OLEH :
RAHMAWATI NINGSIH
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA SAMPANG
INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI
PADA Ny. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS SOP CEREBRI DENGAN GENERAL
ANESTESI INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE
RSUD Dr SAIFUL PROVINSI JATIM
Hari :
Tanggal :
Malang, 2023
Peserta Pelatihan Pembimbing
1.1 Pengertian
SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
intracranial. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intracranial yang menempati ruang
didalam tengkorak.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-
lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya
vena mengalami kompresi dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai
timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan
produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi
kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan
gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau
yang langsung menekan pada vena-vena besar, menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisir
lesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan
saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang
umum.
1.2 Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetic
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa
gangguan yang diturunkan sebagai kondisi autosomal, dominan termasuk sklerasis
tuberose, neurofibromatosis
2. Kimia dan virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa anak-anak menyebabkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada pathogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum
diketahui.
1.3 Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson 2000 yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam sistem saraf pusat
misalnya euroligis) bertanggung jawab atas kira-kira 40-50 % tumor otak
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan
sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3-10% tumor intracranial.
Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10% dari seluruh
otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang
lambat laun membesar
b) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paing sering dijumpai dalam serebelum
c) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemangioblastoma
serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas
7. Tumor congenital (gangguan perkembangan) yang jarang antara lain kondoma, terdiri
atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar
tengkorak
1.4 Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada otak disebabkan oleh 2 faktor
yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
a. Gangguan fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya
glioblastoma multiforma). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan
fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan
serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan
otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal
b. Peningkatan TIK
Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena mengambil tempat
dalam ruang yang relative tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menyebabkan odema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismesnya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotic yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obtruksi vena dan oedema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan kenaikan TIK. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel lateral keruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme
kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/serebelum.
Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf
otak ketiga. Pada herniasi serebelum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernapasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain
terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernapasan.
1.5 Manifestasi Klinik
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita
tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul
dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih hebat
oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk,
mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres
dingin pada tempat yang sakit
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK disertai
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla nervioptist.
Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan TIK.
Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK
tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa
gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun
(perasaan berkurungnya penglihatan)
4. Gejala fokal
Tanda dan gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi , tetapi ini lebih cenderung
mempunyai nilai melokalisasi :
a) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut kejang
jacksonian
b) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan
c) Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang
lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak
sengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku dan diintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul
e) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak :
Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf
cranial-8)
Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
cranial-5)
Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
Akhirnya karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik
5. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes insipidus,
obesitas dan gangguan pengaturan suhu
6. Tumor intracranial dapat mengahsilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis dan
stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi atau kemoterapi.
Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas.
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya
adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin peluang
kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi.
Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala
dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis
gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus
sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan
potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan.
Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat
menggunakan saluran yang ditempatkan dibawah kulit kepala selama satu atau dua
hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan. Efek samping
yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau
rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi
adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan
pembengkakan otak (edema).
Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah
operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan.
Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam
ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh,
biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan
dialirkan ke jantung sebagai gantinya. Infeksi adalah masalah lain yang dapat
berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah
serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien
juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah
ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa
permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan
untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi
diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya
bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton,
ataupun sinar proton. Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil
kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan.
Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti
lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah
radioterapi. Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang
otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin
dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini
pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin
besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi
diarahkan ke seluruh otak atau kesyaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya
dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin
tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi
pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta
usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
4. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh
tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode
pengobatan dan periode pemulihan. Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide
(Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan
untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide
memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral. Untuk beberapa pasien dengan kasus
kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor
dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi.
Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.
1.8 Komplikasi
1. Gangguan fungsi luhur
a) Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan
fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan
neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang
ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
b) Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi /
lesi tertentu diotak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik
neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual
serta fatique.
c) Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Diantaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State
Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran,
orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori
dan kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
2. Gangguan wicara
a) Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini
kita mengenal istilah disartria dan aphasia.
b) Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau
neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga
langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan
kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.
c) Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau
sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan.
Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan
(komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia
meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan
pada lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan
peralatan yang mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri
atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.
3. Gangguan pola makan
a) Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan
menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di
fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan
terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena
muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus
glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
b) Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering
bersamaan dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi
yang menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk
gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral,
stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih
cair/lunak).
4. Kelemahan otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan
terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi
spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot,
koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
5. Gangguan penglihatan dan pendengaran
a) Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak
yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan
masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang
pandang.
b) Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas
akustik - dapat menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang
terlibat otak.
6. Stroke
a) Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak,
yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap
gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit
kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
b) Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme,
yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah
kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan
darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke
otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke
trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri
otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar
pembuluh darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran
darah dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya
menyumbat suplay darah ke otak.
c) Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic
stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat
pembesaran tumor.
7. Epilepsy
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan
listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat
menyebabkan kejang.
8. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut. Gejala yang timbul dapat
berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal,
Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak
wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manic depression).
9. Hydrocephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus.
Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS
10. Cerebral hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke
foramen Magnum atau transtentorial.
11. Gangguan seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi
libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama
dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi kesuburan
dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
12. Terbentuknya gumpalan darah
Adanya tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah
kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki,
meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa
mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka
menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.
Pathway SOP Cerebri Idiopatik
Tumor otak
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
2.2 Macam-Macam Anestesi
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan
yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu.
Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi.
Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi
memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan
hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional
atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada
saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi.
Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.
2.3 Konsep General Anestesi
A. Pengertian
Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap
semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri,
kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena.
B. Tujuan
a) Stadium I (tahap analgesia) yaitu dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran
b) Stadium II (tahap eksitasi) yaitu dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi
teratur misalnya terdapat batuk, kegelisan, muntah dan perubahan tekanan darah serta
takikardi
c) Stadium III (pembedahan) yaitu dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya
respirasi, dibagi menjadi 4 plane yaitu :
Plane I yaitu dari timbulnya pernapasan teratur hingga berhentinya pergerakan
bola mata
Plane II yaitu dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis
intercostals
Plane III yaitu dari mulainya paralisis interkostal hingga total paralisis intercostals
Plane IV yaitu dari kelumpuhan interkostal hingga paralisis diafragma
d) Stadium IV (depresi medulla oblongata) yaitu overdosis dari timbulnya paralisis
diafragma hingga cardiac arrest
Dalam memberikan obat-obatan pada pasien yang akan menjalani operasi maka perlu
diperhatikan tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi, maintenance dan lain-lain.
2.6 Efek General Anestesi
1) Pernapasan
Pasien dengan keadaan tidak sadar dapat terjadi gangguan pernapasan dan peredaran
darah.Obat anestesi inhalasi menekan fungsi mukosilia saluran pernapasan
menyebabkan hipersekresi ludah dan lendir sehingga terjadi penimbunan mukus di jalan
napas.
2) Kardiovaskuler
Keadaan anestesi, jantung dapat berhenti secara tiba-tiba.Jantung dapat berhenti
disebabkan oleh karena pemberian obat yang berlebihan, mekanisme reflek nervus yang
terganggu, perubahan keseimbangan elektrolit dalam darah, hipoksia dan anoksia,
katekolamin darah berlebihan, keracunan obat, emboli udara dan penyakit jantung.
3) Gastrointestinal
Regurgitasi yaitu suatu keadaan keluarnya isi lambung menuju faring tanpa adanya
tanda-tanda. Salah satunya dapat disebabkan karena adanya cairan atau makanan dalam
lambung, tingginya tekanan darah ke lambung dan letak lambung yang lebih tinggi dari
letak faring. General anestesi juga menyebabkan gerakan peristaltik usus akan
menghilang.
4) Ginjal
Anestesi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menurunkan filtrasi
glomerulus sehingga dieresis juga menurun.
5) Perdarahan
Selama pembedahan pasien dapat mengalami perdarahan, perdarahan dapat
menyebabkan menurunnya tekanan darah, meningkatnya kecepatan denyut jantung dan
pernapasan, denyut nadi melemah, kulit dingin, lembab, pucat serta gelisah.
2.7 Konsep General Anestesi Intubasi Endotracheal
A. Pengertian
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat .Intubasi endotrakea
dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),
mulut (orotrakeal) dan melalui tindakan trakeostomi
B. Tujuan
1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan
untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah
cricothyroidectomy pada beberapa kasus
2) Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra
servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
E. Persiapan Intubasi
1. Cuci tangan
2. Posisi pasien terlentang
3. Kepala diganjal bantal kecil setinggi 10 cm
4. Tinggikan bed pasien sampai umbilikus perawat
5. Pilih ukuran ETT
a) Laki-laki : no 7-8
b) Wanita : no 6,5-7,5
c) Anak-anak : usia (th)+4
4
6. Periksa balon pipa/cuff ETT dengan spuit 20 cc
7. Pasang blade yang sesuai
8. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu
bag dengan O2 100% 5 menit agar pasien tidak hipoksia
9. Masukkan obat-obat sedasi dan muscle relaxan (fentanyl, midazolam,
propofol)
10. Bagging dulu, masukkan relaxan
11. Ventilasi dulu 2-3 menit
12. Buka mulut dengan laringoskop sampai terlihat epiglotis
13. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, masukkan ETT sesuai ukuran
14. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi
F. Kriteria Ekstubasi
1. Hipoksia
2. Hipercarbi
3. Volum tidal tercapai
4. Pernafasan reguler
5. Ada pernafasan torakal
6. Ada pergerakan tangan
7. Pasien sadar
G. Anastesi Pada Neurosurgery
Bisri (2012) menyatakan anestesi inhalasi memiliki dual effect pada pembuluh
darah serebral. Pada konsentrasi rendah bersifat vasokonstriksi dan peningkatan
konsentrasi akan menimbulkan efek vasodilatasi sehingga meningkatkan ADO dan
VDO dan meningkatkan TIK (Harsakti Rasyid et al,. 2015). Anestesi intravena
seperti propofol menurunkan ADO, TIK, dan CMRO2 (Kass dkk., 2010 dalam
Harsakti Rasyid et al,. 2015).
Engelhard dkk., (2006) menyatakan selama kraniotomi reseksi tumor otak, TIK
lebih rendah pada propofol-fentanil dibandingkan dengan isofluran-fentanil atau
sevofluran-fentanil (Harsakti Rasyid et al,. 2015). Pengelolaan anestesi untuk pasien
bedah saraf berdasarkan pada pengetahuan efek obat pada fisiologi sistem saraf pusat
(SSP). Gabungan obat anestesi tertentu mempunyai pengaruh pada hemodinamik
serebral, metabolisme serebral, dan TIK untuk memberikan kondisi operasi yang baik
serta meningkatkan luaran (Bisri, 2012 dalam Harsakti Rasyid et al,. 2015).
Pada pasien dengan peningkatan TIK, propofol merupakan pilihan utama
dibandingkan sevofluran. Sevofluran merupakan anestesi inhalasi terbaik untuk
anestesi inhalasi bedah saraf (Engelhard dkk., 2006). Efek neuroproteksi propofol
sampai tiga hari setelah iskemia (Bayona dkk., 2004 dalam Harsakti Rasyid et al,.
2015). Propofol dapat menekan peningkatan glukosa darah dibandingkan isofluran
sedangkan respon kortisol dan insulin tidak berbeda bermakna pada operasi
kraniotomi tumor supratentorial (Cok dkk., 2011 dalam Harsakti Rasyid et al,. 2015).
Peningkatan laktat arteri berhubungan dengan peningkatan ambilan laktat dan
laktat serebral. Bersamaan dengan itu glukosa serebral menurun (Meierhans dkk.,
2012 dalam Harsakti Rasyid et al,. 2015). Dari keempat penelitian tersebut dijelaskan
bahwa propofol merupakan pilihan utama pada pasien dengan TIK meningkat,
mempunyai efek proteksi otak, menekan peningkatan glukosa darah.
BAB III
DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya/ Tidak terpasang O2 nasal : - lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 18x/menit
SpO2 : 98%
Gigi : Palsu ( - ) Cakil ( - ) Tongos ( - ) Ompong ( - )
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -
Riwayat Asthma : Ya / Tidak
Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 159/100 mmHg
Nadi : 119x/menit
Suhu : 36,5’C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal ( reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 :
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AHKM
- Massa solid extraaxial pada CPA kiri suspek Vestibular Schwanoma dd vestibular
meningioma, menyebabkan :
Edema serebri
Moderate obstructive hydrocephalus setinggi ventrikel IV
- Sinusitis maksilaris kanan
EKG :-
ANALISA DATA (PRE ANESTESI)
06-06-2023 1. Menganjurkan pasien untuk berdoa sebelum 06-06-2023 S: pasien mengatakan dirinya lebih tenang Ningsih
08.30 pembiusan 08.45 dan tidak takut lagi
2. Memonitoring tanda-tanda ansietas
3. Menciptakan suasana terapeutik untuk O
menumbuhkan kepercayaan - pasien tenang
4. Memahami situasi yang membuat ansietas - TD : 135/70 mmHg
dengarkan dengan penuh perhatian - N : 100x/menit
5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan - RR : 18x/menit
meyakinkan - SpO2 : 98%
6. Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin terjadi
Amasalah teratasi
7. Menganjurkan keluarga tetap bersama pasien
bila perlu
8. Berkolaborasi pemberian obat anti ansietas
P: intervensi dihentikan
INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 08.45 WIB s/d 11.15 WIB
Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.45 Midazolam 2 mg 08.51 Ketorolac 30 mg
08.46 Sufentanyl 15 mcg 08.52 Asam traneksamat 1 gr
08.47 Thiopental 150 mg
08.48 Atracurium 30 mg
08.49 Dexametason 10 mg
08.50 Ondansentron 4 mg
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2
BB : 70 kg Hb : 13,0 Kristaloid 500 1000
EBV : 4.550 cc Input Koloid 0 0
ABL (10) : 1.050 cc (8) : 1.750 cc Darah 0 0
M : 110 cc Urine 50 100
O : 140 Output Darah 25 50
M+O 250 500
Defisit / Excess Defisit / Excess
TOTAL
+125 +250
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)
P : intervensi dihentikan
POST ANESTESI
Data Subyektif : -
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup TD : 120/60 mmHg ( - ) Skala nyeri
( -) Sesak Nadi : 80x/mnt ( √ ) Menggigil
( √) Terpasang O2 NRBM 8 lpm SpO2 :99 % ( - ) Mual & Muntah
RR :18 x/mnt ( √ ) Aldrete skore = 10
11.15 12.15 13.15
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
masalah teratasi
Medika
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :
Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Sarwadi & Erwanto. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Dunia Cerdas