Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Diabetes mellitus

a. Definisi

Diabetes mellitus yang umum dikenal sebagai kencing manis

adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan

kadar gula darah) yang terus menerus dan bervariasi, terutama

setelah makan (Maulana, 2008). Menurut dr. Savitri Ramaiah

diabetes mellitus adalah suatu kelainan reaksi kimia dalam hal

pemanfaatan yang tepat atas karbohidrat, lemak, dan protein dari

makanan karena tidak cukupnya pengeluaran atau kurangnya

insulin. Insulin adalah suatu hormone yang dihasilkan oleh

pancreas untuk mengatur jumlah gula di dalam darah (Ramaiah,

2008).

b. Patofisiologi diabetes mellitus

Patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga

efek utama kekurangan insulin. Efek utama kekurangan insulin

antara lain pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh,

yang berakibat peningkatan glukosa darah setinggi 300 sampai

1200 mg per 100 ml. Kekurangan insulin juga menyebabkan

peningkatan nyata mobilisasi lemak dari daerah-daerah

6
7

penyimpanan lemak. Hal ini menyebabkan kelainan metabolisme

lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vascular yang

menyebabkan aterosklerosis. Pengurangan protein dalam jaringan

tubuh juga bisa disebabkan karena kekurangan insulin (Guyton,

1996).

Komplikasi diabetes mellitus dapat menyerang semua organ

tubuh. Hal ini berkaitan dengan tingginya kadar gula di dalam

darah yang dapat menyerang bahkan melumpuhkan saraf organ,

sehingga organ mengalami kegagalan fungsi atau malfungtion.

Pengaruh kadar gula yang tinggi dalam darah, bisa mengakibatkan

terjadinya penyempitan pada pembuluh darah besar yang disebut

makroangiopati dan penyempitan pembuluh darah kecil atau

kapiler yang di sebut mikroangiopati (Marewa, 2015).

Pada penderita diabetes mellitus, pembuluh darah kecil terutama

pembuluh darah kapiler sering ditemukan kerusakan/gangguan

akibat komplikasi diantaranya kerusakan saraf perifer (neuropati

diabetika) (Marewa, 2015). Salah satu penyebab neuropati adalah

defisiensi mioinositol. Mioinositol adalah suatu alkohol polisiklik

yang merupakan komponen vitamin B, dan merupakan bahan baku

(precursor) polifosfoinositida. Pada sel saraf diabetic, kadar

mioinositol ini didapat rendah konsentrasinya karena

transportasinya terganggu oleh adanya hiperglikemia (Simmons et

al., 1983).
8

c. Gejala penyakit diabetes mellitus

Gejala penyakit diabetes mellitus akut yang sering ditemui

adalah poliuri, polidipsi/polifagi, mudah lelah dan mengantuk,

berat badan menurun (meskipun nafsu makan bertambah), mudah

timbul bisul atau abses dengan kesembuhan yang lama, mual

sampai koma karena kadar gula terlalu tinggi. Poliuri adalah

meningkatnya frekuensi buang air kecil terutama pada malam hari.

Sedangkan polidipsi/polifagi adalah meningkatnya rasa lapar dan

haus (Marewa, 2015).

Setelah melalui tahapan gejala akut selanjutnya gejala kronis,

walaupun tidak semua penderita merasakannya. Gejala kronis pada

penderita diabetes mellitus diantaranya adalah sering kesemutan,

kulit terasa panas seperti tertusuk-tusuk jarum terutama pada

telapak kaki, kulit terasa tebal sehingga merasa ada bantalan di

telapak kaki bila berjalan, sering mengalami kram, penglihatan

kabur dan renopati diabetic, gatal-gatal, gigi mudah goyah dan

mudah tercabut, gairah seks menurun, ibu yang melahirkan bayi

lebih dari 4 kg atau mengalami keguguran dan kematian janin di

dalam kandungan. Gatal-gatal pada gejala kronis ini terutama pada

alat kelamin bagian luar, dan paling banyak ditemukan pada

penderita diabetes mellitus berjenis kelamin wanita (Marewa,

2015).
9

d. Penegakan diagnosis Diabetes mellitus

Diabetes mellitus dapat didiagnosis dengan tes darah dan urine.

Jika pada pemeriksaan urine rutin tidak menunjukkan gejala maka

dilakukan uji gula darah acak (bisa diuji kapan pun sepanjang hari).

Jika dicurigai diabetes maka diuji gula darah puasa (setelah

berpuasa 12 jam) dan gula darah pascaprandial (dua jam setelah

makan). Didiagnosis diabetes mellitus jika kadar gula darah secara

acak hasilnya lebih dari 200 mg/100 ml darah dan gula darah puasa

lebih dari 140 mg/100 ml (Ramaiah, 2008).

e. Terapi Diabetes mellitus dan komplikasinya

Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat

dikendalikan dengan insulin, obat-obatan, kontrol makanan dan

olahraga. Pengendalian diabetes mellitus tergantung pada jenis dan

tingkat keparahannya. Tujuan utama pengobatan terhadap diabetes

mellitus adalah mencapai kadar gula terbaik yang tepat bagi

penderita, meringankan gejala-gejala diabetes, menyeimbangkan

antara makan, olahraga, dan obat-obatan atau insulin. Selain itu

juga untuk mengurangi faktor resiko yang terkait dengan

komplikasi seperti obesitas, merokok, kolesterol tinggi, dan

tekanan darah tinggi. Pengobatan diabetes mellitus dapat

digunakan untuk memastikan pertumbuhan yang normal pada

anak-anak dan orang dewasa muda yang mengidap diabetes,


10

mempertahankan berat badan yang normal, mencegah komplikasi

akut seperti ketoasidosis dan infeksi, mencegah atau mendeteksi

sedini mungkin dan menangani komplikasi kronis (Ramaiah,

2008).

2. Neuropati Perifer

a. Definisi

Neuropati Perifer adalah suatu gangguan saraf perifer, sensoris,

motorik, atau campuran yang biasanya simetris dan lebih banyak

mengenai bagian distal daripada proksimal ekstremitas. Neuropati

diabetes merupakan salah satu jenis neuropati perifer. Bentuk

neuropati diabetes yaitu mononeuropati, polineuropati perifer

simetris dan neuropati otonom (Rubenstein et al, 2007).

Neuropati diabetes merupakan suatu kelainan nyata secara

klinis atau subklinis, terjadi akibat penyakit diabetes mellitus

tanpa ada penyebab lainnya. Kelainan neuropatik tersebut

termasuk manifestasi bagian somatic dan/atau otonomik sistem

saraf tepi (Wibowo & Gofir, 2007).

b. Manifestasi klinis Neuropati diabetes

Manifestasi klinis Neuropati diabetes diantaranya

polineuropati simetris sensitive motorik, neuropati dengan nyeri

akut, neuropati motorik proksimal, mononeuropati dan neuropati

multiple, mononeuropati saraf kranial, mononeuropati anggota


11

tubuh, terjadinya neuropati jebakan, neuritis insulin, dan

neuropati otonomik (Wibowo & Gofir, 2007).

Polineuropati simetris sensitive motorik merupakan

manifestasi yang sering muncul. Sensivitas berlebihan

mendahului gejala motoriknya. Penderita mengalami parestesi,

disestesi (kesemutan), rasa baal (numbness) dan nyeri.

Sembuhnya symptom nyeri neuropati umumnya tercapai setelah

beberapa minggu pengendalian metabolisme yang stabil dan baik.

Kadar glukosa diusahakan mendekati normal, ini merupakan

langkah pertama dan penting dalam pengendalian diabetes

mellitus disertai nyeri neuropati (Crepaldi & Fedele, 1987).

c. Patofisiologi Neuropati diabetes

Hasil akhir rangkaian teoritik akibat kondisi hiperglikemia

ialah terjadinya kerusakan struktur saraf dan gangguan fungsi

saraf akibat penurunan aktivitas Na+-K+-ATP ase (Ward, 1997).

d. Penegakan diagnosis Neuropati diabetes

Komplikasi diabetes mellitus pada serabut saraf sensoris dan

motoris dapat diperiksa secara klinis dan laboratoris.

Pemeriksaaan elektrodiagnostik dengan elektroneuromiografi

(ENMG) dapat mendiagnosis lebih awal sebelum nampak

keluhan klinis (Wibowo & Gofir, 2007)


12

e. Terapi Neuropati diabetes

Menurut Perdossi penurunan gejala neuropati dengan

farmakoterapi dapat digunakan antikonvulsan, antidepresan dan

neurotropik yang termasuk didalamnya adalah vitamin B1, B6,

dan B12. Vitamin neurotropik berfungsi menormalkan fungsi saraf

dengan memperbaiki gangguaan metabolisme saraf melalui

pemberian asupan yang dibutuhkan. Untuk pemberian vitamin B1

(100mg), B6 (100mg), dan B12 (200mcg) menurut Rizvi terbukti

efisien dalam penurunan gejala neuropati pada sekitar 87,4%

pasien dari 310 pasien neuropati perifer diabetic (Dewi et al,

2016)

Selain itu nyeri neuropatik biasanya ditangani dengan

antidepresan trisiklik dan antiepileptik tertentu. Nyeri neuropatik

hanya dapat memberi respon sebagian terhadap analgesik opioid.

Dari golongan metadon, tramadol, dan oksikodon mungkin paling

efektif untuk nyeri neuropatik dan obat-obat ini dapat

dipertimbangkan untuk diberikan jika obat lain gagal. Blok saraf,

transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), dan pada

kasus tertentu stimulasi elektrik sentral dapat membantu. Banyak

pasien dengan nyeri neuropatik kronik memerlukan penanganan

multidisiplin, termasuk fisioterapi dan dukungan fisiologis

(pionas.pom.go.id).
13

Gabapentin dan pregabalin digunakan untuk pengobatan nyeri

neuropatik. Obat-obatan yang saat ini dicadangkan digunakan

untuk nyeri neuropatik dengan pengawasan dokter termasuk

natrium valproat, dan kadang fenitoin. Kortikosteroid dapat

membantu melepaskan penekanan pada neuropatik dan akhirnya

mengurangi nyeri (pionas.pom.go.id).

3. Vitamin Neurotropik

Vitamin Neurotropik yang termasuk didalamnya vitamin B1, B6,

dan B12. Vitamin B1 dalam tubuh bekerja sebagai zat aktifnya yaitu

tiaminpirofosfat (ko-karboksilase) yang berfungsi sebagai ko-enzim

dari karboksilase yakni suatu enzim esensial pada metabolisme

karbohidrat (proses dekarboksilasi) dan pembentukan bio-energi dan

insulin, menstimulir pembentukan eritrosit dan berperan penting pada

regulasi ritme jantung serta berfungsinya susunan saraf dengan baik

(Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007).

Vitamin B6 berperan penting sebagai ko-enzim pada metabolisme

protein dan asam-asam amino, antara lain pada pengubahan triptofan

melalui okstriptan menjadi serotonin, serta pada sintesa GABA. Selain

itu juga mempunyai peranan kecil pada metabolisme karbohidrat dan

lemak. Vitamin B12 digunakan pada defisiensi dan untuk mencegah

anemia megaloblaster pada keadaan malabsorpsi (Tan Hoan Tjay dan

Kirana Rahardja, 2007). Selain itu vitamin B12 juga dapat

meningkatkan regenerasi saraf, mengembalikan fungsi saraf,


14

menurunkan sitokin neurotoksik dan memperbaiki struktur myelin

(Hakim et al, 2018)

Menurut Pazirandeh fungsi vitamin B12 berperan dalam

metabolisme asam lemak yang berguna dalam memperbaiki serabut

myelin saraf. Peran vitamin B1 adalah menginisiasi impuls saraf dari

koenzim dan B6 terlibat dalam sintesis neurotransmitter sehingga

membuat keduanya berfungsi dalam memperbaiki neuropati (Dewi et

al, 2016).

4. Rekam medis

Menurut Permenkes Nomor 269/MENKES/III/2008 yang

dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan pasien; alat bukti dalam proses penegakkan

hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika

kedokteran dan etika kedokteran gigi; keperluan pendidikan dan

penelitian; dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan data

statistik kesehatan.
15

B. Kerangka Teori

Pasien Diabetes Mellitus

Komplikasi kaitannya dengan pembuluh Komplikasi kaitannya dengan pembuluh


darah kecil (mikrovaskuler), berupa : darah besar (makrovaskuler)

- retinopati diabetika
- nefropati diabetika
- neuropati diabetika

Terapi Diabetes mellitus Pemberian komponen vitamin


neurotropik

Gambaran pemberian komponen vitamin neurotropik pada


terapi diabetes mellitus meliputi :

- Umur dan jenis kelamin pasien


- Diagnosis
- Frekuensi pemberian obat
- Pemberian pertama komponen vitamin neurotropik
- Jenis obat komponen vitamin neurotropik yang
diberikan

Gambar 1. Kerangka Teori (Marewa, 2015 ; Rizvi, 2013 ; Mahendra, 2008)


16

C. Kerangka Konsep

Pasien

Diagnosis

Diabetes mellitus

Vitamin Komplikasi kaitannya dengan Komplikasi kaitannya


Neurotropik pembuluh darah kecil dengan pembuluh darah
(mikrovaskuler), berupa : besar (makrovaskuler)

- retinopati diabetika
- nefropati diabetika
- neuropati diabetika

Gambaran pemberian komponen vitamin neurotropik pada


terapi diabetes mellitus meliputi :

- Umur dan jenis kelamin pasien


- Diagnosis
- Frekuensi pemberian obat
- Pemberian pertama komponen vitamin neurotropik
- Jenis obat komponen vitamin neurotropik yang
diberikan

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Keterangan Empiris

Pasien diabetes mellitus yang mengalami komplikasi mikrovaskuler

berupa retinopati diabetika, nefropati diabetika dan kerusakan saraf

perifer (neuropati diabetika) diberi terapi komponen vitamin neurotropik.


17

Vitamin neurotropik terdiri atas vitamin B1, vitamin B6 dan vitamin

B12. Menurut Pazirandeh fungsi vitamin B12 berperan dalam

metabolisme asam lemak yang berguna dalam memperbaiki serabut

myelin saraf. Peran vitamin B1 adalah menginisiasi impuls saraf dari

koenzim dan B6 terlibat dalam sintesis neurotransmitter sehingga

membuat keduanya berfungsi dalam memperbaiki neuropati (Dewi et

al, 2016).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pemberian

komponen vitamin neurotropik pada terapi diabetes mellitus di UPTD

Puskesmas Lendah I tahun 2017 meliputi umur dan jenis kelamin pasien,

diagnosis, frekuensi pemberian obat, pemberian pertama komponen

vitamin neurotropik, dan jenis obat komponen vitamin neurotropik yang

diberikan.

Anda mungkin juga menyukai