Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG MOBILISASI DINI

Kelompok 1:
1. Abidatul Kholiq (7419001)
2. Devy Inatasari (7419009)
3. Muh. Ashif Ulul Albab (7419020)
4. Nur Haqiqatul Jannah (7419025)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Satuan Acara Penyuluhan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek profesi
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul
‘Ulum Jombang di Ruang 18 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada :
Hari/Tanggal :
Kelompok :1
Ruangan : Ruang 18
Judul SAP : Mobilisasi Dini
Telah dikonsultasikan dan disetujui sebagai laporan praktek profesi.

Malang, 2019

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

(…………………………….) (………...……..…………….)

Kepala Ruangan

(………………..…………….)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Mobilisasi Dini


Sub Pokok Bahasan : Mobilisasi dini pada pasien bedrest
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : 10:00 WIB s/d selesai
Tempat : Ruang 18 RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Hari : Sabtu, 07 Desember 2019

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien mampu melakukan mobilisasi secara mandiri
dan dapat memahami pentingnya mobilisasi pasif dan aktif.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga dan pasien
dapat :
1. Menyebutkan kembali pengertian mobilisasi
2. Menjelaskan jenis-jenis mobilisasi
3. Menyebutkan kembali manfaat mobilisasi
4. Menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi
5. Mampu menggerakan kembali gerakan mobilisasi

C. Metode :
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Media
1. Leaflet

E. Pengorganisasian dan Uraian Tugas


1) Protokol/Pembawa Acara/Moderator
 Nama : Nur Haqiqatul Jannah
Uraian Tugas :
a) Membuka acara penyuluhan dan memperkenalkan diri dan tim kepada peserta
b) Mengatur proses dan lamanya penyuluhan
c) Menyimpulkan materi penyuluhan
d) Menutup acara penyuluhan
2) Penyuluh/Pengajar/Pemateri
Uraian Tugas :
 Nama : - Abidatul Kholiq
- Devy Inatasari
Uraian Tugas
a) Menyampaiakn materi penyuluhan, menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta
b) Memotivasi peserta untuk aktif dan memperhatikan proses penyuluhan
c) Memotivasi peserta untuk aktif bertanya
d) Menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peserta
3) Fasilitator
 Nama : Moh. Ashif Ulul Albab
Uraian Tugas :
a) Ikut bergabung dan duduk bersama peserta
b) Memotivasi peserta untuk aktif bertanya mengenai materi yang belum jelas
c) Menjelaskan mengenai isi yang ada pada leaflet apabila peserta masih belum jelas
d) Mengevaluasi kembali para peserta penyuluhan untuk memberikan feed back dari
pertanyaan
F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Tahap Kegiatan
kegiatan Penyuluh Sasaran
1 3 Pembukaan 1. Memberi salam Pembuka Menjawab Salam
menit 2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Kontrak waktu Memberi Respon
2 10 Kegiatan  Menjelaskan materi meliputi: Mendengarkan dan
Menit inti 1. Menyebutkan kembali pengertian memperhatikan
mobilisasi
2. Menjelaskan jenis-jenis mobilisasi
3. Menyebutkan kembali manfaat
mobilisasi
4. Menjelaskan kembali hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam mobilisasi
5. Mampu menggerakan kembali
gerakan mobilisasi
3 12 Evaluasi a. Menyimpulkan inti penyuluhan Mendengarkan dan
menit b. Menyampaikan secara singkat memperhatikan
materi penyuluhan
c. Memberi kesempatan pada
responden untuk bertanya
d. Memberi kesempatan pada peserta
untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
3 5 Penutup 1. Tanya jawab 1. Mengajukan
menit 2. Menyimpulkan hasil penyuluhan Pertanyaan
3. Salam penutup 2. Memahami
3. Membalas
Salam
G. Evaluasi Pembelajaran
a) Evaluasi Struktur
 Pemateri dan peserta pada posisi yang sudah direncanakan
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
 Materi sudah disiapkan 3 hari sebelum acara
 Peralatan sudah disiapkan 1 jam sebelum acara
 Leaflet telah tersedia
b) Evaluasi proses
 Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
 Pasien dan keluarga antusias dalam kegiatan penyuluhan
 Pasien dan keluarga mendengarkan penyuluhan dengan seksama
 Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat penyuluhan
 Pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai
c) Evaluasi hasil
 Pasien dan keluarga penyuluhan aktif mengajukan pertanyaan tentang materi yang
disampaikan
 Pasien dan keluarga penyuluhan dapat mengulang dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pemateri
 95% Pasien dan keluarga memahami materi yang disampaikan
 Pasien dan keluarga dapat mengambil manfaat dan bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari
Lampiran
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi dini adalah aktivitas pasien post pembedahan yang meliputi latihan
gerak ringan di atas tempat tidur seperti latihan bernafas, latihan batuk efektif,
menggerakkan tungkai sampai dengan latihan berjalan (Ibrahim, 2013).
Mobilisasi dini merupakan intervensi keperawatan yang berfungsi untuk
meningkatkan pengembalian fungsi tubuh dan mengurangi nyeri pasien post pembedahan
seperti latihan gerak sendi, latihan berjalan dan toleransi aktivitas sesuai dengan
kemampuan dan kesejajaran tubuh (Rustianawati., dkk, 2013).
2. Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi dini yaitu untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien post
pembedahan dengan cara mengalihkan konsentrasi pasien ada lokasi nyeri, mengurangi
aktivitas mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri dan
meningkatkan transmisi syaraf nyeri menuju ke syaraf pusat (Nugroho, 2010). Selain itu,
mobilisasi dini juga dapat menurunkan emboli paru, komplikasi thrombosis vena,
pneumonia dan retensi urin serta dapat mengurangi hari rawat pasien (Smuel, 2011).
Menurut Junaidi, (2009) mobilisasi dini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kekakuan (kontraktur) dan kemunduran pemecahan kekuatan (dekondisionong),
mengoptimalkan pengobatan sehubungan dengan medis dan menyediakan bantuan
psikologis pasien dan keluarga. Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J.
Garrison, (2009) antara lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
3. Manfaat Mobilisasi Dini
a. Sistem muskuloskeletal : ukuran, bentuk tonus dan kekuatan rangka dan otot jangtung
dapat di pertahankan dengan melakukan latihan yang ringan dan dapat ditingkatkan
dengan melakukan latihan yang berat. Dengan melakukan latihan, tonus otot dan
kemampuan kontraksi otot meningkat. Dengan melakukan latihan atau mobilisasi
dapat meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan ROM.
b. Sistem kardiovaskuler : dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat
meningkatkan denyut jantung, menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai
darah ke otot. Jumlah darah yang di pompa oleh jantung (kardiak output) meningkat
karena aliran balik dan aliran darah. Jumlah yang dipompa oleh jantung normal
adalah 5 liter/menit, dengan mobilisasi dapat meningkatkan kardiak output sampai 3
liter/menit.
c. Sistem respirasi : jumlah udara yang di hirup dan di keluarkan oleh paru/ventilasi
meningklat. Ventilasi normal sekitar 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat,
kebutuhan oksigen meningkatkan hingga mencapai 20 x dari kebutuhan normal.
Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah menumpukan sekret pada bronkus dan
bronkeolus, menurunkan usaha pernapasan.
d. Sistem gastrointestinal : dengan beraktivitas dapat memperbaiki napsu makan dan
meningkatkan tonus saluran pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi
seperti mempercepat kembalinya pemulihan peristaltik usus, dan mencegah terjadinya
konstipasi serta menghilangkan distensi abdomen.
e. Sistem metabolik : dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme,
dengan demikian peningkatan produksi dari panas tubuh dan hasil pembuangan.
Selama melakukan aktivitas, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari
kecepatan normal. Berbaring di tempat tidur dan maan diit dapat mengeluarkan 1850
kalori/ hari. Dengan beraktivitas juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserida dan
asam lemak, sehingga dapat mengurangi tingkat trigliserida serum dan kolestrol
dalam tubuh.
f. Sistem urinary : karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh
dapat memisakan sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah
terjadinya statis urinari. Kejadian retensi urin juga dapat dicegah dengan melakukan
aktivitas.
4. Macam-macam Mobilisasi Dini
Menurut Hidayat (2012), mobilisasi dini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Mobilisasi Penuh
Mobilisasi penuh yaitu kemampuan seseorang dalam bergerak dengan batasan tidak
jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa hambatan atau gangguan fungsi tubuh.
b. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
dan aktif dikarenakan adanya gangguan saraf motoric dan sensorik pada anggota
tubuh. Mobilisasi sebagian dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Mobilisasi sebagian temporer
Mobilisasi sebagian temporer adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang tidak menetap. Hal tersebut disebut dengan batasan yang
bersifat reversible pada system musculoskeletal. Contohnya yaitu adanya dislkasi
pada sendi dan tulang.
2) Mobilisasi sebagian permanen
Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal ini disebabkan karena adanya
kerusakan system saraf yang reversible. Contohnya yaitu terjadinya kelumpuhan
karena stroke, lumpu karena cidera tulang belakang, poliomegalitis kerena
terganggunya system saraf motoric dan sensorik.
5. Tahap-tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini harus dilakukan secara bertahap. Menurut Clark et al, (2013),
mobilisasi dini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:
a. Tahap 1: Post pembedahan pada 6-24 jam pertama, pasien dianjurkan untuk
melakukan teknik nafas dalam dan batu efektif. Melakukan latihan ROM, latihan
miring kanan dan miring kiri serta meninggikan tempat tidur dari posisi 150 sampai
900.
b. Tahap 2: Pada 24 jam kedua, pasien dianjurkan untuk duduk ditempat tidur tanpa
bersandar dengan mengobservasi rasa nyeri kemudian dilanjutkan dengan duduk di
tepi tempat tidur
c. Tahap 3: Pada 24 jam ketiga, pasien dianjurkan untuk latihan berdiri di samping
tempat tidur dan latihan berjalan disekitar tempat tidur.
d. Tahap 4: Pada 24 jam keempat, pasien diharapkan sudah dapat berjalan secara
mandiri.
Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan
pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum
sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu
dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau
pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan
tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai
level kondisi seperti pra pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi
waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress
psikis.
Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan
metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya
justru akan mempercepat penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali
otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi
dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap
pemulihan fisik. Pengaruh latihan pasca pembedahan terhadap masa pulih ini, juga telah
dibuktikan melalui penelitian penelitian ilmiah. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8
jam setelah pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat
digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional.
Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan
menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan
otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan
lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan
lebih awal lagi badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan
fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan
di lantai sambil digerak-gerakan. Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang
dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya
memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya
berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga.
Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di sekitar luka
operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan dengan tubuh, seperti; infus,
cateter, pipa nasogastrik (NGT=nasogastric tube), drainage tube, kabel monitor dan lain-
lain. Perangkat ini pastilah berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani. Namun
paling tidak dokter bedah akan mengintruksikan susternya untuk membuka atau melepas
perangkat itu tahap demi tahap seiring dengan perhitungan masa mobilisasi ini. Untuk
operasi di daerah kepala, seperti trepanasi, operasi terhadap tulang wajah, kasus THT,
mata dan lain-lain, setelah sadar baik, sudah harus bisa menggerakkan bagian badan
lainnya. Akan diperhatikan masalah jalan nafas dan kemampuan mengkonsumsi makanan
jika daerah operasinya di sekitar rongga mulut, hidung dan leher. Terhadap operasi yang
dikerjakan di daerah dada, perhatian utama pada pemulihan terhadap kemampuan otot-
otot dada untuk tetap menjamin pergerakan menghirup dan mengeluarkan nafas. Untuk
operasi di perut, jika tidak ada perangkat tambahan yang menyertai pasca operasi, tidak
ada alasan untuk berlama-lama berbaring di tempat tidur. Perlu diperhatikan kapan diit
makanan mulai diberikan, terutama untuk jenis operasi yang menyentuh saluran
pencernaan. Yang luka operasinya berada di areal punggung, misalnya pada pemasangan
fiksasi pada tulang belakang, kemampuan untuk duduk sedini mungkin akan menjadi
target dokter bedahnya. Sedangkan operasi yang melibatkan saluran kemih dengan
pemasangan cateter dan atau pipa drainage sudah akan memberikan keleluasaan untuk
bergerak sejak dua kali 24 jam pasca operasi. Apalagi operasi yang hanya memperbaiki
anggota gerak, seperti operasi patah tulang, sudah menjadi kewajiban pasien untuk
menggerakkan otot dan persendian di sekitar areal luka operasinya secepat mungkin.
Sekali lagi, penjelasan di atas diperuntukkan bagi penderita yang menjalani
operasi yang memerlukan rawat inap, sudah sadar baik, tidak terganggu keseimbangan
cairan dan elektrolitnya dan terlepas dari beban psikis atau subyektifitas rasa nyeri
seseorang, beberapa jam pasca operasi. Berbeda dengan pasien yang dirawat di ruang
intensif yang memerlukan monitoring ketat. Masa dan cara mobilisasinya tentu sudah
diatur dan dikerjakan oleh tenaga medis. Begitu juga sebaliknya, operasi dengan teknik
minimal invasif akan memberikan keunggulan dalam hal mobilsasi. Pasien akan bisa
lebih cepat dan leluasa bergerak pasca pembedahan.
6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawatan dirumah sakit
7. Indikasi Dilakukan Mobilisasi Dini Post Operasi
Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan :
a. Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan mobilisasi
b. Post pengobatan kompresi lumbal
c. Pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik
d. Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi, seperti kolostomi atau
laparostomi.
8. Kontra indikasi Mobilisasi Dini
Beberapa kontra indikasi dalam melakukan mobilisasi dini yang harus
diperhatikan, adalah sabagai berikut:
a. Pasien dengan fraktur tidak stabil
Pasien dengan fraktur tidak stabil karena pasien yang mengalami fraktur tersebut
membutuhkan mobilisasi dini untuk mengembalikan fungsi tubuhnya, kesejajaran,
dan memeprtahankan posisi yang benar sampai masa penyatuan (Zanni & Needham,
2010).
b. Trombus emboli pada pembuluh darah
Peningkatan aliran darah yang cepat masa yang terbentuk dari trombosit akan terlepas
dari dinding pembuluh darah, akan tetapi kemudian akan diganti oleh trombosit lain
(Zanni & Needham, 2010).
c. Tekanan darah tinggi
Pasien yang memiliki tekanan diastole > 200 mmHg dan systole > 100 mmHg, maka
dapat menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penciutan mendadak (Zanni
& Needham, 2010).
d. Penyakit sistemik atau demam
Pasien yang mengalami penyakit sistemik atau demam dianjurkan untuk banyak
istirahat untuk mencegah komplikasi yang timbul baru setelah demamnya menurun
dalam melakukan mobilisasi dini (Zanni & Needham, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Syapitri, Henny., Laura Mariati Siregar., Daniel Ginting. (2017). Metode Pencegahan Luka
Decubitus Pada Pasien Bedrest Total Melalui Perawatan Kulit. Idea Nursing Journal
Vol. VIII No. 2 2017 ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445
Simangunsong, Rimayanti., Julia, Rottie., Minar, Hutauruk. (2018). Hubungan Mobilisasi
Dini Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea Di RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado. E-journal Keperawatan (e-Kep) Volume 6 Nomor 1
Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC
Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd: Brown Co
Biston.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai