Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Rhinitis

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Elfira Husna M.kep

DISUSUN OLEH
Putri dewi naila

FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Rinitis.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada  mata kuliah KMB III. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Rinitis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Elfira Husna M.kep, selaku
dosen mata kuliah KMB III yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi 27 april 2021

Penulis.
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………….........

B. Rumusan Masalah………………………………………………………

C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Rhinitis …….……………………………………………………..

B. Etiologi Rhinitis ……………….……………………………………………

C. Manifestasi klinis Rhinitis ………………………………………………….

D. Klasifikasi Rhinitis………………………………………………………….

E. Patofisiologi Rhinitis……………………………………………………….

F. Pemeriksaan diagnostic Rhinitis…………………………………………….

G. Penatalaksanaan Rhinitis……………………………………………………

H. Komplikasi Rhinitis …………………………………………………………


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………

B. Saran …………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa
hidung (mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar
pada rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis
semu (pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel-sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai,
menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara
dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya
kelihatannya lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang
berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat
berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi
berulang cepat.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Definisi Rhinitis
2. Etiologi Rhinitis
3. Manifestasi klinis Rhinitis
4. Klasifikasi Rhinitis
5. Patofisiologi Rhinitis
6. Pemeriksaan diagnostic Rhinitis
7. Penatalaksanaan Rhinitis
8. Komplikasi Rhinitis
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Rhinitis
2. Untuk mengetahui Etiologi Rhinitis
3. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Rhinitis
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Rhinitis
5. Untuk memahami Patofisiologi Rhinitis
6. Untuk memahami Pemeriksaan diagnostic Rhinitis
7. Untuk memahami Penatalaksanaan Rhinitis
8. Untuk memahami Komplikasi Rhinitis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa
di hidung. (Dipiro, 2005 )
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa
Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin
dikelompokkan baik sebagai rinitis alergik atau nonalergik. Rinitis non-
alergik paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk
rinitis viral (Common cold) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai
akibat masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas structural,
neoplasma, dan massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana
kasus ini disebut sebagai rhinitis alergik. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal
547-548).

B. Etiologi
1. Belum jelas
2. Beberapa hal yang umum menjadi penyebab rhinitis antara lain:
 Reaksi makanan
 Emosional
 Pekerjaan
 Hormon
 Kelainan anatomi
 Penyakit imunodefisiensi
 Interaksi dengan hewan
 temperatur
Penyebab Rhinitis Rhinitis paling sering muncul akibat alergi,
misalnya terhadap bulu hewan peliharaan, serbuk sari, asap, dan debu.
Selain itu, infeksi, obat-obatan, dan perubahan cuaca juga dapat
menyebabkan rhinitis
1) Serbuk sari dan spora.
2) Tungau debu rumah.
3) Alergi di tempat bekerja.
4) Adanya infeksi.
5) Ketidakseimbangan hormon dalam pembesaran pembuluh
darah rongga hidung
6) Tidak berfungsinya lapisan jaringan di dalam hidung.
7) Faktor lingkungan.
8) Penggunaan dekongestan rongga hidup yang berlebih.
9) Stres secara emosional maupun fisik.
10) Mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan efek samping.

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua


tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua
fase yaitu :
 Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan
allergen hingga 1 jam setelahnya
 Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga
empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung
hingga 24 jam.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

 Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya


debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
 Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya
susu, telur, coklat, ikan dan udang
 Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah
 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
 Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
 Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,
jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier
 Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan

C. Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan
pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel,
dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik,
memulai produksi imunoglobulin lokal (IgE). Pelepasan mediator sel mast
yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta
limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat
terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang,
gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta
menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik
suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
Patofisiologi terjadinya rhinitis alergi diperankan oleh beberapa
proses, yaitu sensitisasi alergen, reaksi tipe cepat dan lambat, inflamasi
neurogenik, hiperresponsivitasnonspesifik, serta konsep oneairwayonedisease.
a.Sensitisasi Alergen
sel mukosa hidung banyak mengandung Antigen PresentingCell
(APC), seperti sel dendritik.
b.Reaksi Tipe Cepat dan Tipe Lambat
Pada saat pasien terpapar alergen, akan timbul dua reaksi alergi, yaitu
reaksi alergi tipe cepat dan tipe lambat.
c.Inflamasi Neurogenik
Epitel saluran nafas yang rusak dan serat saraf sensori yang terpapar oleh
protein sitotoksik dari eosinofil akan merangsang pengeluaran neuropeptida
seperti substans P dan neurokinin A. Neuropeptida ini akan menginduksi
kontraksi otot polos, sekresi mukus oleh sel goblet dan eksudasi plasma
kapiler sehingga terjadi inflamasi.
d.HiperresponsivitasNonspesifik
Mekanisme ini menupakan mekanisme yang sering terjadi pada reaksi
alergi. Akibat dari infiltrasi eosinofil dan kerusakan yang ditimbulkan oleh
proses inflamasi, mukosa hidung akan menjadi lebih reaktif terhadap stimulus
normal dan memperberat gejala bersin, hidung berair, gatal pada hidung dan
obstruksi.
e.Konsep One Airway One Disease
Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 10-40% pasien dengan
rhinitis alergi sering kali juga menunjukkan gejala asma. Mekanisme ini
diakibatkan oleh infiltrasi eosinofil tidak hanya terjadi pada mukosa hidung
namun juga dapat terjadi di mukosa bronkus dan menginduksi respon yang
berlebihan pada bronkus.
D. Manifestasi Klinis
1) Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
(umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2) Hidung tersumbat.
3) Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan
alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih
keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung
atau infeksi sinus.
4) Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan
tenggorok.
5) Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

Gejala Rhinitis Alergi

Tiap penderita alergi bisa mengalami gejala yang berbeda. Gejala


biasanya langsung timbul setelah penderita terpapar pemicu alergi (alergen).
Beberapa gejala yang dapat muncul adalah:

 Pilek atau hidung tersumbat.


 Bersin-bersin.
 Mata terasa gatal atau berair.
 Mata membengkak dan kelopak mata bawah berwarna gelap.
 Gatal-gatal pada mulut dan tenggorokan.
 Muncul ruam pada kulit.
 Lemas.
 Batuk-batuk.
 Sakit kepala.
 Terkadang menimbulkan gangguan tidur, terutama pada rhinitis
alergi yang parah.
 Anak-anak yang menderita rhinits alergi dapat mengalami
gejala atau gangguan pada telinga, seperti telinga sakit, telinga
berdenging, infeksi yang disertai keluarnya cairan dari telinga
tengah (otitis media).

E. Klasifikasi
1. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a) Rhinitis akut (coryza, commond cold)
merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-
sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit
ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering
kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal
musim hujan dan musim semi.
b) Rhinitis kronis
adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena
rinitis vasomotor.
2. Berdasarkan penyebab, dapat dibedakan menjadi :
a) Rhinitis alergi
Merupakan penyakit umum yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan laki-laki yang berusia 30 th. Merupakan inflamasi
mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alegi terhadap partikel
seperti debu ,asap yang ada d udara.

Macam-macam rhinitis alergi yaitu :

 Rhinitis alergi musiman (Hay Fever)


Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak
dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang
menggunakan angin untuk Rinitis alergi musiman (Hay
Fever)penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata
terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.
Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek);
menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan
mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian
dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung
membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat.

Pengobatan:

Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.


Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya
pseudoephedrine atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan hidung
tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi
harus diawasi secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung
natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian
belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat
mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid.
Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan
gejala, maka diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari
.
 Rhinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi
sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen
yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang
peliharaan serta bau-bauan yang menyegat.

Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata
terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.
Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek);
menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan
mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung
membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya
penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan
pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi
berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

Pengobatan :

Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah


antihistamin. Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan
(misalnya pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung
tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi
harus diawasi secara ketat.

Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin;


efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika
pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-
gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan
untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut).

Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung


dekongestan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan
tidak terlalu lama karena bisa memperburuk atau memperpanjang

peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk


membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.
 Rhinitis Non Alergi

Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis


viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung,
deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik
dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti
hipertensif.

Gejala :

Kongesti nasal, rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis), gatal


pada nasal, bersin-bersin, sakit kepala.

Terapi Medik :

Pemberian antihistamin, dekongestan, kortikosteroid topikal, natrium


kromolin.

Macam-macam rhinitis non alergi :

a) Rhinitis vasomotor
Adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang
disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
b) Rhinitis medikamentosa
Adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal
vasomotor sebagai akibat pamakaian vasokonstriktor topical (obat
tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan
belebihan .
c) Rhinitis atrofil
Adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya
atrofil progesif tulang dan mukosa konka.
Menurut klasifikasi tersebut, maka rinitis alergi berdasarkan lama
gejala dibagi menjadi:

1. Intermiten: gejala ≤4 hari per minggu atau lamanya ≤4 minggu


2. Persisten: gejala >4 hari per minggu dan lamanya >4 minggu
Sedangkan berdasarkan beratnya gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
Ringan:
o Tidur normal
o Aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai normal
o Bekerja dan sekolah normal
o Tidak ada keluhan yang mengganggu
Sedang atau berat: (satu atau lebih gejala)
o Tidur terganggu (tidak normal)
o Aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai terganggu
o Gangguan saat bekerja dan sekolah
o Ada keluhan yang mengganggu

Klasifikasi ARIA dibuat berdasarkan durasi dan tingkat keparahan dari


gejala rinitis alergi dan dampaknya pada kualitas hidup penderita.

Berdasarkan terdapatnya gejala:

1. RA Intermiten, bila gejala berlangsung:

- kurang dari 4 hari dalam seminggu, atau

- kurang dari 4 minggu

2. RA Persisten, bila gejala berlangsung:

- lebih dari 4 hari dalam seminggu, dan

- lebih dari 4 minggu


Berdasarkan beratnya gejala:

1. Ringan, berarti tidak terdapat salah satu dari hal-hal sebagai berikut:

- gangguan tidur

- gangguan aktivitas sehari-hari/malas/olahraga

- gangguan pekerjaan atau sekolah

- gejala dirasakan mengganggu

2. Sedang-berat, berarti didapatkan satu atau lebih hal-hal berikut:

- gangguan tidur

- gangguan aktivitas sehari-hari/malas/olahraga

- gangguan pekerjaan atau sekolah

- gejala dirasakan mengganggu

(Surprihati, 2004)

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada
specimen secret hidung.
2. Pemeriksaan in vivo
Dilakukan dengan uji kulit(skin test) yaitu, prick test maupun patch test.

G. Penatalaksanaan
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan
etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif.
Secara konservatif dapat diberikan
 Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala
hilang.
 Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan
larutan betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat
 Vitamin A 3×50.000 unit selama 2 minggu
 Preparat Fe
 Pil dan semprotan antihistamin
 Leukotriene antagonis
 Semprotan kortikoster oid
 Pil dan semprotan dekongestan
 Imunoterapi alergi
 Pengobatan sinusitis bila terdapat sinusitis

H. Komplikasi
1) Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan
kekambuhan polip hidung.
2) Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang
sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3) Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis
alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat
drainase.

Kelompok umur terbanyak penderita rinitis alergi adalah usia 18 – 35


tahun dan penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki – laki.

ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
a) Identitas
Nama
jenis kelamin
umur
bangsa
b) keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan
hidung gatal
c) Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
d) Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami
pasien
e) Pemeriksaan fisik
Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan nasoendoskopi
 Pemeriksaan sitologi hidung
 Hitung eosinofil pada darah tepi
 Uji kulit allergen penyebab

2. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/ adanya
secret yang mengental
b) Gangguan pada istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung
c) Ganguan konsep diri berhubugan dengan rhinore
3. Intervensi
a) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/
adanya secret yang mengental
Tujuan : jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria hasil:
 Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
 Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada 1. Mengetahui tingkat keparahan dan
2. Observasi TTV tindakan selanjutnya
3. Kalaborasi dengan tim medis 2. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi
3. Kerjasama untuk menghilangkan
obat yang dikonsumsi

b) Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada


hidung
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria hasil: klien tidur 6-8 jam sehari

Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan tidur klien 1. Mengetahui permasalahan klien
2. Ciptakan suasana yang nyaman dalam pemenuhan kebutuhan
3. Anjurkan klien bernafas lewat istirahat tidur
mulut 2. Agar klien dapat tidur dengan
4. Kalaborasi dengan tim medis tenang
3. Pernafasan tidak terganggu
4. Pernafasan dapat efektif kembali
lewat hidung
c) Ganguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Tujuan: konsep diri baik setelah intervensi
Kriteria hasil:
 Pasien mengekpresikan kepercayaan diri dalam
kemampuan
 Mengekpresiakan kepuasan dengan citra tubuh
 Mengekspresiakan kepuasan dengan rasa berharga

Intervensi Rasional
1. Dorong individu untuk bertanya 1. Memberikan minat dan perhatian ,
mengenai masalah, penanganan, kesempatan untuk memperbaiki
perkembangan dan prognosis kesalahan konsep
kesehatan 2. Pendekaan secara komperhensif
2. Ajarkan individu mengenai sumber Dapat membantu pasien
komunitas yang tersedia untukmemelihara tingkah laku
3. Dorong individu mengekspresiakan koping
perasaannya khususnya bagaimana 3. Dapat membantu meningkatkan
individu merasakan, memikirkan dan tingkat kepercayaan diri
memandang

4. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana.Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan yang telah
dirumuskan, selama melaksanakan tindakan perawat menilai
efektivitas tindakan keperawatan dan respon pasien, juga mencatat dan
melaporkan tindakan perawatan yang diberikan serta mencatat reaksi
pasien yang timbul (Doenges.(2009). Hal :426-880).
 Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah,
penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
 Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan
jamur
 Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini
sering tidak dipatuhi terutama oleh pecinta binatang
 Membersihkan kasur secara rutin

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria
yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
 Mengetahui tentang penyakitnya
 Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal
 Bisa tidur dengan nyenyak
 Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilannya

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa
di hidung. (Dipiro, 2005 )

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya


debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya
susu, telur, coklat, ikan dan udang
• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah

• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Saran
penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas
dan mutu makalah yang saya buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat
memberikan informasi yang lebih berguna untuk penyusun khususnya dan
pembaca umumnya

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15. Jakarta: EGC

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2 Edisi 18. Jakarta: EGC
Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC

Hassan, rusepno dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika

Junadi, purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Long, barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK


Pajajaran

Mansjoer, arif dkk. 1993. Kapita Selekta Kedokteran Jilid.1 Edisi 3. jakarta : Media
Aesculapius

Price, silvya A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4.


Jakarta : EGC

Smeltzer, suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Soepardi, efiaty arsyad. 1997. Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta : fakultas


kedokteran universitas indonesia

Anda mungkin juga menyukai