Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. S DENGAN DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RUANG UMAR RSI KENDAL

Disusun Oleh:

Uswatun Hasanah

SK 321053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit
tidak menular yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. DM terjadi
ketika adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut
hiperglikemi, dimana tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hormon
insulin atau menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes
Federation, 2017). Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa DM merupakan penyebab kematian terbesar
nomor 3 di Indonesia setelah Stroke dan penyakit Jantung Koroner
(Kemenkes RI, 2016). DM apabila tidak ditangani dengan baik
akan mengakibatkan timbulnya komplikasi (World Health
Oraganization, 2016). Komplikasi DM seperti retinopathy, nephropathy,
peripheral neuropathy (PN), penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh
darah perifer (PVD), amputasi dan gangguan psikologis juga dianggap
sebagai masalah serius (Abdelgadir et al., 2009). Strategi yang efektif
untuk meminimalkan komplikasi DM meliputi peningkatan kemampuan
pasien dalam melakukan diabetes self management (DSM) (Williams
and Pickup, 2004), namun penderita DM hanya sebagian yang melakukan
DSM, mereka sebagian tidak menaati program diet, perawatan kaki
(Primanda, 2011;Sae-Sia, Maneewat and Kurniawan, 2013).
Dari catatan 220 negara di seluruh dunia, jumlah penderita DM
diperkirakan akan naik dari 415 juta orang di tahun 2015 menjadi 642
juta pada tahun 2040. Indonesia meduduki urutan ke-7 dunia setelah
China, India, Amerika Serika t, Brazil, Rusia Meksiko. Diperkirakan
pada tahun 2040 Indonesia akan naik ke nomer 6 terbanyak di dunia
(International Diabets Federation, 2015 dalam Tandra, 2017). Berdasarkan
(Rikesdas, 2013) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
DM di Indonesia dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1
juta pada tahun 2013. Data (International Diabetes Federation,
2015) menyatakan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia
diperkirakan sebesar 10 juta. Di Provinsi Jawa Timur mengalami
peningkatan proporsi penderita DM dari 1,3% pada tahun 2007 menjadi
2,5% pada tahun 2013. Kota Surabaya masih menempa ti peringkat
pertama dengan kasus DM terbanyak di Jawa Timur yang mencapai 12
ribu kasus pertahun, disusul Kabupaten Bangkalan, Malang dan
Lamongan (Dinkes Surabaya, 2012 dalam Andi, 2017). Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di Poli Penyakit Dalam RSU Haji
Surabaya pada tanggal 24 November 2018 dengan cara wawancara di
dapatkan dari 5 responden sebanyak 80% klien sulit mematuhi diet, dan
merasa jenuh dan bosan terhadap diet DM, 60% klien tidak melakukan
aktivitas fisik, serta 60% klien tidak melakukan perawatan kaki DM. Data
dari RSU Haji Surabaya di Poli Rawat Jalan dari bulan Januari – Oktober
2018 terdapat 13.050 klien DM tipe 2. Sementara itu, menurut Soewondo
dkk (2010) dalam (Puwanti, 2013) sebanyak 1785 penderita DM di
Indonesia yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati
(42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (6%) mikrovaskuler (6%), dan
kaki diabetik (15%).

B. Tujuan
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif dan pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien diabetes
mellitus.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian Diabetes Melitus
American Diabetes Association 2010 menjelaskan Diabetes
Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik ditandai
terjadinya hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin dan kerja insulin
atau kedua-duanya (Ndraha, 2014).
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika
pancreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2016).
Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat
menghasilkan atau cukup hormon insulin atau menggunakan insulin
secara efektif (International Diabetes Federation, 2017).

B. Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association 2010 dalam
(Ndraha, 2014) yaitu :
1. Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau
tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level
protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama
sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya
resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap
kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi
relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain
sehingga sel beta pancreas akan mengalami desensitisasi terhadap
adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu
gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan
akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM
tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. Sekitar 90-95%
penderita DM adalah tipe 2, DM tipe 2 ini adalah jenis paling sering
dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi bisa pula
timbul pada usia diatas 20 tahun (Tandra, 2017).
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek
genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,
infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan,
biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita
DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM
yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

C. Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association
(2010) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah
meliputi riwayat keluarga DM (first degree relative), umur >45 tahun,
etnik, riwayat melahirkan bayi berat badan lahir bayi >4000 gram atau <
2500gram, riwayat pernah menderita DM gestasional (Bennett 2008;
Wild et al. 2004). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT >25kg/m2 atau lingkar perut >80 cm untuk wanita, >90
cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan
diet tidak sehat (Giugliano and Esposito, 2012).
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
Polycystic Ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki
riwatyat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler seperti stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK),
Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres,
kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein (Kahn,
Cooper and Del Prato, 2014).

D. Patofisiologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu : resistensi insulin dan disfungsi sel P pankreas. DM tipe 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel-sel
sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal
(Kahn, Cooper and Del Prato, 2014). Resistensi insulin banyak teijadi akibat
dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik
berlebihan namun tidak terjadi pengerusakan sel- sel β Langerhans secara
auto imun. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya brsifat
relatif dan tidak absolut (D’Adamo and Caprio, 2011).
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel β menunjukan gangguan
pada sekresi insulin fase pertama, pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel β pankreas. Kerusakan sel-sel β pankreas
akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita DM tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Kahn, Cooper and
Del Prato, 2014).

E. Pathway
F. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan
hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat
ditegakkan atas dasar adanya glucosuria (Perkeni, 2015). Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada Wanita.
Kriteria Diagnosis DM.
No Diagnosis DM

Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa


1. adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
(puasa diartikan klien tidak mendapatkan kalori tambahan
sedikitnya satu jam).
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa
75 gram. (TTGO atau Tes Toleransi Glukosa Oral,
dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa ankidrus yang
dilarutkan ke dalam air)
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan
3. keluhan klasik (glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperlihatkan
waktu makan terakhir).
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode
4. yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
G. Tanda dan gejala
Gejala diabetes pada setiap penderita tidak selalu sama. Ada
macam- macam gejala diabetes, ada yang termasuk “gejala klasik” yaitu
gejala khas diabetes, dan yang tidak termasuk kelompok itu. Gejala Klasik
yang ditunjukkan meliputi: banyak makan (polifagia), banyak minum
(polidipsia), banyak kencing (poliuria), berat badan turun dan menjadi
kurus . Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita DM tipe
(Kariadi, 2009) . yaitu :
1. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita
kehilangan cadangan lemak dan protein digunakan sebagai sumber
energi untuk menghasilkan tenaga akibat dan kekurangan glukosa yang
masuk ke dalam sel
2. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah melebihi
nilai ambang ginjal (> 180 mg/dl) gula akan keluar bersama urine,
untuk menjaga agar urine yang keluar yang mengandung gula itu tidak
terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin kedalam urine
sehinga volume urine yang keluar banyak dan kencingpun menjadi
sering terutama pada malam hari.
3. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat
pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang pengeluaran
Anti Diuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh berkurang
sehingga energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya orang merasa
kurang tenaga dengan demikian otak juga berfikir bahwa kurang
energi itu karena kurang makan, maka tubuh berusaha meningkatkan
asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar. Kalori yang
dihasilkan dari makanan setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan
sehingga penderita selalu merasa lapar.

H. Komplikasi
DM yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. DM merupakan penyakit metabolik
yang tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu kontrol terhadap
kadar gula darah sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi baik
komplikasi akut maupun kronis. Lamanya pasien menderita DM
dikaitkan dengan komplikasi akut maupun kronis. Hal ini didasarkan pada
hipotesis metabolik, yaitu terjadinya komplikasi kronik DM adalah sebagai
akibat kelainan metabolik yang ditemui pada pasien DM (Waspadji, 2009).
Semakin lama pasien menderita DM dengan kondisi hiperglikemia, maka
semakin tinggi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi kronik. Kelainan
vaskuler sebagai manifestasi patologis DM dari pada sebagai penyulit
karena erat hubungannya dengan kadar glukosa darah yang abnormal,
sedangkan untuk mudahnya terjadinya infeksi seperti tuberkolosis atau
gangrene diabetic lebih sebagai komplikasi (Waspadji, 2009).
Menurut (Ernawati, 2013) komplikasi DM dapat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu:
1. Komplikasi akut
Gangguang keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu
pendek meliputi hipoglikemi, ketoasidosis diabeteik dan syndrome
HHNK (Koma hiperglikemik hiperosomolar nonketotik) atau
hyperosmolar nonketotic (HONK).
a. Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi
pada perjalanan penyakit DM. glukosa merupakan bahan
bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga
kadar glukosa darah harus selalu dipertahankan diatas kadar
kritis, merupakan salah satu fungsi penting system pengatur
glukosa darah. Hipoglikemi merupakan keadaan dimana kadar
gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/
dl (2,7 hingga 3,3 mmol/ L) (smeltzer & Bare, 2002). Seorang juga
dikatan hipoglikemi jika kadar glukosa darah < 80 mg/ dl dengan
gejala klinis.
b. Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD adalah keadaaan dekompensasi kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebebkan oleh defisiensi insulin absolut atau relative.
Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang tepat
karena merupakan ancaman kematian bagi penderita diabetes.
2. Komplikasi kronis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Komplikasi makrovaskuler
1) Penyakit arteri coroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung
coroner merupakan salah satu komplikasi makrovaskuler
yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM
tipe 2. Proses terjadinya penyekit jantung koroner pada
penderita DM disebabkan oleh kontrol glukosa darah yang
buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan
hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia,
hiperamilinemia, dislipedemia, gangguan sistem koagulasi
dan hiperhormosisteinemia.
2) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasien DM memiliki kesamaan
dengan pasien non DM, namun pasien DM memiliki
kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
kardiovaskuler. Pasien yang mengalami perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan emboli ditempat lain dalam sistem pembuluh
darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam
pembuluh darah serebral. Keadaan ini dapat mengekibatkan
serangan iskemia sesaaat Transient Ischemic Attack (TIA)
3) Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer
dua hingga tiga kali lipat diabandingkan pasien non DM. hal
ini disebabkan pasien DM cenderung mengalami perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas
bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan
mengalami berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio
intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan).
Penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah
merupakan penyebeb utama terjadinya ganggren yang dapat
berakibat amputasi pada pasien DM.
b. Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati diabetic
Retinopati diabetik merupakan kelainan patologis mata yang
disebabkan perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina
mata, keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama
merupakan faktor risiko utama terjadinya retinopati
diabetik.
2) Komplikasi oftalmologi yang lain
Katarak, peningkatan opasitas lensa mata pada penderita DM
sehingga katarak terjadi pada usia lebih muda
dibandingkan pasien non DM, dan perubahan lensa mata
mengalami perkembangan ketika kadar gula darah naik.
3) Nefropati
Merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai
dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) minimal dua
kali pemeriksaan dalam waktu tiga hingga enam bulan.
4) Neuropati diabetes
Gangguan klinis maupun sublkinis yang terjadi pada
penderita DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain
(konfrensi neuropati, febuari 1988 di san Antonio).

I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidu;;.. p penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi
(Perkeni, 2015):
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM.
Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di
Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan
pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis (Ndraha, 2014).
1. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku
sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga
pasien. Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya
meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan
dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang
diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/komplikasi yang
mungkin timbul secara dini/saat masih reversible, ketaatan perilaku
pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan
perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi
pada penyandang DM meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet
tinggi lemak.
2. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM yaitu
makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-
masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwalal
makan, jenis, dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang
dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%,
protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar
25g/hari.
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-
masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan
yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan
berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas
insulin.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
BAB III

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2022

Jam : 14.00 WIB

Nama Perawat : Uswatun hasanah

Ruang : Umar

A. IDENTITAS
1. PASIEN
a. Nama : N. S
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Umur : 53 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan terakhir : SLTA
h. Alamat : Ringinarum
i. No. Cm : 00309481
j. Diagnostic medis : Diabetes mellitus
2. PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 35 Tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : IRT
e. Alamat : Ringinarum
f. Hubungan dengan pasien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan utama :
Pasien mengeluh nadan terasa lemas
b. Kronologi penyakit saat ini :

Pasien mengatakan mengeluh badan terasa lemas. Pasien mengeluh


mual dan muntah 1x konsistensi cair. Pasien dirumah enggan makan an
minum. Pasien kesulitan untuk berbicara dan pasien mengeluh sesak
sudah 2 hari ini. Saat dilakukan pengkajian didapatkan tanda vital
141/90 mmHg nadi 82x/mnt rr 20x/mnt nadi 57x/mnt , SpO2 97%. GDS
268 g/dl.
c. Pengaruh penyakit terhadap pasien :
Pasien merasa badan lemas dan tidak ada energi
d. Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan :
Pasien berharap keluhan lemas dan mual nya teratasi
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit masa anak – anak :
Pasien mengatakan saat masih kecil hanya sakit demam dan batuk pilek
b. Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, minuman,
obat maupun cuaca :
c. Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya :
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan stroke 1 tahun yang lalu
d. Pengobatan terakhir :
Tidak terkaji
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?
Pasien tinggal bersama dengan suami dan anak kedua nya dirumah
b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat penyakit seperti pasien.
c. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun?
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat penyakit DM, hipertensi dll.
d. Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota
keluarga sakit?
Keluarga merasa khawatir, pasien ingin segera cepat sembuh agar bisa
kembali ke rumah.

C. DIMENSI BIOLOGIS
1. Kebutuhan Oksigenasi
1) Respirasi
a. Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue?
Pasien mengeluhkan sesak nafas
b. Apakah yang dilakukan klien untuk merıgatasi masalah?
Pasien mengatakan hanya bisa tidur karena mengeluh lemas
c. Apakah klien menggunakan alat bantu penafasan? (Ya,jelaskan apa
jenisnya)
Pasien tidak menggunakan alat bantu penafasan
d. Posisi yang nyaman bagi klien?
Pasien mengatakan nyaman saat posisi bantal dinaikaan atau
semifowler
e. Apakah kliem terbiasa merokok? Obat – obatan untuk melancarkan
pernafasan?
Tidak ada
f. Apakah ada alergi terhadap debu, obat- obatan dll?
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
g. Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pemafasan?
Tidak pernah
h. Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernafasan dan
mendapat pengobatan? (Ya, apa jenis obat, berapa lama
pemberiannya? Kapan?)
Tidak pernah
2) Kardiovaskuler
a. Apakah klien cepat lelah?
Pasien mudah lelah saat aktivitas ringan
b. Apakah ada keluhan berdebar - debar? Nyeri dada yang
menyebar? Pusing? Rasa berat didada?
Tidak ada
c. Apakah klien mengguankaan alat pacu jantung?
Tidak ada
d. Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gangguan
kardiovaskuler?
Tidak ada
2. Nyeri dan Kenyamanan
a. Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri
b. Apakah mengganggu aktifitas?
Tidak ada
c. Apakah yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri?
Tidak ada
d. Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Tidak ada
e. Apakah ada riwayat pembedahan?
Tidak ada
3. Aktifitas
a. Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR?
Tidak pernah.
b. Apakah klien mengguanakan alat bantu dalam beraktifitas?
Pasien tida menggunakan alat bantu saat beraktivitas
c. Apakah ada gangguan aktifitas?
Pasien mengeluh lemas, dan anggota gerak kiri sulit digerakkan
d. Berápa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?
Pasien mengatakan berangkat kerja pagi sekitar jam 06.00 WIB hingga
sore hari jam 17.00 WIB.
e. Apakah klien mampunyai ketrampilan khusuıs?
Tidak ada
f. Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Perlu bantuan?
Pasien mengatakan merasa lemas sehingga kebutuhan aktivitas dibantu
keluarga dan perawat
4. Istirahat dan Tidur
a. Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Pasien mengatakan mulai tidur jam 21.00 WIB, bangun pagi jam 05.00
WIB
b. Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luang menonton TV bersama
istrinya
c. Apakah klien menyediakan waktu khusus untuk istirahat?
Pasien mengatakan setiap siang hari tidur siang untuk istirahat
d. Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?
Tidak terkaji
e. Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Pasien mengatakan saat dirumah sakit bisa tidur dengan nyenyak
f. Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lama, nyenyak/tidak?
Kuantitas tidur : Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidur 7-8
jam sehari
Kualitas tidur : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak
g. Apakah kondisi saat ini menganggu klien?
Pasien mengatakan kondisi saat ini menganggu aktivitas karena merasa
lemas dan kesulitan menggerakkan anggota gerak kiri
h. Apakah klien terbiasa mengguanakan obat penenang sebelum tidur?
Tidak pernah
i. Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Menonton TV
j. Bagaimana kebiasaan tidur?
Pasien mengatakan setiap tidur harus membersihkan tempat tidur dan
ada guling
k. Apakah klien sering terjaga saat tidur?
Tidak pernah
l. Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenis nya?
Tidak pernah
m. Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Tidak terkaji
5. Cairan
a. Berapa banyak klien minum perhari? Gelas?
Pasien mengatakan dalam sehari ia minum sebanyak 7-8 gelas/ hari, per
gelas kurang lebih 250 cc
b. Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Pasien mengatakan setiap pagi selalu minum air putih terkadang juga
minum teh manis
c. Apakah ada minuman yang disukai/ dipantang?
Pasien mengatakan masih minum minuman manis
d. Apakah klien terbiasa minum alkohol?
Tidak ada
e. Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Dalam pemenuhan cairan pasien sangat bagus 2 Liter/hari
f. Ada program pembatasan cairan?
Tidak ada
6. Nutrisi
a. Apa yang biasa di makan klien tiap hari?
Keluarga pasien mengatakan pasien enggan makan dan minum sudah 2
hari ini
b. Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak habis 1 porsi hanya 2-
3 sendok saja karena mual
c. Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Tidak Ada
d. Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
Tidak Ada
e. Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.
Tidak Ada
f. Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Tidak Ada
g. Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Tidak Ada
h. Bagaimana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu? Kekuatan
gigi?
Gigi geraham pasien berlubang 2 tetapi masih mampu mengunyah
makanan
i. Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaiatan dengan
sistem pencernaan?
Tidak Ada
7. Eliminasi
1) Eliminasi feses:
a. Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan karakteristik
feses?

Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan

Sebelum 2x sehari Padat Kuning Bau Tidak


sakit kecoklatan khas ada
Saat sakit 1x lembek kecoklatan Bau Tidak
khas ada
feses keluhan

b. Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?


Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat pencahar
c. Apakah ada kesulitan?
Pasien mengatakan saat sulit BAB dipaksa mengejan
d. Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Tidak ada
e. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk defeksi?
Tidak ada
2) Eliminasi Urine:
a. Apakah BAK klien teratur?
Pasien mengatakan BAK selalu teratur
b. Bagaimana pola, frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan
yang terjadi dalam miksi?

Frekuensi Warna Bau Keluhan

Sebelum sakit 6-7x sehari Kuning jernih Tidak Tidak ada


berbau keluhan
Saat sakit Tidak Kuning jernih Tidak Tidak ada
terpasang berbau keluhan
Kateter

c. Bagaimana perubahan pola miksi klien?


Saat dirumah sakit pasien BAK dilakukan di bed, tidak ada keluhan,
BAK 3-4x dalam sehari sebnyak 350 cc warna kuning jernih
d. Apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat bantu
dalam miksi?
Tidak ada
8. Personal Hygiene
a. Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi dll?

Mandi Cuci Rambut Gosok Potong


Gigi Kuku
Sebelum sakit 2x/hari 2x/hari 2x/hari 1x/minggu
Saat sakit Hanya di lap Hanya di lap 1x/hari 1x/2
2x/hari 2x/hari minggu
b. Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal hygiene?
Pasien mengatakan memerlukan bantuan saat mandi dibantu oleh
keluarga terkadang dibantu oleh perawat.
9. Sex
a. Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Tidak terkaji
b. Apakah penyakit sekarang mempengaruhi / menggangggu fungsi
seksual?
Tidak terkaji
c. Jumlah anak?
Pasien mengatakan memiliki anak 2. Laki-laki 1 dan perempuan 1

D. DIMENSI PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Psikologi
a. Status Emosi
1) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?
Pasien kesulitan untuk berkomunnikasi
2) Bagaimana suasana hati klien?
Pasien mengatakan sedih dengan kondisi kesehatannya dan ingin
sembuh
3) Bagaimana perasaan klien saat ini?
Pasien mengatakan tidak nyaman dan menrasa lemah tidak dapat
melakukan apa apa
4) Apa yang dilakukan bila suasana hati sedih, marah, gembira?
Pasien mengatakan selalu bercerita kepada keluarganya tentang apa
yang dirasakan
b. Konsep diri:
1) Bagaimana klien memandang dirinya?
Sikap terhadap diri sendiri pasien optimis akan sembuh
2) Hal - hal apa yang disukai klien?
Pasien mengatakan suka jika jalan-jalan disekitar rumah
3) Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini?
Pasien selalu berdoa untuk meminta kesembuhan.
2. Hubungan sosial
a. Apakah klien mempunyai teman dekat?
Pasien mengatakan hanya punya teman yaitu suaminya
b. Siapa yang dipercaya klien?
Keluarganya
c. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?
Pasien mengatakan sering ikut kegiatan masyarakat seperti pengajian
ataupun PKK
d. Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan?
Pasien saat ini sebagai ibu rumah tangga
3. Spiritual
a. Apakah klien menganut satu agama?
Pasien menganut agama islam
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?
Pasien hanya bisa beribadah diatas tempat tidur
c. Bagaimana hubungan antara manusia dan Tuhan dalam agama klien?
Pasien dan keluarga mengatakan menjalankan shalat 5 waktu
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran: Composmentis GCS: E4M6V5 (afasia)
b. Kondisi klien secara umum: Sakit sedang
c. Tanda-tanda vital: TD: 141/90 mmHg Pernafasan: 22 x/menit Nadi: 57
x/menit Suhu: 36°C
d. Pertumbuhan fisik:
TB: 155 cm
BB: 55kg
Postur tubuh: Tegap
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala dan leher
1) Bentuk : Keadaan kepala simetris
2) Keadaan kulit : Tidak ada lesi, warna hitam, kulit kepala
bersih dan rambut tidak berminyak, tidak ada pembengkakan,
3) Pertumbuhan rambut : Tekstur rambut rapuh mudah rontok
sebagian sudah mengalami kebotakan
b. Mata:
1) Pebersihan : Mata simetris mata kiri kanan, simetris bola
mata kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan disekitar mata,
2) Penglihatan : Saat dilakukan pemeriksaan dengan cara
lapang pandang pasien bisa menyebutkan apa yang diperagakan
dengan dilihat sama
3) Pupil : Isokor
4) Reflek : Pupil bereaksi dengan mengecil pada
kondisi cahaya yang terang atau melebar pada kondisi ruangan
gelap
5) Sklera : Sklera normal tidak ada perubahan warna
6) Konjungtiva : Warna kongjungtiva merah muda
c. Telinga:
1) Bentuk : Bentuk dan posisi simetris kiri kanan,
integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-
tanda infeksi
2) Kebersihan : Keadaan bersih tidak ada serumen,
pendengaran tidak terganggu
3) Fungsi dan nyeri telinga: Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri
tekan.
d. Hidung
1) Bentuk : Hidung simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan dan pendarahan
2) Sekret : Tidak ada secret
3) Polip : Tidak ada polip, penciuman tidak terganggu,
4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
e. Mulut
1) Kemampuan bicara bicara : Pasien tampak menjawab jika di
tanya
2) Keadaan bibir : Warna mukosa mulut dan bibir puc
3) at, kering
4) Selaput mukosa : Kering
5) Warna lidah : Lidah simetris, langit-langit utuh dan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
6) Gigi (letak, kondisi gigi), oropharing (bau nafas, suara parau, dahak)
: Memakai gigi palsu
7) Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar-getah bening, tonsil,
JVP, nyeri, telan? Tidak ada
f. Dada
1. Paru-paru
1) Inspeksi : Simetris kiri kanan, dinding dada tidak ada benjolan
2) Auskultasi : Bunyi vesikuler
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus sama kiri dan
kanan
2. Jantung
1) Inspeksi : Simetris kiri kanan, pergerakan jantung normal
2) Auskultasi : Terdengar S1 Lup, S2 Dup
3) Perkusi : Redup dibatas kiri tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah
kiri dari garis midsternal pada ruang interkostal ke 4,5 dan 8.
4) Palpasi : Tidak nyeri tekan
g. Abdomen
1) Inspeksi : Simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak ada tonjolan
2) Auskultasi : Bising usus 32x/menit
3) Perkusi : Bunyi tympani
4) Palpasi : Tidak ada pembengkakan, ada nyeri tekan pada
abdomen, nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris, skala nyeri 4, tidak
ada massa dan penumpukan cairan.
h. Genetalia, Anus dan rektum
1) Inspeksi : Keadaan bersih, terpasang kateter, warna urine
kuning, jumlah urine dalam urine bag 100 cc saat pengkajian, dan
pada anus terdapat benjolan saat pengkajian.
i. Ekstremitas
1) Atas :
Inspeksi: Jumlah jari tangan normal ada 10 buah, kuku pasien
nampak bersih, dan tidak panjang. Tidak terdapat luka pada
ekstremitas atas. Terpasang infus RL 20 tpm di metacarpal kiri.
Palpasi : Tidak ada edema, akral hangat, turgor kulit baik, CR < 2
detik, denyut nadi teraba 80 x/menit.
Kekuatan otot: Kekuatan otot klien pada ekstrmitas atas kiri kurang.
Kekuatan otot skala 4. Pasien mampu melawan gravitasi namun
pasien hanya mampu menahan tahanan sedang.
2) Bawah :
Inspeksi: Jumlah jari kaki normal ada 10 buah, kuku pasien nampak
bersih, dan tidak panjang. Tidak terdapat luka pada ekstremitas
bawah.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, akral hangat, turgor kulit baik, CR <
2 detik.
Kekuatan otot: Kekuatan otot klien pada ekstrmitas bawah kiri
kurang. Kekuatan otot skala 4. Pasien mampu melawan gravitasi
namun pasien hanya mampu menahan tahanan sedang.
4 5
4 5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tanggal pemeriksaan: 20-05-2022


a. Hasil pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

HEMATOLOGI

Darah Rutin:

14.9 g/dl 11.7-15.5


Hemoglobin L

H 11.34 /mm3 4.000-11.000


Lekosit

348.000 /mm3 150.000-450.000


Trombosit

41.9 % 37-43
Hematokrit

10.7 % Baik < 6,5


Hba1C
Sedang 6,6-8,0
Buruk >8,0

KIMIA KLINIK

L 528 mg/dl 75-200


Glukosa Sewaktu

H 215 mg/dl 150-200


Kolesterol total

ELEKTROLIT

L 2.95 mEq/L 3.5-5.5


Kalium

136.52 mEq/L 135-145


Natrium

L 90.73 mmol/L 98-108


Chlorida

L 1.98 Mg/dl 2.0-2.9


Calcium
b. Pemeriksaan thorax PA
Tanggal pemeriksaan: 20/05/2022
Hasilnya: kardiomegali (LV) dengan elongatio aorta, pulmo tak tampak
bercak
c. CT-Scan kepala non kontras
Tanggal pemeriksaan : 12-07-2021
Hasil : ICH pada lobus parietal, curiga tampak perdarahan pada lobus
temporal
d. GDS sliding
Pemeriksaan tanggan sabtu 21-05-22
Jam 07.00 285 g/dl
Jam 08.00 310 g/dl
Jam 11.30 305 g/dl
G. TERAPI
No. Terapi Dosis Fungsi

1. Ringer Untuk memenuhi kebutuhan cairan


20 tpm per IV
pasien secara intravena
Laktat

2. Aspilet mencegah dan menangani angina


3x 1 (PO)
pektoris dan infark miokard
(serangan jantung)

3. ISDN Obat untuk mengatasi nyeri dada


3x 5 mg (PO)
(angina) pada orang dengan kondisi
jantung tertentu, seperti penyakit
jantung koroner

4. Clopidogrel ntuk mencegah kejadian


1x75 mg (PO)
aterotrombosis pada penyakit
jantung koroner (terutama pada
sindrom koroner akut)

5. Atrovastatain 1x1 (PO) obat untuk menurunkan kolesterol


jahat (LDL) dan trigliserida, serta
meningkatkan kadar kolesterol baik
(HDL) di dalam darah

6. Candesantran 1x16 mg (PO) Untuk menngani gagal jantung dan


tekanan darah tinggi

7. Omperazole diindikasikan untuk tukak lambung


1x40 mg (IV)
dan tukak duodenum, tukak
lambung dan duodenum

8. Ranitidin 50mg/ 12 jam diindikasikan untuk tukak lambung


dan tukak duodenum, tukak
per IV
lambung dan duodenum
H. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM

Ketidakstabilan kadar
DS: Resistensi insulin
glukosa darah
Pasien mengeluh lemas
D.0027
Nafsu makan pasien menurun

Do:

GDS 285 g/dl

Hba1c 10% (buruk)

Mukosa bibir kering

Pasien nampak bedrest

Gangguan mobilitas
DS; pasien mengeluh lemah pada anggota Gangguan
gerak kiri sulit digerakkan fisik
neuromuskular
DO: D.0054

Kekuatan otot anggota gerak kiri 4 (pasien


hanya mampu menahan tahanan sedang)

Kebutuhan aktivitas pasien dibantu oleh


perawat dan keluarga

Resiko perfusi serebral


DS: Riwayat stroke
tidak efektif
pasien mengeluh badan terasa lemas dan
tidak nyaman D.0017

keluarga mengatakan pasien memiliki


riwayat hipertensi dan stroke satu tahun
yang lalu

DO:

Hasil ct scan 2021, curiga adanya


perdarahan di lobus temporal dan parietal

Kesadaran pasien E4M6V5 (afasia)

Pasien nampak kesulitan berkomunikasi


TD 141/90 mmHg nadi 57x/mnt rr 20x/mnt
suhu 36,5 Spo2 99%

I. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin D.0027
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
D.0054
3. Resiko gangguan perfusi jaringan serebral ditandai dengan riwayat stroke
D.0017
J. INTERVENSI
Permasalahan Tujuan dan kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
1. Untuk mengetahui
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Intervensi Utama :
penyebab hiperglikemia
kadar glukosa tindakan keperawatan (I.03115)
dan memonitor
darah selama 3x8 jam Manajemen
hiperglikemia
berhubungan diharapkan kestabilan Hiperglikemia
2. Untuk mengetahui
dengan glukosa darah Tindakan :
perkembangan glukosa
resistensi membaik, dengan Observasi
darah sewatu secara
insulin D.0027 kriteria hasil (l.03022) - Identifikasi
berkala
kemungkinan
- GDS normal <150 3. Untuk mengetahui gejal
penyebab
g/dl awall dan dapat
hiperglikemia
- Keluhan poliuri, memberikan tindakan
- Monitor kadar
polidipsi, dan segera
glukosa darah
polifagi menurun 4. Memberikan kenyamanan
- Monitor tanda
- BAK norml 0,5-1 pada pasien
gejala
cc/Kg/BBs 5. Untuk menurunkan kadar
hiperglikemia
- Makan 3x1 dalam glukosa darah diberikan
Terapeutik
sehari habis 1 SC sehingga efek yang
- Memposisikan
porsi makan dirasakan mudah diserap
nyaman pasien
- Tidak mengeluh tubuh
- Melakukan
mudah lapar lagi 6. Untuk mencegah
pemberian insulin
- Keluhan lemas keletihan
secara SC sesuai
menurun TTV 7. Untuk menurunkan kadar
advice dokter
normal 120- glukosa darah
Edukasi
140/80-100 8. Untuk mencegah luka
- Anjurkan
mmHg pada perifer karena DM
menghindari
- RR 20-26x/mnt, 9. Untuk menurunkan
olahraga saat
suhu 36,5, nadi glukosa darah dengan
kadar glukosa
80-100x/mnt mediksi
darah lebih dari
250 mg/dL
- Anjurkan
Kepatuhan
Terhadap Diet
Dan Olahraga
Jenis makanan
dan minumam
yang dibatasi
(Karbhidrat)
seperti gula, nasi,
Jenis makanan
yang dianjrukan
(protein), telur,
tahu, tempe, dan
ikan
- Melatih
pergerakkan
kaki/massage/
- Monitor untuk
kontrol rutin
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin
dosisi sesuai
advice dokter
- Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis

1. Untuk mengetahui
Gangguan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan :
kemampuan melakukan
mobilitas fisik tindakan keperawatan dukungan mobilisasi
berhubungan selama 3x8 jam aktivitas
dengan diharapkan mobilitas Observasi : 2. Untuk mengetahui
gangguan fisik pasien meningkat, hambatan melakukan
- identifikasi
neuromuskular dengan kriteria hasil : aktivitas
adanya nyeri atau
D.0054 3. Untuk memonitor tekanan
- Pergerakkan keluhan fisik
darah
ekstremitas, lainnya
4. Membantu pasien
meningkat - identifikasi
melakukan mobilitas
- kekuatan otot, toleransi fisik
5. Membantu untuk
meningkat pada melakukan
meningkatkan kekuatan
skala 5 pergerakkan
otot
- rentang gerak - monitor TD
6. Untuk membantu pasien
meningkat sebelum dan
melakukan rentang gerak
- kelemahan fisik, sesudah
menurun. Pasien mobilisasi
mampu makan dan Terapeutik :
minum sendiri
- pasien mampu - Fasilitasi
duduk bersandar aktivitas
sendiri mobilisasi
- pasien mampu mika dengan alat bantu
miki sendiri - Fasilitasi
- pasien mau melakukan
melakukan latihan pergerakkan
gerak minimal 1x (ROM)
dalam sehari - Libatkan
- keluarga keluarga
mendampingi membantu
pasien selama aktivitas klien
latihan rentang Edukasi :
gerak
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilsasi
- Anjurkan
mobilisasi dini

1. Untuk mengetahui
Resiko Setelah dilakukan Intervensi utama :
tekanan intrakranial
gangguan tindakan keperawatan manajemen peningkatan
serebral
perfusi selama 3x8 jam intrakranial
2. Mengetahui penyebab
jaringan diharapkan mobilitas
Observasi: terjadinya TIK
serebral fisik meningkat dengan
3. Untuk mencegah dan
ditandai kriteria hasil (L.05042) - Monitor MAP
mengobati sesegra
dengan riwayat - Identifikasi
- Tekanan darah mungkin jika gejala
stroke D.0017 penyebab TIK
membaik 120- muncul
- Monitor tanda gejala
140/80-90 4. Untuk mengetahui
TIK (tekanan darah
mmHg keseimbangan cairan
meningkat,
- Pola napas 5. Memposiikan pasien
bradikardia,
membaik, tidak nyaman dan aliran darah
pernapasan ireguler,
ada ke serebra meningkat
kesadaran menurun)
penggunaan 6. Untuk mengurangi kerja
- Monitor status
otot bantu serebral meningkat
pernapasan
pernapasan 7. Untuk mengurangi
- Monitor intake dan
- Nadi membaik, perderahan serebral
output cairan
80-100x/mnt melalui diuretik
- Komunikasi Terapeutik

verbal
- Berikan posisi
membaik
semifowler
- Cegah terjadinya
kejang
- Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian diuretik
osmosis
K. IMPLEMENTASI HARI KE 1
Tanggal / jam Dx Implementasi Respon Hasil TTD

3 Memonitor tanda vital S: pasien mengeluh lemas


23 Mei 2022 Uswatun
pasien O: pasien nampak lemas
14.00
TD 141/90 mmHg nadi
58x/mnt rr 20x/mnt suhu 36,5
SpO2 97%

Memonitor kelalahan S: pasien mengatakan sulit


23 Mei 2022 2 Uswatun
fisik pasien menggerakkan anggot agerak
14.30 kiri
O: kekuatan otot anggota gerak
kiri 4

Memonitor kadar S: pasien mengeluh lemas,


23 Mei 2022 1 Uswatun
glukosa darah enggan makan
16.00 O: GDS 209 g/dl

Memberikan obat oral S: -


23 Mei 2022 1 Uswatun
pagi aspilet, ISDN, O: obat masuks ecara oral dan
17.00 omeperazole (IV) iv tidak mual muntah

Memonitor kesadaran S: pasien sulit untuk


23 Mei 2022 3 Uswatun
pasien berkomunikasi
18.30 O:
E2M6V5 (afasia)
Pasien berbicara terbata bata

Mengajarakan ROM S: pasien mengatakan tidak


23 Mei 2022 2 Uswatun
pada anggota gerak nyeri saat bergerak
18.45 kiri O: rentang gerak pasien
menurun, kelemahan anggota
gerak kiri, pasien melakukan
ROM dibantu perawat

Mengevaluasi GDS S: pasien asih mengluh lemas


23 Mei 2022 1 Uswatun
pasien O: GDS 259 g/dl
19.30

L. EVALUASI HARI KE 1
Tanggal / Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam
D. 0027 S:
23 Mei 2022 Uswatun
pasien mengeluh lemas, enggan makan
21.00
O:
Jam 16.00 GDS 209 g/dl
Jam 20.00 GDS 250 g/dl
Pasien nampak lemas
TD 141/90 mmHg nadi 58x/mnt rr 20x/mnt suhu
36,5 SpO2 97%
A: masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

D.0054 S: Uswatun
pasien mengatakan sulit menggerakkan anggot
agerak kiri
O:
kekuatan otot anggota gerak kiri 4, TD 141/90
mmHg nadi 58x/mnt rr 20x/mnt suhu 36,5 SpO2
97%
rentang gerak pasien menurun, kelemahan
anggota gerak kiri, pasien melakukan ROM
dibantu perawat
A: masalah gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi

D.0017 S: pasien mengeluh lemas Uswatun


O: pasien nampak lemas
E2M6V5 (afasia)
Pasien berbicara terbata bata
TD 141/90 mmHg nadi 58x/mnt rr 20x/mnt suhu
36,5 SpO2 97%
A: Maslah perfui serebral belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

M. IMPLEMENTASI HARI KE 2
Tanggal / jam Dx Implementasi Respon Hasil TTD

3 Memonitor tanda S: pasien masih mengeluh lemas


24 Mei 2022 Uswatun
vital pasien O: TD 142/98 mmHg nadi
14.20
59x/mnt rr 20x/mnt suhu 36,2
SpO2 97%

Memonitor tanda S: pasien mengeluh badan terasa


24 Mei 2022 1 Uswatun
gejala hiperglikemia lemas
15.00 O: GDS 250 g/dl,
Kelamahan anggota gerak
Pasien lemas tidak mampu
melakukan aktivitas
Memonitor S: pasien masih mengeluh
24 Mei 2022 2 Uswatun
kemampuan rentang kelemahan pada anggota gerak
16.30 gerak pasien kiri
O: kekuatan otot anggota gerak
kiri 4
Rentang gerak menurun

Melakukan ROM S: pasien mengatakan tidak nyeri Uswatun


24 Mei 2022 2
saat bergerak
16.45 O: pasien melakukan ROM
dibantu oleh perawat

Mengevaluasi S: pasien mengatakan tidak


24 Mei 2022 2 Uswatun
tekanan darah pusing, masih lemas
17.15 setelah ROM O: TD 140/89 mmHg nadi
59x/mnt rr 20x/mnt

Menganjurkan S: pasien mengatakan akan


24 Mei 2022 1 Uswatun
pasien untuk mengurangi minum manis
18.30 mengurangi O: pasien nampak lemas, pasien
konsumsi makanan kooperatif mendengarkan
dan minuman manis perawat

Mengevaluasi GDS S: pasien mengeluh lemas


24 Mei 2022 1 Uswatun
O: GDS 212 g/dl
18.30

Memonitor tanda S: pasien mengatakan tidak


24 Mei 2022 3 Uswatun
gejala TIK mengeluh pusing hanya badan
19.00 terasa lemas
O: TD 140/89 mmHg nadi
59x/mnt rr 20x/mnt
Memposisikan S: pasien lebih nyaman posisi
24 Mei 2022 3 Uswatun
pasien semifowler semifowler
19.30 O: pasien diposisikan
semifowler

Memonitor S: pasien mengeluh lemas


24 Mei 2022 3 Uswatun
kesadaran pasien O: E4M6V5 (afasia)
20.00 Paien kesulitan berkomunikasi,
pasien bicara perlahan lahan

N. EVALUASI HARI KE 2
Tanggal / Jam Diagnosa Evaluasi Paraf

D. 0027 S: pasien mengeluh badan terasa lemas


24 Mei 2022 Uswatun
O:
21.00
Jam 15.00 GDS 250 g/dl,
Jam 18.00 GDS 212 g/dl
Kelamahan anggota gerak
Pasien lemas tidak mampu melakukan
aktivitas
A: masalah ketidakstabilan glukosa
darah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

D.0054 S: pasien masih mengeluh kelemahan Uswatun


pada anggota gerak kiri
O: kekuatan otot anggota gerak kiri 4
Rentang gerak menurun
TD 140/89 mmHg nadi 59x/mnt rr
20x/mnt
pasien melakukan ROM dibantu oleh
perawat
A: masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

D.0017 S: pasien masih mengeluh lemas Uswatun


O: TD 142/98 mmHg nadi 59x/mnt rr
20x/mnt suhu 36,2 SpO2 97%
E4M6V5 (afasia)
Paien kesulitan berkomunikasi, pasien
bicara perlahan lahan
pasien diposisikan semifowler
A: masalah gg perfusi erebral belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi

O. IMPLEMENTASI HARI KE 3
Tanggal / jam Dx Implementasi Respon Hasil TTD

2 Mengevaluasi S: pasien mengatakan keluhan Uswatun


25 Mei 2022
kemampuan rentang lemas berkurang
14.15
gerak pasien O: pasien melakukan ROM
perlahan lahan

Mengevaluasi kekuatan S: pasien mengatakan keluhan Uswatun


25 Mei 2022 2
otot lemas berkurang
15.00 O: kekuata otot pasien
anggota gerak kiri 4
Pasien melakukan ROM
secara mandiri

Mengevaluasi glukosa S: pasien mengatakan sudah Uswatun


25 Mei 2022 1
darah pasien mau makan sedikit sedikit
16.30 O: GDS 195 g/dl

Menganjurkan pasien S: pasien mengtakan akan Uswatun


25 Mei 2022 1
untuk patuh diet yang diet patuh mengurangi konsumsi
17.00 yang dianjurkan glukosa
O: pasien nampak kooperatif

Mengevaluasi tekanan S: pasien mengatakan tidak Uswatun


25 Mei 2022 3
darah pasien mengeluh pusing, perasaan
17.45 lemas berkurang
O: pasien nampak lebih segar
TD 138/90 mmHg nadi
60x/mnt rr 20x/mnt suhu 36,5

Memonitor kesdaran S: pasien mengatakan keluhan Uswatun


25 Mei 2022 3
pasien lemas berkurang
18.00 O: E4M6V5 (afasia)
Pasien nampak berbicara
perlahan lahan,

Mengevaluasi tanda tanda S: pasien mengatakan keluhan Uswatun


25 Mei 2022 3
TIK lemas berkurang
19.30 O: TD 139/80 mmHg, tidak
ada keluhan mual muntah

P. EVALUASI HARI KE 3
Tanggal / Jam Diagnosa Evaluasi Paraf

D. 0027 S: pasien mengatakan sudah mau makan Uswatun


25 Mei
sedikit sedikit
21.00
pasien mengtakan akan patuh
mengurangi konsumsi glukosa
O: GDS 195 g/dl
TD 138/90 mmHg nadi 60x/mnt rr
20x/mnt suhu 36,5
A: masalah kadar glukosa darah teratasi
P: hentikan intervensi

D.0054 S: pasien mengatakan keluhan lemas Uswatun


berkurang

O: pasien melakukan ROM perlahan


lahan

kekuata otot pasien anggota gerak kiri 4

A: masalah gangguan mobilitas fisik


teratasi

P: hentikan intervensi

D.0017 S: pasien mengatakan keluhan lemas


Uswatun
berkurang, pasien mengatakan tidak
mengeluh pusing
O : E4M6V5 (afasia)

Pasien nampak berbicara perlahan lahan,


tidak ada keluhan mual muntah

A; masalah gg perfusi serebral teratasi

P: lanjutkan intervensi
Kesimpulan:

Tindakan pemeriksaan kadar gulukosa darah sewaktu ini efektif untuk


mengetahui kadar glukosa darah. Sedangkan kegiatan untuk penurunan kadar gula
seperti minum obat 2 kali dalam sehari pada pagi dan malam hari serta sesuai dosis
yang dianjurkan tenaga kesehatan. Dengan mengkonsumsi obat secara teratur
sesuai anjuran tenaga kesehatan, efektif menurunkan kadar gukosa darah sewaktu
klien dimana kepatatuhan yang tinggi dalam minum obat memiliki kadar glukosa
darah normal <150 mg/dl.
DAFTAR PUSTAKA

Andi, J. (2017) Pengaruh Penerapan Theory of Reasoned Action


Terhadap Kepatuhan Diet dan Aktivitas Fisik Klien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Ruang Azzara RSI Jemursari Surabaya.

D’Adamo, E. and Caprio, S. (2011) ‘Type 2 diabetes in youth:


epidemiology and pathophysiology.’, Diabetes care. American
Diabetes Association, 34 Suppl 2(Suppl 2), pp. S161-5. doi:
10.2337/dc11-s212.

Ernawati (2013) ‘Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu dengan


Penerapan Teori Keperatan Self Care Orem’. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Giugliano, D. and Esposito, K. (2012) ‘Efficacy and safety of insulin


lispro protamine suspension as basal supplementation in patients
with type 2 diabetes.’, Therapeutic advances in endocrinology
and metabolism, 3(3), pp. 99–108. doi:
10.1177/2042018812442949.

International Diabetes Federation (2015) ‘Annual Report’, International


Diabetes Federation.International Diabetes Federation (2017)
Eighth edition 2017.

Kahn, S. E., Cooper, M. E. and Del Prato, S. (2014) ‘Pathophysiology and


treatment of type 2 diabetes: perspectives on the past, present, and
future’, The Lancet, 383(9922), pp. 1068–1083. doi:
10.1016/S0140-6736(13)62154-6.

Kurniawan, T. and Yudianto, K. (2016) ‘Diabetes Self-Management


and Its related Factors Manajemen Diabetes dan Faktor-Faktor
yang Memengaruhi’, 4, pp. 267–273.

Ndraha, S. (2014) ‘Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini’,


27(2), pp.9–16.

Perkeni (2015) Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

Tandra, H. (2017) Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang


Diabetes -Hans Tandra - Google Buku. Available at:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=espGDwAAQBAJ&oi
=fn
d&pg=PP1&dq=pengertian+diabetes+menurut+idf&ots=VsK8oZmJg4
&sig=BCsKUoUDCNDE6NAx5JmkneRf1Y&redir_esc=y#v=onepage
&q=pe ngertian diabetes menurut idf&f=false (Accessed: 18 August
2018).

Williams, G. and Pickup, J. C. (2004) Handbook of diabetes. Blackwell


Pub.

World Health Organization (2016) ‘Global report on diabetes.’, World


Health Organization, 58(12), pp. 1–88. doi:
10.1128/AAC.03728-14.

Anda mungkin juga menyukai