KERACUNAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat
Darurat
Disusun oleh:
Ahmad Sidik
J2214901041
B. PATOFISIOLOGI
Organofosfat adalah persenyawaan yang tergolong antikholinesterase.
Dampak organofosfat terhadap kesehatan bervariasi, antara lain tergantung
dari golongan, intensitas pemaparan, jalan masuk dan bentuk sediaan.
Dalam tubuh manusia diproduksi asetikolin dan enzim kholinesterase.
Enzim kholinesterase berfungsi memecah asetilkolin menjadi kolin dan
asam asetat. Asetilkolin dikeluarkan oleh ujung-ujung syaraf ke ujung
syaraf berikutnya, kemudian diolah dalam Central nervous system (CNS)
dan akhirnya terjadi gerakan-gerakan tertentu yang dikoordinasikan oleh
otak. Apabila tubuh terpapar organofosfat, maka mekanisme kerja enzim
kholinesterase terganggu, dengan akibat adanya ganguan pada sistem
syaraf. Ketika pestisida organofosfat memasuki tubuh manusia atau
hewan, pestisida menempel pada enzim kholinesterase. Karena
kholinesterase tidak dapat memecahkan asetilkholin, impuls syaraf
mengalir terus (konstan) menyebabkan suatu twiching yang cepat dari
otot-otot dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Pada saat otot-otot
pada sistem pernafasan tidak berfungsi terjadilah kematian.
Hadirnya pestisida golongan organofosfat di dalam tubuh juga akan
menghambat aktifitas enzim asetilkholinesterase, sehingga terjadi
akumulasi substrat (asetilkholin) pada sel efektor. Keadaan tersebut diatas
akan menyebabkan gangguan sistem syaraf, baik sistem saraf pusat, sistem
saraf simpatis dan parasimpatis yang berupa aktifitas kolinergik secara
terus menerus akibat asetilkholin yang tidak dihidrolisis. Gangguan ini
selanjutnya akan dikenal sebagai tanda-tanda atau gejala keracunan
(Prijanto, 2009).
C. PATH-WAY
Kematian
Efek akumulasi asetilkolin
Kelelahan, Kelemahan Intoleransi Aktivitas
pada neuromuskular
fisik, fasikulasi
junction
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (urin, gula
darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas
serum, elektrolit, urea, kreatinin, glukosa, transaminase hati). EKG, untuk
melihat dan memantau kerja dari jantung, Foto toraks/abdomen, untuk
melihat apakah terjadi perubahan pada organ pernafasan dan organ
pencernaan, Tes toksikologi kuantitatif (Boswick, 1997).
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak
membantu.
2. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat
membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di
bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar
barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan
barbiturate.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala :
a. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
b. Gangguan sistem susunan saraf pusat :
1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
2) Odem otak : beri manitol atau dexametason
c. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata
miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi
pernafasan dan kejang.
Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar.
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada
reseptor muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.
Pada usia < 12 tahun pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05
mg/kgBB, IV perlahan dilanjutkan dengan 0,02-0,05mg/kgBB
setiap 5-20 menit sampai atropinisasi sudah adekuat atau
dihentikan bila :
1) Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
2) Pupil dilatasi (melebar)
3) Mukosa mulut kering
4) Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan
disesuaikan dengan respon penderita. Pengobatan
maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita,
atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara
bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa
terjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh
terhadap efek nikotinik (kelumpuhan otot) organofosfat
2. Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah.
Obat antiemetik adalah : Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine
yang menghambat reseptor serotonin di Susunan Syaraf Pusat (SSP)
dan saluran cerna. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-
operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa
contoh obat yang termasuk golongan ini adalah : Domperidon,
Ondansentron, Dolasetron (Boswick, 1997).
3. Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan
homeostasis fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap dan untuk
mencegah serta mengobati komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus
dekubitus, edema otak & paru, pneumonia, rhabdomiolisis (kumpulan
gejala yang ditimbulkan karena gangguan dalam sel-sel otot), gagal
ginjal, sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat hipoksia atau
syok berkepanjangan. Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5-1g /kgBB
IV, Kejang : diazepam 0,2-0,3mg /kgBB IV (Boswick, 1997).
4. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara
a. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan
reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau
sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan
pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah,
bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
b. Bilas lambung :
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang (Arisman,
2009).
G. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Intoksikasi intektisida
organofosfat Pola Nafas Tidak
1. Klien menyatakan sulit
Efektif
untuk bernafas
Hambatan aktivasi enzim
2. Klien menyatakan merasa
asetilkolinesterase
seperti tercekik
Respon psikologis
Data Objektif :
1. Perilaku : gelisah, agitasi
2. Affektive: ketakutan,
3. Fisiologis: suara
bergetar, gemetar,
peningkatan keringat,
4. Respirasi meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah
meningkat
Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
Efektif keperawatan selama x24 jam Observasi
diharapkan pola napas membaik 1. Monitor frek,irama, kedalaman, dan upaya napas
dengan kriteria hasil; 2. Monitor pola napas (takipnea)
1. Dyspnea menurun dengan skala 3. Monitor kemampuan batuk efektif
(5)
4. Monitor adanya produksi sputum
2. Ortopnea menurun dengan
skala (5) 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Pernapasan pursed lip menurun 6. Auskultasi bunyi napas
dengan skala (5) Terapeutik
4. Pernapasan cuping hidung 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
menurun dengan skala (5) pasien
5. Frekuensi napas membaik 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
dengan skala (5) Edukasi
6. Kedalaman napas membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
dengan skala (5) 2. Informasikan hasil pemantauan
7. Retraksi dinding dada membaik
dengan skala (5)
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan karbon dioksida pada 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
membran alveolus/ kapiler dalam batas 2. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya nafs
normal. 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
dengan kriteria hasil :
1. Tingkat kesadaran meningkat Terapeutik
2. Dyspnea menurun Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
3. Bunyi napas tambahan menurun
4. Takikardia menurun Edukasi
5. Pusing membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Penglihatan kabur menurun 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
7. Diaphoresis menurun Terapi oksigen
8. Gelisah menurun
Observasi
9. Napas cuping hidung menurun
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
10. PCO2
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
11. PO2
3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
12. pH arteri
fraksi yang diberikan cukup
13. Sianosis membaik
4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri,
14. Pola napas membaik
Analisa gas darah)
15. Warna kulit membaik
5. Monitor kemampuan melepaska oksigen saat makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis
8. Monitor kecemasan akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukos hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan
5. Tetap berika oksigen saat pasien di transportasi
6. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi;
diharapkan tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan kriteria hasil : (mis.kondisi,waktu,stressor )
1. Verbalisasi kebingungan cukup 2. Indentifikasi kemampuan mengambil keputusan
menurun 3. Identfikasi tanda-tanda ansietas (verbal dan
2. Verbalisasi khawatir akibat Nonverbal)
kondisi yang dihadapi cukup Terapeutik;
menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Perilaku gelisah dan tegang kepercayaan
cukup menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
4. Keluhan pusing cukup menurun memungkinkan
5. Anoreksia cukup menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Frekuensi napas cukup 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun, 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
7. Frekuensi nadi cukup menurun 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
8. Tekanan darah cukup menurun kenyamanan
9. Tremor menurun 7. Motivasi yang mengidentifikasi yang memicu
10. Pucat cukup menurun kecemasan
11. Konsentrasi cukup membaik 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
12. Pola tidur ckup membaik yang akan datang
13. Perasaan keberdayaan cukup Edukasi ;
membaik 1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin
dialami
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jka
perlu
3. Anjurkan melakukan kegiatan yang kompetitif, sesuai
kebutuhan
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
7. Latih teknik relaksasi
Teknik menenangkan
Observasi;
1. Identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik ;
1. Buat kontrak dengan pasien
2. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi;
1. Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau
musik yang disukai
2. Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci, ibadah
sesuai agama yang dianut
3. Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga
perasaan menjadi tenang.
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan toleransi aktivitas 1. Identifikasi gngguan fungsi tubuh yang
meningkat. mengakibatkan kelelahan
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kemudahan dalammelakukan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari hari meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanana selama
Kekuatan tubuh bagian atas dan melakukan aktivitas
bawah meningkat Terapeutik
Keluhan lelah menurun 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Dispnea saat aktivitas menurun (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan pelatihan rentang gerak pasif atau aktif
3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA