Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KASUS BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Via Daring Departemen Keperawatan Anak

yang Diampu Oleh Ns. Rani Diana Balqis,.S.Kep

OLEH :

I Ketut Anggas Dwi Antara


2020.04.023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Anak pada Pasien Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan Tugas Praktek Profesi Ners Via
Daring yang dilaksanakan pada tanggal 16 November 2020, disusun oleh :

Nama : I Ketut Anggas Dwi Antara

NIM : 2020.04.023

Prodi : Kelompok B Profesi Ners

Telah disetujui pada

Mengetahui

Pembimbing Praktek Profesi Ners

Ns. Rani Diana Balqis.,S.Kep


NIK: 06.089.0414
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk, 2010).
Bayi berat lahir rendah merupakan bayi yang lahir dengan berat badan rendah
kurang dari 2500 gram. Angka kematian akibat bayi berat lahir rendah cukup tinggi,
bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat membutuhkan perawatan yang optimal, untuk
meningkatkan berat badannya (Dyah Puji, 2015)

B. Etiologi
Beberapa penyyebab dari bayi dengan berat lahir rendah (Proverawati &
Ismawati, 2010) yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preeklamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), dan penyakit jantung.
c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol
2) Ibu
a. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3) Keadaan sosial dan ekkonomi
a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan
c. Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempaat tinggal di daratan tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2010), gambaran klinis atau ciri-ciri bayi BBLR adalah:
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak atau subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hiptonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak
kaki halus
m. Kepala tidak mampu tegak, funsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah
n. Pernapasan 40 – 50x/menit dan nadi 100 – 140x/menit
D. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi:
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan
seng di deposit selama 8 minggu terrakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemiia, anemia, dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan dalam mencerna dan
mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisapan dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32
– 34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisnya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi paterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
E. Pattway

Etiologi

Faktor
Plasenta
Faktor Ibu Faktor Janin

BBLR/BLSR

Prematuritas Fungsi organ-organ


Permukaan tubuh
Jaringan lemak belum baik
relatif lebih luas subkutan lebih tipis
Penurunan Ginjal Otak
daya tahan Hati Usus
Penguapan Pernapasan
dengan suhu Kehilangan
berlebih
luar panas Imaturitas Imaturitas
Resiko Konjugasi Peristaltik
melalui kulit Dinding Ginjal sentrum
infeksi bilirubin belum vital
lambung
Kehilangan belum baik
Kehilangan panas lunak sempurna
cairan Sekunder
terapi Regulasi
Hiper
Mudah Pengosong Pernapasan
Dehidrasi Hipotermi bilirubin
kembung an
lambung
Ikterus belum baik Pernapasan
periodik
Pernapasan
Paru biot

-Pertumbuhan Reflek menelan


dinding dada belum sempurna
belum sempurna
-Vaskuler paru Mata
Kulit
imatur
Resiko defisit
nutrisi -Imaturitas
Insufiensi lensa mata
-Sekunder Halus
pernapasan mudah lecet
efek O2

Penyakit Infeksi
Rentrolentral
membran Pola napas Fibroplasia pioderma
hialin tidak efektif

Retinopaty Sepsis
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) sebagai berikut:
a. Hipotermia
Adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,5C suhu normal bayi, baru lahir
berkisar 36,5C, kurang lebih 37,5C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermia apabila
< 36,0C atau kedua kaki, dan tangan teraba dingin. Bila tubuh bayi teraba dingin,
maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32C – 36C) suhu aksila.
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 32C. Hipotermia menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metabolis
anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan
berlanjut dengan kematian.
b. Hipoglikemia
Adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl
(2,6 mmol/L). Hipoglikemia sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena
cadangan glukosa rendah.
c. Hiperbilirubin/ ikterus
Adalah suatu kedaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas
nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice
pada neonatus. Selain itu hiperbilirubin yang meninggi dapat menyebabkan efek
patologis pada neonatus ditandai joundice pada sklera mata, kulit, membran
mukosa dan cairan tubuh.
d. Sindroma gawat nafas (respiratory distress syndroma)
Adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan perkembangan
maturitas paru. Sindroma gawat pernafasan (dulu disebut penyakit membran
hialin) adalah suatu keadaan dimana kantung udara (alveoli) pada paru-paru bayi
tidak dapat tetap terbuka karena tingginya tegangan permukaan akibat kekurangan
surfaktan.
e. Infeksi Neonatorum atau sepsis
Adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan, yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Sepsis
adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
f. Perdarahan intrakranial
Adalah perdarahan di dalam tulang tengkorak. Perdarahan bisa terjadi di
dalam otak atau di sekeliling otak.
- Perdarahan yang terjadi di dalam otak disebut perdarahan intraserebral
- Perdarahan diantara otak dan rongga subaraknoid disebut perdarahan
subaraknoid.
- Perdarahan diantara lapisan selaput otak (meningen) disebut perdarahan
subdural.
- Perdarahan diantara tulang tengkorak dan selaput otak disebut perdarahan
epidural.

Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Ruang


didalam tulang tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan denggan cepat
akan menyebabkan bertambahnya tekanan dan hal ini sangat berbahaya.

G. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat didalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kangguru dalam kantung
ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi prematuritas masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan masih belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/kg
BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg
BB/hari.
c. Pencegahan infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polistemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau cepat
bertambah coklat.
f. Pernafasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda-tanda gawat pernafasan selalu dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobservasi usaha pernafasan.
g. Hipoglikemia
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebeulum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010), pemeriksaan penunjang yyang dapat dilakukan
pada bayi berat lahir rendah (BBLR) antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflak dan
maturitas fisik untuk menilai reflak pada bayi tersebut untuk mengetahuiapakah
bayi itu prematuritas tau maturitas.
b. Tes kocok (shake test) di anjurkan pada bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu
yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Radiologi
1. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi
dengan penyakit membran hialin karena kekurangan surfaktan berupa
terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada
kondisi berat hanya tampak gambaran white lung.
2. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan
intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah
dengan fotanel anterior yang terbuka.
d. Laboratorium
1. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas pemeriksaan kadar
elektrolit atau analisa gas darah.
2. Hematokrit (HCT)
- Bayi usia 1 hari 48-69%
- Bayi usia 2 hari 48-75%
- Bayi usia 3 hari 44-72%
3. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl
4. Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb
5. Hb F
- Bayi usia 1 hari 63-92%
- Bayi usia 5 hari 65-88%
- Bayi usia 3 minggu 31-75%
6. Jumlah leukosit
- Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 10 sel/mm (uL)
- Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 10 sel/mm (uL)
- Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 10 sel/mm (uL)
7. Bilirubin
8. Total (serum)
- Tali pusat < 2,0 mg/dl
- 0-1 hari 8,0 mg/dl
- 1-2 hari 12,0 mg/dl
- 2-5 hari 16,0 mg/dl
9. Direk (terkonjugasi)
- 0,0-0,2 mg/dl
10. Glukosa (8-12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa
plasma < 50 mg/dl
11. Tekanan parsial C02 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
12. Tekanan parsial O2 (PO2)
- Lahir 8-24 mmHg
- 5-10 menit 33-75 mmHg
- 30 menit 31-85 mmHg
- > 1 jam 55-80 mmHg
- 1 hari 54-95mmHg
- Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg
13. Saturasi oksigen (SaO2)
- Bayi baru lahir 85-90%
- Kemudian meningkat 95-99%
14. Ph bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50
15. Elektrolit darah (k/p)
16. Natrium
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

I. Identifikasi Pasien
A. Pengkajian
a. No.rekam medis : sesuai dengan nomor yang didapat dari rumah sakit
b. Nama : menggunakan nama ibu, jenis kelamin bayi, dan berat badan lahir
(misal: By.Ny.L)
c. Umur/tanggal lahir : menjelaskan umur bayi, tanggal dilahirkannya.
 Identitas Penanggung jawab
a. Nama : menggunakan nama ibu (misal: By.Ny.L)
b. Umur/tanggal lahir : Umur ibu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya
stunting atau bayi berat lahir rendah (contoh melahirkan pada umur yang
terbilang masih muda < 20 tahun atau > 35 tahun)
c. Agama : agama apapun dapat memiliki bayi berat lahir rendah
d. Alamat : letak geografis dapat mempengaruhi terjadinya masalah bayi berat
lahir rendah. (misal: letak geografis yang tidak sehat, seperti banyaknya
polusi yang tidak sehat yang dapat mengganggu kondisi kesahatan janin, dan
budaya).
e. Pekerjaan : jenis pekerjaan yang dapat membuat ibu kelelahan juga dapat
menjadi faktor masalah bayi berat lahir rendah.
f. Pendidikan : pendidikan apapun juga dapat memiliki BBLR
B. Keluhan Utama
Pada keluhan utama pada kasus BBLR biasanya sering ditemui keluhan
bayi menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) sering ditemukan
BB bayi < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkar
dada < 30 cm dan umur kehamilan cukup bulan atau kurang bulan.
 Keluhan saat pengkajian
Pada pasien debgan bayi berat lahir rendah (BBLR) sering ditemukan keluhan
bayi mengalami hipotermia dengan suhu < 35,5C
D. Riwayat Penyakit Dahulu
 Prenatal
Biasanya ditemukan ibu tidak memeriksakan kehamilannya, tidak imunisasi
TT sehingga terjadi gangguan kehamilan karena infeksi, berat badan ibu
tidak sesuai dengan usia kehamilan, adanya penyakit penyerta serta memiliki
riwayat BBLR sebelumnya.
 Natal
Pada bayi BBLR dapat dilahirkan dengan persalinan normal ataupun SC,
bayi BBLR bisa lahir dengan usia kehamilan cukup bulan atau kurang dari 37
minggu.
 Post Natal
Pada BBLR sering ditemukan berat kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang
dari 30 cm, jaringan lemak subkutan tipis, rambut lanugo banyak, genetalia
belum sempurna, tonus otot lemah.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah adanya penyakit tertentu yang menyertai selama kehamilan
seperti DM, TB paru, tumor kandungan, kista, hipertensi, HIV/AIDS
F. Genogram
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya memiliki atau mempunyai
riwayat pernah melahirkan bayi premature.
G. Riwayat Imunisasi
Pada BBLR biasanya diberikan imunisasi HB 0 dan vitamin K untuk bayi
baru lahir.
H. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan fisik
Pada BBLR sering ditemukan lahir dengan BB < 2500 gram, Panjang badan <
45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm
2. Perkembangan
Pada bayi BBLR sering ditemukan sistem saraf yaitu reflek primitife terdiri
dari reflek morrow, reflek kaget, reflek tonick neek, reflek suching, dan reflek
rooting melemah.
I. Activity Daily Living (ADL)
- Pola Nutrisi : Pada BBLR sering mendapatkan bantuan ASI, membutuhkan
bantuan ASI dalam jumlah sedikit tapi sering, dan mempunyai masalah
menyusui karena reflek menghisap yang lemah.
- Pola istirahat : Biasanya terganggu oleh karena hipotermia
- Pola personal hygine : Biasanya pada tahap awal tidak dimandikan
- Pola aktivitas : Pada BBLR gerakan kaki dan tangan lemah
- Pola eliminasi
1. Eliminasi BAK
Pada BBLR memiliki masalah pada perkemihan karena fungsi ginjal bayi
yang belum sempurna, produksi urine rendah
2. Eliminasi BAB
Pada BBLR sering ditemui adanya atresia ani sehingga mekonium tidak
keluar.
J. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Umur kehamilan cukup bulan maupun kurang bulan, BB < 2500 gram,
panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm. Nadi
pada BBLR biasanya heat rate (100-140x/menit), frekuensi nafas 40-
50x/menit. Gejala awal yang sering muncul adalah hipotermi dengan suhu <
36C, hipotermi sedang (suhu 32-36C), dan dikatakan hipotermi berat (suhu
tubuh bayi < 32C).
 Tanda-tanda Vital
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital terdiri dari pemeriksaan nadi, pernafasan,
suhu.
 Antropometri
Pada pemeriksaan antropometri terdiri dari pemeriksaan panjang badan, berat
lahir, lingkar dada, lingkar kepala.
 Head to toe
 Kepala
- Inspeksi : Biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari badan, kulit tipis,
ubun-ubun besar dan kecil belum menutup.
- Palpasi : Pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala < 33 cm
 Mata
- Inspeksi : Pada BBLR sering ditemukan kondisi mata simetris, pupil isokor,
terdapat banyak lanugo pada area pelipis, konjungtiva anemis
 Hidung
- Inspeksi : Pada BBLR terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan
pola nafas
- Palpasi : Pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang rawan belum
sempurna.
 Mulut
- Inspeksi : Pada BBLR reflek hisap, menelan dan batuk belum sempurna,
mukosa bibir kering, pucat, sianosis
- Palpasi : Sering ditemukan regurgitasi isi lambung dan muntah di area mulut
akibat motilitas usus kurang dan pengosongan lambung.
 Telinga
- Inspeksi : Pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun telinga imatur
- Palpasi : Pada BBLR sering ditemukan daun telinga lunak.
 Wajah
- Inspeksi : Pada BBLR sering ditemukan warna kulit merah karena hipotermia,
bentuk simetris, lanugo banyak, keriput seperti orang tua.
 Leher
- Inspeksi : Pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat dari
inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya didapatkan retraksi
suprasternal
 Dada
1. Paru
-Inspeksi : Biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, terdapat otot bantu
pernafasan, lingkar dada < 30 cm, retraksi dada ringan.
-Palpasi : Biasanya dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk
-Perkusi : Terdapat suara sonor
-Auskultasi : Jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi
mendengkur, jika terjadi aspirasi mekonium maka terdapat suara
ronchi.
2. Jantung
-Inspeksi :Biasanya ictus cordis nampak di ICS mid klavikula
-Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 4 mid klavikula sinistra
-Perkusi : Area jantung terdengar redup
-Auskultasi : Bunyi jantung terdengar S1 S2 tunggal, normalnya heat rate
120-160x/menit

 Abdomen
-Inspeksi : pembuluh darah di area abdomen terlihat, tidak terjadi distensi
abdomen, pusar insersi ditengah, buncit, terpasang infus umbilical.
-Palpasi : kulit taraba halus, dan keriput seperti orang tua, lunak, tidak ada
pembesaran hati/limfa
-Perkusi : Timpani
-Auskultasi : Peristaltik usus 18x/menit
 Punggung
-Inspeksi : Keadaan punggung simetris, terdapat lanugo
 Genetalia
- Inspeksi : Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, klitoris menonjol. Pada bayi BBLR laki-laki testis belum
turun dan rague pada skrotum kurang.
 Ekstremitas
- Atas : Pada ekstremitas atas lengkap, garis plantar sedikit, kadang terjadi
odema, pergerakan otot melemah, terdapat lanugo, akral dingin.
- Bawah : Lengkap, garis plantar sedikit, kadang terjadi odema, pergerakan
otot melemah, kaki kanan terpasang SPO2, akral dingin.
 Kulit
-Inspeksi : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik
-Palpasi : Turgor kulit cukup
 Anus
-Inspeksi : Biasanya pada BBLR anus bisa berlubang atau tidak.
II. Diagnosa Keperawatan
1. D.0005 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
2. D.0131 Hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan
3. D.0032 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
nutrisi karena imaturitas
4. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan imunologi
III. Intervensi Keperawatan berdasarkan SIKI
1. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
Pemantauan Respirasi (1.01014)
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas, (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor batuk efektif
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Diagnosa: Hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan
Manajemen Hipotermia (1.14507)
Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab hipotermi (mis. Terpapar suhu lingkungan rendah,
pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,
kekurangan lemak subkutan).
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi (hipotermi ringan: takipnea,
disartria, menggigil, hipertensi, diuresis; Hipotermia sedang:aritmia,
hipotensi, apatis, koagulopati, reflek menurun; Hipotermi berat : oliguria,
reflek menghilang, edema paru, asam-basa abnormal).
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, inkubator)
- Ganti pakaian dan/ linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutu kepala, pakaian tebal)
- Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat, perawatan metode kangguru)
- Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen
hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi
- Anjurkan makan/minum hangat.
3. Diagnosa: Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
nutrisi karena imaturitas
Manajemen gangguan makan (1.03111)
Observasi
a. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori.
Terapeutik
a. Timbang berat badan secara rutin
b. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga)
yang sesuai.
c. Lakukan kontak perilaku (misalnya target berat badan, tanggung jawab
perilaku).
d. Didampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan.
e. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan
perilaku
f. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (misal, medis,
konseling)
Edukasi
a. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (misal, pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan).
b. Ajarkan pengaturan diit yang tepat
c. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan.
4. Diagnosa: Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan imunologi
Pencegahan infeksi (1.14539)
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkann meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
IV. Evaluasi
Pada tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan di dapat.
DAFTAR PUSTAKA
Dyah Puji A, dkk.(2015). Pengaruh Penerapan Metode Kanguru dengan Peningkatan Berat
Badan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit PKU Muhamadyah
Gombong. Jurnal Kebidanan, Vol.5, No. 9
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan Berat Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H,. Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C.(2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai