Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOKSIKASI

DOSEN PENANGGUNG JAWAB:


SuhaimiFauzan, S.Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
ADRIATI I4051201006

Pembimbing Klinik

(Ns. Susi Lestari, S.Kep)

197204101992032011

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN VIII


STASE KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
TAHUN 2021
1. Definisi
Intoksikasi adalah masuknya racun kedalam tubuh ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi
didalam tubuh yang dapat menyebabkan cedera atau menganggu tubuh dengan adanya reaksi
kimia tersebut (NANDA NIC NOC, 2013).

2. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan dapat mengakibatkan gejala yang ringan
sampai yang berat. Secara umum keracunan banyak disebabkan oleh :
a. Mikroba yang dapat menyebabkan keracunan antara lain :
 Escherichia coli patogen
 Staphylococcus aureus
 Salmonella
 Bacillus parahemolyticus
 Clostridium botulisme
 Streptococcus
b. Bahan kimia yang dapat menyebabkan keracunan yaitu :
 Peptisida golongan organofosfat
 Organo sulfat dan karbonat
c. Toksin yang dapat menyebabkan keracunan antara lain :
 Jamur
 Tetrodotoxin
 Toksin ciguatera (NANDA NIC NOC, 2013).

3. Faktor Resiko
 Makanan yang sudah terkontaminasi
 Hygien makanan yang kurang
 Menghirup pestisida yang lama

4. Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya keracunan ada dua jenis, yaitu:

a. Keracunan maupun keracunan secara sengaja ( occupational poisoning ). Sangat erat


hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat - obatan.
b. Keracunan secara tidak sengaja ( accidental poisoning ). Erat hubungannya dengan
kecelakaan kerja, atau ketidaksadaran maupun ketidaktahuan seseorang terhadap
suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan keracunan.

5. Komplikasi
 Kejang
 Koma
 Henti jantung
 Henti napas
 Syok

6. Patofisiologi
Keracunan makanan disebabkan oleh tingginya kadar histamin yang dihasilkan oleh
bakteri yang dapat mempengaruhi produksi asam lambung dan permeabilitas pembuluh
darah. Tanda dan gejala pada keracunan makanan yaitu sakit kepala, pusing, kadang disertai
mual, muntah, diare (Mustika, 2019).
Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara, diantaranya absorpsi melalui
kulit, melalui oral baik disengaja atau kecelakaan, dan melalui pernafasan. Absorbsi lewat
kulit atau subkutan dapat terjadi jika substansi toksik menetap di kulit dalam waktu
lama. Intake melalui saluran pernafasan terjadi jika pemaparan berasal dari droplet, uap atau
serbuk halus. Pestisida meracuni manusia melalui berbagai mekanisme kerja. Mempengaruhi
kerja enzim dan hormon. Bahan racun yang masuk kedalam tubuh dapat menonaktifkan
aktivator sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja. Pestisida tergolong sebagai
endocrine disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat mengganggu sintesis,
sekresi, transport, metabolisme, pengikatan dan eliminasi hormon-hormon dalam tubuh yang
berfungsi menjaga homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang. Masuknya pestisida
menginduksi produksi serotonin dan histamin, hormon ini memicu reaksi alergi dan dapat
menimbulkan senyawa baru yang lebih toksik (Pamungkas, 2016).
7. Pathway

Masuknya insektisida Intoksikasi insektisida


organofosfat ke organofosfat
gastrointestinal

Respon Hambatan aktivitas enzim Penurunan suplai


psikologis asetikolinesterase (Ache) makanan

ansietas Akumulasi asetikolin pada Ketidakseimbangan


ujung saraf nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Efek stimulasi Efek stimulasi Efek stimulasi


muskarinik pada nikotinik pada saraf nikotinik muskarinik
saraf parasimpatis simpatis pada sistem saraf
pusat

Muntah, lakrimasi, Hipertensi,


berkeringat, diare, midriasis Agitasi, penurunan
sering kencing dan tingkat kesadaran dan
hipersaliva koma
Penurunan aliran
darah sistemik
Peningkatan Resiko
hilangnya cairan ketidakefektifan
tubuh perfusi jaringan
Ketidakefektifan otak
perfusi jaringan
perifer
Ketidakseimbang Gangguan tidak dapat
an elektrolit dikoreksi

Gagal kardiorespirasi

kematian
8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan


lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin,
glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk
kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif (Mustika,2019).

9. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Intervensi


1) Ansietas berhubungan dengan pemajanan toksin
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan hilangnya cairan tubuh
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan stimulasi nikotinik
muskarinik pada sistem saraf pusat
DAFTAR PUSTAKA

Mustika, Syifa. (2019). Keracunan Makanan: Cegah, Kenali, Atasi. Malang: UB Press
NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N, Hardhi Kusuma. Yogyakarta: Mediaction
publishing.
Pamungkas, Oktofa S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia.
Bioedukasi: Vol. XIV, No 1

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Interveni Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai