Anda di halaman 1dari 16

makalah KMB ASKEP BRONkITIS

BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit infeksi,
khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses paru dan lain lain. Namun
perkembangan yang sangat pesat disegala sektor saat ini telah mengubah pola penyakit yang ada.
Berbagai faktor yang berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain:
perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi udara,
meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan ini menyebabkan
meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada kaitannya dengan infeksi, antara lain
: asma, bronkitis kronis, penyakit akibat pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK), kanker paru dan lain-lain.
Pada penelitian Darma Setyakusuma dkk pada pengaruh debu besi terhadap kesehatan
paru-paru pekerja pabrik besi PT. Krakatau Steel, Cilegon (1985) mendapatkan bronkitis industri
sebesar 11,9 % pada kelompok terpajan dan pada kelompok tidak terpajan.
Pada penelitian Ria Faridawati,dkk (1955) melaporkan prevalensi bronkhitis kronis 14 %
(42 orang dari 150 orang) dan 0,33 % (20 orang dari 150 orang) yang diteliti pada pekerja di PT.
Krakatau Steel Cilegon.
Pada penduduk yang tinggal 25 km dari pabrik semen terdapat kekerapan PPOK 14,66 %
pada laki-laki dan 23,46 % pada perempuan. Pada daerah 5 km dari pabrik, penyakit ini 33,33
% pada laki-laki dan 22,35 % pada perempuan.
Sementara para pekerja yang bekerja berhubungan dengan tepung keadaan lebih
kompleks, berbagai komponen padi, tungau, endotoksin, bakteri, binatang dan debu inert
berperan menimbulkan bronkitis .
Penyakit penyakit paru akibat pekerjaan pertanian masih sangat kurang dan kurang
mendapat perhatian . Amerika Serikat lebih dari 5 juta orang terlibat dengan produksi pertanian
sementara di negara negara sedang berkembang yang terlibat dengan produksi pertanian ini
diperkirakan lebih dari 70 % penduduk. Penyakit penyakit paru oleh karena terpapar hasil
pertanian masih sangat kurang mendapat perhatian di dalam literatur yang ada, pada hal
semestinya hal ini perlu mendapat perhatian, namun karena keuntungan - keuntungan sosial
ekonomi, hal ini banyak terabaikan.

B.
1.
a.
b.

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien bronkitis
Sebagai pembelajaran mahasiswa

2.
a.
b.
c.
d.

Tujuan Khusus
Mengetahui Pengertian pada Bronkitis
Mengetahui Etiologi pada Bronkitis
Mengetahui Pathofisiologi pada Bronkitis
Mengetahui Manifestasi klinis Bronkitis

e. Mengetahui Komplikasi Penyakit Bronkitis


f. Mengetahui Penatalaksanaandan pengobatan pada pasien Bronkitis
g. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Bronkitis
C. Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini kami dapat mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang
harus
di
lakukan
seorang
perawat
untuk
menangani
pasien
bronkitis
D. Metode Pengumpulan Data
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode study kepustakaan.
Metode study kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca buku tentang penyakit
Bronkitis.
Selain itu penulis juga memperoleh data dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : pendahuluan, terdiri dari latar belakang, Tujuan Penulisan, manfaat, metode pengumpulan data,
Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Teori, Terdiri dari pengertian , etiologi, pathofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi,penatalaksanaan dan pengobatan, dan Asuhan Keperawatan
BAB III : Penutup,terdiri dari kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya menyerang
bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan
karena peningkatan pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga
meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit
bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-kelamaan batuk disertai juga
adanya peningkatan suhu tubuh.
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara
ke paru-paru).Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit
paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus.
Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik
dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang
peran.( Ngastiyah, 1997 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat
akut maupun kronis ( manurung,2008 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab.
Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial
virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin,2008).
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup (Chang, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan, Bronkitis adalah Suatu
penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus, gejala yang biasanya timbul
batuk yang utama dan dominan, dan biasanya penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus
maupun menghirup zat iritan. Bronkitis dapat bersifat akut dan kronik.
B. Etiologi
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan
hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat
menyebabkan bronkostriksi akut.

2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus
influenza dan streptococcus pneumonie
3. Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat
zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

C. Pathofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus
tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga
timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus
yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang
sulit dikeluarkan dari saluran nafas

SKEMA
alergen (etiologi)
Saluran pernafasan
Iritasi jalan nafas
Hipertropi dari kelenjar mukosa
Peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia
Penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus

kebersihan jalan nafas tidak efektif


batuk produktif
bronkiolus melebar

pe akumulasi secret bronkus


penyempitan jalan nafas
kerusakan bronkiolus

D. Manifestasi klinis
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik
dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari
tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi
sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen,
dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
:
a. Lapisan teratas agak keruh.
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ).
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
( celluler debris ).
2. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau
destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan.
Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai
perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat
hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari
peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis
jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan
kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis
paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.
3. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.

4. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang
pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis
komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda
korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada
lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau ronci basah
ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain.

Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan
kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang
terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing
sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
E. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh
produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut
dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada
mereka drainase sputumnya kurang baik
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus.
Sering menjadi penyebab kematian
5. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang
arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit bronkitis yang sering
ditemui dan pada penyakit gangguan saluran nafas lainnya.
7. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi
darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik, Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
8. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas.
9. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang
terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa
serta proteinurea.

F.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Penatalaksanaan
Tindakan Medis.
Jangan beri obat antihistamin berlebih.
Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.
Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari.
Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
Terapi khusus (pengobatan) :
Bronchodilator
Antimikroba
Kortikosteroid
Terapi pernafasan
Terapi aerosol
Terapi oksigen
Penyesuaian fisik
Latihan relaksasi

b. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender
1) Berjemur dipagi hari.
2) Sering mengubah posisi.
3) Banyak minum.
4) Inhalasi
5) Nebulizer
6) Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
a) Menghindari merokok
b) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
c) Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
d) Nutrisi yang baik.
e) Hidrasi yang adekuat.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

1) Riwayat Kesehatan Pasien


a.

Keluhan Utama

a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).


b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d) Bengek.
e) Sedikit demam.
f)

Dada merasa tidak nyaman.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat melakukan kegiatan
yang ringan.

c.

Riwayat Penyakit Dahulu

a) Asma.
b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). .
c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis,
tuberkulosis, fungi/jamur.
d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama.

2) Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi


a.
b.
c.
d.
a)
b)
c)
d)
e)
e.

Keadaan Umum
Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi wajah, dan posisi klien saat
datang
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat
Sistem Kardiovaskuler
peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat
Pemeriksaan Dada
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal
terdengar Bunyi nafas ronchi
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan.
pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru, Wizing kadang (+), kadang samar

a)
b)
c)
d)

Pola aktifitas sehari-hari dengan:


Aspek biologi:
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan

3)
a.
a)
b)
c)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
LED meningkat
HB cenderung tetap atau sedang menurun
Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2

b. Radiologi
Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau berupa bercak yang mengikut
sertakan alveoli secara tersebar.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa,
akumulasi mukus.
2) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau bronkiolus.
3) Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Viru

3. Perencanaan Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa,
akumulasi mukus.
Tujuan : bersih jalan nafas
KH: pada saat bernafas tidak menggunakan otot - otot bantu, frekuensi nafas dalam batas normal.
INTERVENSI:
Mandiri :
a) Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
proses pengeluaran sekret.
R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan
perawatan.
b) Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada
klien.
R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah
dikeluarkan.
c) Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif
R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan
pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat.
d) Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan
darah, nadi, dan suhu.
R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen.
Kolaborasi :
e) pemberian ekspektoran.
R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah
dikeluarkan.

2) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau bronkiolus.
TUJUAN :pola nafas normal

KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur


INTERVENSI
Mandiri
a) kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
R/ :Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan kerja napas.
b) observasi pola batuk dan karakteristik secret
R/ :Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas
kolaborasi
c) berikan oksigen tambahan
R/ :memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

3) Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus


TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal
KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam
batas normal.
INTERVENSI
Mandiri
a) Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.
R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan
keperawatan.
b) Berikan Kompres.
R/ :penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres.
c) Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.

R/ :Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.


d) Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk
klien.
R/ :penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi
Kolaborasi
e) Pemberian antipiretik
R/ :Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus

4. Tindakan Keperawatan
Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah dibuat

5. Evaluasi
Evaluasi Perkembangan pasien.
1) Pola nafas membaik
2) Jalan nafas bersih
3) Suhu tubuh normal
6. Dokumentasi
Catat setiap tindakan yang dilakukan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). Yang terdiri dari bronchitis akut dan kronik.
Bronkitis adalah Suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus,
gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya penyakit ini
disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan. Bronkitis dapat bersifat akut dan
kronik.

2. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi diharapkan untuk para
pembaca untuk lebih mengembagkannya lagi. Jadikan makalah ini sebagai perimbangan
pengembangan dari penyakit yang telah dibahas diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, 1992, Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, ECG: Jakarta.


Wikipedia, 2009. Bronkitis, http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis. di akses tanggal 28 oktober
2011 Pukul 15.00 WIB
Xamthone, 2010. Bronkitis. http://xamthone-plus.com/bronkitis. di akses tanggal 28 oktober
2011 Pukul 15.00 WIB
Ginageh,
2011.
Penyakit
Bronkitis. http://ginageh.wordpress.com/2011/09/30/penyakitbronkitis/. di akses tanggal 28 oktober 2011 Pukul 15.00 WIB
http://bronkitis-bronkiolitis.blogspot.com/2011/11/makalah-bronkitis-dan-bronkiolitis.html
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-bronkitis.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6409/1/paru-antaruddin.pdf

Anda mungkin juga menyukai