dan gejala asidosis dan plasma keton(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat
(300-320 mOs/mL).
b. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200
mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat
(330-380 mOs/mL), plasma keton (+/).
c. Hipoglikemia
2. Komplikasi Menahun
1. Makroangiopati
a. Pembuluh darah jantung
b. Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer sering terjadi pada
penyandang diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal claudicatio
intermittent, meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki
merupakan kelainan yang pertama muncul.
c. Pembuluh darah otak.
2. Mikroangiopati
a. Retinopati diabetik : Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan
mengurangi risiko dan memberatnya retinopati.
b. Nefropati diabetik : Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan
mengurangi risiko nefropati. Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8
g/kgBB) juga akan mengurangi risiko terjadinya nefropati.
3. Neuropati
Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer,
berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki
dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
Mengatur pola makan yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan pasien
(sebaiknya konsultasi terlebih dahulu kepada ahli nutrisi)
Diet rendah garam (DRG) kurang dari 5 gram per hari penting untuk
mencegah retensi Na+
3. Olahraga ringan.
4. Pemberian pengetahuan mengenai DM kepada keluarga, meliputi :
-
Dipiro, Joseph T., Robert .L., Talbert, Gary C., Yee, Gary. R., Matzke, B.G.,
Wells, Posey, L.M. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.
7th Ed., New York: McGraw-Hill.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2006. Konsensus pengelolaan
dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di indonesia. Jakarta: Divisi
Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit dalam Kedokteran
Universitas Indonesia.