FARMASI PERAPOTEKAN
BU LATIFAH
Apoteker Pengelola Apotek (APA) : Apoteker yang telah diberi Surat Ijin
Apoteker (SIA)
Asisten Apoteker (AA) : mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
Asisten Apoteker
Obat : bahan atau paduan bahan yang berasal dari alam, sintesis, mineral,
yang digunakan untuk diagnosis, memperbaiki, menyembuhkan penyakit
atau kelainantubuh atau bagian tubuh manusia atau hewan
Obat jadi : sediaan atau padua bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka menegakkan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
Obat generik : obat yang penamaannnya sesuai dengan nama resmi untuk
bahan aktif yang tercantum dalam FI atau INN
Obat paten : obat dengan nama dagang (trade names) yang penamaannya
sesuai dengan pabrikan
Obat palsu :
222222222222222222222
perubahan
bentuk,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Kepada
bahaya,
efek
11. Jika apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan
kepada dokter penulis resep
333333333333333333333
14. Saya
15. Sekalipun
16. Sebagai
17. Sebagai
19. APENG
1.
2.
3.
Apa yang harus diputuskan oleh apoteker bila dokter menulis dalam
resep yang tidak sesuai dengan usia pasien ?
4.
1.
2.
3.
444444444444444444444
Berdasarkan
laporan
(de
facta)
dari
gudang,
bagian
pemesanan/pembelian memesan barang/obat ke PBF dengan Surat
Pemesanan (SP) yang ditandatangani oleh apoteker (2-3 rangkap untuk
PBF dan arsip)
4.
Cara pemesanan : PBF dapat melayani permintaan atau pesanan obat dari
Apotek, RS, toko obat, sarana pelayanan kesehatan lainnya
5.
Penyaluran obat keras oleh PBF hanya boleh dilakukan oleh PBF (apoteker
penanggung jawab), Apotek (APA), RS (Apoteker penanggung jawab instalasi
farmasi), institusi yang diijinkan (apoteker penanggung jawab)
6.
7.
a)
b)
c)
1 kaleng
1 kaleng
1 kaleng
Setiap pengeluaran harus segera dicatat pada kartu stok untuk narkotika
1 SP hanya untuk 1 jenis narkotika. Pemesanan langsung ke Kimia Farma
dan cash
PBF/Distributor
Apotek
Toko Obat
Sarana kesehatan
555555555555555555555
Obat bebas/
terbatas
Obat keras/
Narkotika
Dokter
Konsumen
PBF/Distributor
Apotek
Rumah sakit
1.
Obat Bebas
2.
3.
Obat Keras
4.
Narkotik
5.
Fitoterapi
6.
Obat merupakan racun, bahan kimia, bahan penyembuh atau bahan toksik
Penyimpanan obat :
Obat sebaiknya disimpan menurut :
Tempat : aman, bersih, tdk kena sinar matahari lgsg, sirkulasi udara
lancar
666666666666666666666
Penyimpanan obat atau sediaan farmasi di apotek umumnya berdasarkan :
Bentuk sediaan
9.
1.
a.
777777777777777777777
b.
2.
3.
Epimerisasi
Misal : tetrasiklin epi- anhidrotetrasiklin (toksik)
4.
Perubahan struktur
Misal : penisilin asam penisilinat (penyebab alergi)
888888888888888888888
1.
2.
Tablet biasa : perubahan warna, bau dan rasa; retak, pecah atau rapuh
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
Tablet salut : perubahan warna penyalut; salut pecah, ada perembesan bhn
aktif
larutan : terjadi perubahan warna, bau & rasa; tjd kekeruhan, endapan,
kristal
Suspensi : Tjd perubahan warna, bau dan rasa; endapan mengeras, sulit
dikocok
999999999999999999999
Obat keras yang diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter
1.
2.
3.
4.
5.
OWA :
1.
WHO menetapkan INN setiap bahan obat untuk pengenalan suatu obat tanpa
nama produsen
2.
Obat yang sesuai dengan penamaan INN disebut obat generik sedangkan
obat yang menggunakan nama dagang disebut obat paten atau obat
dengan nama dagang
3.
101010101010101010101010101010101010101010
1.
2.
Pemilihan bahan baku dan formulasi obat jadi yang memenuhi syarat
kestabilan dan bioavailabilitas
Persyaratan produksi yang harus memenuhi CPOB, pengendalian
mutunya melalui sistem QC dari PPOM (Pusat Pemeriksaan Obat dan
Makanan)
Berdasarkan sifat obat yang didasarkan atas bioavailabilitas, maka OGB dibagi
atas :
Dalam hal uji klinis yang tidak dapat dilakukan karena pertimbangan etis
maka dilakukan pada hewan uji yang sesuai untuk menunjukkan sifatsifat bioavailabilitas obat yang bersangkutan sesuai dengan Dirjen POM
Yang hanya memerlukan uji desintegrasi untuk setiap bets (untuk tablet)
Syarat tambahan :
Obat esensial
111111111111111111111111111111111111111111
Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat terbanyak mencakup diagnosa, propilaksi, preventif, dan
rehabilitasi yang harus diusahakan selalu tersedia pada unit pelayanan sesuai
dengan fungsi pelayanan.
Gagasan DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
Untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan obat yang
sekaligus meningkatkan daya dan hasil guna, biaya yang tersedia sebagai salah
satu langkah untuk memperluas, menyamaratakan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Kriteria pemilihan obat esensial
Bila terdapat lebih dari 1 pilihan untuk dipilih, obat yang sifatnya paling
banyak data ilmiahnya secara farmakokinetik paling menguntungkan,
stabilitas yang lebih baik, mudah diperoleh
DRUGS INCOMPATIBILITY
Obat adalah zat kimia yang mempengaruhi proses hidup termasuk bahan kimia
yang digunakan untuk pencegahan, diagnostik, pengobatan (manusia, hewan dan
tanaman) atau untuk keperluan lab, pupuk, insektisida, dll. Pengobatan dapat
menimbulkan masalah
Interaksi obat suatu peristiwa dimana efek suatu obat/bahan kimia dipengaruhi
oleh obat atau bahan kimia lain.
121212121212121212121212121212121212121212
Obat obat
Obat makanan
Obat bahan fisiologik tubuh/hormon
Terjadinya kasus interaksi obat :
I.
Drug Potency (potensi obat)
Contoh :
II.
V.
IV.
e fek sekunder
III.
akan
Ketidakpatuhan pasien
131313131313131313131313131313131313131313
I.
II.
Asam + karbonat/bikarbonat
H+ + CO3
CO 2
effervescent
(dalam larutan)
alkaloid
alkaloid
alkaloid
alkaloid
sukar larut
+
+
+
+
Farmakologik
1.
Interaksi farmakokinetik
A. Perubahan absorbsi saluran pencernaan
Perubahan pH
antasida + aspirin
antasida + pentobarbital
141414141414141414141414141414141414141414
B.
C.
D.
E.
2.
serum
dan
menghambat
Interaksi farmakodinamik
A. Efek antagonisme
depresan (amfetamin) + stimulan (furosemid)
B. Efek sinergisme
sedatif (luminal) + alkohol
C. Perubahan kadar elektrolit
penggunaan diuretika (derivat thiazid, furosemid) akan terjadi
pengurangan kadar K dengan nyata (hypokalemia)
D. Perubahan letak reseptor
penggunaan warfarin dengan dextrotiroksin akan terjadi interaksi
perubahan reseptor sehinggaaktivitas warfarin meningkat (terjadi
pendarahan)
E. Perubahan flora usus
kombinasi antikoagulan dengan AB dimana AB akan meningkatkan
efek antikoagulan dan mempengaruhi produksi Vit. K oleh
mikroorganisme dalam saluran cerna
F.
Kombinasi AB
meningkatkan efek AB
mengobati infeksi campuran
mengobati infeksi yang belum jelas penyebabnya
mencegah timbulnya resistensi mikroorganisme
Efek kombinasi AB
1.
Efek antagonis
AB bakteriostatik + bakterisid
- Kloramfenikol/tetrasiklin + penisilin
2.
Efek sinergisme
- Streptomisin + penisilin
151515151515151515151515151515151515151515
3.
Efek aditif
- kloramfenikol + tetrasiklin (jika digunakan berkali-kali)
PELAYANAN OBAT
Jenis pelayanan di apotek
1.
2.
3.
4.
5.
Pelayanan resep
1.
2.
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan
a.
b.
c.
1.
2.
1.
2.
Namun tidak jarang KIE harus diberikan oleh AA pada saat melayani
konsumen atau masyarakat yang membeli obat tanpa resep dokter
3.
Penggunaan obat dengan tepat, aman dan benar karena harus diajarkan
kepada masyarakat secara populer
161616161616161616161616161616161616161616
KIE Tentang KB
KEP MEN No. 347/MENKES/VII/1990
1.
KIE hanya dapat diberikan oleh personil yang sudah mengikuti pelatihanpelatihan apoteker, AA
2.
Pelayanan obat/alat KB
Cara mengatasi :
Mual dapat diberi vitamin B6 atau ganti dengan pil KB estrogen lebih
rendah atau dengan cara lain
1.
Mengencerkan racun dengan minum susu atau putih telur atau suspensi
pati ubi kayu (2-3 sendok teh susu bubuk atau pati ditambah 1 gelas air
dingin masak)
171717171717171717171717171717171717171717
2.
3.
Menjerap atau menyerap racun sisa dari lambung atau sistem sistemik
dengan suspensi karbon aktif (Norit) 2-3 sendok dalam air masak - 1
gelas. Dimuntahkan !
4.
5.
Obat transquilizer, sedatif (obat tidur) aturan pakai s.u.c (tahu aturan
pakai), kalau perlu 1 biji
Brosur obat jarang memuat efek samping yang berat seperti :
Efek toksik pada orang dewasa menyebabkan spsmus pada otot yang
mengarah ketetanus (kejang) diikuti lidah kelu & rahang kejang (over
dosis)
181818181818181818181818181818181818181818
191919191919191919191919191919191919191919
202020202020202020202020202020202020202020
FARMASI PERAPOTEKAN
1.
2.
3.
BU aliyah
RESEP
Definisi
Resep permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien
yang biasanya dilengkapi dengan aturan pemakaian
Resep yang baik
Memenuhi PP Menkes No. 26/Menkes/Per/1981 pasal 10 :
Nama pasien
Inscriptio
212121212121212121212121212121212121212121
Resep :
- Isinya rahasia
- Warna putih, ukuran 11 x 17 cm
Tiap komponen aktif terdapat dosis yang efektif dan aman serta
mempunyai efek terapeutik dalam mengobati penyakit
4.
6.
5.
222222222222222222222222222222222222222222
7.
Penyerahan obat
Penyerahan obat berdasarkan resep dokter dilengkapi etiket
Untuk obat dalam (p.o) etiket berwarna putih
Untuk obat luar (selain oral) etiket berwarna biru
8.
Pasien memintanya/menginginkannya
9.
4/5
150
Signa yang tidak tepat S 2 dd cth 3/5, S 3 dd gtt 0,7 ml (pipet 0,8
ml)
Signa yang kurang lengkap
Obat simptomatis perlu p.r.n antipiretik, anti muntah
Sifat absorbsi yang kurang diperhatikan signa perlu a.c, d.c dan
p.c
232323232323232323232323232323232323232323
DOSIS OBAT
1. Definisi
Dosis obat takaran/ukuran yang diberikan dengan jumlah tertentu untuk
tujuan tertentu pula pengobatan awal, terus menerus, diagnosis, dsb
2.
Macam-macam dosis
Dosis toksik : dosis yang sedemikian besarnya dapat menunjukkan efek
toksik
Dosis minimal : dosis terkecil yang mamsih dapat memberikan efek
terapi
Dosis maksimal (DM) : dosis terbesar untuk sekali pemakaian atau untuk
24 jam tanpa memperlihatkan efek toksik
Dosis terapi (DL) : dosis yang cukup memberikan daya penyembuhan
yang optimal
Dosis letal : dosis yang sedemikian besarnya dapat menyebabkan
kematian pada hewan percobaan
Yang mempengaruhi dosis :
Umur
- Waktu pemberian
Bobot badan
- Rute dan jumlah pemberian
Jenis kelamin
- Kecepatan ekskresi
Keadaan penderita
- Kombinasi obat
@
@
n
Rumus Young = ------- x DM dewasa (n = umur (tahun))
n + 12
n
Rumus Dilling = --- x DM dewasa
(n = 8-9 tahun)
20
n+1
Rumus Cowling = ------ x DM dewasa
24
b
Rumus Fried = ------ x DM dewasa
(b = umur (bulan))
150
w
Rumus Clark = ---- x DM dewasa
(w = bobot (Kg))
68
Untuk obat-obat yang dapat menimbulkan resistensi (AB, sulfa) 1 hari
dihitung 24 jam
Untuk obat-obat lain 1 hari dihitung 16 jam (waktu tidur 8 jam tidak
dihitung) aturan pakai = (16/a) + 1
a = waktu paruh
Contoh :
R/ Paracetamol
100 mg
Amoxycillin 150 mg
242424242424242424242424242424242424242424
Luminal
10 mg
DM = 300 mg/600 mg
m.f. pulv dtd No XV
S 3 dd pulv I
Pro : Yanti (3 tahun) BB = 10 kg
DM luminal = 300 mg/600 mg
DM untuk 10 kg = (10 kg/68 kg) x (300 mg/600 mg)
= 44,12 mg/88,24 mg
1 x p = 10 mg luminal
1 x pakai = 10 mg (10 mg/44,12 mg) x 100% = 22,665%
1 hari
= 30 mg (30 mg/88,24 mg) x 100% = 33,998%
R/ OBH 200
Potio nigra contratussive (OBH) : 300 ml
S 3 dd C I
Succus Liquiritae 10
Pro : Rudi (25 tahun)
Ammonium chlorida
SASA
Air
6
6
278
4. Dosis kombinasi
Obat yang mempunyai >1 zat yang mempunyai DM dapat terjadi 2 hal :
1.
2.
1.
2.
3.
Contoh :
R/ Atropin sulfat 3 mg
Extrak belladon
DM = 1 mg/3 mg
120 mg DM = 20 mg/80 mg
252525252525252525252525252525252525252525
Papaverin HCl0,6
m.f cap No. XV
S t 3 dd cap I
Pro : Siska (20 tahun)
Atropin sulfat DM = 1 mg/3 mg
1 kapsul = 3 mg/15 = 0,2 mg
1 x pakai = 0,2 mg (0,2 mg/1 mg) x 100% = 20%
1 hari
= 0,6 mg (0,6 mg/3 mg) x 100% = 20%
Extrak belladon DM = 20 mg/80 mg
1 kapsul = 120 mg/15 = 8 mg
1 x pakai = 8 mg (8 mg/20 mg) x 100% = 40%
1 hari
= 24 mg (24 mg/80 mg) x 100% = 30%
Dosis kombinasi = 20% + 40% = 60%
Jika 80% maka harus ditimbang satu per satu
SERBUK (PULVERES)
1. Definisi
2.
3.
Serbuk campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar
Penggolongan serbuk
1. Serbuk terbagi (pulveres)
dengan atau tanpa dtd dan ada No.
(nomero/jumlah) untuk oral
2. Serbuk tidak terbagi (pulvis) bisa untuk oral maupun untuk pemakaian
luar
Serbuk terbagi (pulveres)
Adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok, untuk sekali minum
Aturan pembuatan serbuk :
1.
Jangan mencampur
diencerkan
2.
3.
4.
5.
obat
berkhasiat
keras
dalam
keadaan
tidak
jangan
262626262626262626262626262626262626262626
1.
2.
3.
4.
Tingtur-tingtur
Atropin
0,5 mg 12 x 0,5 mg = 100 mg
Papaverin 40 mg 12 x 40 mg = 480 mg
m.f.pulv dtd No XII
Atropin sulfat = 50 mg x 20 = 100 mg
SL + pewarna (untuk zat yang tidak berwarna) = 950 mg
Jadi 1000 mg = 50 mg zat aktif + 950 mg SL + pewarna
Jadi SL yang ditimbang = 6/50 x 1000 mg = 120 mg ( 6 mg zat aktif)
R/ TOB 25 TOB (tingtura Opii Benzoicum) = 200
m.f. pulvis Minyak anisi
Kamfer
Asam benzoat
Tingtura opii
Alkohol 70%
-
1
2
4
10
183
272727272727272727272727272727272727272727
@
@
Magnesium sulfat
Aluminii et kalii sulfat
67%
67%
5.
6.
Serbuk tabur atau pulvis adspersorius serbuk ringan yang bebas dari
butiran kasar dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
Aturan pembuatan serbuk tabur :
1.
2.
Serbuk tabur yang tdk mengandung lemak diayak dgn ayakan no.
100
3.
1.
2.
3.
Ichtiol
encerkan dengan eter cum spiritus atau etanol 96%
kemudian keringkan dengan talk
4.
5.
282828282828282828282828282828282828282828
6.
PIL
1. Definisi
Pil sediaan yang berbentuk bulat atau bulat telur mengandung 1 atau lebih
bahan obat dibuat dengan menggunakan massa pil
2.
Komponen/komposisi pil
1. Zat berkhasiat/zat aktif zat yang akan bekerja secara farmakologis
2. Zat non aktif/zat tambahan/eksipien zat yang ditambahkan ke dalam
massa pil dengan tujuan tertentu yang didasarkan pada teknik
pembuatan dan biofarmasi
a. Zat pengisi e.g Liquiritae radix (radix/akar manis), SL, pulvis pro
pilulae (radix : succus = 1:1), bolus alba (untuk bahan oksidator)
b. Zat pengikat e.g succus liquiritae, PGS, PGA, tragacan, oleum
cacao, adeps lanae, vaselin
Penggunaan succus 2 g untuk 60 pil.
Perbandingan radix : succus = 2 : 1
Penggunaan PGS 300 mg untuk 30 pil
Campuran succus dan saccharum sama banyak 75 g untuk
1000 pil
c. Zat pembasah e.g air, gliserin, sirop, madu, campuran bahan-bahan
tersebut
d. Zat penabur e.g lycopodium, talk
e. Zat penyalut ditambahkan jika perlu untuk :
Melindungi zat aktif dari pengaruh luar
Menutupi rasa dan bau yang tidak enak
Mencegah pil pecah di dalam lambung zat aktif rusak oleh
asam lambung atau zat aktif mengiritasi lambung atau zat aktif
diinginkan bekerja di usus.
e.g balsam tolu, perak, serlak, kolodium, gelatin, gula dan
bahan lain yang cocok
3.
KAPSUL
1. Definisi
Kapsul sediaan padat yang terdiri dari obat di dalam cangkang kapsul yang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya dibuat dari
gelatin atau pati
292929292929292929292929292929292929292929
2.
3.
Macam-macam kapsul
A. Kapsul keras/hard capsule (capsulae gelatinosae operculatae)
Kapsul yang paling sering digunakan di apotek
Terdiri atas wadah (induk) dan tutup
Tersedia dalam berbagai macam warna
Tersedia dalam berbagai ukuran
B. Kapsul lunak/soft capsule
Merupakan kapsul tertutup, biasanya sedikit lebih
dibandingkan kapsul keras
Pembuatan dan pengisian obat dilakukan dengan alat khusus
Digunakan untuk mewadahi obat cair/minyak
Dapat diberi bermacam-macam warna
tebal
LAR UTAN
1. Definisi
Larutan sediaan cair yang mengandung 1 atau lebih zat kimia yang larut
untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau dimasukkan ke dalam
rongga tubuh (suntikan, enema) kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut
digunakan air suling
2.
303030303030303030303030303030303030303030
-
3.
Pembuatan larutan
a. Untuk membuat suatu larutan diperlukan :
Zat yang akan dilarutkan (solvendum) padat, cair, gas
Pelarut (solven) air, gliserin, minyak tumbuhan, minyak mineral
b. Larutan dapat dibuat dengan cara :
Melarutkan zat padat dilarutkan dalam suatu pelarut
Mencampur zat cair dalam zat cair lainnya
c. Kecepatan melarut suatu zat tergantung pada :
Bentuk dan sifat zat padat yang akan dilarutkan
Sifat bahan pelarut
Suhu/temperatur
Junlah zat yang akan dilarutkan
Terdapatnya bahan lain yang sudah terlarut
4.
5.
313131313131313131313131313131313131313131
*
6.
7.
SUSPENSI
323232323232323232323232323232323232323232
1.
Definisi
Suspensi adalah sediaan obat yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
Atau sediaan heterogen yang terdiri dari 2 fase yaitu fase pendispersi atau
fase kontinu atau fase luar yang umumnya cairan/setengah padat dan fase
terdispersi atau fase dalam yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak larut
2.
3.
Pembuatan suspensi
Menggunakan pensuspensi PGS (Pulvis gummosus)
Banyaknya PGS tidak tergantung pada banyaknya serbuk
pada besarnya volume cairan
R/
5.
tergantung
Tripiron
2
2/100 x 100 = 2 g
Codein
0,1
dilarutkan dalam air
Syr. Simpleks q.s
m.f.pot 100
Caranya :
Trypiron digerus dengan PGS (terbentuk corpus) tambahkan
dengan air 7x PGS lalu tambahkan air. Kodein ditambahkan
dalam air lalu dicampurkan ke dalamnya sedikit demi
sedikit
333333333333333333333333333333333333333333
EMULSI
1.
Definisi
Emulsi adalah :
Sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain dalam bentuk tetesan kecil
Mengandung sedikitnya 2 jenis cairan yang tidak bercampur 1 dengan
yang lainnya cairan yang satu terdispersi menjadi butiran halus (tetesan
kecil) dalam cairan lainnya
@ Dispersi ini tidak stabil
tetesan-tetesan kecil akan bergabung
kembali (koalesen) membentuk 2 lapisan terpisah
@ Untuk mendapatkan campuran yang homogen dan kestabilan
digunakan zat pengemulasi/emulgator/emulsifying agent /surfaktan
2.
Komposisi emulsi
a. Fase dalam/fase internal, fase terdispersi, fase diskontinu atau
emulgendum
b. Fase luar/fase eksternal, medium dispersi, fase diskontinu atau
menstrum
c. Emulgator/zat pgemulsi,emulsifying agent,surfaktan (surface active
agent)
emulgator
Campuran heterogen
campuran homogen
3.
Tipe emulsi
343434343434343434343434343434343434343434
a.
b.
Tipe m/a atau o/w minyak sebagai fase dalam dan air sebagai fase luar,
biasanya untuk pemakaian dalam
Tipe a/m atau w/o emulsi dimana air sebagai fase dalam terdispersi di
dalam minyak sebagai fase luar, biasanya tuk pemakaian luar (lotio,
krim)
4. Pembagian emulsi
a.
b.
Emulsi alam/vesa/naturalia
biasanya dari biji-bijian, ditumbuk dan
diambil minyaknya
Emulsi buatan/spuria/artificialia
emulsi dari minyak lemak, dibuat
dengan menggunakan emulgator Gom Arab atau PGA dengan
perbandingannya :
Minyak lemak
Gom Arab
: x jumlah minyak
: 1 x gom arab
Buat dahulu corpus emulsi campur homogen minyak dan gom dalam
lumpang yang kasar dan kering
Bahan-bahan kental
seperti sirup, gliserin/zat yang bersifat lendir
ditambahkan ke dalam corpus emulsi
Untuk zat yang tidak larut geus dahulu dengan air kemudian tambahkan
dengan emulsi yang sudah jadi
5. Contoh emulsi dengan jumlah gom dan air yang berbeda dari
ketentuan
a. Emulsi dengan oleum ricini/minyak jarak konsistensi kental
b.
c.
d.
Gom arab yang digunakan 1/3 x jumlah minyak, tapi jumlah minyak
2 x gom tetap sama dengan ketentuan
Cara buat :
@ Buat corpus dengan jumlah gom 2x minyak
@ Setelah jadi, tambahkan sisa minyak sedikit demi sedikit
kedalam mediumnya sambil diaduk
@ Jika sudah tidak terbentuk tetes minyak, encerkan dengan air
sedikit demi sedikit
Emulsi olei lecoris aselli (emulsi minyak ikan)
Gom
Gom
Air
: 2 x jumlah gom
Emulsi olei lecoris aselli compositum (emulsi minyak ikan campuran)
: 3/8 x jumlah minyak
Air
: 2 x jumlah gom
Emulsi dengan parafin cair
353535353535353535353535353535353535353535
e.
f.
R/ Oleum Rhicini
Maka :
15
PGA : 1/3 x 15 = 5 g
Minyak : 2 x PGA = 10 g
R/ Oleum olivarum
10
Extrak Belladone
1
PGA untuk ekstrak sama banyak = 1
=6g
PGA untuk olivarum = x bobot minyak = 5
g.
Total PGA
Merah/kuning telur
Tragacant
363636363636363636363636363636363636363636
PGS
7.
1.
Dapat mengurangi rasa dan bau yang tidak enak dengan penambahan
bahan pengaroma yang larut air/minyak
2.
3.
Ekstrak kering gerus dengan air sama banyak, encerkan sedikit demi sedikit
dengan air hangat, keringkan
373737373737373737373737373737373737373737
Rivanol (obat kompres) & mereurokrom (obat merah) dilarutx dgn air hangat
Ekstrak kering digerus ditimbang, masukkan dalam mortir dilarutkan dalam
air sama banyak setelah larut diencerkan
SALEP
Definisi
Menurut FI III Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok
Menurut FI IV Salep adalah sediaan setengah padat, ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir
Menurut Formularium Nasional (1978) Salep adalah sediaan berupa
massa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak dan mengandung
obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit
2.
Fungsi salep
3.
Dasar salep
Dasar salep adalah zat atau bagian dari salep yang bertindak/digunakan
sebagai pembawa untuk obat. Sebenarnya dasar salep dapat dikatakan
sebagai salep yang tidak mengandung obat di dalamnya
Dasar salep dapat digolongkan ke dalam 4 kelompok :
1.
2.
3.
4.
1.
383838383838383838383838383838383838383838
2.
3.
4.
393939393939393939393939393939393939393939
Contohnya :
Cukup lunak
Mudah dipakai dan mudah dihilangkan dari kulit
Stabil selama pemakaian. Jadi stabil terhadap suhu kamar dan
kelembaban
Kompatibel (dapat bersatu) secara fisika dan kimia dengan zat aktif
yang dikandungnya
Tidak boleh menghambat aksi atau efek terapeutik dari zat aktif dan
mampu melepaskan obatnya pada daerah yang diobati
4.
Pembuatan salep
Ada 2 metode pembuatan salep yaitu :
a.
Metode pencampuran
Dalam metode ini, komponen dari salep dicampur bersama-sama sampai
homogen. Untuk skala kecil biasanya dibuat dalam lumpang
b.
Metode peleburan
Pada metode ini semua komponen salep dicampur dan dilebur bersamasama, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai
mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sudah mengental tadi dan diaduk.
Untuk bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila
404040404040404040404040404040404040404040
temperatur campuran sudah cukup rendah (tidak
penguapan dari bahan yang mudah menguap tadi)
5.
menyebabkan
2.
Tanin
Adeps lanae
Vaselin kuning
m.d.s a.u.e
2
8
20
Cara buat :
Tanin dilarutkan dalam air yang bobotnya sama, tambahkan adeps
lanae (adeps lanae mudah menyerap air), kemudian masukkan
414141414141414141414141414141414141414141
b.
Jika dasar salep mengandung air, maka zat aktifnya dapat dilarutkan
dalam air yang tersedia, kemudian dicampur dengan bagian dasar
salep yang dapat menyerap air, baru ditambahkan bagian lain dari
dasar salep, digerus dan diaduk sampai homogen
Contoh : R/
KI
Lanolin
Vaselin ad
m.d.s. a.u.e
3
10
30
4.
424242424242424242424242424242424242424242
Contoh : R/
KI
Cera flava
Ol. Sesami
Lanolin
m.d.s a.u.e
2
3
3
10
Cara buat :
Cera flava, oleum sesami dan adeps lanae (dari lanolin) dilebur
di atas tangas air. Setelah lebur, aduk-aduk hingga dingin,
kemudian campurkan keduanya
Jika bahan salep mengandung kotoran, maka massa salep yang
meleleh/mencair harus disaring/diserkai dengan kain kasa. Hasilnya
ditampung dalam lumpang atau cawan yang panas, kemudian aduk
hingga dingin. Penimbangan bahan dilebihkan 10-20%
6.