Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PELATIHAN PERAWAT ANASTESI DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS SOP CEREBRI DENGAN GENERAL ANASTESI
INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM

OLEH :

RAHMAWATI NINGSIH
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA SAMPANG

INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI
PADA Ny. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS SOP CEREBRI DENGAN GENERAL
ANESTESI INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE
RSUD Dr SAIFUL PROVINSI JATIM

Telah Disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat : RSUD Dr. Saiful Anwar

Malang, 2023
Peserta Pelatihan Pembimbing

(Rahmawati Ningsih) (Ns. Muhalli, S.Kep)


BAB I

KONSEP DASAR TENTANG PENYAKIT

1.1 Pengertian

SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
intracranial. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intracranial yang menempati ruang
didalam tengkorak.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-
lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya
vena mengalami kompresi dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai
timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan
produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi
kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan
gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau
yang langsung menekan pada vena-vena besar, menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisir
lesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan
saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang
umum.
1.2 Etiologi

Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetic
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa
gangguan yang diturunkan sebagai kondisi autosomal, dominan termasuk sklerasis
tuberose, neurofibromatosis
2. Kimia dan virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa anak-anak menyebabkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada pathogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum
diketahui.
1.3 Klasifikasi

Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson 2000 yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam sistem saraf pusat
misalnya euroligis) bertanggung jawab atas kira-kira 40-50 % tumor otak
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan
sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3-10% tumor intracranial.
Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10% dari seluruh
otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang
lambat laun membesar
b) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paing sering dijumpai dalam serebelum
c) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemangioblastoma
serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas
7. Tumor congenital (gangguan perkembangan) yang jarang antara lain kondoma, terdiri
atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar
tengkorak
1.4 Patofisiologi

Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada otak disebabkan oleh 2 faktor
yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
a. Gangguan fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya
glioblastoma multiforma). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan
fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan
serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan
otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal
b. Peningkatan TIK
Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena mengambil tempat
dalam ruang yang relative tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menyebabkan odema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismesnya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotic yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obtruksi vena dan oedema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan kenaikan TIK. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel lateral keruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme
kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/serebelum.
Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf
otak ketiga. Pada herniasi serebelum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernapasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain
terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernapasan.
1.5 Manifestasi Klinik

1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita
tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul
dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih hebat
oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk,
mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres
dingin pada tempat yang sakit
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK disertai
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla nervioptist.
Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan TIK.
Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK
tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa
gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun
(perasaan berkurungnya penglihatan)
4. Gejala fokal
Tanda dan gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi , tetapi ini lebih cenderung
mempunyai nilai melokalisasi :
a) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut kejang
jacksonian
b) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan
c) Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang
lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak
sengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku dan diintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul
e) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak :
 Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf
cranial-8)
 Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
cranial-5)
 Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
 Akhirnya karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik
5. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes insipidus,
obesitas dan gangguan pengaturan suhu
6. Tumor intracranial dapat mengahsilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan
1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. CT Scan memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah, ukuran dan


kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini juga
member informasi tentang sistem ventrikuler
2. MRI digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam
mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis
3. Biopsy stereotaktik bantuan komputer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar pengobatan
dan informasi prognosis
4. Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral
5. EEG dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
6. Penelitian sitologis pada CSF untuk mendeteksi sel-sel ganas karena tumor-tumor
pada sistem saraf pusat mampu menggusur sel-sel kedalam cairan serebrospinal
7. Venticulogram/arteografi apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya
sehingga pungsi spinal atau lumbal tidak bisa dilakukan karena kontra indikasi
peningkatan TIK
1.7 Penatalaksanaan

Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis dan
stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi atau kemoterapi.
Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas.
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya
adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin peluang
kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi.
Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala
dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis
gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus
sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan
potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan.
Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat
menggunakan saluran yang ditempatkan dibawah kulit kepala selama satu atau dua
hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan. Efek samping
yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau
rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi
adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan
pembengkakan otak (edema).
Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah
operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan.
Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam
ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh,
biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan
dialirkan ke jantung sebagai gantinya. Infeksi adalah masalah lain yang dapat
berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah
serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien
juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah
ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa
permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan
untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi
diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya
bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton,
ataupun sinar proton. Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil
kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan.
Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti
lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah
radioterapi. Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang
otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin
dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini
pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin
besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi
diarahkan ke seluruh otak atau kesyaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya
dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin
tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi
pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta
usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
4. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh
tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode
pengobatan dan periode pemulihan. Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide
(Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan
untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide
memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral. Untuk beberapa pasien dengan kasus
kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor
dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi.
Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.
1.8 Komplikasi
1. Gangguan fungsi luhur
a) Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan
fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan
neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang
ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
b) Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi /
lesi tertentu diotak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik
neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual
serta fatique.
c) Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Diantaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State
Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran,
orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori
dan kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
2. Gangguan wicara
a) Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini
kita mengenal istilah disartria dan aphasia.
b) Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau
neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga
langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan
kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.
c) Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau
sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan.
Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan
(komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia
meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan
pada lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan
peralatan yang mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri
atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.
3. Gangguan pola makan
a) Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan
menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di
fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan
terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena
muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus
glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
b) Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering
bersamaan dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi
yang menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk
gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral,
stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih
cair/lunak).
4. Kelemahan otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan
terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi
spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot,
koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
5. Gangguan penglihatan dan pendengaran
a) Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak
yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan
masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang
pandang.
b) Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas
akustik - dapat menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang
terlibat otak.
6. Stroke
a) Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak,
yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap
gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit
kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
b) Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme,
yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah
kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan
darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke
otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke
trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri
otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar
pembuluh darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran
darah dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya
menyumbat suplay darah ke otak.
c) Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic
stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat
pembesaran tumor.
7. Epilepsy
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan
listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat
menyebabkan kejang.
8. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut. Gejala yang timbul dapat
berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal,
Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak
wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manic depression).
9. Hydrocephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus.
Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS
10. Cerebral hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke
foramen Magnum atau transtentorial.
11. Gangguan seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi
libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama
dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi kesuburan
dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
12. Terbentuknya gumpalan darah
Adanya tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah
kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki,
meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa
mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka
menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.
Pathway SOP Cerebri Idiopatik

Tumor otak

Penekanan jaringan otak Bertambahnya massa

Invasi jaringan otak Nekrosis jar. otak


Penyerapan cairan
otak
Kerusakan jaringan Gangguan Hipoksia jaringan
neuron (nyeri) suplai darah
Obstruksi vena
MK : Gangguan
Gangguan diotak
Kejang Gangguan perfusi jaringan
fungsi otak
neurologis fokal
Edema
Defisit Disorientasi
neurologis
Peningkatan TIK Hydrocephalus
MK : Resti MK : Perubahan
Cidera Proses pikir

Bradikardi progresif, Bicara Hernialis


Aspirasi sekresi, obstruksi
hipertensi sistemik, terganggu, ulkus
jalan napas, dispnea, henti
gangguan pernapasan Afisia
napas, perubahan pola
napas
Ancaman Manisefalonte
kematian Gangguan kanan
komunikasi
MK : Gangguan verbal
pertukaran gas MK : MK :
Cemas Gangguan
Mual, muntah,
kesadaran
papiloedema,
MK : pandangan kabur,
Gangguan penurunan fungsi
rasa nyaman pendengaran, nyeri
kepala
BAB II
KONSEP DASAR ANESTESI

2.1 Pengertian Anestesi

Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
2.2 Macam-Macam Anestesi

a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan
yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu.
Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi.
Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi
memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan
hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional
atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada
saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi.
Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.
2.3 Konsep General Anestesi

A. Pengertian

Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap
semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri,
kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena.
B. Tujuan

1) Menginduksi hilangnya kesadaran dengan menggunakan obat hipnotik yang


dapat diberikan secara intravena (misalnya: propofol) atau inhalasi (misalnya:
sevofluran).
2) Menyediakan kondisi operasi yang cukup untuk lamanya prosedur
pembedahan dengan menggunakan anestesi seimbang, yaitu kombinasi obat
hipnotik untuk mempertahankan anestesi (misalnya: propofol, sevofluran),
analgesik untuk nyeri, dan bila diindikasikan relaksan otot, atau anestesi
regional.
3) Mempertahankan fungsi fisiologis yang penting dengan cara berikut:
a) Menyediakan jalan napas yang bersih (masker laring atau selang trakea
kurang lebih ventilasi tekanan positif intermitten).
b) Mempertahankan akses vaskular yang baik.
c) Pemantauan fungsi tanda tanda vital (oksimetri nadi, kapnografi,
tekanan darah arteri, suhu, EKG, keluaran urin setiap jam).
d) Membangunkan pasien dengan aman saat akhir prosedur pembedahan.
C. Indikasi

Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang


memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan bedah yang lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum biasanya dilakukan pada pembedahan
yang luas
D. Kontra Indikasi

1) Jantung : hindarkan pemakaian obat-obat yang mendespresi miokard atau


menurunkan aliran darah coroner
2) Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar atau
dosis obat diturunkan
3) Ginjal : hindarkan atau seminim mungkin pemakaian obat yang diekskresi
melalui ginjal
4) Paru : hindarkan obat-obat yang menaikkan sekresi dalam paru
5) Endokrin : hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis
pada diabetes penyakit basedow, karena bisa menyebabkan peninggian gula
darah.
2.4 Persiapan Anestesi

1. Kunjungan pra anestesi


Persiapan anestesi dapat dilakukan dengan adanya kunjungan pra anestesi, dimana hal
tersebut dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a) Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal
b) Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obatan anestesi dengan kondisi
pasien
c) Menentukan status fisik pasien menurut ASA (American Society of
Anesthesiologist ) yaitu
 ASA 1 : pasien tanpa disertai penyakit sistemik
 ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang tanpa
pembatasan aktifitas
 ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa
 ASA 4 : pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung bisa
mengancam jiwa sewaktu-waktu
 ASA 5 : pasien dengan tidak ada harapan, dengan atau tanpa pembedahan
diperkirakan meninggal dalam 24 jam
2. Persiapan alat (STATICS)
Adapun hal yang harus diperhatikan selain kesiapan pasien adalah kesiapan alat meliputi
 S : Scope (laringoskop, stetoskop)
 T : Tube (ETT dengan berbagai ukuran)
 A : Airway (LMA, BMV, guedel, oronasal airway)
 T : Tape (plester)
 I : Introducer (magil, mandrain, bougie)
 C : Connector (end to end, corrugate, breathing circuit)
 S : Suction (alat dan selang suction)
3. Persiapan obat anestesi dan emergency
A. Obat anestesi
1. Golongan sedasi
a. Midazolam
Tujuan memberikan rasa nyaman dan tenang, mengurangi kecemasan,
amnesia retrograde.Gologan obat benzodiazepine misalnya midazolam.
Efek induksi terjadi sekitar 1,5 menit setelah pemberian intravena bila
sebelumnya diberikan premedikasi obat narkotika dan 2-2,5 menit tanpa
premedikasi narkotika sebelumnya.
Dosis premedikasi sebelum operasi :
 Pemberian intramuskular ataupun intravena pada penderita yang
mengalami nyeri sebelum tindakan bedah, pemberian tunggal atau
kombinasi dengan antikolinergik atau analgesic
 Dosis : 0,07-0,1 mg/kgBB, onset 30 detik-1 menit, durasi 15-80 menit
 Dosis anak-anak : 0,05 mg/kbBB
b. Pethidin
Merupakan narkotik yang sering digunakan untuk premedikasi.
Keuntungannya untuk memudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat
anestesi, menghasilkan anestesi pre dan pasca bedah.
Dosis pemberian :
 0,5-2 mg/kgBB onset kerja 1 menit durasi 2-4 jam
2. Analgesia
a. Fentanyl
Fentanyl adalah golongan obat opioid kuat yang digunakan sebagai
analgesic dan obat bius jika diberikan bersamaan dengan obat lain. Obat
ini bekerja pada SSP. Efek samping dari fentanyl adalah mual dan
mengantuk.
Dosis pemberian :
 1-2 mcg/kgBB onset kerja 30 detik durasi 30-60 menit
b. Sufentanyl
Merupakan obat anestesi primer yang digunakan sebagai agen induksi
dan pemeliharaan anestesi.
Dosis pemebrian :
 Efek analgesik 1-2 mcg/kgBB dengan durasi 1-2 jam
