DOSEN PEMBIMBING
Ns. Elfira Husna M.kep
DISUSUN OLEH
Putri dewi naila
FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Rinitis.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah KMB III. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Rinitis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Elfira Husna M.kep, selaku
dosen mata kuliah KMB III yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis.
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….........
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
D. Klasifikasi Rhinitis………………………………………………………….
E. Patofisiologi Rhinitis……………………………………………………….
G. Penatalaksanaan Rhinitis……………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa
hidung (mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar
pada rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis
semu (pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel-sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai,
menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara
dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya
kelihatannya lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang
berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat
berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi
berulang cepat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Definisi Rhinitis
2. Etiologi Rhinitis
3. Manifestasi klinis Rhinitis
4. Klasifikasi Rhinitis
5. Patofisiologi Rhinitis
6. Pemeriksaan diagnostic Rhinitis
7. Penatalaksanaan Rhinitis
8. Komplikasi Rhinitis
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Rhinitis
2. Untuk mengetahui Etiologi Rhinitis
3. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Rhinitis
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Rhinitis
5. Untuk memahami Patofisiologi Rhinitis
6. Untuk memahami Pemeriksaan diagnostic Rhinitis
7. Untuk memahami Penatalaksanaan Rhinitis
8. Untuk memahami Komplikasi Rhinitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa
di hidung. (Dipiro, 2005 )
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa
Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin
dikelompokkan baik sebagai rinitis alergik atau nonalergik. Rinitis non-
alergik paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk
rinitis viral (Common cold) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai
akibat masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas structural,
neoplasma, dan massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana
kasus ini disebut sebagai rhinitis alergik. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal
547-548).
B. Etiologi
1. Belum jelas
2. Beberapa hal yang umum menjadi penyebab rhinitis antara lain:
Reaksi makanan
Emosional
Pekerjaan
Hormon
Kelainan anatomi
Penyakit imunodefisiensi
Interaksi dengan hewan
temperatur
Penyebab Rhinitis Rhinitis paling sering muncul akibat alergi,
misalnya terhadap bulu hewan peliharaan, serbuk sari, asap, dan debu.
Selain itu, infeksi, obat-obatan, dan perubahan cuaca juga dapat
menyebabkan rhinitis
1) Serbuk sari dan spora.
2) Tungau debu rumah.
3) Alergi di tempat bekerja.
4) Adanya infeksi.
5) Ketidakseimbangan hormon dalam pembesaran pembuluh
darah rongga hidung
6) Tidak berfungsinya lapisan jaringan di dalam hidung.
7) Faktor lingkungan.
8) Penggunaan dekongestan rongga hidup yang berlebih.
9) Stres secara emosional maupun fisik.
10) Mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan efek samping.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,
jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier
Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
C. Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan
pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel,
dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik,
memulai produksi imunoglobulin lokal (IgE). Pelepasan mediator sel mast
yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta
limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat
terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang,
gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta
menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik
suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
Patofisiologi terjadinya rhinitis alergi diperankan oleh beberapa
proses, yaitu sensitisasi alergen, reaksi tipe cepat dan lambat, inflamasi
neurogenik, hiperresponsivitasnonspesifik, serta konsep oneairwayonedisease.
a.Sensitisasi Alergen
sel mukosa hidung banyak mengandung Antigen PresentingCell
(APC), seperti sel dendritik.
b.Reaksi Tipe Cepat dan Tipe Lambat
Pada saat pasien terpapar alergen, akan timbul dua reaksi alergi, yaitu
reaksi alergi tipe cepat dan tipe lambat.
c.Inflamasi Neurogenik
Epitel saluran nafas yang rusak dan serat saraf sensori yang terpapar oleh
protein sitotoksik dari eosinofil akan merangsang pengeluaran neuropeptida
seperti substans P dan neurokinin A. Neuropeptida ini akan menginduksi
kontraksi otot polos, sekresi mukus oleh sel goblet dan eksudasi plasma
kapiler sehingga terjadi inflamasi.
d.HiperresponsivitasNonspesifik
Mekanisme ini menupakan mekanisme yang sering terjadi pada reaksi
alergi. Akibat dari infiltrasi eosinofil dan kerusakan yang ditimbulkan oleh
proses inflamasi, mukosa hidung akan menjadi lebih reaktif terhadap stimulus
normal dan memperberat gejala bersin, hidung berair, gatal pada hidung dan
obstruksi.
e.Konsep One Airway One Disease
Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 10-40% pasien dengan
rhinitis alergi sering kali juga menunjukkan gejala asma. Mekanisme ini
diakibatkan oleh infiltrasi eosinofil tidak hanya terjadi pada mukosa hidung
namun juga dapat terjadi di mukosa bronkus dan menginduksi respon yang
berlebihan pada bronkus.
D. Manifestasi Klinis
1) Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
(umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2) Hidung tersumbat.
3) Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan
alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih
keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung
atau infeksi sinus.
4) Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan
tenggorok.
5) Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
E. Klasifikasi
1. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a) Rhinitis akut (coryza, commond cold)
merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-
sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit
ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering
kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal
musim hujan dan musim semi.
b) Rhinitis kronis
adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena
rinitis vasomotor.
2. Berdasarkan penyebab, dapat dibedakan menjadi :
a) Rhinitis alergi
Merupakan penyakit umum yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan laki-laki yang berusia 30 th. Merupakan inflamasi
mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alegi terhadap partikel
seperti debu ,asap yang ada d udara.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata
terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.
Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek);
menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan
mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian
dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung
membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat.
Pengobatan:
Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata
terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.
Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek);
menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan
mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung
membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya
penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan
pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi
berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
Pengobatan :
Gejala :
Terapi Medik :
a) Rhinitis vasomotor
Adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang
disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
b) Rhinitis medikamentosa
Adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal
vasomotor sebagai akibat pamakaian vasokonstriktor topical (obat
tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan
belebihan .
c) Rhinitis atrofil
Adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya
atrofil progesif tulang dan mukosa konka.
Menurut klasifikasi tersebut, maka rinitis alergi berdasarkan lama
gejala dibagi menjadi:
1. Ringan, berarti tidak terdapat salah satu dari hal-hal sebagai berikut:
- gangguan tidur
- gangguan tidur
(Surprihati, 2004)
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada
specimen secret hidung.
2. Pemeriksaan in vivo
Dilakukan dengan uji kulit(skin test) yaitu, prick test maupun patch test.
G. Penatalaksanaan
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan
etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif.
Secara konservatif dapat diberikan
Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala
hilang.
Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan
larutan betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat
Vitamin A 3×50.000 unit selama 2 minggu
Preparat Fe
Pil dan semprotan antihistamin
Leukotriene antagonis
Semprotan kortikoster oid
Pil dan semprotan dekongestan
Imunoterapi alergi
Pengobatan sinusitis bila terdapat sinusitis
H. Komplikasi
1) Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan
kekambuhan polip hidung.
2) Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang
sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3) Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis
alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat
drainase.
ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
a) Identitas
Nama
jenis kelamin
umur
bangsa
b) keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan
hidung gatal
c) Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
d) Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami
pasien
e) Pemeriksaan fisik
Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan nasoendoskopi
Pemeriksaan sitologi hidung
Hitung eosinofil pada darah tepi
Uji kulit allergen penyebab
2. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/ adanya
secret yang mengental
b) Gangguan pada istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung
c) Ganguan konsep diri berhubugan dengan rhinore
3. Intervensi
a) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/
adanya secret yang mengental
Tujuan : jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria hasil:
Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada 1. Mengetahui tingkat keparahan dan
2. Observasi TTV tindakan selanjutnya
3. Kalaborasi dengan tim medis 2. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi
3. Kerjasama untuk menghilangkan
obat yang dikonsumsi
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan tidur klien 1. Mengetahui permasalahan klien
2. Ciptakan suasana yang nyaman dalam pemenuhan kebutuhan
3. Anjurkan klien bernafas lewat istirahat tidur
mulut 2. Agar klien dapat tidur dengan
4. Kalaborasi dengan tim medis tenang
3. Pernafasan tidak terganggu
4. Pernafasan dapat efektif kembali
lewat hidung
c) Ganguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Tujuan: konsep diri baik setelah intervensi
Kriteria hasil:
Pasien mengekpresikan kepercayaan diri dalam
kemampuan
Mengekpresiakan kepuasan dengan citra tubuh
Mengekspresiakan kepuasan dengan rasa berharga
Intervensi Rasional
1. Dorong individu untuk bertanya 1. Memberikan minat dan perhatian ,
mengenai masalah, penanganan, kesempatan untuk memperbaiki
perkembangan dan prognosis kesalahan konsep
kesehatan 2. Pendekaan secara komperhensif
2. Ajarkan individu mengenai sumber Dapat membantu pasien
komunitas yang tersedia untukmemelihara tingkah laku
3. Dorong individu mengekspresiakan koping
perasaannya khususnya bagaimana 3. Dapat membantu meningkatkan
individu merasakan, memikirkan dan tingkat kepercayaan diri
memandang
4. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana.Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan yang telah
dirumuskan, selama melaksanakan tindakan perawat menilai
efektivitas tindakan keperawatan dan respon pasien, juga mencatat dan
melaporkan tindakan perawatan yang diberikan serta mencatat reaksi
pasien yang timbul (Doenges.(2009). Hal :426-880).
Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah,
penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan
jamur
Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini
sering tidak dipatuhi terutama oleh pecinta binatang
Membersihkan kasur secara rutin
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria
yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Mengetahui tentang penyakitnya
Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal
Bisa tidur dengan nyenyak
Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilannya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa
di hidung. (Dipiro, 2005 )
• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Saran
penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas
dan mutu makalah yang saya buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat
memberikan informasi yang lebih berguna untuk penyusun khususnya dan
pembaca umumnya
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15. Jakarta: EGC
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2 Edisi 18. Jakarta: EGC
Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
Hassan, rusepno dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika
Junadi, purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Mansjoer, arif dkk. 1993. Kapita Selekta Kedokteran Jilid.1 Edisi 3. jakarta : Media
Aesculapius