Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

HIPOGLIKEMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang
mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60
mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
a. Hipoglikemi murni
: ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60
mg/dl
b. Reaksi hipoglikemi
: gejala hipoglikemi bila gula darah turun
mendadak,
misalnya dari 400 mg/dl
c. Koma hipoglikemi
d. Hipoglikemi reaktif

menjadi 150 mg/dl


: koma akibat gula darah < 30 mg/dl
: gejala hipoglikemi yang terjadi 3 5 jam
sesudah makan.

Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma


puasa kurang dari 50 mg/%. Hipoglikemia

terjadi

apabila

nutrisi

parenteral dihentikan secara tiba-tiba. Konsentrasi tinggi glukosa pada


larutan nutrisi parenteral menstimuli pancreas untuk mengeluarkan lebih
banyak insulin.(Potter & Perry, 2006:1463)
Dapat

disimpulakan

hipoglikemia

adalah

keadaan

dimana

menurunnya kadar glukosa darah yang menyebabkan kebutuhan metabolik


yang diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup sehingga timbul berbagai
keluhan dan gejala klinik

2. EPIDEMIOLOGI
Hipoglikemi dapat terjadi pada pasien diabetes militus (DM)
maupun bukan pasien DM. pada pasien DM hipoglikemia dapat terjadi

pada mereka yang menggunakan obat insulin maupun obat anti diabetes
oral (sulfonil urea).
Di Negara

barat

insiden

hipoglikemia

sebesar

19/1000

pasien/tahun pada pasien yang menggunakan sulfonil urea dan 4,2/1000


pasien/tahun perlu di rawart di rumah sakit. Kejadian hipoglikemia yang
perlu di rawat di rumah sakit pada pasien yang yang menggunakan insulin
sebesar 100/1000 pasien/tahun.
Laporan kejadian hipoglikemia dari Indonesia sendiri belum
banyak. Hipoglikemia didapatkan baik pada pasien DM yang mendapat
insulin maupun sulfonil urea, sedangkan kematian hanya didapatkan pada
pasien yang mendapat sulfonil urea. Keadaan ini berbeda dengan di
Negara barat mungkin karena jumlah pasien DMTI di Indonesia sangat
sedikit.
3. ETIOLOGI
a. Hipoglikemia pada DM stadium mellitus (DM)
b. Hipoglikemia dalam rangka pengobatan
1) penggunaan insulin
2) penggunaan sulfonylurea
3) bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c.

Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM


1)
2)
3)
4)
5)

hiperinsulinisme alimenter paska gastrektomi


insulinoma
penyakit hati berat
tumor ekstrapan kreatik : vibrosarkoma, karsinoma ginjal
hipopituitarisme

4. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang
mendapat pengobatan insulin atau sulfonilutea.
a.

Factor-faktor yang berkaitan dengan pasien


1) pengurangan atau keterlambatan makan

2) kesalahan dosis obat


3) pelatihan jasmani yang berlebihan
4) perubahan tempat penyuntikan insulin
5) penurunan kebutuhan insulin
6) hari-hari pertama persalinan
7) penyakit hati berat
8) gastroparesis diabetic
b. Factor yang berkaitan dengan dokter
1) pengendalian gula darah yang tepat
2) pemberian obat obat yang mempnyai potensi hipoglikemik
3) penggantian jenis insulin.
5. PATOFISIOLOGI
Pada waktu makan cukup tersedia sumber energi yang diserap dari
usus. Kelebihan energi disimpan sebagai makromolekul dan dinamakan
fase anabotik. 60% dari glukosa yang di serap usus dengan pengaruh
insulin akan di simpan di hati sebagai glikogen, sebagian dari sisanya
akan disimpan di jaringan lemak dan otot sebagai glikogen juga. Sebagian
lagi dari glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun aerob
untuk energi seluruh jaringan tubuh terutama otak sekitar 70% pemakaian
glukosa berlangsung di otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas
sebagai sumber energi.
Pencernaan dan

penyerapan

protein

akan

menimbulkan

peningkatan asam amino di dalam darah yang dengan bantuan insulin


akan disimpan di hati dan otak sebagai protein. Lemak diserap dari usus
melalui saluran limfe dalam bentuk kilomikron yang kemudian akan
dihidrolasi oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak. Asam lemak akan
mengalami esterifikasi dengan gliserol membentuk trigliserida, yang akan
disimpan di jaringan lemak. Proses tersebut berlangsung dengan bantuan
insulin.
Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5-6 jam, kadar
glukosa darah mulai turun keadaan ini menyebabkan sekresi insulin juga
menurun, sedangkan hormon kontraregulator yaitu glukagon, epinefrin,

kartisol, dan hormon pertumbuhan akan meningkat. Terjadilah keadaan


kortison sebaliknya (katabolik) yaitu sintetis glikogen, protein dan
trigliserida menurun sedangkan pemecahan zat-zat tersebut akan
meningkat.
Pada keadaan penurunan glukosa darah yang mendadak: glukogen
dan epinefrilah yang sangat berperan. Kedua hormon tersebut akan
memacu glikogenolisis, glukoneogenisis, dan proteolisis di otot dan
lipolisis di jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk
glukoneogenesis yaitu asam amino terutama alanin, asam laktat, piruvat,
sedangkan hormon, kontraregulator yang lain berpengaruh sinergistk
glukogen dan adrenalin tetapi perannya sangat lambat. Secara singkat
dapat dikatakan dalam keadaan puasa terjadi penurunan insulin dan
kenaikan hormon kontraregulator. Keadaan tersebut akan menyebabkan
penggunaan glukosa hanya di jaringan insulin yang sensitif dan dengan
demikian glukosa yang jumlahnya terbatas hanya disediakan untuk
jaringan otak.
Walaupun metabolik rantai pendek asam lemak bebas, yaitu asam
asetoasetat dan asam hidroksi butiran (benda keton) dapat digunakan
oleh otak untuk memperoleh energi tetapi pembentukan benda-benda
keton tersebut memerlulan waktu beberapa jam pada manusia. Karena itu
ketogenesis bukan merupakan mekanisme protektif terhadap terjadinya
hipoglikemia yang mendadak.
Selama homeostatis glukosa tersebut di atas berjalan, hipoglikemia
tidak akan terjadi. Hipoglikemia terjadi jika hati tidak mampu
memproduksi glukosa karena penurunan bahan pembentukan glukosa,
penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal. Hipoglikemia adalah
suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Dalam
keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110
mg/dL. Sementara pada penderita diabetes (diabetes memiliki beberapa
type, jadi silahkan merujuk kepada jenis diabetes yang ada), kadar gula
darahnya tersebut berada pada tingkat terlalu tinggi; dan pada penderita
hipoglikemia, kadar gula darahnya berada pada tingkat terlalu rendah.
Hal ini sangat membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem
syaraf, yang membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari

makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah


normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa, atau 100-180 mg/dl pada
kondisi setelah makan
Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ
tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak sebagai organ yang sangat peka
terhadap kadar gula darah yang rendah, akan memberikan respon melalui
sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin
(adrenalin). Hal ini akan selanjutnya merangsang hati untuk melepaskan
gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadar gula turun, maka

akanpada
terjadi
fungsikonsumsi
otak.
Pemberian Insulin berlebihan
pxgangguan
DM, alkohol,
makanan yg terlalu sedikit, aktivitas fisik yg b

Kerusakan sel Beta pada Pankreas


Penurunan sensitifitas insulin
Gang. Sekresi insulin
Glukosa darah meningkat
Penurunan ambilan glukosa darah
Glukoneogenesis

6. PATHWAY

Sistem saraf
Simpatik Terganggu
Pelepasan epinefrin
pd. Adrenal gland

HIPOGLIKEMIA

Penurunan glukosa
Intra sel
Proses pembentukan
ATP Terganggu
ATP terganggu

Kelelahan Fisik
Metabolisme
Tremor, palpitasiPeningkatan Peningkatan
tek.darah
takikardi
Keletihan
Mual, Muntah

Gangguan fungsi otak


Gejala Neurologi

Gangguan N.XI
( Hipoglosus )

Gang. N.II
( Optikus )

Suara Pelo Penglihatan ganda

Hambatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
Komunikasi
Verbal
Gang.
Sensori Persepsi Pen
Kurang terpajannya
Penurunan curah jantung jantung
informasi

Kurang Pengetahuan

7. KLASIFIKASI
a. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi
yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem
produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi
jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan
cadangan lemak dan glikogen.
c. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak
cadangan glikogen.
d. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolisme insulin terganggu.

8. GEJALA KLINIS
Gejala gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase,yaitu :
a. Fase I, gejala gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga hormon epinefrin di lepaskan. Gejala awal ini merupakan
peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil
tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi
otak , karena itu dinamakan gejala neurologis.
Penelitian pada orang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan
fungsi otak yang lebih awal dari Fase I dan dinamakan Fungsi otak
subliminal. Disamping gejala peringatan dan neurologis, kadangkadang hipoglikemia menunjukan gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien
langsung jatuh pada Fase gangguan fungsi otak. Terdapat dua jenis
hilangnya kewaspadaan yaitu akut dan kronik.Yang akut misalnya

pada pasien dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati


normal,adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama
menderita DM dan penggunaan bloker yang nonselektif.Kehilangan
kewaspadaan yang kronik biasanya ireversibel dan dianggap
merupakan komplikasi DM yang serius.Sebagai dasar diagnosis dapat
digunakan trias Whipple yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala
saraf pusat ; kadar glukosa kurang dari 50mg% dan gejala akan
menghilang dengan pemberian glukosa.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemi berat dan
berkepanjangan adalah sekresi hormon glucagon dan adrenalin
( pasien telah lama menderita DM ) ,adanya antibody terhadap
insulin,blockade farmakologik,dan pemberian obat sulfonylurea.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah
mencapai 50 mg/dL. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan
gejala-gejalanya dan hasil kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu hipoglikemia
autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil
insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa
(kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum
pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.
10. PROGNOSIS
Kematian akibat hipoglikemia jarang terjadi. Kematian dapat
terjadi karena keterlambatan mendapat pengobatan, terlalu lama dala
keadaan koma sehingga terjadi kerusakan otak. Kemungkinan lain pasien
peminum alcohol dan saat terjadi hipoglikemia dia dalam keadaan mabuk
sehingga tidak dapat mengatasi keadaan gawat tersebut. Disamping itu
alcohol menekan glukoneogenesis. Hipoglikemia yang terjadi saat pasien
mengemudikan kendaraan dapat menyebabkan kecelakaan yang berakibat
fatal.

11. PENATALAKSANAAN GADAR


Hipoglikemia
1. Berikan suplay oksigen
2. Monitor frekuensi pernafasan, suara nafas, tanda-tanda keadekuatan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

oksigenasi, pertahankan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi.


Suction bila diperlukan
Bantu dengan intubasi endotrakeal jika PaO2 < 70-80 mmHg
Berikan thiamine IM atau IV jika pasien malnourish.
Tentukan kadar glukosa darah.
Berikan glukosa jika menunjukkan tanda-tanda ganguan reflek.
Awali pemberian cairan dekstrose 5% IV, jika pasien tidak berespon atau

tidak dapat melakukan per oral.


9. Berikan dekstrose 50% : jika tidak berespon, ulangi; dekstrose 25% jika
umurnya kurang dari 2 tahun.
10. Berikan glukagon IM atau SC jika tidak dapat dipertahankan, IV 0,5-2mg
dan dapat diulang 2x. tidak akan efektif dalam keadaan alcohol induced
hipoglicemia (Tidak ada glikogen yang tersisa)
11. Monitor status mental secara berkelanjutan.
12. Berikan restrain pada pasien yang melawan.
13. Berikan edukasi pada pasien
Jelaskan tentang mekanisme penyakit
Dukung pasien untuk makan secara teratur
Bawalah makanan yang dapat memberikan glukosa dengan
cepat :karbohidrat sederhana (perment, gula, atau just jeruk, soft
drink yng dibuat dengan gula), karbohidrat tidak kompleks
(permen batangan), karena lemak menghambat kemampuan untuk
menggunakan glukosa).
Menurunkan dosis insulin jika olahraga.
Hindari konsumsi alcohol
14. Siapkan pasien untuk hospitalisasi jika hipoglikemia diakibatkan oleh
agen oral karena perpanjangan waktu paruh obat.
15. Rujuk ke layanan social atau komunitas yang cocok jika dibutuhkan.
16. Berikan waktu pada pasien untuk mengomunikasikan perasaannya tentang
pembatasan diet.
17. Instruksikan pada pasien tentang tanda dan gejala yang mengindikasikan
nutrisi yang tidak adekuat dan mengembalikan dengan penggunaan
perawatan kegawatdaruratan
Gejala persisten dari hipoglikemi walaupun asupan makanan sudah
adekuat

Kegagalan untuk mengembalikan status mental menjadi normal


setelah episode hipoglikemia.

Penatalaksaan kegawatdaruratan yang dapat dilakukan di ruang gawat darurat


menurut Smeltzer and Bare antara lain, pasien yang tidak sadarkan diri atau
tidak dapat menelan dapat ditangani dengan penyuntikan intravena 25 hingga
50 ml dextrosa 50 % dalam air ( larutan D-50). Efek penyuntikan ini
biasanya terlihat dalam beberapa menit. Pasien dapat mengeluh sakit kepala
dan nyeri di daerah tempat penyuntikan IV. Kepastian terhadap patensi selang
infus yang digunakan untuk menyuntikkan dextrosa 50% sangat penting,
larutan hipertonis seperti dekstrosa 50% sangat iritatif bagi pembuluh vena.
12. TERAPI
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu
membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan
sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika
hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Bila hipoglikemia tersebut
terjadi pada pasien yang mendapat terapi insulin maka selain penggunaan
dextrose dapat juga digunakanb suntikan glucagon 1 mg IM, lebih-lebih bila
suntikan dextrose IV sulit dilakukan.
Koma hipoglikemia yang terjadi pada penderita yang mendapat
sulfomilurea sebaiknya dirawat di rumah sakit. Walaupun pasien sudah sadar
sesudah pemberian bolus dextrose tetapi pemberian dextrose harus terus
diberikan dengan infuse 10% selam 3 hari. Bila tidak dilanjutkan dengan
infuse dextrose ada resiko pasien akan jatuh dalam keadaan koma lagi.

Monitor glukosa darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya dipertahankan
sekitar 90-180 mg%.
Hindari fluktuasi kadar glukosa darah yang besar karena akan
memperjelek edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu pemberian
insulin dosis kecil. Pasien sering masih dapat bertahan untuk waktu yang
cukup lama dalam keadaan koma ini, tapi makin lama pasien koma makin
besar kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan otak.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dibagi menjadi dua
bagian yaitu: Pengkajian primer (Primer assessment) dan pengkajian
skunder (secondary assessment). Data dapat diperoleh secara primer
(klien) dan secara skunder (keluarga, saksi kejadian/pengirim, tim
kesehatan lain).
a. Primer assessment/primer survey:
1. Data subyektif :
Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama,
umur,jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, alamat, dan hubungan pasien dengan keluarga/pengirim).


Keluhan utama : Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat
darurat, apakah pasien sadar atau tidak, datang sendiri atau dikirim
oleh orang lain?

Riwayat penyakit, meliputi waktu mengalami penyakit (hari, tanggal,

jam)
Riwayat penyakit sekarang
a) Awitan yang cepat
b) Tidak ada supan makanan terakhir
c) Mengkonsumsi alcohol dalam waktu 36 jam terakhir, diikuti
dengan

puasa.

d) Tidak nafsu makan dan mual


e) Kelemahan, pusing
f) Letargi
g) Tergoncang
h) Ansietas (cemas)
i) Sakit kepala
j) Perubahan status mental

Riwayat pengobatan
a) Diabetes
b) Insulin: dosis yang ditingkatkan (mudah dibalikkan)
c) Obat penurun gula darah per oral: perpanjangan paruh waktu
obat
d) Insufisiensi adrenal
e) Penyakit liver
f) Propranolol, salicylates, sedative
g) Peningkatan latihan fisik

2. Data obyektif:
Airway/C-spine : Breathing/pernafasan : Takipneu,Dispneu
Circulation/sirkulasi : takikardi, hipertensi, bradikardi, hipotensi,
disritmia, jantung berdebar, dingin, kulit berkeringat, pucat
Disability : bingung, lelah, koma
b. Secondary assessment
1. Exposure : kelemahan,pucat
2. Five Intervention:
o Monitor EKG : o Pruduksi urine : -

o NGT : muntah, mual, disfagia,


o Hasil laboratorium :
o Kadar glukosa darah: kurang dari 50mg/dL
o Kadar elektrolit: normal
o Urinalisis: normal
o Analisa gas darah: pH normal
o Kadar alcohol serum
3. Give Comfort :
4.

meminimalisir hipotermi, jaga suhu ruangan tetap

hangat.
Head to toe :
o Pengkajian tanda-tanda vital : hipotermia, takipnea, takikardia,
hipertensi, and bradikardia.
o Pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan :
penglihatan kabur, normal, mengecil dan dilatasi, ikterus (cholestasis
disebabkan penyakit hati), nyeri parotid (berhubungan dengan
endocrine).
o Gangguan kardiovaskuler : takikardia, hipertensi atau hipotensi, dan
distritmia.
o Gangguan pernafasan : dispnea, takipnea, edema paru akut, nafas
dangkal
o Gangguan GI : muntah, mual, dyspepsia, dan kontraksi perut
o Kulit : diaphoresis, kulit teraba hangat atau menunjukkan tanda
dehidrasi dengan melihat penurunan turgor.
o Neurologis : koma, bingung, lelah, kehilangan koordinasi, sulit

berbicara, serangan kejang


5. Inspect the posterior surface (I)
o Dikaji jika ada mengalami cedera
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1) PK Hipoglikemi
2) Penurunan curah jantung b/d pelepasan epinefrin pada adrenal gland
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan, peningkatan metabolisme.
4) Gangguan sensori visual / penglihatan berhubungan dengan gangguan
N.II (Optikus).

5) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan N.XI


(Hipoglosus).
6) Keletihan berhubungan dengan Terganggunya proses pembentukan
ATP.
7) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya
informasi.

3. INTERVENSI
1) PK hipoglikemi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipoglikemia
teratasi atau tidak terjadi
Kriteria hasil :
-

pasien melaporkan tidak pusing

tidak lemah

tanda vital stabil


TD : 100/60 140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/mnt
RR : 12-20 x/mnt

status mental composmentis

tidak pucat.

Gula darah normal (120-140 gr/dl)

Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Kaji dan laporkan konjungtiva
dan membrane mukosa yang
pucat
3. Kaji dan laporkan keluhan
pasien tentang adanya keluhan
pusing, lemah,

Rasional
1. biasanya ada hipotensi
berpengaruh pada peningkatan
TTV
2. penurunan glukosa darah akan
menurunkan sirkulasi perifer
sehingga membrane mukosa
pucat
3. hipoglikemia menurukan asupan
nutrisi ke organ dan perifer
sehingga menimbulkan gejala

4. Monitor status mental secara


berkelanjutan.

pusing, lemas
4. hipoglikemia menurunkan suplai

nutrisi ke otak yang dapat


5. Berikan dengan cairan yang
menyebabkan penurunan
kesadaran
tepat atau kombinasinya:
- Awali pemberian cairan 5. untuk meningkatkan jumlah
glukosa darah
dekstrose 5% IV, jika
pasien tidak berespon atau
tidak dapat melakukan per
-

oral.
Berikan dekstrose 50% :
jika tidak berespon, ulangi;
dekstrose

25%

jika

umurnya

kurang dari 2

tahun.

2). Penurunan curah jantung b/d pelepasan epinefrin pada adrenal gland
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x... jam
diharapkan penurrunan curah jantung akan teratasi.
Kriteria hasil
: tidak terjadi penurunan curah jantung

Intervensi

Rasional

1. Auskultasi

kaji

nadi

frekuensi,

jantung

apikal; 1. Biasanya terjadi takikardi (meskipun


irama

pada

saat

istirahat)

mengkompensasi

untuk

penurunan

kontraktilitas ventrikuler.
2. Catat bunyi jantung

2. S1 dan S2 mungkin lemah karena

menurunnya kerja pompa. Irama


gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai

aliran

darah

kedalam

serambi yang distensi. Murmur dapat


menunjukkan inkompetensi/stenosis
katup.
3. Palpasi nadi perifer

3. Penurunan

curah

menunjukkan

jantung

dapat

menurunnya

nadi

radial, popliteal, dorsalis pedis, dan


postibial.

Nadi

mungkin

cepat

hilanga tau tidak teratur untuk


dipalpasi dan pulsus alternan (denyut
kuat lain dengan denyut lemah)
mungkin ada.
4. Kaji kulit terhadap pucat 4. Pucat

dan sianosis

menunjukkan

menurunnya

perfusi perifer sekunder terhadap


tidak adekuatnya curah jantung,
vasokonstriksi, dan anemia. Sianosis
dapat terjadi sebagai refraktori GJK.
Area yangs akit sering berwarna biru
atau

belang

karena

peningkatan

kongesti vena.
5. Pantau

urine, 5. Ginjal berespons untuk menurunkan


catat penurunan haluaran
curah jantung dengan menahan
dan kepekatan/konsentrasi
cairan dan natrium. Haluaran urine
urine.

haluaran

biasanya menurun selama sehari


karena

perpindahan

jaringan tetapi dapat

cairan

ke

3). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan penurunan intake makanan, peningkatan
metabolisme.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama x . jam
diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil:
a. Intake nutrisi klien meningkat
b. diet habis 1 porsi yang disediakan,

c.
Intervensi
1. Kaji

pola

mual,muntah tidak ada.

Rasional
nutrisi

perubahan

dan

kebutuhan

nutrisi yang terjadi.

1. Status

nutrisi dan perubahan

kebutuhan

nutrisi

harus

dipertimbangkan

untuk

mengetahui status terpenuhinya


nutrisi.
2. Timbang

berat

badan

pasien

2. Berat badan sebagai indicator

dari terpenuhinya nutrisi pasien.

3. Dorong masukan nutrisi

oral sedikit tapi sering.

3. Memenuhi status nutrisi pasien

tanpa harus member efek mual


dan muntah karena pemberian
yang berlebihan.

4. Monitor dan kaji vital sign

4. Vital sign merupakan indicator

dalam laju metabolism yang


terjadi

setelah

atau

sesudah

pemberian nutrisi.
5. Kolaborasi

dalam

pemberian diet
6. Kolaborasi

pemberian ranitidin

5. Member

diet

nutrisi

kebutuhan
dalam

6. Pemberian obat anti mual.

sesuai

4). Gangguan sensori visual / penglihatan berhubungan dengan


gangguan N.II (Optikus).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x... jam
diharapkan gangguan persepsi sensori teratsi
Kriteria hasil:
a. Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat
lingkungan semaksimal mungkin.
b. Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negative
Intervensi

Rasional

1. Orientasikan

terhadap

pasien
lingkungan

aktifitas.

1.

Memperkenalkan pada pasien

tentang lingkungan dam aktifitas


sehingga

dapat

meninggalkan

stimulus penglihatan.
2. Bedakan

kemampuan

lapang pandang diantara

2.

Menentukan kemampuan lapang

pandang tiap mata

kedua mata
3. Observasi

tanda

disorientasi dengan tetap

3.

Mengurangi

ketakutan

pasien

dan meningkatkan stimulus.

berada di sisi pasien.


4. Dorong

klien

melakukan

untuk
aktivitas

sederhana

seperti

4.

Meningkatkan input sensori, dan

mempertahankan perasaan normal,


tanpa meningkatkan stress.

menonton TV, radio, dll


5. Anjurkan

pasien

menggunakan
katarak,

cegah

kacamata
lapang

pandang perifer dan catat


terjadinya bintik buta.

5.

Menurunkan penglihatan perifer

dan gerakan.

5). Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan


N.XI (Hipoglosus).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x... jam
diharapkan Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil:
a. Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan
klien dapat dipenuhi
b. Klien mampu merespon setiap berkomunikasi
secara verbal maupun isyarat
Intervensi

Rasional

1. Berikan

metode

alternatif
misal

1. Memenuhi

komunikasi,

dengan

komunikasi

bahasa

kebutuhan
sesuai

dengan

kemampuan klien

isyarat
2. Antisipasi

setiap

kebutuhan

klien

2.

saat

Mencegah rasa putus asa dan


ketergantungan pada orang lain

berkomunikasi
3. Bicaralah dengan klien

secara

pelan

gunakan

3.

dan

kebingungan

pertanyaan

yang jawabannya

Mengurangi kecemasan dan


pada

saat

komunikasi

ya

atau tidak
4. Anjurkan

keluarga

kepada
untuk

berkomunikasi

4.

tetap

Mengurangi isolasi sosial dan


meningkatkan komunikasi yang

dengan

efektif

klien
5. Hargai kemampuan klien

5. Memberi semangat pada klien

dalam berkomunikas

agar lebih sering melakukan


komunikas

6. Kolaborasi

dengan

fisioterapis untuk latihan


wicara

6.

Melatih klien belajar bicara


secara mandiri dengan baik dan
benar

6). Keletihan berhubungan dengan Terganggunya proses pembentukan


ATP.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x... jam
diharapkan keletuhan teratasi
Kriteria hasil
:
a. pasien mengungkapkan peeningkatan tingkat energi
b. menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktifitas yang di inginkan.
Intervensi

Rasional

1. Diskusikan

pasien

dengan
kebutuhan

akan aktivitas

1. pendidikan

apat

memberikan

motivasi

untuk

meninkatkan

tingkat

aktivitas

meskipun

passien
2. Berikan

aktivitas

alternatif

dengan

2. mencegah

kelelahan

yang

berlebihan.

periode istirahat yang


cukup

tanpa

di

ganggu.
3. Pantau

nadi,

frekuensi
dan

pernapsan

tekanan

darah

3. mengindikasikan

tingkat

aktivitass yang dapat di toleransi


secara fisiologis.

sebelum atua sesudah


melakukan aktivitas.
4. Tingkatkan partisipasi

pasien

dalam

melakukan

aktivitas

sehari-hari

sesuai

4. meningkatkan kepercayaan diri /

harga diri yang positif sesuai


tingkat aktifitas yang dapat di
toleransi pasien.

degnan yang dapat di


toleransi
7). Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya
informasi.

Tujuan

Setelah

diberikan

asuhan

keperawatan

selama

...x...menit,diharapkan pasien dan keluarga mengetahui tentang


penyakitnya
Kriteria Hasil

:
a. Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi

Rasional
Kaji

1.

2.

tingkat 1. Memberikan

pemahaman klien dan

memberikan

keluarga

sesuai keperluan.

terhadap

proses penyakit
Beri
tentang

HE

penyakit,

pencegahan,
3.

kesempatan

dan

pengobatannya.
Tekankan

informasi

untuk
tambahan

2. Meningkatkan pengetahuan klien dan

keluarga agar dapat mencegah dan


mengikuti terapi pengobatan.
optimal
meningkatkan

3. Nutrisi

regenerasi jaringan dan penyembuhan


umum kesehatan.

pentingnya
melanjutkan
pemasukan diet tinggi
4.

4. Deteksi dini terjadinya komplikasi.

kalori dan protein.


Identifikasi
tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi
medik

seperti

inflamasi,

demam,

perubahan
karakteristik nyeri.
6. I
MPLEMENTASI
Sesuaikan dengan intervensi yang dibuat
7. EVALUASI
DX1
: Gula darah meningkat >50 mg/dL
DX2
: Tidak terjadi penurunan curah jantung
DX3
: Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang
disediakan, mual muntah tidak ada.

DX4

: Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat


lingkungan semaksimal mungkin, Mengenal perubahan

DX5

stimulus yang positif dan negative


: Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien
dapat dipenuhi, Klien mampu merespon setiap

DX6

berkomunikasi secara verbal maupun isyarat


: pasien mengungkapkan peeningkatan tingkat energi,
menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi

DX7

dalam aktifitas yang di inginkan


: Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
Pengobatan, Berpartisipasi dalam program pengobatan

DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8, Volume 2 Jakarta :EGC
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999,
"Pedoman Asuhan Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Guyton, Arthur C (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Alih
bahasa : Irawati. Jakarta : EGC
Mansjoer, A, (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
NANDA International,2012,Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi,
Jakarta: EGC
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke
II, Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

http://grachmat.blogspot.com/2010/03/hipoglikemia-apa-danbagaimana.html
.

KASUS
DM RELATIF HIPOGLIKEMI + DISPEPSIA
Pasien laki-laki tn WT (61 th) datang ke IRD pada jam 17.00 dengan keluhan
lemas sejak 2 hari yang lalu, mual (+) muntah (+), makan terakhir jam 13.00.

TD : 100/70 mmHg
HR : 74x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,30 C
CRT : < 2 detik

Hasil Lab

WBC : 6,7
RBC : 4,75
HGB : 14,5

HCT : 42,5
PLT : 275
GDS : 127 mg/dl

Terapi Medis

IVFDL RL 20 tpm
Antasida 3 x 1 tablet
Pantoprazole 2 x 1 ampul (40 mg)
Diet 1900 kkal
Riwayat pengobatan glibenclamid 2 x 1 tablet

Riwayat penyakit sebelumnya : pasien sudah menderita penyakit DM sejak lama


kurang lebih 5 tahun. Sempat memeriksa GDS 3 hari yang lalu dedngan hasil
500Mg/d

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn WT DENGAN DIAGNOSA


MEDIS DM TIPE 1 + HIPOGLIKEMIA
DI RUANGAN CINDRAWASIH RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 27-30 NOVEMBER 2012
I.

PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama

: Tn WT

Umur

: 61 tahun

Agama

: Hindu

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Status

: Nikah

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Pensiunan

Suku Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Jl. Kecak

Tanggal Masuk

: 26 november 2012

Tanggal Pengkajian : 27 november 2012

No. Register

: 111111

Diagnosa Medis

: DM Tipe 1 + Hipoglikemia

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: MD. W

Umur

: 45

Hub. Dengan Pasien : Anak kandung


Pekerjaan

: Wirausaha

Alamat

: JL.Kecak

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Tn. WT (61 th) datang ke IRD pada jam 17.00 mengeluh lemas sejak 2 hari yang
lalu dan disertai mual dan muntah.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Tn WT dinyatakan memiliki riwayat menderita penyakit DM kurang lebih 5
tahun yang lalu. Dan Tn WT mengeluh lemas sejak 2 hari yang lalu dan disertai
mual sampai saat ini masih merasa lemas dan mual.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Tn WT minum obat glibencamid 2x1 tablet dan sesekali memeriksakan diri
kedokter.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Tn WT didiagnosis pada tahun 2007 dengan DM tipe 1 dan ia menunjukkan gejala
hiperglikemia selama 2 tahun sebelum didiagnosis. Tn WT mengeluh lemas sejak
2 hari yang lalu dan disertai mual sampai saat ini masih merasa lemas dan mual
riwayat pengobatan glibencamid 2x1 tablet sempat memeriksa GDS 3 hari yang
lalu dengan hasil 500mg/dl
2) Pernah dirawat
Tn WT mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya.

3) Alergi
Tn WT mengatakan tidak memiliki alergi baik obat, makanan dan lain-lain.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Tn WT minum 8 sloki anggur merah untuk pendamping makan malam dan Tn
WT tidak merokok

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Tn WT mengatakan Almarhum ayahnya juga menderita penyakit DM tipe 1.
d. Diagnosa Medis :
Diabetes melitus DM Tipe 1 + Hipoglikemia.
Terapi Medis

IVFD RL 20 tpm
Antasida 3x1 tablet
Pantoprazole 2x1 ampul (40mg)
Diet 1900 kkal

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Tn WT didiagnosis pada tahun 2007 dengan DM tipe 1 dan ia menunjukkan gejala
hiperglikemia selama 2 tahun sebelum didiagnosis. Tn WT telah mencoba untuk
menurunkan berat badan dan meningkatkan latihannya selama 6 bulan terakhir
tanpa keberhasilan, Tn WT selalu berkebun, Tn WT minum 8 sloki anggur merah
untuk pendamping makan malam.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit
:
Tn WT mengungkapkan riwayat diet sebelumnya adalah mengkonsumsi asupan
karbohidrat yang berlebihan dalam bentuk roti dan pasta. Makan malam normal
terdiri dari 2 cangkir pasta dimasak dengan saus buatan sendiri dan tiga sampai

empat potong roti Italia. Pada siang hari, ia sering mengkonsumsii "sepotong atau
dua potong" roti dengan mentega atau minyak zaitun. Dia juga makan delapan
sampai sepuluh potong buah segar per hari pada makanan dan sebagai makanan
ringan. Dia lebih suka ayam dan ikan, tetapi biasanya disajikan dengan saus tomat
atau krim disertai dengan pasta. Istrinya telah menawarkan untuk dibuat sebagai
daging panggang biasa dan hambar tanpa tambahan bumbu, tapi ia merasakan
hambar. Dia minum 8 sloki anggur merah untuk pendamping makan malam. Tn
WT biasa minum air putih kurang lebih 2500 cc perhari. Selama beberapa tahun
terakhir, Tn WT mengalami kenaikan berat badan 22 lb.
Saat sakit

Tn WT mengungkapkan mengkonsumsi asupan karbohidrat dalam bentuk roti dan


pasta. Dia juga makan delapan sampai sepuluh potong buah segar per hari pada
makanan dan sebagai makanan ringan. Tn WT biasa minum air putih kurang lebih
2500 cc perhari.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit

Tidak mengalami gangguan eliminasi, BAB normal 1x sehari konsistensi padat


dan bau khas feses.
Saat sakit

Tidak mengalami gangguan eliminasi, BAB normal 1x sehari konsistensi padat


dan bau khas feses.
2) BAK
Sebelum sakit

Tidak mengalami gangguan eliminasi, BAK normal 3x 24 jam jumlah kurang


lebih 1600cc per hari.
Saat sakit

Tidak mengalami gangguan eliminasi, BAK normal 3x 24 jam jumlah kurang


lebih 1600cc per hari.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas

Kemampuan

Perawatan Diri
Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
Sejak pensiun Tn WT lebih aktif secara fisik berkebun.
Saat sakit

Tn WT lebih aktif secara fisik berkebun.


e. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit

Tn WT mengatakan biasanya tidur malam hari 9 jam dari pukul 21.00-06.00, tidur
siang jarang-jarang dan jika tidur siang biasanya dalam waktu kurang lebih 1 jam.
Saat sakit

Tn WT mengatakan biasanya tidur malam hari 9 jam dari pukul 21.00-06.00 dan
kadang terbangun pada malam hari pada pukul 01.00, tidur siang jarang-jarang
dan jika tidur siang biasanya dalam waktu kurang lebih 1 jam.
f. Pola kognitif dan Persepsi
Selama beberapa tahun terakhir Tn WT mengalami kenaikan berat badan 22 lb.
Sejak pensiun, ia lebih aktif secara fisik berkebun, tapi ia belum mampu untuk
mengurangi berat badan. Tn WT hampir merasa putus asa untuk menurunkan
berat badannya.
g. Pola Persepsi-Konsep diri
Tn WT mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan masalah kesehatan yang
dialaminya saat ini, asalkan masalah kesehatan yang dialami tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari, hanya saja Tn WT mengatakan masalah yang dialami hanya
tidak dapat menurunkan berat badannya padahal Tn WT sudah beraktivitas dan
berolahraga secara teratur dan Dia belum pernah menemui seorang ahli diet dan

belum pernah melakukan pemeriksaan monitoring pemantauan glukosa darah


individu (SMBG)
h. Pola Peran-Hubungan
Tn WT mengatakan status kesehatannya saat ini tidak mempengaruhi status, peran
dan hubungannya baik dengan keluarga dan orang lain.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit

Tn WT mengatakan bahwa tidak ada masalah seksual yang terganggu karena


masalah kesehatannya.
Saat sakit

Tn WT mengatakan bahwa tidak ada masalah seksual yang terganggu karena


masalah kesehatannya.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Tn WT mengatakan bahwa masalah kesehatannya tidak ada mempengaruhi stress
karena selalu ada keluarga yaitu anak dan istri yang selalu ada untuknya.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Tn WT mempercayai bahwa masalah kesehatan yang dialaminya murni dari
dalam dirinya karena usia dan gaya hidup yang dijalaninya, tidak ada
hubungannya dengan kutukan atau mendapatkan hukuman dari tuhan.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum

: cukup

Tingkat kesadaran

: komposmetis

GCS

: verbal : 5

b. Tanda-tanda Vital
:
Nadi = 74 x/menit,
Suhu = 36,3C ,
TD = 100/70 mmHg ,
RR = 20x/menit
c. Keadaan fisik

Psikomotor : 5

Mata : 4

1) Kepala :
Inspeksi : bentuk mesocephal, simetris, tidak terdapat tumor, tidak terdapat tanda
radang, tidak ada bekas luka, rambut distribusi merata , tidak mudah dicabut.
Mata :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+) , kelopak edema (-/-) , mata cowong
(-/-)
2) Dada :
Paru
Auskultasi : suara dasar paru vesikuler normal ,tidak ada suara tambahan paru
kanan dan kiri.
Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Auskultasi : suara jantung S1 > S2 normal, tidak terdapat suara bising
3) abdomen

Inspeksi : tegang (-), venektasi (-)


Auskultasi : peristaltic usus normal
Perkusi :terdengar suara tympani, meteorismus (-), asites (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar, lien, dan ginjal tidak teraba
4) Genetalia

Tidak terkaji
5) Integumen :
Tugor kulit elastis kuli lembab.
6) Ekstremitas

Atas
Inspeksi : tidak ada luka dan hiperpigmentasi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, perfusi dalam batas normal, kulit hangat.
Bawah
Inspeksi : tidak ada luka dan hiperpigmentasi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, perfusi dalam batas normal, kulit hangat.
7) Neurologis

Status mental da emosi :


Status emosional dan mental dalam batas normal dan terkendali.

Pengkajian saraf kranial :


Tidak terjadi gangguan pada ke 12 saraf cranial.
Pemeriksaan refleks :
Hasil tes refleks pada ekskremitas atas dan bawah baik.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
WBC : 6,7
RBC : 4,75
HGB : 14,5
HCT : 42,5
PLT : 275
GDS : 127 mg/dl

II.

ANALISA DATA
No

Data

Interpretasi

Masalah

Penurunan kadar glukosa

Ketidakseimbangan

.
1

DS:
Tn WT
makan

mengatakan

terakhir

pukul

darah

pada

13.00

dan

sekarang merasa mual

Proses pembentukan ATP


terganggu
Peningkatan metabolisme

DO:

Mual dan muntah

Pasien terlihat lemas


Pasien
terlihat

muntah
Terjadi

Nutrisi Lebih Dari


penurunan

GDS dari 500mg/dl


dari

hasil

pemeriksaan 3 hari
yang

Ketidakseimbangan

lalu

menjadi

127mg/dl saat ini.

Kebutuhan Tubuh

Nutrisi kurang Dari


Kebutuhan Tubuh

DS: pasien mengatakan

Penurunan kadar glukosa

lemas.

intrasel
Proses pembentukan ATP

DO:
Pasien

terlihat

lemah,

Pasien

tampak

hanya

terganggu
Kelelahan Fisik

berbaring di tempat tidur


dan

Keletihan

ADL

Keletihan

bidantu

keluarga dan perawat.

III.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No

Hari/Tanggal/jam

Diagnose keperawatan

ditemukan
Selasa

Ketidakseimbangan Nutrisi

27

teratasi

November kurang

Dari

Kebutuhan

2012

Tubuh

Berhubungan

17.30 WITA

dengan Penurunan kadar


glukosa

darah

ditandai

dengan pasien merasa mual


dan terjadi penurunan GDS
dari

500mg/dl

menjadi

127mg/dl dalam waktu 3


2

hari.
Keletihan

Selasa
27

Tanggal

November dengan

berhubungan
proses

2012

pembentukan

ATP

17.30 WITA

terganggu ditandai dengan


pasien mengeluh lemas.

TTD

IV.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO

Hari

Diagnosa

Tanggal

keperawatan

jam
Selasa

Ketidakseimbangan

27/11/2012

Nutrisi kurang Dari Setelah

17.40

Kebutuhan

Intervensi

Tujuan :

1. Kaji pola nutrisi dan perubahan

Tubuh tindakan

Berhubungan
dengan

Tujuan dan KH

diberikan

kebutuhan nutrisi yang terjadi.

keperawatan

selamax...jam

Penurunan diharapkan pemenuhan

kadar glukosa darah kebutuhan


ditandai

nutrisi 2. Timbang berat badan pasien

3. Dorong masukan nutrisi oral

penurunan GDS dari 1) Intake nutrisi klien


127mg/dl

dalam

waktu 3 hari.

nutrisi

harus

dipertimbangkan

untuk

mengetahui

status

2. Berat badan sebagai indicator


terpenuhinya

nutrisi

pasien.

terjadi Kreteria Hasil :


menjadi

kebutuhan

dari

pasien merasa mual

500mg/dl

1. Status nutrisi dan perubahan

terpenuhinya nutrisi.

dengan teratasi

dan

Rasional

meningkat
2) diet habis
porsi
diberikan

sedikit tapi sering.

3. Memenuhi

status

nutrisi

pasien tanpa harus member


efek mual dan muntah karena

sesuai
yang

pemberian yang berlebihan.


4. Monitor dan kaji vital sign

4. Vital
indicator

sign

merupakan
dalam

laju

3) mual,muntah tidak

metabolism

ada.
4) Kadar gula darah

setelah

dalam batas normal


>200 ml/dl

Keletihan

27/11/2012

berhubungan dengan Setelah

diberikan

17.40

proses pembentukan asuhan

keperawatan

ATP
ditandai
pasien

Tujuan :

5. Kolaborasi dalam pemberian

lemas.

sesudah

5. Member diet nutrisi sesuai

6. Kolaborasi dalam pemberian

6. Pemberian obat anti mual.

ranitidin
1. Diskusikan

1. pendidikan apat memberikan

dengan

pasien

kebutuhan akan aktivitas

motivasi untuk meninkatkan


tingkat

aktivitas

meskipun

passien

keletihan 2. Berikan

mengeluh teratasi.

atau

kebutuhan

terganggu selama.x.jam
dengan diharapkan

terjadi

pemberian nutrisi.
diet

Selasa

yang

aktivitas

alternatif

dengan periode istirahat yang

2. mencegah

kelelahan

yang

berlebihan.

cukup / tanpa di ganggu.


Kriteria hasil :
a. pasien
mengungkapkan
peeningkatan
tingkat aktifitas
b. menunjukkan

3. Pantau

nadi,

frekuensi

pernapsan dan tekanan darah


sebelum

atua

melakukan aktivitas.

sesudah

3. mengindikasikan
aktivitass

yang

tingkat
dapat

toleransi secara fisiologis.

di

perbaikan

4. Tingkatkan partisipasi pasien

kepercayaan

kemampuan untuk

dalam

aktivitas

diri / harga diri yang positif

berpartisipasi

sehari-hari sesuai degnan yang

sesuai tingkat aktifitas yang

dalam

dapat di toleransi

dapat di toleransi pasien.

aktifitas

yang di inginkan.

melakukan

4. meningkatkan

V.

IMPLEMENTASI
No

Hari

Tanggal

X
1

Jam
Rabu
28/11/2012
17.40

Impementasi

Evaluasi

1. Mengkaji pola nutrisi DS:


DO:
dan
perubahan
kebutuhan nutrisi yang
terjadi.

DS:
DO:

2. Menimbang berat badan


Kamis

pasien

DS:
DO:

29/11/2012
17.40

3. Memberi

masukan DS:
DO:
nutrisi oral sedikit tapi
sering.

Jumat
30/11/2012

DS:
DO:

4. Memonitor
mengkaji vital sign

dan DS:
DO:

16.40
5. Berkolaborasi

dalam

pemberian diet
6. Kolaborasi
2

dalam

pemberian ranitidin
1. Mendiskusikan dengan DS:
DO:
27/11/2012
pasien kebutuhan akan
Selasa
17.40

aktivitas
DS:
DO:
2. Memberikan

aktivitas

alternatif

dengan

periode istirahat yang


DS:

TTD

Kamis

cukup

29/11/2012

ganggu.

tanpa

di DO:

17.40
3. Memantau

nadi,

DS:
frekuensi pernapsan dan DO:

Jumat

tekanan darah sebelum

30/11/2012

atua sesudah melakukan

14.40

aktivitas.
4. Meningkatkan
partisipasi pasien dalam
melakukan

aktivitas

sehari-hari

sesuai

degnan yang dapat di


toleransi

VI.

EVALUASI
No

Hari

No

Tanggal

Dx

Jam
Jumat

Evaluasi

S : pasien mengatakan nafsu makannya

30/11/2012

sudah meningkat dan tidak terasa mual

17.40

dan ingin muntah.


O : Pasien terlihat mampu menghabiskan
makanan dalam jumlah porsi makanan
yang diberikan.
A : Masalh teratasi
P : Hentikan intervensi dan pertahankan

Jumat

kondisi pasien.
S : Pasien mengatakan sudah merasa mampu

30/11/2012

melakukan aktivitas secara mandiri dan

17.40

pasien mengatakan tidak lemas.

TTD

O : Pasien terlihat mampu beraktivitas secara


mandiri tanpa bantuan dan pasien terlihat
kuat dalam melakukan segala kegiatan
yang dilakukan secara mandiri. Pasien
menunjukkan

perbaikan

kemampuan

untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang


di inginkan.
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan intervensi dan pertahankan
kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8, Volume 2 Jakarta :EGC

Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999,


"Pedoman Asuhan Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Guyton, Arthur C (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Alih
bahasa : Irawati. Jakarta : EGC
Mansjoer, A, (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
NANDA International,2012,Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi,
Jakarta: EGC
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke
II, Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai