Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN REMATIK

KELOMPOK II :

1. AISYAH NINDIA
2. AXCEL TRIADI PUTRA
3. CICI ERLANDA
4. VINHA WAHYU MARSILINA
5. WIDIATI MAWADDAH

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Emira Apriyeni, M. Kep

KEPERAWATAN 2B

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita bersama-sama sanjungkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya kita masih diberikan kesehatan biopsikososial dan spiritual, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya

Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KALUARGA DENGAN REMATIK


” ini disusun untuk memenuhi tugas keperawatan keluarga.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para pendukung yang
memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih juga kepada para pembaca terutama bagi mahasiswa Stikes Syedza Saintika
Padang. Dan tidak lupa pula kepada para dosen terutama pada ibu Ns.Emira Apriyeni, M.Kep
yang telah membimbing kami menjadi manusia yang borpotensi.

Kritik dan saran pembaca merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kami dalam
menyempurnakan isi makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi panduan bagi
mahasiswa.

Padang, 8 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................4
LAPORAN PENDOKUMENTASIAN ..............................................................................................4
REMATIK........................................................................................................................................4
1. Defenisi Rematik....................................................................................................................4
2. Etiologi ..................................................................................................................................4
3. Patofisiologi ...........................................................................................................................5
4. Manifestasi Klinis ..................................................................................................................6
5. Pemeriksaan diagnostik .........................................................................................................7
6. Komplikasi ............................................................................................................................7
7. Penatalaksanaan ....................................................................................................................8
BAB II ..............................................................................................................................................9
LAPORAN KASUS ..........................................................................................................................9
1. PENGKAJIAN ......................................................................................................................9
2. Analisa Data ........................................................................................................................ 18
3. Diagnosa keperawatan keluarga rematik ............................................................................. 20
4. Intervensi keperawatan keluarga rematik ........................................................................... 20
5. Implementasi keperawatan .................................................................................................. 22
6. Evaluasi Keperawatan ......................................................................................................... 23
BAB III ........................................................................................................................................... 24
PENUTUP ...................................................................................................................................... 24
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 26
LAMPIRAN PENDOKUMENTASIAN .......................................................................................... 27
BAB I

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN REMATIK


1. Defenisi Rematik
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris.
Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, Artritis
Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum,
cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular lainnya.
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi. Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur.
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. Artritis rematoid adalah
suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh.

2. Etiologi
Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.
Kecendrungan wanita untuk menderita Artritis Rhemathoid dan sering dijumpainya
remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit
ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab Artitis
Rhemathoid. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab Artritis Rhemathoid juga timbul
karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan
disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.Walaupun hingga kini belum
berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak
menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau
endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya Artritis Rhemathoid.
Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab Artritis Rhemathoid antara lain
adalah bakteri, mikroplasma atau virus.
3. Patofisiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan
proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul
akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun. Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan
suatu proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan
tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati
faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat.
Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon system imun terhadap
antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetic. Suatu antigen
penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada membran sinovial akan memicu
proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag
akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang
proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan
antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan
berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun ini akan
mengaktivasi sistem komplemen C5a. Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik
yang selain meningkatkan permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak
polimorfonukler (PMN) dan monosit kearah lokasi tersebut. Fagositosi komplek imun
oleh sel radang akan disertai pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas,
leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.
Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu
radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamine dan berbagai enzim proteolitik serta
aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus. Masuknya sel radang ke
dalam membran sinovial akibat pengendapan komplek imun menyebabkan
terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam
pathogenesis Artritis Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri
dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang.
Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel
mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan.
4. Manifestasi Klinis
ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada penderita Artritis
Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran yang sangat bervariasi :
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi artrodial dapat terserang.
c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada Osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapra deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar
juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat
juga timbul pada tempattempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat menyerang organ-
organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paruparu (pleuritis), mata dan
pembuluh darah dapat rusak.
5. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis
Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat
prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis Rhemathoid
terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien Lepra, Tuberkulosis
paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis Infeksiosa, Endokarditis Bakterialis, penyakit
kolagen, dan Sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah
sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering
terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi
juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi.
6. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumathoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
Artritis Rhemathoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar di bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan meilopati akibat ketidakstabilan iskemik akibat vaskulitis.
7. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan pertama yang
harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antar
pasien dengan keluargannya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama :
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi akibat Artritis Rhemathoid.
d. Riwayat penyakit alamiah
e. Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid
f. Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien Artritis
Rhemathoid dengan cara :
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4. Mencegah terjadinya deformitas
5. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.

g. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis
pengobatan ini pada pasien Artritis Rhemathoid umumnya bersifat ortopedik.
BAB II
LAPORAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Klien bernama Yn. S, berjenis kelamin perempuan, umur 55 tahun, status kawin,
bertempat tinngal di Jln. Simpang tiga. No 14, beragama Islam, pekerjaan sebagai
pedagang sayur. Pengkajian dilakukan dirumah Tn. S pada hari Sabtu 4 Januari 2020
jam 13:30 WIB. Keluhan utama yang dirasakan klien adalah nyeri pada kaki bagian
lutut dan pinggang. Riwayat penyakit sudah di rasakan sejak enam bulan yang lalu.
Nyeri bertambah saat beraktivitas fisik yang berat dan terasa kaku saat habis bersila
lama
A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. W
2. Alamat :Jln. Simpang tiga. No 14
3. Pekerjaan : Tani
4. Pendidikan : SD
5. Komposisi keluarga :
No Nama Jk Hub Dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan Status
imunisasi
1. Tn. W L KK 60 th SD Sopir Angkot -
2. Ny. S P Istri 55 th SD pedagang -
3. An. Y L Anak 18 th SMK - -
4. An. J L Anak 13 th SLTP - -
6. Gonogram

Keluarga dari pihak ayah Keluarga dari pihak ibu

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Satu Rumah

7. Tipe keluarga
Keluarga inti karena dalam satu rumah terdiri dari Bpk, Ibu, dan anak.
8. Suku Bangsa
Keluarga Tn. W termasuk suku bangsa Sunda, bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari keluarga Tn.W adalah bahasa minang. Keluarga Tn. W
tidak memiliki pantangan, namun kebiasaan suku yang diterapkan oleh Tn. W
kadang-kadang mengkonsumsi jamu “kunyit, temulawak,dan madu” (sejenis
tumbuhan) untuk mengurangi pegal-pegal.
9. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Tn.W adalah agama Islam dan menjalankan
shalat 5 waktu, Keluarga Tn. W tidak begitu aktif dalam mengikuti pengajian
majelis taklim setiap malam jumat.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. W sebagai petani, sedangkan Yn. S, pedagang dipasar sedangkan anak An.
Y, J masih duduk di bangku sekolah rata-rata penghasilan Tn. W adalah tidak
tetap perbulannya. Sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan
hidup sehari-harinya. Penghasilan Yn. S perbulannya kurang lebih Rp.
800.000 keluarga Tn. W tidak memiliki tabungan di bank ataupun asuransi.
Dan keluarga mengatakan jaminan untuk kesehatan keluarga Yn. S memiliki
dana seperti dari arisan RT.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi yang digunakan di dalam rumah, keluarga mengatakan biasa mengisi
waktu luang dirumah dengan menonton TV dan mengobrol bersama anak serta
mengobrol dengan tetangga sekitar tempat tinggalnya. Rekreasi yang
dilakukan diluar rumah, keluarga Yn. S mengatakan jarang sekali bepergian ke
tempat hiburan. Sehari-harinya hanya pergi bekerja dan kemudian beristirahat
dirumah.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Riwayat pekembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. W sekarang pada tahap keluarga dengan anak dewasa, keluarga
Tn. W belum memenuhi tugas perkembangan keluarga dalam hal memperluas
jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar, keluarga Tn. W
masih tetap mempertahankan keintiman pasangan, Tn. W sudah membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat, penataan kembali
peran orang tua dan kegiatan dirumah sudah dilakukan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini keluarga
merasa sudah terpenuhi, hanya saja keluarga merasa perlu mempertahankan
apa yang sudah ada untuk pengalaman keluarga melangkah ke proses
berikutnya.
3. Riwayat keluarga inti
Didalam keluarga Yn. S tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, dll. Dalam satu bulan terakhir ini didalam keluarga hanya
menderita penyakit ringan saja seperti batuk dan pilek setelah diperiksakan
kepelayanan kesehatan dapat sembuh. Sedangkan pada saat pengkajian pada
keluarga Tn. W semua anggota keluarga sehat-sehat saja, tetapi Yn. S
mengeluh pada sendi-sendi terasa nyeri dan kaku pada tulang. Kesimpulan:
Yn. S mempunyai masalah kesehatan (rematik). Dari keluarga Tn. W dan Yn.
S tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, dll.
C. Data Lingkungan
1. Karakreristik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga merupakan rumah sendiri, saat ini
baru dibangun. Menurut Yn. S mereka membangun rumah sedikit demi
sedikit karena biaya tidak mencukupi. Kondisi rumah terlihat berantakan
karena ada beberapa bagian yang sedang dibangun. Menurut Yn. S apabila
sedang ada bagian yang sedang dibangun, mereka biasanya tinggal
dirumah orang tuanya. Jarak antara rumah Tn. W dengan yang lainnya
sangat dekat, hanya berjarak kurang dari 1 meter. Kondisi ventilasi
dirumah kurang karena masih ada beberapa jendela yang ditutup dengan
triplek, sehingga cahaya yang masuk sedikit dan pertukaran udara sangat
kurang.

Kamar 1 Kamar
K ruang TV
mandi

ruang tamu
Kamar 2 dapur
pintu

a. Pengelolaan sampah
Keluarga Yn. W mengelolah sampah dengan cara bersih dan tertutup
Keluarga Tn. W mengelola sampah dengan cara bersih dan tertutup,
kemudian sampah akan dikumpulkan kemudian dibakar. Dipekarangan
terlihat daun kering yang berserakan.
b. Sistem Drainger Air
Keluarga Tn. W memiliki saluran pembuangan air limbah yang terbuka
kemudian dialirkan ke selokan.
c. Penggunaan Jamban
Keluarga Tn. W memiliki WC sendiri dengan jenis jamban WC
jongkok.Kondisi kamar mandi keluarga Tn.W cukup sinar matahari,
dan bersih.Jarak penampungan MCK (septic tank) dangan sumber
air >10 meter.
d. Kondisi Air
Keluarga Tn. W memiliki sumber air berupa sumur gali.Sumber air
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, masak, dan
MCK.Kondisi airnya baik, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna,
dan tidak ada pengendapan.
2. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW
a. Adat dan istiadat komunitas sekitar
Selama ini tetangga-tetangganya mempunyai kebiasaan mengikuti
arisan RT, PKK dan tahlilan, apabila ada salah satu tetangganya yang
sakit mereka saling menjenguk dan apabila ada tetangga yang punya
kerja atau hajat mereka saling bantu-membantu. Keluarga mengatakan
bahwa dilingkungannya tidak ada adat istiadat yang mengganggu
terhadap kesehatan.
b. Pola pergaulan keluarga
Hubungan keluarga dan tetangga tampak baik dan harmonis, tampak
keluarga menyapa tetangga yang kebetulan lewat depan rumahnya. An.
Y dan An. J sering berkumpul dengan tetangganya yang ada disamping
rumah.
c. Persepsi keluarga terhadap komunitas
Keluarga merasa nyaman hidup ditengah-tengah masyarakat karena
keluarga merasa mereka saling bantu-membantu dan tidak merugikan
dalam berbagai hal.
d. Pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan yang berkaitan
dengan komunitas
Keluarga mengatakan masalah kesehatan yang muncul dalam
kehidupan ditengah masyarakat secara khusus saat ini rematik dan
hipertensi karena meyoritas penduduk RT adalah lansia.
3. Mobilitas geografi keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal dilingkungan yang saat ini mereka
tempati dan tidak pernah pindah rumah. Alat transportasi yang ada di
daerah adalah angkutan kota namun untuk masuk sampai rumahnya
biasanya jalan kaki, atau naik sepeda. Alat transportasi yang biasa
digunakan oleh keluarga selama ini keluarga mengatakan biasa
menggunakan kendaraan umum sebagai saran transportasi keluarga
khususnya Yn. S.
4. Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik, Yn. S selalu ramah
dengan orang-orang yang belanja diwarungnya. Tetapi Tn. W jarang ikut
kegiatan masyarakat karena jam 7 pagi sudah berangkat kerja pulangnya
jam 7 malam. Sedangkan anak-anaknya mengikuti kegiatan anak-anak lain
dilingkungan tersebut.
5. Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan kelurga besar tidak begitu membantu Tn. W dab Yn. S. Apabila
ada anak yang sakit, maka mereka hanya memberinya obat warung.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka, setiap anggota
keluarga bebas menyampaikan keluhan atau tanggapan hal ini dapat terlihat
saat perawat berkunjung. Komunikasi yang digunakandi dalam keluarga
adalah komunikasi dua arah.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama,
setiap anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan
idenya jika ada masalah yang dirasakan.
3. Struktur peran
Dalam keluarga, Yn. S berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus pedagang
dirumah, sedangkan An. Y, An. J, berperan sebagai anak. Didalam keluarga
Tn. W sebagai supir angkot.

4. Nilai dan norma budaya


Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya padang dimana Yn. S dan Tn.
W bertindak sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anggota
keluarganya, Yn. S juga mengatakan berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dan tata tertib dilingkungannya seperti kegiatan tehlilan
dan PKK RT. Keluarga mengatakan tidak ada nilai dan norma budaya yang
bertentangan dengan kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Yn. S sangat menyayangi keluarga, saling menjaga antar anggota keluarga
satu dengan anggota keluarga yang lain. Yn. S berusaha mendidik anaknya
agar selalu menghormati orang tua dan menyayangi sesama anggota keluarga
dan teman sebaya serta berusaha menanamkan kedisiplinan pada anaknya.
2. Fungsi Sosial
Keluarga Yn. S mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi
sosial pada anaknya dengan tetangga masyarakat yaitu dengan membiarkan
anaknya bermain dengan teman sebayanya dikampung rumahnya serta selalu
menyapa orang yang ditemuinya dengan sopan, hal itu terbukti ketika perawat
berkunjung ke rumah keluarga Yn. S para tetangga juga ikut menyambut
dengan baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
a. Mengenal masalah
Saat di kaji Yn. S mengatakan bahwa sebelumnya saya mengetahui bahwa
saya terkena rematik dan, tetapi keluarga Yn. S tidak mengetahui tentang
rematik dan bagaimana cara perawatan terhadap orang yang terkena
rematik.
b. Mengambil keputusan
Keluarga Tn. W mengatakan tidak pernah mengontrol Yn. S hanya
minum obat rematik yang beli diwarung itupun jika sendi-sendinya terasa
nyeri.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. W mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan
terhadap orang yang terkena rematik.
d. Memelihara/memodifikasi lingkungan
Yn. S mengatakan tidak ada jendela dimasing-masing kamar tidurnya.
Keluarga Yn. S mengatakan cahaya matahari tidak bisa sampai masuk
samapai kamar. Pada saat pengkajian jendela ruang tamu dan lantai agak
kotor, ventilasi dikamar dan ruang tamu kurang, ruangan hanya
menggunakan penerangan listrik tapi redup, tampak tumpukan barang-
barang yang tidak teratur diruang tamu.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu
dokter/bidan atau pelayanan kesehatan lain seperti puskesmas.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Yn. S sudah memiliki 2 anak, dimana anak-anaknya masih
bersekolah.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. W mengatakan penghasilan suami dan Yn. S dirasa hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup seharinya dam belum termasuk biaya
kesehatan yang ringan sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit dan
biaya kesehatan kurang maka Yn. S merasa lebih berat dalam membiayai
anggota keluarga yang sakit.
6. Fungsi Pendidikan
Yn. S mengatakan tingkat pendidikan saya hanya sampai pada SD, sama
dengan suami saya. Saya berharap nantinya anak saya bisa sampai
melanjutkan keperguruan tinggi.
7. Fungsi Religus
Yn. S mengatakan semua anggota keluarga beragama islam, saya mengetahui
banyak tentang agama dari keluarga dan masyarakat, saya jarang mengikuti
acara kegiatan keagamaan seperti mauludan, tahlilan, dan pengajian-
pengajian.
8. Fungsi Sosialisasi
Yn. S mengatakan saya dapat berinteraksi dengan masyarakat dengan acara
tahlilan, mauludan PKK, dan kegiatan RT-an tapi jarang.
9. Fungsi Rekreasi
Keluarga menggunakan fungsi rekreasi dengan berkumpul bersama keluarga
pada malam hari dan diisi dengan menonton TV.
F. Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stresor jangka pendek keluarga Tn. W dan Ny. S yaitu apabila banyak kerjaan
yang harus dikerjakan, dan stressor jangka panjang adalah ketika memikirkan
pendidikan dan masa depan anak-anak.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa berat maka mereka
akan memecahkannya secara bersama-sama dengan jalan musyawarah
keluarga sampai ketemu jalan pemecahannya dengan tidak saling memaksakan
dan menyakiti yang lain.
3. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga lebih suka berunding bersama atau konsultasi
dengan orang yang lebih tahu.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan mereka cenderung
mengesampingkan sebelum masalah tersebut parah.
G. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Tn. W Yn. S An.Y An. J
fisik
1. TTV 110/70 mmHg 110/80 mmHg 90/60 mmHg 100/60
mmHg
Nadi 72 x/mnt 64 x/mnt 72 x/mnt 78 x/mnt
Suhu 36,8 derajat 36,5 derajat 38 derajat 36 derajat
celcius celcius celcius celcius
Pernafasan 18 x/mnt 18 x/mnt 20 x/mnt 18 x/mnt
2. BB 52 kg 51 kg 42 kg 35 kg
TB 163 cm 153 cm 155 cm 135 cm
3. Rambut Hitam, bersih Hitam, bersih Hitam, bersih Hitam, bersih
tidak mudah tidak mudah tidak mudah tidak mudah
dicabut dicabut dicabut dicabut
4. Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak enemis tidak enemis tidak enemis tidak enemis
5. Hidung Normal Normal Normal Normal
6. Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran
baik, secret baik, secret baik, secret baik, secret
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
7. Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab lembab lembab lembab
8. Gigi Gigi palsu Gigi palsu Tidak ada Tidak ada
tidak ada, tidak ada, gigi gigi
bersih, dan bersih, gigi berlubang, berlubang,
tidak ada gigi berlubang pada bersih bersih
berlubang M2 kanan dan
kiri
9. Leher Normal Normal Normal Normal
10. Dada Normal Normal Normal Normal
Paru Normal Normal Normal Normal
Jantung Normal Normal Normal Normal
11. Abdomen Normal Normal Normal Normal
12. Ekstermitas atas Normal tidak Normal tidak Normal tidak Normal tidak
ada keluhan, ada keluhan ada keluhan ada keluhan
CRT < 3 detik CRT < 3 detik CRT < 3 CRT < 3
detik detik
13. Ekstermitas Tidak ada Nyeri kaki, Tidak ada Tidak ada
bawah keluhan lutut sampai keluhan keluhan
pangkal paha

H. Harapan Keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat dalam mengatasi masalah
Yn. S dan masalah lainnya. Sehingga Ny. S dapat melakukan aktivitas seharinya
tanpa ada gangguan.

2. Analisa Data
No Data subjektif Data objektif Etiologi Masalah
1. An. Y mengatakan Pergelangan kaki Ketidakmampuan Defisiensi
bahwa Yn. S sering Yn. S tampak agak keluarga pengetahuan
mengeluh sendi- bengkak saat di mengenal masalah
sendinya terasa sakit palpasi terasa rematik
Yn. S mengatakan seperti spon
bahwa dirinya tidak
tahu apakah
menderita rematik
atau asam urat
Yn. S mengatakan
apabila mengangkat
beban berat maka
Yn. S merasakan
nyeri dibagian
pinggang
2. Tn. W mengatakan Keluarga Ketidakmampuan Resiko nyeri
tidak tahu bagaimana membiarkan keluarga dalam berulang
cara merawat Yn. S keluhan Yn. S merawat anggota
apabila dia mengeluh keluarga yang
nyeri sendi sakit

Skoring dan prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga rematik

DX : defesiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan


1. keluarga tentang reumatik,
No Kriteria Skor Bobot Rumus pembenaran
menghitung
1 Sifat masalah : 1 1 1/3x1=1 Resiko
resiko
2 Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 Mudah
masalah dapat di
ubah: mudah
3 Kemungkinan 2 1 2/3x1=2/3 Cukup
masalah dapat
dicegah: cukup
4 Menonjolnya 2 1 2/2x1=2 Masalah
masalah-masalah harus
dirasakan dan ditangani
harus segera
ditangani
Total 5 2/3

2. DX : Nyeri kronis b/d mengangkat beban berat berulang d/d


ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit rematik
No Kriteria Skor Bobot Rumus pembenaran
menghitung
1. Sifat masalah : 3 1 3/3x1=3 Aktual
aktual
2. Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 mudah
masalah dapat
diubah: mudah
3. Kemungkinan 2 1 2/3x1=2/3 cukup
masalah dapat
dicegah: cukup
4. Menonjolnya 2 1 2/2x1=2 Segera
masalah –masalah ditangani
dirasakan dan
harus segera
ditangani
Total 7 2/3
3. Diagnosa keperawatan keluarga rematik

No Daftar diagnosa keperawatan Tanda tangan


(berdasarkan prioritas masalah)
1. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan
keluarga tentang reumatik, diagnose
2. Nyeri kronis b/d mengangkat beban berat berulang d/d
ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit rematik.

4. Intervensi keperawatan keluarga rematik

No Tanggal/ Diagnosa Noc Nic aktifitas


jam keperawatan
1. 4 Januari Defisiensi Tanda dan Pendidikan 1.targetkan sasaran
2020
pengetahuan b.d gejala kesehatan pada kelompok
kurang osteoporosis beresiko tinggi dan
pengetahuan dengan rentang usia yang
keluarga tentang indikator : akan mendapat
reumatik. pengetahua manfaat besar dari
n terbatas pendidikan
(2) kesehatan
ditingkatkan 2.identifikasi faktor
ke (4) internal atau
eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berprilaku
sehat
3.tentukan
pengetahuan
kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat
ini pada keluarga
4.gunakan berbagai
strategi dan
intervensi utama
dalam program
pendidikan
5.rencanakan tindak
lanjut jangka
panjang untuk
memperkuat prilaku
kesehatan atau
adaptasi gaya hidup
2. 4 Januari Nyeri kronis b/d Gerakan Terapi latihan 1.tentukan batasan
2020
mengangkat sendi : mobilitas pergerakan sendi dan
beban berat dengan (pergerakan) efeknya terhadap
berulang d/d indikator : sendi fungsi sendi
ketidakmampua sangat 2.inisiasi
n keluarga terganggu pengukuran kontrol
mengenal (1) nyeri sebelum
penyakit rematik ditingkatkan memulai latihan
ke cukup sendi
terganggu 3.instruksikan
(3) keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
4.dukung pasien
untuk melihat
gerakan tubuh
sebelum memulai
latihan
5.jelaskan pada
pasien atau keluarga
manfaat dan tujuan
melakukan latihan
sendi.
5. Implementasi keperawatan

Tanggal Jam No DX Implementasi Nama


jelas
4 Januari 13.30 I 1.Mengkaji tingkat
2020 WIB pengetahuan
keluarga
2.Memberikan pendidikan
kesehatan tentang rematik
- Definisi
- Penyebab
- Tanda gejala
3. Mengevaluasi tingkat
pengetahuan keluarga
4 Januari 15.00 II 1. Mengkaji skala nyeri
2020 WIB 2. Mengkaji keluhan yang
dirasakan
klien, catat faktor yang
mempercepat dan tanda-
tanda rasa
sakit non verbal.
3. Menganjurkan klien
untuk mandi
air hangat, kompres sendi-
sendi
yang sakit dengan
kompres hangat
4. Mengajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi
5. Berkolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi yang
diberikan

6. Evaluasi Keperawatan
No DX Evaluasi
1. I S : Keluarga Tn.W mengatakan sudah mengetahui
tentang reumatik
O: Keluarga Tn.W mampu menyebutkan kembali
definisi, penyebab, tanda dan gejala reumatik
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan
2. II S : Yn. S mengatakan nyeri pinggang dan kaki
terutama saat beraktivitas
O:
1. Yn. S tampak memegangi kakinya
2. Yn. S tampak mempraktekan teknik relaksasi
dengan tarik nafas dalam
A : Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Anjurkan klien mandi air hangat
3. Kolaborasi pemberian obat
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian secara teori dan kasus aspek yang dikaji sama, data yang
diperoleh berbeda karena pada kasus disesuaikan dengan kondisi keluarga, tidak
ada faktor penghambat dalam melakukan pengkajian, sedangkan faktor
pendukungnya yaitu keluarga sangat kooperatif dan dapat bekerja sama dengan
perawat.
2. Diagnosa keperawatan yangditemukan pada kasus berdasarkan tipologi yaitu
aktual, sedangkan diagnosa resiko dan potensial tidak ditemukan dikarenakan
tidak ada data yang menunjang. Pada tahap ini penulis tidak mengalami hambatan
karena keluarga sangat kooperatif.
3. Pada perencanaan yang direncanakan adalah meningkatkan pengetahuan keluarga
sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya dapat merencanakan untuk
meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan informasi kepada keluarga
terkait masalah yang dihadapi keluarga. Sedangkan untuk afektif dan perilaku
tidak direncanakan karena keterbatasan waktu. Dalam perencanaan penulis tidak
menemukan hambatan, keluarga sangat kooperatif dan mau bekerjasama.
4. Pada tahap pelaksanaan tidak ditemukan adanya hambatan baik dari keluarga
maupun perawat seperti tercantum dalam teori. Pelaksanaan tindakan disesuaikan
dengan kondisi keluarga dan memperhatikan faktor penghambat dalam teori.
5. Pada evaluasi untuk evaluasi hasil berupa fungsi psikomotor dan perilaku belum
tercapai karena keterbatasan waktu pemberian asuhan keperawatan keluarga.
Untuk mengevaluasi aspek tersebut dibutuhkan asuhan yang berkelanjutan, dari
diagnosa keperawatan tujuan tercapai sebagian pada TUK 3 dan TUK 4 karena
keluarga belum melaksanakan secara maksimal. Pada tahap ini penulis tidak
mengalami hembatan.
B. Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga Tn. W agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah terbina
dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dan tetap melaksanakan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai keluarga.
2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas
bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindaklanjuti asuhan keperawatan
keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi keluarga untuk tetap
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
terdapat didalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Kusuma,Hardhi dan Amin Huda N. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media Hardy
LAMPIRAN PENDOKUMENTASIAN

Anda mungkin juga menyukai