Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat
Disusun oleh:
Randi Pabyana
J2214901042
B. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan
ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai
14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila
pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah –
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)
C. Kemungkinan data focus
Proses pengkajian gawat darurat dibagi menjadi dua bagian yaitu pengkajian primer
(primer assessment) dan pengkajian sekunder (secondary assessment).
1. Pengkajian primer
Keluhan Utama : pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang
dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah
atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan
terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing positif
hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan
kehamilannya.
a. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas dengan look, listen, feel serta kaji suara nafas apakah
snoring, gurgling, stridor, wheezing atau ronchi.
b. Breathing
Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji apakah
ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas
teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta
penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation
Pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga dapat
menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin
menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan
karena nyeri
d. Disability
Pada pasien abortus kemungkinan terjadi kesadaran menurun, syncope, pasien
tampak lemah.
e. Exposure
Pasien tampak pucat
f. Five intervention
Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat
g. Give Comfort
Nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada pelvic
2. Pengkajian sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah menstruasi
tidak
lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan. Biasanya
ibu
merasa menstruasinya tidak lancar adanya perdarahan pervaginam diluar siklus
menstruasi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi
pemicu munculnya abortus misalnya: riwayat abortus pada kehamilan
sebelumnya, riwayat hipertensi sebelumnya, Riwayat penyakit kronis lainnya
seperti DM, ginjal, anemia dsb
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
e. Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali
menikah
dan berapa usia pernikahan saat ini
f. Riwayat haid
Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT
g. Riwayat kehamilan
Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC,keluhan
saat hamil
h. Anamnesa singkat (AMPLE)
1.) Alergies
Tanyakan klien memiliki riwayat alergi seperti obat antibiotic dsb.
2.) Medikasi (riwayat pengobatan)
Tanyakan obat yang sering digunakan sehari- hari serta jamu , dosis yang
digunakan
3.) Past illness (riwayat penyakit)
Riwayat penyakit misalnya hipertensi, kejang, kelainan pembekuan darah,
penyakit jantung, infeksi menular seksual, dan HIV
4.) Last meal/ terakhir kali makan
Kaji kapan terakhir ibu makan
5.) Event of injury/ penyebab injuri
Kaji penyebab ibu datang kepelayanan kesehatan, biasanya pada pasien
abortus ditemui bahwa pasien mengalami perdarahan.
i. Pemeriksaan head to toe
1.) Kepala: kaji kebersihan, bentuk dan kelainan pada kepala, kaji ekspresi
wajah klien (pucat, kesakitan)
Tulang kepala: amati apakah baik atau tidak
Rambut: kaji distribusi rambut
Mata: biasa di temui pasien mengalami anemia, mata cekung dan
konjungtiva anemis, sclera ikterik/ tidak
Hidung: amati dan periksa kebersihan hidung, ada pernafasan cuping
hidungng, deformitas tulang hidung
Mulut: Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan )
Telinga: kaji kesimetrisan, fungsi pendengaran dan kelainan pada telinga
2.) Leher: JPV
Kaji apakah ada tanda peningkatan JPV pada ibu
3.) Dada (IPPA)
Pengkajian paru: Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan,
inspeksi
pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan identifikasi
suara nafas pasien
Pengkajian jantung: Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung denyut nadi,
identifikasikan kecukupannvolume pengisian nadi, reguleritas denyut nadi,
ukurlah tekanan darah pasien saat pasien berbaring/istirahat dan diluar his.
Identifikasikan ictus cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi jantung
4.) Abdomen (IAPP)
perhatikan ada bekas luka abdomen akibat pembedahan sebelumnya,
perhatikan ukuran, Palpasi uterus dan apakah teraba lunak, perhatikan bila
ada massa lain di abdomen
5.) Ekstremitas/ musculoskeletal
Kaji ada tidaknya kelemahan, Capilerry revile time, Ada tidaknya oedema,
Kondisi akral hangat/dingin, Ada tidaknya keringat dingin, Tonus otot , ada
tidaknya kejang
6.) Kulit/ integument
Kaji adakah tanda dehidrasi
7.) Genetalia
Perhatikan ukuran, bentuk dan posisi mobilitas uterus, nilai massa adneksa,
nilai konsistensi, pastikan status kehamilan dan taksiran usia kehamilan
sesuai ukuran uterus.
j. Pemeriksaan penunjang
1.) Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-
3 minggu setelah abortus.
2.) Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3.) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4.) BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
5.) Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
k. Terapi medis (indikasi, kontraindikasi, efek samping)
Subjektif: Objektif:
Mengeluh nyeri - Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif: Objektif:
(tidak ada) - Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses
Kondisi klinis terkait:
Kondisi pembedahan
Cedera traumatis
Infeksi
Sindrom coroner akut
Glaucoma
b. Deficit volume cairan/ hipovolemia
Definisi:
Penurunan volume cairan intravaskuler, intestisial dan intraseluler
Penyebab:
Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme regulasi
Peningkatan permeabilitas kapiler
Kekurangan intake cairan
Evapolasi
Subjektif: Objektif:
(tidak ada) - Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgon kulit menurun
- Membrane mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda minor
Subjektif: Objektif:
- Merasa lemah - Pengisian vena menurun
- Mengeluh haus - Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urine meningkat
- Berat badan turun tiba-tiba
c. Intoleransi aktivitas
Definisi:
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari- hari
Penyebab:
Ketidakadseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen
Tirah baring
Kelemahan
Imobilisasi
Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: Objektif:
Mengeluh lelah Frekuensi jantung meningkat > 20%
dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif: Objektif:
- Dispnea saat/ setelah - Tekanan darah berubah
aktivitas >20% dari kondisi istirahat
- Merasa tidak nyaman - Gambaran EKG menunjukan
setelah beraktivitas aritmia saat/ setelah aktivitas
- Merasa lemah - Gambaran EKG menunjukan
iskemia
- Sianosis
Kondisi klisnis terkait:
Anemia
Gagal jantung kongestif
Penyakit jantung coroner
Penyakit katup jantung
Aritmia
PPOK
Gangguan metabolic
Gangguan muskuloskeletal
d. Gangguan pola tidur
Definisi:
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Peyebab:
Hambatan lingkungan
Kurang control tidur
Kurang privasi
Restraint fisik
Ketidakadaan teman tidur
Tidak familiar dengan peralatan tidur
Subjektif: Objektif:
Mengeluh kemampuan aktivitas (tidak ada)
menurun
Kondisi klinis terkait:
Nyeri
Hipertiroidisme
Kecemasan
PPOK
Kehamilan
Periode pasca partum
Periode pasca operas
5. Rencana tindakan keperawatan
6. Daftar pustaka
Manto, Harsis. 2019. Makalah kegawatdaruratan pada pasien abortus. Academia.edu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta: PPNI
Yunus, Putri.2020.Laporan pendahuluan kegawatdaruratan.academia.edu