Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DIABETES MELITUS DI RUANG MELATI RSUD BANYUMAS

Disusun guna memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing : Supadi, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. MB

Disusun Oleh :

Nimas Azizah Zulfani

P1337420219024

2A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang

menyertai komplikasi dengan ditandai peningkatan kadar glukosa di dalam

darah atau disebut hiperglikemi (Bilous & Donelly dalam Supriyadi,

2017).

Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme

karbohidrat primer dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute) dari

hormon insulin. (Dona L. Wong)

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai

dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop elektron. (Mansjoer, Arif,)

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

(Brunner dan Suddarth).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif

(Arjatmo).
B. PATOFISIOLOGI 

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya

hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat

diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi

hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang

batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi

hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah

glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air

maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.

Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang

disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini

akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus

menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya

transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan

simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena

digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan

merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut

poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi

penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah

meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak

hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,

akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi

koma yang disebut koma diabetik (Price).

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang biasa terjadi yaitu poliuria, polidipsi,

poliphagia, keletihan, penglihatan atau pandangan kabur, luka goresan

lama sembuh, dan kaki sering kesemutan.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut terdiri dari diabetik

ketoasidosis, Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN), dan

Hipoglikemia, Komplikasi kronik terbagi menjadi dua, yaitu

mikrovaskuler dan makrovaskuler. Mikrovaskuler terdiri dari penyakit

ginjal, mata, dan neuropati. Makrovaskular terdiri dari penyakit jantung

koroner, dan pembuluh darah kaki.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Doengoes, dkk. pemeriksaan penunjang yang perlu

dilakukan pada penderita penyakit diabetes mellitus antara lain :

1. Pemeriksaan darah, yang meliputi:

a. Glukosa darah biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih.

Nilai normalnya: GDP 70-100 mg/dl. GD2 JPP < 140 mg/dl.

b. Aseton plasma atau keton, positif secara mencolok. Normalnya nagatif.

c. Asam lemak bebas. Kadar lipid dan kolesterol meningkat. Nilai

normalnya : 450-1000 mg /100ml.


d. Osmolalitas serum meningkat, tetapi biasnya kurang dari 330 mOsm/lt.

Nilai normalnya 500-850 mOsm/lt.

e. Elektrolit

Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. (Normal :

135-145 mEq/lt).

Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),

selanjutnya akan menurun. (Normal: 3,5-5,0 mEq/lt).

Fosfor : Lebih sering menurun. (Normal 1,7-2,6 mEq/lt).

f. Hemoglobin glikosilat, kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal

yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.

( Normal : P 13-18 gr/dl ; W 12-16 gr/dl ).

g. Gas darah arteri, biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan

pada HCO3 ( asidosis metabolik ) dengan kompensasi alkalosis

respiratorik. (Normal : pH 7,25-7,45).

h. Trombosit darah, Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,

hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

(Normal : 150-400 ribu/lt).

i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/

penurunan fungsi ginjal). Nilai normalnya : 110-150 mg/mnt.

j. Amilase darah mungkin meningkat, yang mengindikasikan adanya

pankreatitis akut sebagai penyebab dari diabetes ketoasidosis (DKA).

(Normal : 80-180 unit/100ml)


F. PENATALAKSANAAN

Terapi utuma untuk pasien diabetes adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glikosa darah dalam upaya mengurangi terjadi

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setia tipe

DM adalah adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi

hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasies. Ada lima

komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu, diet, latihan pemantauan,

terapi dan pendidikan kesehatan.

1) Diet

Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan DM. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :

a) Memberikan semua unsur makanan esensial misal vitamin, mineral

b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c) Memenuhi kebutuhan energi

d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara-cara yang aman dan praktis

e) Menurukan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

2) Latihan fisik

Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler.latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki


pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus ototjuga diperbaiki degan

olahraga.

3) Pemantauan

Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan

pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia.

4) Terapi

a) Insulin

Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah

b) Obat oral anti diabetik

- Sulfonaria

 Asetoheksamid (250 mg, 500 mg)

 Clorpopamid (100 mg-250 mg)

 Glipizid (5 mg, 10 mg)

 Glyburid (1,25 mg, 2,5 mg, 500 mg)

 Totazamid (100 mg, 250 mg, 500 mg)

 Tolbutamid (250 mg, 500 mg)

- Biguanid

Metformin 500 mg

5) Pendidikan kesehatan

Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :

a) Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping

obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi atau hiperglikemi

b) Tindakan preventif (perawatan kaki, perawatan mata, hygiene

umum)
c) Meningkatkan kepatuhan program diet dan obat

II. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Wawancara
Selain menurut Doengoes diatas, terdapat data yang harus dikaji dari
pasien dengan DM, antara lain : (Donna L. Wong)
a. Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang
berbahaya.
b. Riwayat keluarga
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita
diabetes melitus.
c. Riwayat Kesehatan
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terpi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya. Terutama yang berhubungan dengan
penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan
nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku dan
manifestasi dari diabetes melitus tergantung insulin, sebagai berikut:
1) Polifagi
2) Poliuria
3) Polidipsi

b. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, dkk pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan:
poliuri/ banyak kencing (normal : kuramg lebih 1500 ml), polidipsi/
banyak minum, polifagia/ banyak makan, kelemahan otot, berat badan
menurun, kelaianan kulit : gatal, bisul-bisul, kelainan ginekologis :
keputihan, pruritus pada vagina, luka tidak sembuh-sembuh, peningkatan
angka infeksi, impotensi pada pria.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Glikosuria
Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam
reagensia seperti benedict, clinitest, dan sebagainya.
2) Hiperglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat
dapat berkisar antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih
tergantung beratnya keadaan penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L
dan sesudah makan, gula darah meningkat lebih tinggi dibandingkan
anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya membutuhkan
waktu lebih lama.
3) Ketonuria
4) Kolestrol dapat meningkat
Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel
dengan gula darah, tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu
diatas 10 mmol/L) menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk
karena komplikasi seperti oterosklerosis lebih sering terjadi.
5) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun, pH
merendah. Bila penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik
dan perubahan biokimiawi karena dehidrasinya.

2. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem


1. DS : Pasien Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
mengatakan tidak makan nutrisi : kurang dari
nafsu makan kebutuhan
DO : Pasien terlihat
tidak nafsu makan,
porsi makan masih
sisa banyak
2. DS : Pasien
mengatakan nyeri di Agen cedera Nyeri akut
lutut kiri biologis
P : Nyeri karena sakit
di lutut kiri
Q : Cenat cenut
R : Lutut Kiri
S : Skala 4
T : Hilang Timbul
DO : Pasien terlihat
kesakitan

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidakmampuan makan (00002)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (00132)

4. INTERVENSI / PERENCANAAN

Dx NOC NIC Rasional


Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan Manajemen 1. Menentu
ngan nutrisi : keperawatan selama 2x24 Nutrisi (1100) kan status
kurang dari jam diharapkan 1. Tentukan gizi
kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi status gizi pasien
berhubungan berkurang/hilang dengan pasien dan dan
dengan kriteria hasil : kemampua kemampu
ketidakmampu Status Nutrisi : Asupan n pasien an pasien
an makan Makanan dan Cairan untuk untuk
(00002) (1008) memenuhi memenuh
Kriteri Awal Akhir kebutuhan i
a nutrisi kebutuha
2. Instruksika
Asupa 3 5 n pasien n nutrisi
n mengenai 2. Menginst
makan kebutuhan ruksikan
an nutrisi pasien
secara 3. Atur diet mengenai
oral yang kebutuha
diperlukan n nutrisi
Asupa 3 5
4. Anjurkan 3. Mengatur
n
pasien diet yang
cairan
untuk diperluka
secara
duduk pada n
oral
posisi 4. Menganj
Asupa 3 5 tegak urkan
n dikursi pasien
cairan untuk
intrav duduk
ena pada

Keterangan : posisi

1. Sangat terganggu tegak

2. Banyak terganggu dikursi

3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen 1. Melakuk


berhubungan keperawatan selama 2x24 Nyeri (1400) an kajian
dengan agen jam diharapkan nyeri akut 1. Lakukan kompehe
cedera biologis berkurang/hilang dengan pengkajian rensif
(00132) kriteria hasil : secara nyeri
Tingkat Nyeri (2102) kompehere 2. Mengaja
Kriteria Awal Akhir nsif rkan
2. Ajarkan teknik
Nyeri 3 5
yang penggunaa non
dilapork n teknik farmakol
an non ogi
farmakolo untuk
Tidak 3 5
gi untuk mengura
bisa
menguran ngi nyeri
istirahat
gi nyeri (nafas
Ekspres 3 5 3. Dukung dalam)
i nyeri istirahat 3. Menduk
wajah tidur yang ung

Keterangan : adekuat pasien

1 : Sangat berat untuk untuk

2 : Berat penurunan istirahat

3 : Cukup nyeri dan tidur

4 : Ringan 4. Monitor untuk

5 : Tidak ada TTV menghil


angkan
nyeri
4. Memonit
or tanda-
tanda
vital

5. IMPLEMENTASI

Implementasi/pelaksanaan pada klien dengan Diabetes Melitus

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan perawatan yang meliputi

tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil

kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan

keadaan pasien.

6. EVALUASI
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan

melihat respon pasien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini

merupakan proses yang menetukan sejauh mana tujuan telah tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., dan Supriyanti, E. (2019). Pergerakan sendi ekstermitas bawah

untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer DM tipe 2. Jurnal

Manajemen Asuhan Keperawatan, 3(2), p.35. Retrieved From

http://jurnal.akper-whs.ac.id/index.php/mak/article/view
Bulechek, G.M., et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC).

(6th ed.). Jakarta: Elsevier

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hari diabetes sedunia tahun 2018.

Jakarta: Pusat Data & Informasi. Retrieved From

https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19041400002/hari-diabet es -

sedunia-2018.html

Long, B.C. 2016. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan

Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI

Mansjoer, Arif, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 5 Jilid 2.

Jakarta: Media Aesculapius

Moorhead, S., et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). (5th

ed). Jakarta: Elsevier

Mansjoer, Arif, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 5 Jilid 2.

Jakarta: Media Aesculapius

NANDA I. (2018). Diagnosa Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2018-

2020. (11th ed.). Jakarta: EGC

Rab, T. 2009. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT

Alumni

Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Supriyadi. (2017). Panduan praktis skrinning kaki diabetes melitus.

Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. Retrieved From

https://books.google.co.id/books?id=CR9-DwAAQBAJ&printsec
Tjokroprawiro, A.. 2014.Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan

Terapi,Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai