Oleh:
Ifah Dwi Rahayu
SK 321022
A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
di otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah
kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan.(Batticaca, 2008)
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab
utama kedua kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada
pertengahan usia dan orang dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2005, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh
dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Lebih dari 85 % dari
kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang
berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah
ke otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh
gumpalan darah. Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan
kerusakan pada jaringan otak.(Organization, 2015)
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
penderita stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di
daerah perkotaan secara nasional. Singkawang merupakan kota di Kalimantan
Barat dengan prevalensi stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit yang ada di Kota Singkawang
menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah
tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah
sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah
kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi.(Hutapea, 2015)
B. Tujuan
untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang
baik dilakukan pada klien dengan Stroke.
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Merupakan keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah ke otak yang
terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan gangguan neurologist
yang bersifat fokal. (Ignatavicius, 1999).Stroke adalah disfungsi
neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada
otak yang terganggu. ( WHO, 1984).
Stroke oleh The National Stroke Association di Amerika juga disebut juga
dengan “Brain Attack”, dimana stroke merupakan keadaan yang bersifat
emergency yang terjadi secara mendadak dan harus ditangani secara cepat
untuk mencegah terjadinya gangguan dan kerusakan neurologist yang
permanent. ( Ignatavicius, 1999.)
B. ETIOLOGI
Stroke disebabkan adanya sumbatan di pembuluh darah arteri karena
thrombus atau emboli dan juga disebabkan oleh terjadinya perdarahan
karena hipertensi, aneurisma yang pecah atau AVM ( ArterioVenous
Malformation ). Beberapa faktor resiko yang diientifikasi menjadi
penyebab stroke diantaranya adalah : penyakit cerebrovascular, khususnya
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan atrial fibrilasi
nonvalvular.
Berat ringannya gangguan yang terjadi pada stroke dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
1. Cepatnya kejadian
Efek stroke akan terlihat dalam beberapa menit atau beberapa jam
secara tiba-tiba pada seseorang yang tadinya tampak normal menjadi
paralise atau muncul gejala neurologist lain.
2. Daerah otak yang terkena
Manifestasi klinis dari stroke tergantung dari daerah otak yang terkena.
3. Berkaitan dengan suplai darah ke bagian otak tertentu.
Terjadi bila area otak tertentu mengalami gangguan aliran darah.
Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Akibat adanya kerusakan arteri yaitu: usia, hipertensi, DM
b. Penyebab timbulnya trombosis: polycitemia
c. Penyebab emboli: MCI, kelainan katub, heart rate tidak teratur,
penyakit jantung
d. Penyebab hemoragik: tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma arteri,
penurunan faktor pembekuan darah (leukemia, pengobatan
antikoagulan)
e. Bukti yang menyatakan kerusakan arteri sebelumnya: PJK seperti
angina, TIA.
Faktor resiko lainnya adalah :
a. Merokok
b. Penggunaan obat-obatan ( Kokain)
c. Obesitas
d. Pola hidup “sedentary”
e. Stress
f. Hiperkolesterol, Hiperlipoprotein, Hiperlipidemia
g. Riwayat Stroke, TIA
h. Peminum alcohol
i. Penghentian obat-obatan antihipertensi secara mendadak
C. PATHOFISIOLOGI
Secara klinis, stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stroke Iskemia, dibagi juga menjadi stroke trombotik, yang disebabkan
oleh thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus
2. Stroke Hemoragik, adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah sehingga menyebabakan terjadinya perdarahan di
jaringan otak maupun ruangan otak ( ventrikuler, subdural, subarahnoid
)
Pathofisiologi Stroke Iskemi
Stroke Iskemi
↓
Oklusi
↓
Iskemi
↓
Hipoxia Cerebral
↓
Metabolisme Anaerob
↓
Gangguan Keseimbangan Asam Basa & Elektrolit
↓
Kegagalan pompa Na dan K
↓
Edema serebral
↓
Penurunan perfusi serebral → Defisit Neurologis
Stroke Hemoragik
↓
Ruptur pembuluh darah cerebral
↓
Pe ↑ volume / massa cranial
↓
TIK meningkat
↓
Defisit neurologis mendadak
E. KOMPLIKASI
Komplikasi utama pada stroke hemoragik seperti Sub Arahnoid
Hemoragik (SAH) adalah seperti : Vasospasme, Hidrosephalus, dan
Disritmia.
Pasien dengan stroke yang mendapatkan terapi antikoagulan beresiko
untuk terjadinya perdarahan di tempat lain.
Komplikasi lainnya:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi, tromboplebitis
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi,
deformitas, terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala
4. Hidrosefalus
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
a. Pe ↑ Hb, Ht biasa menyertai pada stroke yang berat
b. Pe ↑ Leukosit menandakan selain adanya infeksi juga stress fisik
ataupun terjadi kematian jaringan
c. PT / PTT untuk melihat fungsi pembekuan darah sebelum pemberian
terapi antikoagulan
d. Lumbal Pungsi dilakukan bila tidak ada peningkatan TIK, untuk
melihat adanya perdarahan subarahnoid, ditandai dengan adanya darah
pada cairan CSF dari lumbal pungsi
Radiografi:
a. CT Scan, untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark
b. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan
adanya AVM
c. Angiografi serebral : menentukan penyebab stroke secara spesifik,
seperti perdarahan, oklusi, rupture, obstruksi
d. Rontgen Kepala : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis
interna.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada stroke trombotik/emboli didasarkan pada:
a. Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya
dengan tirah baring, monitor tekanan darah dan tingkat kesadaran.
b. Melindungi jaringan marginal disekitar infark
c. Merangsang pulihnya fungsi neuron yang mengalami kerusakan
ireversibel
d. Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya,
misalnya pemberian antikoagulan seperti Dicumarol, heparin.
Sedangkan tindakan pembedahan dilakukan untuk:
a. Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotid atau
vertebra
b. Merekonstruksi arteri yang sebagian teroklusi
c. Melakukan bypass pada arteri yang tersumbat dengan venous graft.
Penatalaksanaan pada stroke hemoragik bertujuan untuk:
a. Mempertahankan hidup
b. Meminimalkan kecacatan
c. Mencegah kekambuhan
Tindakan yang dilakukan:
a. mengontrol hipertermia
b. Mengontrol kejang: pemberian Dilantin, barbiturate, sedative
c. Mengatasi hipertensi: biasanya diuretic, pembatasan intake Na
d. Pengobatan simptomatik dari delirium dan kelelahan: Clorpromazin
e. Mengurangi sakit kepala atau nyeri leher: pemberian sedative dan
posisi nyaman
f. Mencegah mengedan: batuk, muntah, mengangkat benda berat,
konstipasi
g. Berikan istirahat yang cukup
h. Menurunkan peningkatan TIK: elevasi kepala, pemberian
kortikosteroid
i. Pembedahan untuk mengeluarkan bekuan darah
L. EVALUASI HARI KE 1
Tanggal : 16 Mei 2022
Nama pasien : Ny. R
Umur : 65 Tahun
Ruang : Umar
Tanggal / Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam
16 Mei 2022 Perfusi jaringan S: keluarga pasien mengatakan keluhan Ifah
/ Jam 14.00 serebral tidak pusing dan sakit kepala pasien berkurang
WIB efektif (0017) O: Terlihat terpasang O2 nasal canul 2 lpm.
TD :175/100mmHg, N : 90x/mnt, S :
36,9°C, Rr : 20x/mnt, Kesadaran compos
mentis
A: Perfusi jaringan serebral tidak efektif
teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan posisi semi fowler
- Berikan terapi O2 sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian obat dengan
dokter
16 Mei 2022 Hambatan S: keluarga pasien mengatakan pasien Ifah
/ Jam 14.00 Mobilitas Fisik masih sulit untuk duduk dan berganti posisi
WIB (0054) O:
1. Pasien melakukan tirah baring dengan
dibantu keluarga
2. Ekspresi wajah pasien tampak rileks
A: Hambatan Mobilitas Fisik teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor lokasi ketidaknyamanan
atau nyeri saat bergerak
- Lakukan gerakan pasif dengan
bantuan sesuai indikasi
- Berikan dukungan positif saat
melakukan latihan gerak sendi
M. IMPLEMENTASI HARI KE 2
Tanggal : 17 Mei 2022
Nama pasien : Ny. R
Umur : 65 Tahun
Ruang : Umar
Tanggal / jam Dx Implementasi Respon Hasil TTD
17 Mei 2022/ 1 Memberikan pasien posisi S: pasien mengatakan yaman Ifah
14.15 WIB semi fowler dengan posisinya
O:Pasien tampak tidur semi
fowler
17 Mei 2022/ 1 Memberikan motivasi dan S:- Ifah
14.50 WIB dukungan positif pada pasien O: pasien tampak setuju dan
mengiyakan
17 Mei 2022/ 1 Memonitor tanda vital S:- Ifah
15.00 WIB O : Tanda-tanda vital:
TD : 173/107mmHg HR : 84
kali/menit RR : 22 kali/menit T
: 36,70C
17 Mei 2022/ 1 Mengajarkan latihan rentang S:keluarga pasien mengatakan Ifah
16.30 WIB gerak pasien kesulitan melakukan
sendiri sehingga harus dibantu
O: Pasien kooperatif, mengikuti
dengan baik
17 Mei 2022/ 1 Melakukan permberian obat S: - Ifah
17.10 WIB injeksi Piracetam 1gr/8jam O:Pasien kooperatif
17 Mei 2022/ 2 Menjelaskan alasan untuk S:Pasien mengatakan akan Ifah
20.00 WIB tirah baring dan posisikan beristirahat.
pasien dengan nyaman O:Pasien diberikanposisi semi
fowler
17 Mei 2022/ 2 Menjelaskan pentingnya S:- Ifah
21.00 WIB tidur cukup selama sakit O: Pentingnya istirahat
mempercepat pemulihan
N. EVALUASI HARI KE 2
Tanggal : 17 Mei 2022
Nama pasien : Ny. R
Umur : 65 Tahun
Ruang : Umar
Tanggal / Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam
17 Mei 2022 / Perfusi S:keluarga pasien mengatakan pusing kepala Ifah
Jam 21.00 jaringan pasien berkurang
WIB perifer tidak O : TD : 163/90 mmHg, N : 92x/mnt, S :
efektif 36,6°C, Rr : 20x/mnt
A: Perfusi jaringan perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan posisi semi fowler
- Berikan terapi O2 sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
17 Mei 2022 / Gangguan S: keluarga pasien mengatakan pasien bisa Ifah
Jam 21.00 mobilitas fisik menggerakan anggota gerak kirinya sedikit
WIB O:
1) Pasien melakukan tirah baring dengan
dibantu keluarga
2) Ekspresi wajah pasien tampak rileks
A: Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor lokasi ketidaknyamanan atau
nyeri saat bergerak
- Lakukan gerakan pasif dengan
bantuan sesuai indikasi
- Berikan dukungan positif saat
melakukan latihan gerak sendi
O. IMPLEMENTASI HARI KE 3
Tanggal : 18 Mei 2022
Nama pasien : Ny. R
Umur : 65 Tahun
Ruang : Umar
Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih. Jakarta: EGC.