KERACUNAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat
Darurat
Disusun oleh:
B. PATOFISIOLOGI
Organofosfat adalah persenyawaan yang tergolong
antikholinesterase. Dampak organofosfat terhadap kesehatan
bervariasi, antara lain tergantung dari golongan, intensitas
pemaparan, jalan masuk dan bentuk sediaan. Dalam tubuh manusia
diproduksi asetikolin dan enzim kholinesterase. Enzim kholinesterase
berfungsi memecah asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat.
Asetilkolin dikeluarkan oleh ujung-ujung syaraf ke ujung syaraf
berikutnya, kemudian diolah dalam Central nervous system (CNS) dan
akhirnya terjadi gerakan-gerakan tertentu yang dikoordinasikan oleh
otak. Apabila tubuh terpapar organofosfat, maka mekanisme kerja
enzim kholinesterase terganggu, dengan akibat adanya ganguan pada
sistem syaraf. Ketika pestisida organofosfat memasuki tubuh manusia
atau hewan, pestisida menempel pada enzim kholinesterase. Karena
kholinesterase tidak dapat memecahkan asetilkholin, impuls syaraf
mengalir terus (konstan) menyebabkan suatu twiching yang cepat
dari otot-otot dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Pada saat
otot-otot pada sistem pernafasan tidak berfungsi terjadilah kematian.
Hadirnya pestisida golongan organofosfat di dalam tubuh juga
akan menghambat aktifitas enzim asetilkholinesterase, sehingga
terjadi akumulasi substrat (asetilkholin) pada sel efektor. Keadaan
tersebut diatas akan menyebabkan gangguan sistem syaraf, baik
sistem saraf pusat, sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang
berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat asetilkholin
yang tidak dihidrolisis. Gangguan ini selanjutnya akan dikenal sebagai
tanda-tanda atau gejala keracunan (Prijanto, 2009).
C. PATH-WAY
Kematian
Efek akumulasi asetilkolin
Kelelahan, Kelemahan Intoleransi Aktivitas
pada neuromuskular
fisik, fasikulasi
junction
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (urin,
gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap,
osmolalitas serum, elektrolit, urea, kreatinin, glukosa, transaminase
hati). EKG, untuk melihat dan memantau kerja dari jantung, Foto
toraks/abdomen, untuk melihat apakah terjadi perubahan pada organ
pernafasan dan organ pencernaan, Tes toksikologi kuantitatif
(Boswick, 1997).
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak
membantu.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala :
a. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
b. Gangguan sistem susunan saraf pusat :
1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
2) Odem otak : beri manitol atau dexametason
c. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala,
mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi,
depresi pernafasan dan kejang.
Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar.
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada
reseptor muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek
nikotinik.
Pada usia < 12 tahun pemberian atropin diberikan dengan dosis
0,05 mg/kgBB, IV perlahan dilanjutkan dengan
0,02-0,05mg/kgBB setiap 5-20 menit sampai atropinisasi
sudah adekuat atau dihentikan bila :
1) Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
2) Pupil dilatasi (melebar)
3) Mukosa mulut kering
4) Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan
disesuaikan dengan respon penderita. Pengobatan
maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita,
atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan
secara bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih
bisa terjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai
pengaruh terhadap efek nikotinik (kelumpuhan otot)
organofosfat
2. Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat
muntah.
Obat antiemetik adalah : Antagonis reseptor 5-hydroxy-
tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di Susunan
Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna. Obat ini dapat digunakan
untuk pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah
akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan
ini adalah : Domperidon, Ondansentron, Dolasetron (Boswick,
1997).
3. Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan
homeostasis fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap dan
untuk mencegah serta mengobati komplikasi sekunder seperti
aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru, pneumonia,
rhabdomiolisis (kumpulan gejala yang ditimbulkan karena
gangguan dalam sel-sel otot), gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi
organ menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan.
Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5-1g /kgBB IV, Kejang :
diazepam 0,2-0,3mg /kgBB IV (Boswick, 1997).
4. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4
jam) dengan cara
a. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik
(menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian
air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak
boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa
kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.
b. Bilas lambung :
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit,
Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang
(Arisman, 2009).
G. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Intoksikasi intektisida
organofosfat Pola Nafas Tidak
1. Klien menyatakan sulit
Efektif
untuk bernafas
Hambatan aktivasi enzim
2. Klien menyatakan merasa
asetilkolinesterase
seperti tercekik
Takikardi, Hipertensi,
Midriasis
Data Subjektif : Masuknya insektisida
organofosfat ke GI Ansietas
1. Klien menyatakan
kawatir karena
Intoksikasi insektisida
perubahan dalam
organofosfat
peristiwa hidup.
Respon psikologis
Data Objektif :
1. Perilaku : gelisah, agitasi
2. Affektive: ketakutan,
3. Fisiologis: suara
bergetar, gemetar,
peningkatan keringat,
4. Respirasi meningkat,
nadi meningkat, tekanan
darah meningkat
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
ditandai dengan penggunaan otot bantu nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah
ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar-
kapiler (atelektasis, kolaps jalan nafas / alveolar edema paru / efusi,
sekresi berlebihan / pendarahan aktif)
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan merasa bingung, tampak gelisah.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan Mengeluh Lelah,
Frekuensi jantung meningkat, Tekanan darah berubah
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
Efektif keperawatan selama x24 jam Observasi
diharapkan pola napas membaik 1. Monitor frek,irama, kedalaman, dan upaya napas
dengan kriteria hasil; 2. Monitor pola napas (takipnea)
1. Dyspnea menurun dengan 3. Monitor kemampuan batuk efektif
skala (5)
4. Monitor adanya produksi sputum
2. Ortopnea menurun dengan
skala (5) 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Pernapasan pursed lip 6. Auskultasi bunyi napas
menurun dengan skala (5) Terapeutik
4. Pernapasan cuping hidung 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
menurun dengan skala (5) pasien
5. Frekuensi napas membaik 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
dengan skala (5) Edukasi
6. Kedalaman napas membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
dengan skala (5) 2. Informasikan hasil pemantauan
7. Retraksi dinding dada
membaik dengan skala (5)
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan karbon dioksida pada 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
membran alveolus/ kapiler dalam 2. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya
batas normal. nafs
dengan kriteria hasil : 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
1. Tingkat kesadaran meningkat
2. Dyspnea menurun Terapeutik
3. Bunyi napas tambahan Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
menurun Edukasi
4. Takikardia menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
5. Pusing membaik 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
6. Penglihatan kabur menurun Terapi oksigen
7. Diaphoresis menurun
8. Gelisah menurun Observasi
9. Napas cuping hidung 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
menurun 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
10. PCO2 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
11. PO2 pastikan fraksi yang diberikan cukup
12. pH arteri 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri,
13. Sianosis membaik Analisa gas darah)
14. Pola napas membaik 5. Monitor kemampuan melepaska oksigen saat
15. Warna kulit membaik makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis
8. Monitor kecemasan akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukos hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan
5. Tetap berika oksigen saat pasien di transportasi
6. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi;
diharapkan tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
menurun dengan kriteria hasil : (mis.kondisi,waktu,stressor )
1. Verbalisasi kebingungan 2. Indentifikasi kemampuan mengambil keputusan
cukup menurun 3. Identfikasi tanda-tanda ansietas (verbal dan
2. Verbalisasi khawatir akibat Nonverbal)
kondisi yang dihadapi cukup Terapeutik;
menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Perilaku gelisah dan tegang kepercayaan
cukup menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
4. Keluhan pusing cukup memungkinkan
menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
5. Anoreksia cukup menurun 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Frekuensi napas cukup 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
menurun, menyakinkan
7. Frekuensi nadi cukup 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
menurun kenyamanan
8. Tekanan darah cukup 7. Motivasi yang mengidentifikasi yang memicu
menurun kecemasan
9. Tremor menurun 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
10. Pucat cukup menurun yang akan datang
11. Konsentrasi cukup membaik Edukasi ;
12. Pola tidur ckup membaik 1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin
13. Perasaan keberdayaan cukup dialami
membaik 2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jka
perlu
3. Anjurkan melakukan kegiatan yang kompetitif,
sesuai kebutuhan
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
7. Latih teknik relaksasi
Teknik menenangkan
Observasi;
1. Identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik ;
1. Buat kontrak dengan pasien
2. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi;
1. Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau
musik yang disukai
2. Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci,
ibadah sesuai agama yang dianut
3. Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga
perasaan menjadi tenang.
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Aktivitas keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan toleransi aktivitas 1. Identifikasi gngguan fungsi tubuh yang
meningkat. mengakibatkan kelelahan
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kemudahan dalammelakukan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari hari 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanana selama
meningkat melakukan aktivitas
Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik
dan bawah meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Keluhan lelah menurun (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
Dispnea saat aktivitas 2. Lakukan pelatihan rentang gerak pasif atau aktif
menurun 3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA