Anda di halaman 1dari 15

A. Konsep Medis1.

DefinisiDiabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagaisekelompok kelainan


heterogen yang ditandai olehkenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi(Smeltzer,
2013) dalam (Andari et al., 2020). DiabetesMellitus adalah gangguan metabolisme yang
secaragenetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasiberupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telahberkembang penuh secara klinis, maka diabetes mellitusditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial,aterosklerotik, penyakit vaskular mikroangiopati,
danneuropati (Price,2013) dalam (Andari et al., 2020).Menurut American Diabetes Association
(ADA)tahun 2019, diabetes melitus adalah suatu penyakitmetabolik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemiayang teijadi karena pankreas tidak mampu mensekresiinsulin, gangguan
keija insulin, ataupun keduanya. Dapatteijadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan
padaberbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, sertapembuluh darah apabila dalam
keadaaan hiperglikemiakronis (Association, 2019).Diabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatankadar gula dalam darah. Diabetes teijadi
karena adanyamasalah karena produksi hormone insulin oleh pancreas,baik hormone itu tidak
diproduksi dalam jumlah yangbenar, maupun tubuh tidak bisa menggunakan hormoneinsulin yang
benar (Manurung, 2018).Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolic kronis yang ditandai dengan
kadar glukosa darah tinggi, yaitu Ketika tubuh tidak dapat memetabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein karena kekurangan hormone insulin atau penggunaan hormone insulin yang tidak efektif
(Doenges, Moorhouse, & Murr, 2018).Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan membutuhkan pengelolaan seumur hidup dalam mengontrol kadar gula darahnya
agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita (Sundari, 2016) dalam (Muliasari et al., 2019).
Penderita DM yang tidak dapat mengontrol gula darahnya akan memiliki potensi mengalami komplikasi
hiperglikemi, dimana kondisi ini akan selalu diikuti komplikasi penyempitan vaskuler, yang berakibat
pada kemunduran dan kegagalan fungsi organ otak, mata, jantung dan ginjal (Darmojo, 2005) dikutip
dalam (Muliasari et al., 2019)

Etiologi

Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) ataudiabetes mellitus tergantung insulin (DMTI)
disebabkanoleh destruksi sel P pulau lagerhans akibat prosesautoimun. DM tipe 1 ini biasanya
ditandai oleh awitanmendadak yang teijadi pada segala usia, tetapi biasanyausia muda (<30 tahun).
Sedangkan Non-Insulin dependentdiabetes mellitus (NIDDM) disebabkan oleh karenakegagalan
relatif sel P dan resistensi insulin. Resistensiinsulin adalah turunnya kemampuan insulin
untukmerangsang pengambilan glukosa oleh jaringan periferdan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel Ptidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya,artinya teijadi
defisiensi relative insulin. Ketidakmampuanini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
padarangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosabersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti selP pancreas mengalami desintisasi terhadap glukosa(Manurung, 2018).3.
PatofisiologiSebagian besar gambaran patologik dari DM dapatdihubungkan dengan salah satu efek
utama akibatkurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaianglukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknyakonsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpananlemak yang menyebabkan teijadinya
metabolism lemakyang abnormal disertai dengan endapan kolestrol padadinding pembuluh
darah dan akibat dari berkurangnyaprotein dalam jaringan tubuh.Pasien pasien yang mengalami
defisiensi insulintidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasayang normal atau
toleransi sesudah makan. Padahiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginj alnormal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/lOOml), akan timbul glikosuria karena tubulus-
tubulusrenalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.Glucosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotic yangmenyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,potassium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkandehidrasi dan timbul polidipsi. akibat glukosa yang keluarBersama urine
maka pasien akan mengalamikeseimbangan protein negative dan berat badan menurunserta
cenderung teijadi polifagi. Akibat yang lain adalahastenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadicepat Lelah dan mengantuk yang disebabkan olehberkurangnya atau hilangnya
protein tubuh dan jugaberkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi(Manurung, 2018).

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkanarterosklerosis, penebalan membran basalis


danperubahan pada saraf perifer ini akan memudahkanteijadinya gangren (Manurung, 2018)

Manifestasi KlinikManifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensimetabolic defisiensi insulin


(Nurarif & Kusuma, 2015).a. Kadar glukosa puasa tidak normalb. Hiperglikemia berat akibat glucosuria
yang akan menjadidieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin(polyuria) dan timbul rasa
haus (polydipsia)c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurangd. Lelah dan mengantuke.
Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal,mata kabur, impotensi, peruritas vulva6.
Komplikasia. AkutKomplikasi akut dari diabetes militus antara lain koma,hipoglikemia, ketoasidosis dan
koma hyperosmolar nonketotik.b. Kronis1) Makroangiopati (mengenai pembuluh darah
besar) :pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi danpembuluh darah otak.2)
Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil) :retino pati diabetic, nefropati diabetic.3)
Neuropati diabetic4) Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru, gingivitis

dan infeksi saluran kemih.

5) Kaki diabetic.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar glukosa darah

b. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada


sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

1) Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl (11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam

kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat

(2jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)

c. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring,

terdiagnostik, tes pemantauan, terapi dan tes untuk

mendeteksi komplikasi

d. Tes saring

Tes-tes saring pada DM adalah:


1) GDP/ GDS

2) Tes glukosa urin:

a) Tes konvensional (metode reduksi/ benedict)

b) Tes Tarik celup (metode glucose exidase/

hexokinase)

e. Tes diagnostic

Tes-tes diagnostic pada DM adalah: GDP< GDS, GD2PP

(glukosa Darah2 Jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGOf. Tes monitoring terapiTes-tes monitoring
terapi DM adalah:1) GDP: plasma vena, darah kapiler2) GD2PP: plasma vena3) Alc: darah vena, darah
kapilerg. Tes untuk mendeteksi komplikasiTes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:1)
Mikroalbuminuria: urin2) Ureum, kreatinin, asam urat3) Kolestrol total: plasma vena (puasa)4) Kolestrol
LDL: plasma vena (puasa)5) Kolestrol HDL: plasma vena (puasa)6) Trigliserida: plasma vena (puasa)8.
PenatalaksanaanMenurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atauPerkeni tahun2015, terdapat
4 pilar dalam penatalaksanaan DM tipe 2yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani,
danintervensi farmakologis. Pada segi edukasi sepertimemberikan pengetahuan pemantauan
glukosa mandiri.Pada segi terapi gizi medis seperti pengaturan makan yangbenar dan tepat baik dalam
hal jadwal, jenis serta jumlahmakanan. Pada segi

latihan jasmani, melakukan latihan sekitar 3-4 kali dalamseminggu dengan durasi kurang lebih 30
menit. Intervensifarmakologis dilakukan apabila sasaran glukosa darah belumtercapai (Soelistijo et al.,
2019).Intervensi farmakologis yang diberikan dapat berbentukoral maupun suntikan (Soelistijo et ak,
2019).a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)Berdasarkan cara keijanya, OHO dibagi menjadi limagolongan,
yaitu:1) Pemicu sekresi insulina) Sulfonilurea Mekanisme aksi sulfonilurea adalahmeningkatkan
sekresi insulin endogen dengancara berikatan dengan reseptor sulfonilureaspesifik pada sel P
pankreas. Sulfonilurea yaitumampu menurunkan kadar A1C sekitar 0,8 %.Contoh obat golongan
sulfonilurea yaituglibenklamid, klorpropamid, glimepirid, dangliburid. Efek samping golongan
sulfonilureaadalah hipoglikemia, ruam, diare, muntah (Harperet al., 2013).b) GlinidGlinid memiliki
mekanisme aksi yang samadengan golongan sulfonilurea yaitu meningkatkansekresi insulin. Glinid
mampu menurunkan nilai

Sign in

Register

Home

My Library

Courses

Books

Studylists

Recent Documents

Discovery

Institutions
Courses

Documents

LP DM AGIL - Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus

Recommended for you

Document continues below

66

Konsensus-hipertensi-2021

Konsensus-hipertensi-2021

Medical Faculty

100% (6)

Template-osce-station compress

Template-osce-station compress

Medical Faculty

100% (1)

17

Makalah Kelompok 3

Makalah Kelompok 3

Medical Faculty

100% (1)

28
Roleplay MAKP

Roleplay MAKP

fokus kesehatan

100% (3)

A1C sekitar 0,7 %. Contoh obat golongan iniadalah repaglinid dan nateglinid. Efek
sampinghipoglikemia golongan glinid lebih ringandaripada sulfonilurea karena durasinya
pendek(Harper et ak, 2013).2) Meningkatkan sensitivitas terhadap reseptor insulinTiazolidindion
Mekanisme aksi golongantiazolidindion adalah meningkatkan sensivitasreseptor insulin di jaringan
dan hati dengan berikatanpada peroxisome proliferative activated receptorgamma (PPAR).
Tiazolidindion mampu menurunkannilai A1C sekitar 0,8 %. Contoh obat golongan iniadalah pioglitazon.
Efek samping umum golongantiazolidindion yaitu gagal jantung, patah tulang, danretensi cairan
(Harper et al., 2013).3) Menghambat glukoneogenesisBiguanid Mekanisme aksi golongan
biguanidadalah mengurangi produksi glukosa hati ataudisebut glukoneogenesis. Contoh obat
golongan iniyaitu metformin. Golongan obat inidikontraindikasikan pada pasien DM tipe 2
yangmengalami gangguan ginjal dengan nilai GFR < 30mL/menit dan gangguan hati. Metformin
biasanyadiresepkan untuk pasien DM tipe 2 yang mengalamiobesitas. Metformin

mampu menurunkan nilai A1C sekitar 1,0-1,5%. Efeksamping metformin adalah gangguan
gastrointestinalseperti diare dan kram perut. Selain itu, metforminjuga menyebabkan mual sehingga
diberikan padasaat makan atau sesudah makan (Harper et ak, 2013).4) Penghambat absorb si
glukosa: penghambatan alfaglukosidase Mekanisme aksi golongan ini adalahmengurangi absorpsi
glukosa di usus halus. Contohobatnya yaitu akarbose. Akarbose mampumenurunkan nilai A1C
sebesar 0,6 %. Efek sampingyang sering teijadi adalah kembung dan flatulens(Soelistijo et al.,
2019).b. Suntikan, seperti insulinTerapi dengan menggunakan insulin diperlukan dalamkeadaan berikut
ini (Soelistijo et ak, 2019):1) Penurunan berat badan yang cepat.2) Ketoasidosis diabetik.3) Hiperglikemia
berat yang disertai ketosis.4) Hiperglikemia dengan asidosis laktat.5) Hiperglikemia hiperosmolar non
ketotik.6) Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.7) Stress berat seperti infeksi sistemik, operasi
besar,IMA, stroke.8) Kehamilan dengan diabetes melitus (diabetes

melitus gestasional) yang tidak terkendali denganpengaturan makan.9) Gangguan ginjal atau hati yang
berat.10) Kontraindikasi atau pasien mengalami alergiketika menggunakan OHO.Berdasarkan jenis
dan lama keija insulin, makainsulin tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis,(Soelistijo et al.,
2019) yaitu:a) Insulin aksi cepat (rapid acting insulin) adalahinsulin yang memiliki durasi aksi
yang pendekdan diserap dengan cepat. Insulin tipe inidiberikan saat 10 menit pasien sedang
makankarena insulin memiliki efikasi yang baik dalammenurunkan kadar glukosa postprandial
sertameminimalkan efek hipoglikemia. Insulin lisipro,insulin gluisine, dan insulin aspart
merupakancontoh rapid acting insulin.b) Insulin aksi pendek (short acting insulin) adalahinsulin yang
onsetnya pendek, diberikan secarasubkutan dan digunakan 30 menit sebelum makanuntuk mencapai
target glukosa darah postprandialyang optimal dan untuk mencegah teijadinyahipoglikemia.
Insulin reguler merupakan contohshort acting insulin.
c) Insulin aksi menengah (intermediate acting insulin)memiliki onset 2-4 jam dan durasi aksi 8-12
jam.NPH (neutral protamine hagedom) merupakancontoh intermediate acting insulin. NPH
yangdiberikan pada jam tidur dapat menimbulkanhipoglikemia nokturnal.d) Insulin aksi panjang
(long acting insulin) memilikipuncak aksi yang relatif rendah. Insulin glarginedan insulin detemir
merupakan contoh long actinginsulin. Efek hipoglikemia nokturnalnya lebihringan9.
PrognosisPrognosis diabetes mellitus tipe 2 ditentukan olehmodifikasi gaya hidup pasien, control
gula darah yangbaik, dan follow up secara teratur. Komplikasi diabetesdapat berupa komplikasi akut
seperti ketoasidosis diabeticdan komplikasi kronis, seperti neuropati dan nefropatidiabetic.
Penyebab utama kematian pada diabetes mellitustipe 2 adalah kejadian kardiovaskularB. Konsep
Keperawatan1. Pengkajiana. Identitas umum:Nama pasien, usia pasien, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, Pendidikan, pekeijaan, alamat tempat

tinggal, suku bangsa.b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan utamaCemas, lemah, anoreksia, mual,
muntah, nyeriabdomen, nafas pasien mungkin berbau asetonpemapasan kussmaul, poliuri,
polidipsi,penglihatanyang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.2) Riwayat kesehatan sekarangBerisi
tentang kapan teijadinya penyakit, penyebabteijadinya penyakit serta upaya yang telah dilakukanoleh
penderita untuk mengatasinya.3) Riwayat kesehatan dahuluAdanya Riwayat penyakit DM atau
penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensiinsulin misalnya penyakit pancreas. Adanya
Riwayatpenyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,Tindakan medis yang pemah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.4) Riwayat kesehatan keluargaDari genogram
keluarga biasanya terdapat salah satuanggota keluarga yang juga menderita DM ataupenyakit
keturunan yang dapat menyebabkanteijadinya defisiensi insulin missal hipertensi,jantung.5)
Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan danemosi yang dialami penderita sehubungan
denganpenyakitnya serta tanggapan keluarga terhadappenyakit penderita.c. Pemeriksaan fisik1)
Status kesehatan umumMeliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.2) Kepala dan leherKaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakahpembesaran
pada leher, telinga kadang-kadangberdenging, adakah gangguan pendengaran, lidahsering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigimudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah,apakah penglihatan kabur/ ganda, diplopia, lensamata keruh.3) System
integumentTurgor kulit menurun, adanya luka atau warnakehitaman bekas luka, kelembaban,
dan suhu kulit,tekstur rambut dan kuku.4) Sistem pernafasanAdakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri
dada. Padapenderita DM mudah teijadi infeksi.5) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atauberkurang, takikardi/ bradikardi,


hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.6) Sistem gastrointestinalTerdapat polifagi, polidipsi,
mual, muntah, muntah,diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,peningkatan lebar
abdomen, obesitas.7) Sistem urinaryPoliuri, retensi urin, inkontinensia urin, rasa panasatau sakit saat
berkemih.8) Sistem musculoskeletalPenyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahantinggi badan,
cepat lelah, lemah, dan nyeri, adanya gangrene di eksremitas.9) Sistem neurologisTeijadi penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia,letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi (Sya’diah,
2018).2. Diagnosis Keperawatana. Intoleransi aktivitasb. Defisit nutrisic. Hipovolemiad. Gangguan
integritas kulite. Hipetermi

f. Risiko cederag. Perfusi perifer tidak efektifh. Gangguan mobilitas fisiki. Penurunan curah jantung

3. Intervensi KeperawatanDiagno Keperaw(Tim SDKIPPNI,Intervensi(Tim Pokja SIKIPPNI, 2019)Rasional


(Doenges et ak,Intoleran aktivitasManajemen energi:Observasi1.Identifikasi fungsitubuhmengakibatkan
kelelahan2.Monitor dan emosionalTeraupetik3.Sediakannyaman danstimulus4. Lakukanrentang
pasifdan/ atauEdukasi5. Anjurkan tirah6.Melakukan 1.Mempengaruhi intervensibantuan2.
Dapatperubahan3. Mendukung istirahat adekuat4.Mendukung mempertahankanenergi5. Aktivitas
mungkindikurangi menurunkan oksigen tubuh mengurangi bebandan paru6.Mendukungklien ke
tingkatyang lebih

secara bertahapKolaborasi7.Kalaborasi gizi tentang


meningkatkanmakanannormalbertahap7.Mementukanguna memenuhiindividual

DefisitnutrisiManajemen nutrisiObservasi1. Identifikasi status nutrisi2. Identifikasi kebutuhan kalori dan


jenis nutrien3. Monitor asupan makanan4. Monitor berat badan Teraupetik5. Berikanmakanantinggi
kaloridan tinggiprotein6. Berikansuplemen makanan, jika perluEdukasi7. Ajarkan 1. Membantudala m
mengidentifikasi defisiensidan kebutuhan diet.2. Membantu dalammengidentifikasi defisiensidan
kebutuhan diet.3. Untuk menetapkanasupan makananberikutnya.4. Mengetahuikekuranganberat
badanpasien.5.Meminimalkan anoreksia dan

diet yangdiprogramkanmual yangberkaitandengankondisiuremiadan penurunan peristaltis.

HipovoleManajemenObservasi1. Periksa tanda danhypovolemia2. Monitor intake output


cairanTerapeutik3. Hitung cairan4. Berikan asupan oralEdukasi5. Anjurkan memperbanyak cairan oral6.
Kalaborasi cairan IV7. Kalaborasicairan IV1.Menentukan selanjutnyayangdilakukan2.Memberikan
kebutuhanvolumesecarafungsi ginjal,keefektifan terapi3.Mempertahankan dan volume bersikulasi4.
Membantucairan dalam tubuh5.Menghindari dehidrasi6. Tipe danjumlahpada derajat deficitrespon
setiap klien7.Membantu cairan dalam tubuhGanggua integritasPerawatanObservasi1.1.Menentukan
menghindari

Preview text

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Di susun oleh: ASMARIFATUL HIDAYA 14420202090 Cl LAHAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

A. Konsep Medis 1. Definisi Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer, 2013) dalam
(Andari et al., 2020). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang
penuh secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerotik, penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati (Price, 2013) dalam (Andari et al., 2020).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2019, diabetes melitus adalah suatu penyakit
metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang teijadi karena pankreas tidak mampu
mensekresi insulin, gangguan keija insulin, ataupun keduanya. Dapat teijadi kerusakan jangka panjang
dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila
dalam keadaaan hiperglikemia kronis (Association, 2019). Diabetes adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul

Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI) disebabkan
oleh destruksi sel P pulau lagerhans akibat proses autoimun. DM tipe 1 ini biasanya ditandai oleh awitan
mendadak yang teijadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (&lt;30 tahun). Sedangkan Non-
Insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) disebabkan oleh karena kegagalan relatif sel P dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel P tidak mampu
mengimbangi resistensi ini sepenuhnya, artinya teijadi defisiensi relative insulin. Ketidakmampuan ini
terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel P pancreas mengalami desintisasi terhadap
glukosa (Manurung, 2018). 3. Patofisiologi Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian
glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200
mg/dl.

Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan teijadinya
metabolism lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan
akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan.
Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginj al normal (konsentrasi glukosa darah sebesar
160-180 mg/ lOOml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glucosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potassium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. akibat glukosa yang keluar Bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negative dan berat badan menurun serta cenderung teijadi polifagi. Akibat yang lain adalah
astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat Lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi (Manurung, 2018).

Pathway/ Penyimpangan KDM

Manifestasi Klinik Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
(Nurarif &amp; Kusuma, 2015). a. Kadar glukosa puasa tidak normal b. Hiperglikemia berat akibat
glucosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria) dan
timbul rasa haus (polydipsia) c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang d. Lelah dan
mengantuk e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas
vulva

Komplikasi a. Akut Komplikasi akut dari diabetes militus antara lain koma, hipoglikemia, ketoasidosis dan
koma hyperosmolar non ketotik. b. Kronis

Makroangiopati (mengenai pembuluh darah besar) : pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi dan
pembuluh darah otak.

Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil) : retino pati diabetic, nefropati diabetic.

Neuropati diabetic

Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru, gingivitis,

(glukosa Darah 2 Jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO f. Tes monitoring terapi Tes-tes monitoring
terapi DM adalah:

GDP: plasma vena, darah kapiler

GD2PP: plasma vena

Alc: darah vena, darah kapiler g. Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi
adalah:

Mikroalbuminuria: urin
Ureum, kreatinin, asam urat

Kolestrol total: plasma vena (puasa)

Kolestrol LDL: plasma vena (puasa)

Kolestrol HDL: plasma vena (puasa)

Trigliserida: plasma vena (puasa)

Penatalaksanaan Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau Perkeni tahun 2015, terdapat 4
pilar dalam penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi
farmakologis. Pada segi edukasi seperti memberikan pengetahuan pemantauan glukosa mandiri. Pada
segi terapi gizi medis seperti pengaturan makan yang benar dan tepat baik dalam hal jadwal, jenis serta
jumlah makanan. Pada segi

latihan jasmani, melakukan latihan sekitar 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 30 menit.
Intervensi farmakologis dilakukan apabila sasaran glukosa darah belum tercapai (Soelistijo et al., 2019).
Intervensi farmakologis yang diberikan dapat berbentuk oral maupun suntikan (Soelistijo et ak, 2019). a.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Berdasarkan cara keijanya, OHO dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

Pemicu sekresi insulin a) Sulfonilurea Mekanisme aksi sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin
endogen dengan cara berikatan dengan reseptor sulfonilurea spesifik pada sel P pankreas. Sulfonilurea
yaitu mampu menurunkan kadar A1C sekitar 0,8 %. Contoh obat golongan sulfonilurea yaitu
glibenklamid, klorpropamid, glimepirid, dan gliburid. Efek samping golongan sulfonilurea adalah
hipoglikemia, ruam, diare, muntah (Harper et al., 2013). b) Glinid Glinid memiliki mekanisme aksi yang
sama dengan golongan sulfonilurea yaitu meningkatkan sekresi insulin. Glinid mampu menurunkan nilai

mampu menurunkan nilai A1C sekitar 1,0-1,5%. Efek samping metformin adalah gangguan
gastrointestinal seperti diare dan kram perut. Selain itu, metformin juga menyebabkan mual sehingga
diberikan pada saat makan atau sesudah makan (Harper et ak, 2013). 4) Penghambat absorb si glukosa:
penghambatan alfa glukosidase Mekanisme aksi golongan ini adalah mengurangi absorpsi glukosa di
usus halus. Contoh obatnya yaitu akarbose. Akarbose mampu menurunkan nilai A1C sebesar 0,6 %. Efek
samping yang sering teijadi adalah kembung dan flatulens (Soelistijo et al., 2019). b. Suntikan, seperti
insulin Terapi dengan menggunakan insulin diperlukan dalam keadaan berikut ini (Soelistijo et ak, 2019):

Penurunan berat badan yang cepat.

Ketoasidosis diabetik.

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis.

Hiperglikemia dengan asidosis laktat.


Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.

Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.

Stress berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke.

Kehamilan dengan diabetes melitus (diabetes

melitus gestasional) yang tidak terkendali dengan pengaturan makan. 9) Gangguan ginjal atau hati yang
berat. 10) Kontraindikasi atau pasien mengalami alergi ketika menggunakan OHO. Berdasarkan jenis dan
lama keija insulin, maka insulin tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis, (Soelistijo et al., 2019) yaitu: a)
Insulin aksi cepat (rapid acting insulin) adalah insulin yang memiliki durasi aksi yang pendek dan diserap
dengan cepat. Insulin tipe ini diberikan saat 10 menit pasien sedang makan karena insulin memiliki
efikasi yang baik dalam menurunkan kadar glukosa postprandial serta meminimalkan efek hipoglikemia.
Insulin lisipro, insulin gluisine, dan insulin aspart merupakan contoh rapid acting insulin. b) Insulin aksi
pendek (short acting insulin) adalah insulin yang onsetnya pendek, diberikan secara subkutan dan
digunakan 30 menit sebelum makan untuk mencapai target glukosa darah postprandial yang optimal
dan untuk mencegah teijadinya hipoglikemia. Insulin reguler merupakan contoh short acting insulin.

tinggal, suku bangsa. b. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau
aseton pemapasan kussmaul, poliuri, polidipsi,penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.

Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan teijadinya penyakit, penyebab teijadinya penyakit
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

Riwayat kesehatan dahulu Adanya Riwayat penyakit DM atau penyakit- penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya Riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, Tindakan medis yang pemah di dapat maupun obat- obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan teijadinya defisiensi insulin
missal hipertensi, jantung.

Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. c. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.

Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ ganda,
diplopia, lensa mata keruh.

System integument Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban,
dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.

Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah teijadi
infeksi.

Sistem kardiovaskuler

f. Risiko cedera g. Perfusi perifer tidak efektif h. Gangguan mobilitas fisik i. Penurunan curah jantung

Intervensi Keperawatan Diag no Kepera w (Ti m SD KI PPNI,

Intervensi (Tim Pokja SIKI PPNI, 2019)

Rasional (Doenges et ak,

Intoler an aktivit as

Manajemen energi: Observasi 1. Identifikasi fungsi tubuh mengakibatk an kelelahan 2. Monitor dan
emosional Teraupetik 3. Sediakan nyaman dan stimulus 4. Lakukan rentang pasif dan/ atau Edukasi 5.
Anjurkan tirah 6. Melakukan

1.

Mempengaruhi intervensi bantuan 2. Dap at perubahan 3. Mendukung istirahat adekuat 4. Mendukung


mempertahankan energi 5. Aktivitas mungkin dikurangi menurunkan oksigen tubuh mengurangi beban
dan paru 6. Mendukung klien ke tingkat yang lebih
English

Indonesia

Company

About Us

Studocu World University Ranking 2023

E-Learning Statistics

Doing Good

Academic Integrity

Jobs

Blog

Dutch Website

Contact & Help

F.A.Q.

Contact

Legal

Terms

Privacy Policy

Cookie Statement

Google Play Link

Copyright © 2023 StudeerSnel B.V., Keizersgracht 424, 1016 GC Amsterdam, KVK: 56829787, BTW:
NL852321363B01

Anda mungkin juga menyukai