yaitu aplastik yang hanya
mengenai sistem eritopoetik.
b. Agranulositosis (anemia hipoplastik) yaitu aplastik yang mengenai
sistem agranulopoetik.
c. Amegakaryositik ( penyakit schultz) yaitu aplastik yang mengenai
sistem trombopoetik.
d. Panmieleoptisis (anemia aplastik) yaitu yang mengenai ketiga sistem
diatas (eritroetik, agranulopoetik, trombopoetik).
3. Etiologi
Anemia aplastik disebaabkan oleh :
a. Faktor kongenital
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan sebaliknya.
b. Faktor yang di dapat:
1) Bahan kimia, benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb
2) Obat : kloramfenikol, mesantoin (anti konvulsan), piribenzamin
(anti histamin), santonin kalomel, obat sitostatika (myleran,
methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine, dan sebagainya).
3) Radiasi : sinar rontgen, radioaktif
4) Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan sebagainya
5) Infeksi : keganasana, gangguan endokrin
6) Lain-lain : penyakit ginjal
7) Idiopatik : penyebab yang paling sering, akhir-akhir ini faktor
imunologis telah dapat menerangkan etiologi golongan
idiopatik.(Ngastiyah.FKUI. 2002).
4. Anatomi Fisiologi
a. Sel darah merah
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf,
yang berartibagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya.
Jumlahnya sel darah merah berkisar antara 4,5-6 juta per mm3 darah
(millimetar kunik sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitunglah sel
darah merah pada laki-laki sering kali berada diujung bawah kisaran.
Cara lain untuk menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan
hematokrit. Pengujian ini lakukan dengan cara memasukkan darah ke
dalam tabung kapiler kemudian mesenteri fungsikannya sehingga sel
darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan
plasma dapat ditemukan. Karena sel darah merah adalah sel darah yang
paling banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%-48%.
Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan darah
lengkap.
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin (Hb), yang
memberi kemampuan kepda sel darah merah untuk mengangkut oksigen.
Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, yang masing-masing mengikat oksigen dan membentuk
oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik, hemoglobin. Pada kapiler
sistemik, hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya dan
hemoglobin menjadi kurang. Penentuan kadar hemoglobin juga termasuk
bagian pemeriksaan hitung darah total, kisaran normalnya sekitar 12-18
gram per 100 ml darah. Sangat diperlukan pada pembentukan
hemoglobin adalah mineral besi, terdapat empat atom besi pada setiap
molekul hemogobin. Sebenarnya atom besinlah yang mengikat oksigen
dan membuat sel darah merah berwarna merah. (Valerie C, Scanlon :
2006 : 230).
5. Patofisiologi
Penyebab anemia aplastik adalah faktor kongenital, faktor didapat
antara lain : bahan kimia, obat, radiasi, factor individu , infeksi, idiopatik.
Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, maka depresi
sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan
sempurna dan ireversible. Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah
sesering mungkin pada pasien yang medapat pengobatan atau terpajan secra
teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi
sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka
perlu dilakukan biobsy untuk menetukan beratnya penurunna elemen
sumsum normal dan perhantian oleh lemak. Abnormaitas mungkin terjadi
pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit, dan trombosit, akibatny terjadi
pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah (anemia) ditandai dengan menurunnya
tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah
(Hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih (leukosit)
kurang dari 4500-10000/mm3 penurunan sel darah putih ininakan
menyebbakan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi.
Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan
system imunitas fisis mekanik dimana dapt menyerang pada selaput lendir,
kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena
makan akan megeakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring,
sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan penurunan
masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu trombositopenia,
trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit di bawah
100.000/mm3. Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie,
epistaksis, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan
perdarahan saluran cerna. Gejala dari perdarahansaluran cerna adalah
anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan stomatitis (sariawan pada lidah
dan mulut) perdarahan saluran cerna dapat menyebabkan hematemesis
melena. Perdarahan akibat trombositopenia mengakibatkan aliran darah ke
jaringan menurun. (Brunner and Suddarth, 2002)
6. Pathway
Etiologi: faktor kongenital, faktor didapat
hipoplasia
Panjanan dilanjutkan
pansitopenia
Sirkulasi oksigen yang sel darah putih menurun gangguan dalam pembekuan darah
Ulserasi pada mukosa mulut dan faring penurunan darah dalam sirkulasi
8. Komplikasi
a. Sepsis
b. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi silang menyebabkan
perdarahan yang tidak terkendali
c. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum
tulang).
d. Kegagalan cangkok sumsum (terjadi setelah transplantasi sumsum
tulang).
e. Leukimia mielogen akut, berhubungan dengan anemia fanconi.
f. Hepatitis, hemosederosis dan hemokromatis. (Betz and Sowden, 2009).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap disertai diferensial anemia makrostik, penurunan
granulosit, monosit dan limfosit
b. Jumlah trombosit menurun
c. Jumlah retikulosit menurun
d. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang hiposeluler
e. Elektroforesis hemoglobin kadar hemoglobin janin meningkat
f. Titer antigen sel darah merah naik
g. Kadar folat dan B12 serum normal atau meningkat
h. Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi. (Betz and
Sowden, 2009).
10. Penatalaksanaan
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Imunoterapi dengan globulin antimosit ATG atau globulin anti limfosit
(ALG)
c. Tranfusi darah
d. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
e. Makanan
f. Istirahat (Wong, 2009)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan asuransi, golongan
darah, no. Register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia yang nentinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung
diturunkan secara genetik.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/Istirahat
- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertari pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain
yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI
- palpitasi (takikardia kompensasi)
- Hipotensi postural
- Disritmi : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan
Pendataran atau depresi gelombang T
Bunyi jantung murmur sistolik
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
Sclera biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonstriksi kompensasi)
Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
- Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis
transfusi darah
Depresi
d. Eliminasi
- Riwayat pielomefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urine
- distensi abdomen
e. makanan/cairan
- Penurunan masukan diet
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
- Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
- Adanya penurunan berat badan
- Membrane mukusa kering, pucat
- Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
- Stomatis
- Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan/kaki
Peka rangsang, gelisah,depresi, apatis
Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
Hemoragis retina
Epistaksis
Gangguan koordinasi, ataksia
C. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringa perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktivitas
d. Nursing Care Planning
No Diagnose keperawatan Rencana keperawatan
NOC NIC
1. Ketidakefektifan perfusi jaring perifer NOC: NIC: Peripheral Senntion Management
Definisi : penurunan sirkulasi darah ke perifer Circulation status (Manajemen sensai perifer)
yang dapatmengganggu kesehatan Tissue Perfusion : cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
Batasan karakteristik: peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Tidak ada nadi Kriteria hasil : 2. Monitor adanya paretese
Perubahan fungsi motorik Mendemontrasikan status sirkulasi yang ditandai 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
Perubahan karakteristik kulit (warna, dengan dengan : kulit jika ada isi atau laserasi
elastisitas, rambut, kelembebapan,kuku, Tekanan systole dan diastole dalam rentang 4. Gunakan sarung tangn untuk proteksi
sensasi,suhu) yang diharapkan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
Indek ankle-branhkial <0,90 Tidak ada ortostatik hipertensi punggung
Perubahan tekanan darah diekstremita Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan 6. Monitor kemampuan BAB
Waktu pengisian kapiler >3 detik intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) 7. Kolaborasi pemebrian analgetik
Klaudikasi 8. Monitor adanya tromboplebitis
Warna tidak kembali ketungkai saat Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang 9. Diskusikan mengenal penyebab perubahan
tungkai diturunkan ditandai dengan : sensai
Kelambatan penyembuhan luka perifer Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
Penurunan nadi kemampuan
Edema Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
Nyeri ekstremitas orientasi
Bruit femoral Memproses informasi
Pemendekan jarak total yang ditempuh Membuat keputusan dengan benar
dalam uji berjalan 6 menit
Pemendekan jarak bebas nyeri yang Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada
Perestesia gerakan- gerakan involunter.
Warna kulit pucatsaat elevasi.
Faktor yang berhubungan:
Kurang penegtahuan tentang faktor pemberat
(mis., merokok, gaya hidup menonton,
trauma, obesitas, asupan, gaam imobilitas).
Kurang penegtahuan tentang proses penyakit
(mis.hiperlipidemia)
Hipertensi
Gaya hidup monoton
Merokok
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC: Nutrional Status NIC : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan Asuhan keperawatan 3x24 jam 1. Kaji adanyan alergi makanan
Definisi: diharapkan hasil dengan 2. Monitor adanya penurunan bb dan gula
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi KH : darah
kebutuhan metabolik No Indicator Awal Tujuan 3. Monitor turgor kulit
Batasan karakteristik: 1 Asupan gizi 2 4 4. Monitor mual dan muntah
Kram abdomen 2 Asupan makanan 2 4 5. Monitor pucat kemerahan dan kekeringan
Nyeri abdomen 3 Asupan cairan 2 4 jaringan konjungtiva
Menghindari makanan 4 Energy 2 3 6. Monitor intake nutrisi
Berat badan 20% atau lebih dibawah berat 5 Rasio bb/tb 2 4 7. Anjurkan banyak minum
badan ideal 6 Hidrasi 2 3 8. Pertahankan IV line
Kerapuhan kapiler Indicator 9. Informasikan kepada klien dan keluarga
Diare 1 = Sangat menyimpang dari rentang normal tentang manfaat dan nutrisi
Kehilangan rambut berlebihan 2 = Banyak menyimpang dari rentang normal 10. Kolaborasi dengan tim medis lain tentang
Bissing usus hiperaktif 3 = cukup menyimpang dari trentang normal kebutuhan suplemen makanan seperti Ngt /
Kurang makan 4 = sedikit menyimpang dari rentang normal Tpn sehingga intake cairan dapat
Kurang informasi 5 = Tidak menyimpang dari rentang normal. dipertahankan.
Kurang minat makanan
Penurunan berat badan dengan asupan
makanan adekuat
Kesalahan informasi
Membran mukosa pucat
Ketidakmampuan makan memakan
Mengeluh asupan makanan kurangdara
RDA (recommendeddaily allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Faktor-faktor yang berhubungan:
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Faktor psikologis
Ketidak mampua mencerna makanan
Ketidak mampuan untuk menganbsorbsi
nitrien
3. Intoleransi aktivitas NOC : NIC : Monitor tanda-tanda vital
Definisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Bantuan perawatan diri: IADL
Ketidakcukupan energi psikologis atau 3x24 jam, diharapkan dapat memenuhi kriteria 1. Monitor tekanan darh, suhu, nadi dan suhu
fisiologis untuk melanjutkan atau hasil: pernafasan dengan tepat.
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari vital sign dalam batas normal. 2. Monitor tekana darah, denyut nadi, dan status
yang harus atau yang ingin dilakukan. Toleransi terhadap aktifitas: pernapasan sebelum dan sesudah beraktifitas
Batasan karakteristik: dengan tepat
Respon tekanan darah abnormal terhadap N Indikator Awal Tujuan 3. Berikan batuan sampai pasien mampu
kativitas o melakukan aktifitas sendiri.
1 Frefuensi
Menyatakan merasa lemah 4. Ajarkan keluarga untuk mendukung
. Nadi Saat
Menyatakan merasa letih Beraktifitas kemandirian dengan membantu hanya ketika
Ketidaknyamanan setelah beraktifitas 2 Frekuensi 5 pasien tak mampu melakukan aktivitas secara
Dipsnea setelah beraktivitas . Pernapasan Saat mandiri
Faktor yang berhubungan: Beraktifitas 5. Monitor kebtuhan pasien seperti perawatan
Imobilitas 3 Kemudahan 5 diri, makan, minum, eliminasi, dan berganti
. Bernapas Ketika pakaian.
Ketidakseimbangan antraa suplai dan Beraktifitas 6. Monitor kemampuan pasien dalam melakukan
kebutuhan oksigen 4 Kekuatan Tubuh 5 perawatan diri secara mandiri.
Kelemahan umum . Bagian Bawah
Gaya hidup monoton 5 Kemudahan Dalam 5
. Melakukan
Aktivitas Sehari-
Hari
Ket:
1= sangat terganggu 4=sedikit terganggu
2=banyak terganggu 5=tidak terganggu
3=cukup terganggu
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tempat Praktek : Ruang Kanthil RSUD Banyumas
Tanggal Praktek : 11 Desember s/d 24 Desember 2017
Tanggal pengkajian : 14 Desember 2017
I. IDENTITAS
Inisial Nama : An.”I”
Tempat/tgl.lahir : Banjarnegara, 8 Agustus 2005
Usia : 12 Tahun
Nama Ayah/Ibu : Tn. “J”
Pekerjaan Ayah : Tani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Penerusan Kulon
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SLTA
Pendidikan ibu : SLTA
35
Prenatal : Ibu klien mengatakan selama kehamilan keluarga
klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai
dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada
keluhan dan penyakit yang diderita keluarga klien
Internatal : Ibu klien mengatakan persalinan dibantu oleh
Bidan setempat dan dilakukan dengan persalinan
spontan
Postnatal : Ibu klien mengatakan bahwa An. “I” lahir
spontan ditolong bidan, BBL : 3,4 Kg langsung
menangis.
f. Riwayat Keluarga
Ibu klien mengatakan, tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit
anemia aplastik atau penyakit serius lain yang mengharuskan di bawa
ke Rumah Sakit.
Genogram :
Ket :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan ------ : Tinggal Satu Rumah
g. Riwayat Sosial
Yang mengasuh : Klien mengatakan yang
megasuh klien adalah orang tua.
Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan hubungan
klien dengan anggota keluarga
baik dan harmonis.
Hubungan dengan teman sebaya : Klien dengan teman sebaya
baik, klien sering bermain
dengan teman-temannya
Pembawaan secara umum : Pembawaan klien secara
umum terlihat ceria dan
kooperatif.
Lingkungan rumah : Klien mengatakan lingkungan
rumah cukup bersih, klien
mampu bersosialisasi dengan
teman sebaya sekitar rumah
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
b. Leher
Kaku kuduk : Tidak kaku kuduk
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tenggorok : Tidak kesulitan menelan
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
BB sebelum sakit : 35Kg
BB saat sakit : 31 Kg
Makanan yang disukai : buah dan sayur
Selera Makan : kurang nafsu makan
Alat makan yang digunakan : piring dan sendok
Pola Makan : 3x/hari
Porsi makan yang dihabiskan : 3 sdm
Pola Minum : 4gelas/hari
Jenis air minum : air putih
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Kuadran I :-
Kuadran II :-
Kuadran III :-
Kuadran IV :-
Auskultasi : Bising Usus 8 x/menit
Perkusi : Timpani Data tambahan :
-
Masalah Keperawatan :
Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
DADA
Bentuk : simetris
PARU-PARU
Inspeksi : RR 24 x/menit
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal/sonor
Auskultasi : Teratur
Suara nafas : Vesicular
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Data tambahan : -
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Perempuan
Vagina :-
Anus :-
Data tambahan : -
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Data tambahan :
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Data Tambahan: -
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan : 14 Desember 2017
Pemerikaan Hasil Nilai normal Satuan
WBC 3,05 3,5-10,0 10e3/uL
NEU 1,45 50-70 %
LYM 1,38 25-35 %
MONO ,154 4-6% %
EOS ,015 1,0 – 3,0 %
BASO ,033 0,0 – 1,0 %
RBC ,328 3,80-5,80 10e6/uL
HGB 2,84 11,0-16,5 g/dL
HCT 7,19 35,0-50,0 %
MCV 75,5 80 – 97 fL
MCH 22,9 26,5-33,5 pg
MCHC 28,7 31,5-35,0 g/dL
RDW 19,7 10,0-15,0 %
MPV 11,7 6,5- 11,0 10e3/ul
VI. TERAPI
No. Nama Obat Dosis Cara Indikasi Kontraindikasi
Pemberian
1. Dexametason 1,5 Ampul IV Obat
golongan - jangan menggunakan
kortikosteroid obat ini untuk pasien
seperti etason yang memiliki riwayat
(dexamethasone) hipersensitif pada obat
golongan
digunakan untuk
kortikosteroid.
berbagai kondisi
-Etason
inflamasi, misalnya (dexamethasone),
radang reumatik, sebaiknya tidak
radang usus, radang diberikan pada pasien
pada ginjal, radang yang menderita tukak
pada mata, radang lambung, osteoporosis,
diabetes melitus, infeksi
karena asma dan
jamur sistemik,
radang pada tempat glaukoma, psikosis,
lainnya. psikoneurosis berat,
Obat ini juga penderita TBC aktif,
digunakan untuk herpes zoster, herpes
menangani penyakit- simplex, infeksi virus
penyakit autoimun lain, sindroma Cushing
dan penderita dengan
seperti rheumatoid
gangguan fungsi ginjal.
arthritis, berbagai
jenis alergi, penyakit
lupus,
bronkospasme, dan
idiopatik
thrombocytopenic
(penurunan jumlah
trombosit darah
karena masalah
kekebalan tubuh).
2. NaCl 500 ml IVFD Pengganti cairan Hipernatremia, asidosis,
plasma isotonik
hipokalemia
yang hilang dan
Pengganti cairan
pada kondisi
alkalosis
hipokloremia
3. Ringer Laktat 500ml IVFD Mengembalikan Hipernatremia, kelainan
keseimbangan ginjal, kerusakan sel
elektrolit pada hati, laktat asidosis
dehidrasi.
Pansitopenia
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Data Subjektif: Etiologi :faktor kongenital, Ketidakseimbangan
- Ibu klien mengatakan bahwa klien faktor didapat nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
Hipoplasia
DO:
- Pasien tampak lesu dan lemas Depresi sumsum tulang
- Makan hanya habis ¼ porsi yang
disajikan Kegagalan sempurna dan
- Selera makan mnurun ireversible
- BB sebelum masuk RS : 35 kg
- BB saat pengkajian : 31 kg Penurunan jumlah sel
- TB : 85 Cm dalam sumsum tulang
Pansitopenia
Gangguan dalam
pembekukan darah
Perdarahan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
D.Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan dan berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Rohman, 2009).
Dalam tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat. Pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan yang merupakan yang nyata terhadap klien dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Dari keseluruhan rencana tindakan dapat
diaplikasikan kedalam tindakan keperawatan yang nyata. Semua tindakan dari
setiap diagnosa dilakukan sesuai dengan rencana disusun berdasarkan
perencanaan. Penulisan menegakan diagnosa yang pertama yaitu:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit (anemia aplastik).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (anemi aplastik).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatan
actual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan
status kesehatan. Evaluasi terhadap tujuan asuhan keperawatan menentukan
tujuan ini telah terlaksana (Potter, 2010).
Kelompok mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan
suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi
kelompok menyesuaikan dengan teori yang ada yaitu SOAP yang berarti S
adalah subjektif yaitu keluhan utama klien, O adalah objektif hasil pemeriksaan
dan juga observasi perawat, A adalah perbandingan data dengan teori dan P
adalah perencanaan yang akan dilakukan (Asmadi, 2011).
Pada dua diagnosa keperawatan yang diangkat oleh kelompok semua
masalah teratasi berdasarkan tujuan keperawatan. Evaluasi yang didapatkan
masih kurang efektif dikarenakan kelompok mengalami keterbatasan waktu
dan tempat.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit (anemia aplastik).
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan di Ruang
Kanthil RSUD Banyumas sejak tanggal 14 – 15 Desember 2017 pada An. “I”
dengan anemia aplastik dapat diambil kesimpulan, kesimpulan tersebut
dipaparkan sebagai berikut :
1. Data yang akurat diperoleh dengan melakukan pengkajian secara
menyeluruh menggunakan teknik Wawancara dan Observasi atau Data dari
Pemeriksaan fisik. Klasifikasi data sesuai dengan masalah yang didapat dari
data subjektif dan data objektif. Sesuai dengan data yang diperoleh, saat
pengkajian perawat dapat menentukan beberapa masalah keperawatan dan
memprioritaskan masalah keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan persalian
normal adalah :
1) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b/d kurang pengetahuan tentang
faktor pemberat
2) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d faktor
biologis (anemia aplastik)
3. Selama melakukan intervensi keperawatan pada An. “I” penulis tidak
menemukan kendala dan hambatan. Intervensi keperawatan yang digunakan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah
dengan pemberi tranfusi darah, untuk ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh adalah monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
monitor turgor kulit, monitor pucat.
4. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan pada klien sesuai dengan
intervensi yang direncanakan yaitu untuk diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer adalah dengan melakukan pemberi tranfusi darah, untuk
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah memonitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori, memonitor turgor kulit, memonitor
pucat.
5. Evaluasi tanggal 15 Desember 2017, diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi pasien pulang intervensi dihentikan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
a. Berikan informasi tentang anemia meliputi: kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan yang akurat kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Didalam melakukan kegiatan keperawatan diperlukan pendekatan dengan
keluarga pasien sehingga terjalin kerjasama yang baik.
c. Dalam berkomunikasi perawat tidak hanya memperhatikan komunikasi
verbal yang dilakukan melalui kata-kata dan ucapan. Diharapkan untuk
para perawat memperhatikan penggunaan alat perlindungan diri seperti
sarung tangan, masker dalam melakukan tidakan keperawatan terutama
pada tindakan perawatan.
2. Institusi Pendidikan STIKes Muhammadiyah Palembang
Diharapkan bagi institusi pendidikan STIKes Muhammadiyah
Palembang dapat meningkatkan program pembelajaran keperawatan anak
khususnya asuhan keperawatan anak agar mahasiswa dapat menambah
refrensi terbaru baik teori, praktek maupun research terbaru.
3. Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan pada mahasiswa keperawatan sebagai bahan evaluasi dan
menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan anak secara mandiri
namun tetap dalam pengawasan.