Pengertian
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2000:580). Diabetes Melitus
yaitu suatu gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
dikontrol yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karena defisiensi atau
ketidakadekuatan penggunaan insulin (Engram, 1999:532). Ulkus adalah
kehilangan jaringan kulit yang dalam dengan tendensi penyembuhan yang buruk
(Ramali, 2000:368).
B. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus menurut Price (1995) dibagi menjadi 2 yaitu:
1. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Penyebab dari jenis IDDM yaitu karena faktor genetik, penyakit ini timbul
karena adanya proses perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin.
2. NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
DM jenis ini disebabkan karena kurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsip insulin pada membran sel, hal ini dapat terjadi karena obesitas.
NIDDM ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin dan kerja insulin.
C. Gambaran Klinis
a. Diabetes Tipe I
1. Hiperglikemia puasa
2. Glukosuria, deuresis osmotic, poliuria, poliphagia, polidipsi
3. Gejala lain termasuk keletihan dan kelelahan
4. Ketoasidosis diabetic menyebabkan tanda dan gejala: nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, koma, kematian
b. Diabetes Tipe II
1. Lambat ( selama tahunan )
2. Gejala – gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsi, poliphagia, luka pada kulit yang
sembuhnya lambat, infeksi vaginal, atau penglihatan kabur ( jika kadar
glukosa sangat tinggi ), ( Brunner and Suddart, 2000 ).
Sedang menurut Mansjoer, 1999. Manifestasi DM dimulai dengan adanya
tanda gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsi, lemas dan BB menurun.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus pada vulva wanita.
D. Patofisiologis
Insulin adalah hormon yang dibentuk sel beta langerhans yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi sel dalam bentuk insulin yang berfungsi
terhadap transparan glukosa, asam amino, asam lemak, di samping itu insulin juga
berperan mengaktifkan enzim sehingga meningkatkan metabolisme intra sel.
Bermacam-macam penyebab Diabetes Melitus yang berbeda akhirnya akan
mengarah ke insufisiensi insulin. Metabolisme karbohidrat yang terganggu akan
menyebabkan kelaparan dalam sel hormone counter regulator seperti flukagon,
epineprin, non epineprin growth hormon dan kortisel akan dikeluarkan oleh tubuh.
Menurunnya proses glikogenesis menyebabkan produksi glukosa dari glikogen
meningkat dan glikogenesis akan menurun yaitu pembentukan glukosa dari non
karbohidrat seperti asam amino, hal ini akan menyebabkan penurunan pemecahan
lemak menjadi keton untuk memberi alternatif sumber energi.
Kekurangan insulin akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Menyebabkan sel mengalami kelaparan. Sel sebagai keadaan krisis dengan
mengeluarkan hormon counter regulator untuk tetap memenuhi kebutuhan energi
dengan menggunakan sumber energi lain seperti lemak. Akibat tingginya kadar
glukosa darah menimbulkan tiga gejala utama poliuria, polidipsi, polifagia. Karena
glukosa yang masuk ke tubulus tinggi maka glukosa melampaui ambang ginjal dan
glukosa akan dibuang bersama urin dan menyebabkan dehidrasi ruang ekstra sel
dan cairan intra sel akan keluar dan menimbulkan mekanisme haus. Polifagia
terjadi karena glikogen tidak sampai sel akan mengalami starvasi atau kelaparan
dan muncul tanda lapar (Brunner and Suddart).
E. Pathways
F. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan:
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin.Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
G. Komplikasi
Menurut Subekti (2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat
berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-
obat hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.
2. Hiperglikemia
Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,
penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda
khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus Diabetik jika
dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku kaki yang tumbuh
kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan ibu jari kaki, plantar warts,
jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah, kaki atlet, (Dr. Nabil RA).
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan
Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah.
2. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan
ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol
dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan
kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata
tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk
kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah
untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan
semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah
kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara
optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
f. Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12
gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita
DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan
komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau
inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat
membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga
kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien
secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi
weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur,
tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi
tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi
terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang
sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
h. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
2. Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.
i. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4
hal yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%
menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr
gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140
mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan
sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang
dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat
dilakukan dirumah.
I. Data fokus pengkajian
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes
Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan
pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot Tanda : Penurunan
kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
4. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
5. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
7. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
8. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
9. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, Hipertensi
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
2. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan keluarga menurut Muhlisin (2012) :
a. Data Umum
Nama kepala keluarga(KK), alamat dan telfon, pekerjaan kepala keluarga,
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga di gambarkan dengan
genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga,
aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan
c. Pengkajian lingkungan
d. Struktur Keluarga
e. Fungsi Keluarga
f. Stres dan koping keluarga
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan Keluarga
3. Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologic
Ds : Pasien mengatakan Bbnya Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
turun dari 55 kg menjadi 38 kg. nutrisi kurang dari mengabsorbsi
Pasien mengatakan dirinya kebutuhan tuibuh nutrien
hanya tahu jika punya penyakit
DM tidak boleh banyak makan
yang manis-manis dan juga
rutin minum obat diabet.
Pasien mengatakan dirinya
jarang berolahraga, pola makan
hanya mengurangi yang manis
- manis tetapi makan tidak
diatur yaitu seadanya.
Do : badan Ny.S terlihat kurus,
TB = 148 cm dan BB = 38 kg.
Membran mukosa agak kering,
GDS = 248 mg/dL. IMT =
17,35 (gizi kurang/kurus). TD
= 140/90 mmHg. Suhu = 36,5ᵒ
C
DS : Ny.S mengatakan gusinya Nyeri akut Agen cedera
sakit biologis
DO : terdapat pembengkakan
gusi sebelah kanan, memakai
kacamata, TD = 140/90 mmHg,
pernafasan 20x/menit, GDS
248 mg/dl.
DS : pasien mengatakan Resiko cedera Gangguan
matanya sering kabur (cedera fisik ) sensasi (akibat
DO : pasien memakai kacamata dari cedera
medulla
spinalis,diabetes
mellitus )
DS : pasien mengatakan sering Ketidakefektifan Kurang
merasa kaku kesemutan seperti Perfusi jaringan pengetahuan
penebalan pada telapak kaki perifer tentang proses
DO : penyakit diabetes
mellitus
DS : pasien mengatakan setiap Resiko Kurang
cek kadar gula masih selalu Ketidakstabilan kepatuhan pada
tinggi, terakhir kali cek kadar glukosa darah rencana
363mg/dL. manajemen
DO : GDS = 248 mg/dL diabetes
4. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tuibuh b.d
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
b. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
c. Resiko cedera (cedera fisik) b.d Gangguan sensasi (akibat dari cedera medulla
spinalis,diabetes mellitus )
d. Ketidakefektifan Perfusi jaringan perifer b.d Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit diabetes mellitus
e. Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Kurang kepatuhan pada
rencana manajemen diabetes
5. Intervensi
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-nurulagriy-5372-2-babiir-
1.pdf
http://eprints.ums.ac.id/16691/2/BAB_I.pdf
https://www.scribd.com/search?content_type=tops&page=1&query=konsep%20dasar
%20DM%20