Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SOP (SPACE OCCUPAYING PROCCES) CEREBRY

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah tentang
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri,
hematoma, infark, abses otak dan tumor. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak
pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Rohma, 2016).
2. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum dapat diketahui secara pasti, namun faktor
resiko terjadinya tumor otak antara lain:
a) Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa
gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk
sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
b) Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan
tumor pada manusia masih belum jelas.
c) Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d) Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum
diketahui (Rohma, 2016).
3. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam yaitu:
a) Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat
(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor
otak.
b) Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel
mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
c) Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari
hipofisis anterior
d) Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
e) Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
f) Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang
lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma
serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
g) Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang
antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida
embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak (Rohma, 2016).
4. Manifestasi klinis
a) Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus
menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada
pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB.
Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang
sakit.
b) Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan
TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului
nausea dan dapat proyektif.
c) Papil edema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada
kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis
tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan
edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papil
edema mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk
pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya
penglihatan).
d) Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini
lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
1) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut
Kejang Jacksonian.
2) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
3) Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi
yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata
berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
4) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul.
5) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala
pada tumor otak :
 Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf
cranial-8)
 Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-
5)
 Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
 Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
6) Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes
insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
7) Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan (Rohma, 2016).
5. Patofisiologi
Gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan oleh 2 faktor yaitu
gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
a) Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh
paling cepat (misalnya glioblastama multiforme). Perubahan suplai darah akibat
tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi
sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan perubahan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi
dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista
yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
b) Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor: bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa
karena ia mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyeparan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid menimbulkan
hidrosepalus. Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat
akibat salah satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme
kompensasi antara lain: bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus /
serebellum. Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari
henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat
adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan
gangguan pernafasan (Rohma, 2016).
6. Pemeriksaan penunjang
a) CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan
kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini
juga member informasi tentang system ventrikuler.
b) MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam
mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
c) Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar dasar
pengobatan dan informasi prognosis.
d) Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
e) EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.
f) Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena
tumortumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan
serebrospinal.
g) Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian
rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan karena
kontra indikasi peningkatan TIK.
7. Penanganan
a) Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak.
Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa
mungkin peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang
tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum.
Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian
membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk
mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau
seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan
tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan
di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang
ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi
untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan. Efek samping yang mungkin
timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak
nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi
adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan
pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk
meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk
mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang
dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke
bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke
perut. Kadang kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya. Infeksi
adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan
antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan normal. Kerusakan otak bisa
menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat,
atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau
kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi
kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan
terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b) Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI
digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi
tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton. Kelebihan dari prosedur
knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan
memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample
jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta
pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi. Kadang-kadang
operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau
daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat
tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima
radioterapi atau perawatan lainnya.
c) Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin
besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi
diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya
dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel sel tumor (sisa) yang
mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan
sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan
ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya
berlangsung beberapa menit.
d) Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-
sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke
seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi
periode pengobatan dan periode pemulihan. Dua jenis obat kemoterapi, yaitu:
temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah
mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan
memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo
versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah
biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan
implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu,
wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel
kankernya.
8. Komplikasi
a) Ganguan Fungsi Luhur
 Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah
gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan
kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area
otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
 Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi
/ lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik
neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual
serta fatique.
 Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State
Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah
kesadaran, orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan
bahasa, memori dan kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
b) Ganguan Wicara
 Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal
ini kita mengenal istilah disartria dan aphasia.
 Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau
neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga
langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan
kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara
normal.
 Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau
sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami
kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency),
keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi
untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi
ketergantungan pada lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi
serta menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan metode alternatif.
Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan
menelan.
c) Ganguan Pola Makan
 Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan
menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi
di fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan
terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula
karena muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese
nervus glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi
radioterapi.
 Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan
dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi yang
menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk
gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral,
stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih
cair/lunak).
d) Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis.
Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi
neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG
biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
e) Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
 Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari
otak yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan
masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang
pandang.
 Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas
akustik - dapat menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi
yang terlibat otak.
f) Stroke
 Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area
otak, yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap
setiap gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa
menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
 Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme,
yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah
kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh
bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok
darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan
emboli. stroke trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di
dalam arteri otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang
terbentuk di luar pembuluh darah otak, kemudian gumpalan darah itu
berjalan melaui aliran darah dan sampai pada pembuluh darah otak,
gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay darah ke otak.
 Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic
stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan
akibat pembesaran tumor.
g) Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan
listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang
dapat menyebabkan kejang.
h) Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul
dapat berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social
withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur,
tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep
changes, ganguan bipolar (manicdepression).
i) Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya
hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat
menghambat aliran LCS.
j) Cerebral Hernia
 Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak.
 Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang
kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum
atau transtentorial
k) Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi
libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang
sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi
kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
l) Terbentuknya Gumpalan Darah
Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh
darah kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan
warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT
adalah bahwa mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di
mana mereka menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di
arteri paru (Rohma, 2016).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a) Anamnesa
1) Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
2) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin
meningkat
3) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat meningkat dengan
aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan mental seperti disorientasi,
letargi, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau
penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
4) Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
5) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
6) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test
dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan
B6 (Bone).
1) Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan sesak
napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi dan kompresi
medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak
menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas, dan biasanya
memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar oksigen 2 LPM.
2) Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu
terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien
tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi
bradikardi.
3) Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata)  : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung)  : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
d. Pengecapan (lidah)    : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
 Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
 Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
 GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4):Spontan
(3):Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-
ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6):Mengikuti perintah
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(1):Tidak ada respon
4) Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat kelamin
normal, uretra normal, produksi urin normal
5) Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga
menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya
akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut
bersih dan mukosa lembab
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan
(Sukartini, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d lesi menempati ruang (mis. Space-
occupaying proccess – akibat Tumor).
a) Definisi
Gangguan mekanisme dinamika intrakranial dalam melakukan kompensasi
terhadap stimulus yang dapat menurunkan kapasitas intrakranial.
b) Penyebab
a. Lesi menempati ruang (mis. Space-occupaying proccess – akibat Tumor)
b. Edema serebral (mis. Akibat cedera kepala {hematoma epidural, hematoma
subdural, hematoma subarachoid, hematoma intraserebral}, stroke iskemik,
stroke hemoragic, hipoksia, ensefalopati iskemik, pascaoperasi).
c) Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : sakit kepala
Objektif : - tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar
- Bradikardia
- Pola napas irreguler
- Tingkat kesadaran menurun
- Respon pupil melambat/tidak sama
- Reflek neurologis terganggu
d) Gejala dan tanda minor:
Objektif
- Gelisah
- Agitasi
- Muntah (tanpa disertai mual)
- Tampak lesu/lemah
- Fungsi kognitif terganggu
- Tekanan intrakranial (TIK) ≥ 20 mmHg
- Papiledema
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kep SLKI SIKI
1 Penurunan Setelah dilakukan asuhan Pemantauan tekanan intrakranial
kapasitas keperawatan selama Tindakan :
adaptif 3x24 jam diharapkan 1. Observasi :
intrakranial b.d kapasitas adaptif  Identifikasi penyebab peningkatan
lesi menempati intrakranial terkontrol tekanan intrakranial (mis lesi
ruang (mis. dengan kriteria hasil : menempati ruang)
Space- - Tingkat kesadaran  Monitor peningkatan TD
occupaying meningkat  Monitor irregularitas irama napas
proccess – - Sakit kepala menurun  Monitor penurunan tingkat
akibat Tumor) - Gelisah menurun kesaadaran
- Tekanan darah  Monitor
membaik perlambatan/ketidaksimetrisan
- Pola napas membaik respon pupil
- Respon pupil membaik  Monitor efek stimulus lingkungan
- Refleks neurologis terhadaap TIK
membaik 2. Terapeutik
- Tekanan intrakranial
 Pertahankan posisi kepala dan
membaik
leher netral
 Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Sukartini, Tintin. (2016). Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Otak


(Gliosblastoma, Meningioma, dan Cerebral Metastase). Universitas Airlangga.
Rohma, Mukhtamilatur. (2016). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Sop
(Space Occupaying Procces) Cerebri Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.
PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPS
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPS
PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPS

Anda mungkin juga menyukai