DIABETES MELLITUS
DISUSUN OLEH :
Nama : Antika Rahayu
NIM : 200114005
Diabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes teijadi karena
adanya masalah karena produksi hormone insulin oleh pancreas, baik hormone
itu tidak diproduksi dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak bisa
menggunakan hormone insulin yang benar (Manurung, 2018).
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolic kronis yang ditandai dengan
kadar glukosa darah tinggi, yaitu Ketika tubuh tidak dapat memetabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein karena kekurangan hormone insulin atau
penggunaan hormone insulin yang tidak efektif (Doenges, Moorhouse, & Murr,
2018).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan
membutuhkan pengelolaan seumur hidup dalam mengontrol kadar gula darahnya
agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita (Sundari, 2016) dalam
(Muliasari et al., 2019). Penderita DM yang tidak dapat mengontrol gula darahnya
akan memiliki potensi mengalami komplikasi hiperglikemi, dimana kondisi ini
akan selalu diikuti komplikasi penyempitan vaskuler, yang berakibat pada
kemunduran dan kegagalan fungsi organ otak, mata, jantung dan ginjal (Darmojo,
2005) dikutip dalam (Muliasari et al., 2019)
B. Manifestasi
C. Etiologi
Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung
insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel P pulau lagerhans akibat proses
autoimun. DM tipe 1 ini biasanya ditandai oleh awitan mendadak yang teijadi pada
segala usia, tetapi biasanya usia muda (<30 tahun). Sedangkan Non-Insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM) disebabkan oleh karena kegagalan relatif sel
P dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel P tidak mampu mengimbangi
resistensi ini sepenuhnya, artinya teijadi defisiensi relative insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti sel P pancreas mengalami desintisasi terhadap glukosa
(Manurung, 2018).
D. Pemeriksaan Penunjang
G. Tatalaksana
Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan diabetes, yaitu edukasi,
terapi gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan utama dari pemberian edukasi
pada pasien DM dan juga pada keluarga adalah harapan diamana pasien dan keluarga
akan mengerti bagaimana cara penanganan yang tepat dilakukan pada pasien DM.
Edukasi pada pasien bisa dilakukan meliputi pemantauan kadar gula darah, perawatan
luka, kepatuhan dalam pengansumsian obat, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan
asupan kalori dan juga pengertian serta komplikasi dari penyakit tersebut (Suzanna,
2014).
b. Terapi Gizi Medis
Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya, meliputi (jumlah makanan
yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan juga jenis makanan apa yang dianjurkan
dan pantangan makannya) (Rendy, 2012).
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar pengelolaan Diabetes Mellitus. Latihan
jasmani merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan anggota gerak
tubuh lainnya yang memerlukan energi disebut dengan latihan jasmani. Latihan
jasmani dilakukan setiap hari dan teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30-
45 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengendalian Diabetes Mellitus. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
d. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi diberikan secara bersamaan dengan terapi nutrisi yang dianjurkan
serta latihan jasmani. Terapi farmakologi terdiri atas obat oral dan injeksi. Berdasarkan
cara kerjanya, Obat Hiperglikemik Oral (OHO) dapat dibagi 3 yaitu :
1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfniturea dan glinid
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindon
3. Penghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan : penghambat
glucosidase alfa
H. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Resiko infeksi
c. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
d. Kerusakan integritas kulit/jaringan
2. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nyeri
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan Teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Pencegahan infeksi
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
Batasi jumlah pengunjung
Berikan perawatan kulit pada area edema
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Pertahankan Teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
c. Manajemen Hiperglikemia
Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat
Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Monitor intake output cairan
Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Fasilitas ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah
lebih dari 250 mg/dl
Anjurkan monitor glukosa darah secara mandiri
Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian albumin, jika perlu
d. Perawatan integritas kulit
Observasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada
kulit kering
Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
DAFTAR PUSTAKA