 Dosis pemeliharaan tidak boleh melebihi 1 mcg/kg/jam
c. Morphin
Morphin digunakan untuk meredakan dan menghilangkan nyeri hebat
yang tidak dapat diobati dengan analgesic non-opiod.
Dosis pemberian :
 0,1-0,2 mg/kgBB onset kerja <1 menit durasi 2-7 jam
3. Induksi
a) Propofol
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi
efek ini disebebkan karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah
jantung.
Efek samping propofol pada system pernapasan adanya depresi
nafas, apnea, bronkospasme dan laringospasme.Pada kardiovaskuler
hipotensi, aritmia.Pada SSP adanya sakit kepala, pusing, kebingungan,
mual dan muntah.Dosis pemberian secara intravena : 2-2,5 mg/kgBB,
onset kerja 40 detik dengan durasi 5-10 menit
b) Tiopenthal
Suplementasi dari anestesi regional, antikonvulsan, pengurangan dari
tekanan intracranial, proteksi cerebral. Efek samping depresi sirkulasi,
aritmia, depresi pernapasan, apnea, laringospasme
Dosis pemberian :
 Dewasa : induksi IV 3-5 mg/kgBB
 Anak : induksi IV 5-6 mg/kgBB
 Bayi : induksi IV 7-8 mg/kgBB
 Infuse 0,05-0,35 mg/kgBB/menit
Onset 20-30 detik dengan durasi 5-15 menit
c) Ketamin
Anestetik disosiatif, induksi dan pemeliharaan anestesi khususnya pada
pasien hipovolemi atau beresiko tinggi, satu-satunya anestetik untuk
prosedur bedah singkat. Efek samping hipertensi, takikardi, depresi nafas,
apnea dan delirium
Dosis pemberian :
 Sedasi atau analgesia : 0,5-1 mg/kgBB
 Induksi : 1-2,5 mg/kgBB, onset 30 detik, durasi 5-15 menit
4. Obat muscle relaxan
Adalah obat pelumpuh otot yang bekerja pada otot bergaris/otot lurik.
Pelumpuh otot dibagi menjadi 2 yaitu depolarisasi dan non depolarisasi :
a. Pelumpuh otot depolarisasi : termasuk golongan obat ini adalah
suksinilkolin dan dekametonium
b. Pelumpuh otot non depolarisasi
 Atracurium
Keunggulannya adalah metabolisme terjadi didalam darah, tidak
bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek
akumulasi pada pemberian berulang. Efek samping dan pertimbangan
klinis histamine release pada dosis duatas 0,5 mg/kgBB
Dosis pemberian :
 0,3-0,5 mg/kgBB onset kerja 1-3 menit durasi 20-30 menit
 0,1 mg/kgBB setiap 10-20 menit
 Infuse 5-10 mcg/kg/menit
 Rokuronium
Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal sedangkan
kerugiannya adalah terjadi gangguan hati dan efek kerja yang lebih
lama
Dosis pemberian :
 0,6-1,2 mg/kg/BB 0nset 45-90 detik durasi 15-150 menit
5. Maintenance obat inhalasi
a. Isoflurane
Anestesi inhalasi berbentuk cairan yang tidak berwarna, berbau tajam,
tidak mudah terbakar. Efek dari isoflurane yaitu
 Efek bronchodilator tapi tidak kuat
 Mempunyai bau yang tajam sehingga pasien merasa tidak nyaman
 Menimbulkan depresi ringan pada jantung
 Dalam waktu 7-10 menit biasanya sudah mencapai stadium
pembedahan anestesi
 1 MAC = 1,15%
b. Sevoflurane
Anestesi inhalasi berbentuk cairan, tidak berwarna, berbau enak, tidak
iritatif, tidak mudah terbakar. Efek dari sevoflurane yaitu
 Menimbulkan relaksasi pada anak
 Pada system kardiovaskuler sedikit menimbulkan depresi kontraksi
jantung
 Memicu bronchospasme
 1 MAC = 2%
B. Obat emergency
1. Adrenalin
Indikasi : asistole, PEA, VF/VT pulsesis, hipotensi, bradikardi
Dosis :1 mg tiap 3-5 menit IV
2. Sulfas Atropin
Indikasi : bradikardi (denyut nadi <60x/menit)
Dosis : 0,5-1 mg
3. Lidocain
Indikasi : VF dan VT bila tidak ada amiodaron, PVC
Dosis : 3 mg/kgBB tiap 3-5 menit, maksimal 3 mg/kgBB
4. Efedrin
Indikasi : hipotensi systole <90 mmHg
Dosis : IV 5-10 mg
2.5 Tahap-Tahap General Anestesi

a) Stadium I (tahap analgesia) yaitu dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran
b) Stadium II (tahap eksitasi) yaitu dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi
teratur misalnya terdapat batuk, kegelisan, muntah dan perubahan tekanan darah serta
takikardi
c) Stadium III (pembedahan) yaitu dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya
respirasi, dibagi menjadi 4 plane yaitu :
 Plane I yaitu dari timbulnya pernapasan teratur hingga berhentinya pergerakan
bola mata
 Plane II yaitu dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis
intercostals
 Plane III yaitu dari mulainya paralisis interkostal hingga total paralisis intercostals
 Plane IV yaitu dari kelumpuhan interkostal hingga paralisis diafragma
d) Stadium IV (depresi medulla oblongata) yaitu overdosis dari timbulnya paralisis
diafragma hingga cardiac arrest
Dalam memberikan obat-obatan pada pasien yang akan menjalani operasi maka perlu
diperhatikan tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi, maintenance dan lain-lain.
2.6 Efek General Anestesi

1) Pernapasan
Pasien dengan keadaan tidak sadar dapat terjadi gangguan pernapasan dan peredaran
darah.Obat anestesi inhalasi menekan fungsi mukosilia saluran pernapasan
menyebabkan hipersekresi ludah dan lendir sehingga terjadi penimbunan mukus di jalan
napas.
2) Kardiovaskuler
Keadaan anestesi, jantung dapat berhenti secara tiba-tiba.Jantung dapat berhenti
disebabkan oleh karena pemberian obat yang berlebihan, mekanisme reflek nervus yang
terganggu, perubahan keseimbangan elektrolit dalam darah, hipoksia dan anoksia,
katekolamin darah berlebihan, keracunan obat, emboli udara dan penyakit jantung.
3) Gastrointestinal
Regurgitasi yaitu suatu keadaan keluarnya isi lambung menuju faring tanpa adanya
tanda-tanda. Salah satunya dapat disebabkan karena adanya cairan atau makanan dalam
lambung, tingginya tekanan darah ke lambung dan letak lambung yang lebih tinggi dari
letak faring. General anestesi juga menyebabkan gerakan peristaltik usus akan
menghilang.
4) Ginjal
Anestesi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menurunkan filtrasi
glomerulus sehingga dieresis juga menurun.
5) Perdarahan
Selama pembedahan pasien dapat mengalami perdarahan, perdarahan dapat
menyebabkan menurunnya tekanan darah, meningkatnya kecepatan denyut jantung dan
pernapasan, denyut nadi melemah, kulit dingin, lembab, pucat serta gelisah.
2.7 Konsep General Anestesi Intubasi Endotracheal

A. Pengertian

Intubasi endotracheal adalah tindakan memasukan pipa endotrakhea ke dalam trakhea

sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat .Intubasi endotrakea
dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),
mulut (orotrakeal) dan melalui tindakan trakeostomi
B. Tujuan

1) Pembebasan jalan nafas


2) Pemberian nafas buatan dengan bag and mask
3) Pemberian nafas buatan secara mekanik (respirator)
4) Memungkinkan penghisapan sekret secara adekuat
5) Mencegah aspirasi asam lambung (dengan adanya balon yang dikembangkan)
6) Mencegah distensi lambung
7) Pemberian oksigen dosis tinggi
C. Indikasi

1. Ada obstruksi jalan nafas bagian atas


2. Pasien yang memerlukan bantuan nafas dengan respirator
3. Pemberian anestesi
4. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
D. Kontra Indikasi

1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan
untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah
cricothyroidectomy pada beberapa kasus
2) Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra
servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
E. Persiapan Intubasi

1. Cuci tangan
2. Posisi pasien terlentang
3. Kepala diganjal bantal kecil setinggi 10 cm
4. Tinggikan bed pasien sampai umbilikus perawat
5. Pilih ukuran ETT
a) Laki-laki : no 7-8
b) Wanita : no 6,5-7,5
c) Anak-anak : usia (th)+4
4
6. Periksa balon pipa/cuff ETT dengan spuit 20 cc
7. Pasang blade yang sesuai
8. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu
bag dengan O2 100% 5 menit agar pasien tidak hipoksia
9. Masukkan obat-obat sedasi dan muscle relaxan (fentanyl, midazolam,
propofol)
10. Bagging dulu, masukkan relaxan
11. Ventilasi dulu 2-3 menit
12. Buka mulut dengan laringoskop sampai terlihat epiglotis
13. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, masukkan ETT sesuai ukuran
14. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi
F. Kriteria Ekstubasi

1. Hipoksia
2. Hipercarbi
3. Volum tidal tercapai
4. Pernafasan reguler
5. Ada pernafasan torakal
6. Ada pergerakan tangan
7. Pasien sadar
G. Anastesi Pada Neurosurgery
Bisri (2012) menyatakan anestesi inhalasi memiliki dual effect pada pembuluh
darah serebral. Pada konsentrasi rendah bersifat vasokonstriksi dan peningkatan
konsentrasi akan menimbulkan efek vasodilatasi sehingga meningkatkan ADO dan
VDO dan meningkatkan TIK (Harsakti Rasyid et al,. 2015). Anestesi intravena
seperti propofol menurunkan ADO, TIK, dan CMRO2 (Kass dkk., 2010 dalam
Harsakti Rasyid et al,. 2015).
Engelhard dkk., (2006) menyatakan selama kraniotomi reseksi tumor otak, TIK
lebih rendah pada propofol-fentanil dibandingkan dengan isofluran-fentanil atau
sevofluran-fentanil (Harsakti Rasyid et al,. 2015). Pengelolaan anestesi untuk pasien
bedah saraf berdasarkan pada pengetahuan efek obat pada fisiologi sistem saraf pusat
(SSP). Gabungan obat anestesi tertentu mempunyai pengaruh pada hemodinamik
serebral, metabolisme serebral, dan TIK untuk memberikan kondisi operasi yang baik
serta meningkatkan luaran (Bisri, 2012 dalam Harsakti Rasyid et al,. 2015).
Pada pasien dengan peningkatan TIK, propofol merupakan pilihan utama
dibandingkan sevofluran. Sevofluran merupakan anestesi inhalasi terbaik untuk
anestesi inhalasi bedah saraf (Engelhard dkk., 2006). Efek neuroproteksi propofol
sampai tiga hari setelah iskemia (Bayona dkk., 2004 dalam Harsakti Rasyid et al,.
2015). Propofol dapat menekan peningkatan glukosa darah dibandingkan isofluran
sedangkan respon kortisol dan insulin tidak berbeda bermakna pada operasi
kraniotomi tumor supratentorial (Cok dkk., 2011 dalam Harsakti Rasyid et al,. 2015).
Peningkatan laktat arteri berhubungan dengan peningkatan ambilan laktat dan
laktat serebral. Bersamaan dengan itu glukosa serebral menurun (Meierhans dkk.,
2012 dalam Harsakti Rasyid et al,. 2015). Dari keempat penelitian tersebut dijelaskan
bahwa propofol merupakan pilihan utama pada pasien dengan TIK meningkat,
mempunyai efek proteksi otak, menekan peningkatan glukosa darah.
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANESTESI


PADA FASE PERIANESTESI

Nama Pasien : Ny. L No.Register : 11540xxx


Umur : 40 tahun Dokter Operator : dr. Farhad Sp.BS
Ruang Rawat : Parangtritis Asisten Operasi :-
Diagnosa Medis : SOP Cerebri dt Susp Perawat Instrumen :-
Vestibular Schwanoma Perawat Sirkuler : Eka
dd Meningioma Dokter Anestesi : dr.Rudy SpAn
Tindakan : Pro ETV + Double Set Perawat Anestesi : Fauzi
Up VP Shunt
Tgl. Pengkajian : 06-06-2023 Tanggal Operasi : 06-06-2023
Jam Mulai OP. : 09.00 WIB Jam Selesai OP. : 11.00 WIB

PENGKAJIAN PRE ANESTESI


DATA SUBYEKTIF
 Keluhan Utama : pusing dan pandangan kabur
 Riwayat penyakit saat ini: pasien mengatakan kepalanya terasa pusing sangat berat dan
kadang berputar, pandangan kabur. Keluhan awalnya dirasakan kurang lebih 2 tahun yang
lalu, pandangan awalnya samar-samar dan sejak 2 bulan yang lalu pasien tidak bisa melihat
total. Pusing terasa berat saat berjalan disertai mual
 Riwayat penyakit yang lalu: pasien ada riwayat hipertensi dan tidak ada riwayat diabetes
mellitus
 Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : pasien tidak pernah ada riwayat operasi sebelumnya
 Riwayat kebiasaan pasien (Perokok, alcohol, obat obatan) : -

DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya/ Tidak terpasang O2 nasal : - lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 18x/menit
SpO2 : 98%
Gigi : Palsu ( - ) Cakil ( - ) Tongos ( - ) Ompong ( - )
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler

Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -
Riwayat Asthma : Ya / Tidak
Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 159/100 mmHg
Nadi : 119x/menit
Suhu : 36,5’C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal ( reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 :
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AHKM

b. Sistem Persyarafan (B3)


Keadaan Umum : cukup
GCS :E4V5M6
Skala nyeri :5
Reflek pupil : Isokor / Anisokor / Miosis / Pint point / Midriasis
Reflek cahaya : -/-
Motorik : 5 5
5 5
Plegi : Ya (Tetra D S / Hemi D S) Tidak
Parese : Ya (Tetra D S / Hemi D S) Tidak
Lain lain :-

c. Sistem Perkemihan (B4)


Produksi urine : 50 cc
Keluhan : Kencing menetes ( - ), Inkontinensia ( - ), Retensi Urine ( - )
Oliguri ( - ), Anuria ( - ), Hematuri ( - ),
Disuria ( - ), Poliuria ( - ), tidak ada keluhan ( √ )
Warna urine : kuning jernih
Kandung Kemih : Membesar / Tidak
Kateter : Terpasang / Tidak
Blass punctie : Terpasang / Tidak

d. Sistem Pencernaan (B5)


Mukosa bibir : Lembab / Kering
Abdomen : Supel / Distended / Nyeri tekan
Bising Usus : 14 x/menit
Terpasang NGT : Tidak /Ya
Terpasang Drain : Tidak /Ya
Diare : Tidak / Ya Frekuensi : -
Lain-lain :-

e. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)


Pergerakan sendi : Bebas / terbatas
Fraktur : Tidak / Ya lokasi : -
Kompartemen Syndrom : Tidak / Ya lokasi :
Turgor : Baik / Kurang / Jelek
Hiperpigmentasi : Tidak / Ya
Dekubitus : Tidak / Ya
Ikterik : Tidak / Ya
Lain -lain :-
Keadaan Umum : cukup
Tanda Vital : Tensi : 159/100 mmHg Nadi : 119x/menit Suhu : 36,5’C
RR :18x/menit SpO2 : 98%
TB / BB : 160 cm / 70 kg
Surat Persetujuan Operasi : Tidak ada / Ada
Protese dan Gigi Palsu : Tidak ada / Ada
Cat kuku dan Lensa Kontak : Tidak ada / Ada
Perhiasan : Tidak pakai / Pakai
Folley Catheter : Tidak ada / Ada produksi : 50 cc ( Ditampung / Dibuang )
NGT : Tidak ada /Ada
Persiapan Skiren / Cukur : Tidak / Ya
Huknah / Gliserin : Tidak / Ya Jam :
Persiapan darah : Tidak ada / Ada, Berapa kantong : 1 (PRC)
Contoh darah : Tidak ada / Ada
IV line : Tidak ada / Ada ( TaKa / TaKi )
Lokasi : Vena perifer / Central / Lain-lain ...............
Jenis Cairan : Kristaloid / Koloid / Darah Tetesan : 20 tpm
Terakhir makan & minum : Makan : 02.00 WIB Minum : 02.00 WIB
Obat yang telah dikonsumsi : Tidak ada / Ada Jenis : Nifedipin 1x10 mg
Alergi obat : Tidak ada / Ada Jenis : -
Obat Premedikasi : Tidak ada / Ada Jenis : -
Jam : -
Status ASA : 1 2 3 4 5
Jenis Operasi : Emergency/ Elektif
Pemeriksaan Penunjang
Data Penunjang Laboratorium

Darah lengkap 05/06/2023


JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN DEWASA
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 13,00 g/dL 10,85 – 14,90
Eritrosit (RBC) 4,47 Juta 4,11 – 5,55
Leukosit (WBC) 16,96 10³/mm³ 4,79 – 11,34
Hematokrit 39,30 % 34,00 – 45,10
Trombosit (PLT) 354,00 10³/mm³ 216,0 – 451,0
MCV 87,90 µm³ 71,80 – 92,00
MCH 29,10 Pg 22,60 – 31,01
MCHC 33,10 g/dL 30,80 – 35,20
RDW 14,20 % 11,30 – 14,60
PDW 12,6 fL 9 – 13
MPV 10,9 fL 7,2 – 11,1
P-LCR 32,2 % 15,0 – 25,0
PCT 0,39 % 0,150 – 0,400
NRBC Absolute 0,00 10³/µL
NRBC Percent 0,0 %
Hitung Jenis
Eusofil 0,00 % 0,70 – 5,40
Basofil 0,20 % 0,00 – 1,00
Neutrofil 87,40 % 42,50 – 71,00
Limfosit 10,40 % 20,40 – 44,60
Monosit 2,00 % 3,60 – 9,90
Eosinofil Absolut 0,00 10³/mm³ 0,04 – 0,43
Basofil Absolut 0,03 10³/mm³ 0,02 – 0,09
Neutrofil Absolut 14,82 10³/mm³ 2,72 – 7,53
Limfosit Absolut 1,77 10³/mm³ 1,46 – 3,73
NLR (Hematologi) 8,37
Monosit Absolut 0,34 10³/mm³ 0,33 – 0,91
Immature Granulosit 0,9 %
(%)
Immature Granulosit 0,15 10³/µL
FAAL HEMOSTATIS
PPT
Pasien 9,90 Detik 9,4 - 11,3
Control 11,1 Detik
INR 0,95 <1,5
APTT
Pasien 25,50 Detik 24,6 – 30,6
Kontrol 25,2 Detik
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
AST/SGOT 20 U/L 0 – 32
ALT/SGPT 25 U/L 0 – 33
Albumin 3,28 g/dL 3,5 – 5,5
METABOLIS KARBOHIDRAT
GDS 229 mg/dL <200
FAAL GINJAL
Ureum 26,7 mg/dL 16,6 – 48,5
Kreatinin 1,04 mg/dL <1,2
eGFR (CKD-EPI) 67,153 mL/menit/1.73m²
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 136 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 2,92 mmol/L 3,5 – 5,0
Clorida (Cl) 106 mmol/L 98 – 106
Data Penunjang :
MRI Kepala:

- Massa solid extraaxial pada CPA kiri suspek Vestibular Schwanoma dd vestibular
meningioma, menyebabkan :
 Edema serebri
 Moderate obstructive hydrocephalus setinggi ventrikel IV
- Sinusitis maksilaris kanan

EKG :-
ANALISA DATA (PRE ANESTESI)

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS : pasien mengatakan takut dan Krisis Situasional (D.0080)
khawatir untuk menghadapi Ansietas
operasinya
DO :
- Gelisah
- Wajah tampak tegang
- TD : 159/100 mmHg
- Nadi : 119x/menit
- RR : 18x/menit
- SpO2 : 98 %
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. L
No RM : 11540xxx
Tanggal : 06 Juni 2023

N Diagnosis Luaran Intervensi


O
1 (D.0080) Setelah dilakukan tindakan 1. Reduksi Ansietas
Ansietas berhubungan keperawatan selama 15 menit Observasi
dengan krisis situasional diharapkan nyeri berkurang - Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum pembiusan
yang ditandai dengan dengan kriteria luaran - Monitor tanda-tanda ansietas
- Gelisah - Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik
- Wajah tampak tegang kondisi menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- TD : 159/100 mmHg - Perilaku gelisah menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
- Nadi : 119x/menit - Konsentrasi membaik penuh perhatian
- RR : 18x/menit - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- SpO2 : 98 % Edukasi
- Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin terjadi
- Anjurkan keluarga tetap bersama pasien bila perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : Ny. L
No RM : 11540xxx
OK : 601

TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

06-06-2023 1. Menganjurkan pasien untuk berdoa sebelum 06-06-2023 S: pasien mengatakan dirinya lebih tenang Ningsih
08.30 pembiusan 08.45 dan tidak takut lagi
2. Memonitoring tanda-tanda ansietas
3. Menciptakan suasana terapeutik untuk O
menumbuhkan kepercayaan - pasien tenang
4. Memahami situasi yang membuat ansietas - TD : 135/70 mmHg
dengarkan dengan penuh perhatian - N : 100x/menit
5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan - RR : 18x/menit
meyakinkan - SpO2 : 98%
6. Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin terjadi
Amasalah teratasi
7. Menganjurkan keluarga tetap bersama pasien
bila perlu
8. Berkolaborasi pemberian obat anti ansietas

P: intervensi dihentikan
INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 08.45 WIB s/d 11.15 WIB

Pembedahan mulai : 09.00 WIB s/d 11.00 WIB


Jenis pembiusan : General : a. Intubasi Endotracheal Tube
b. Laringeal Mask Airway (LMA)
c. Face Mask
d. Total Intravena Anestesi (TIVA)
Regional : a. Sub Arachnoid Block (SAB)
b. Epidural Block
c. Combined Subarachnoid-epidural (CSE)
d. Block Ganglion / saraf perifer
e. Kaudal
Lain – Lain :
Jenis Operasi : 1. Bersih 2. Bersih kontaminasi
3. Kotor 4. Kontaminasi
Golongan Operasi : 1. Khusus 2. Besar 3. Sedang 4. Kecil
Plate Diathermi : Lokasi : 1. Bokong 2. Tungkai kaki 3. Bahu
4. Tangan 5. Paha
Dipasang oleh : perawat serkuler
Pemeriksaan sebelumnya : 1.Utuh 2. Menggelembung
Pemeriksaan sesudah : 1.Utuh 2. Menggelembung
Monitor Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3.Standby
Mesin Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3.Standby
Persiapan Statics : 1.Lengkap. 2. Belum Lengkap
Anestesi Dengan : 1. Induksi : Midazolam dan Thiopental
2. Analgesik : Sufentanyl
3. Maintenance : Isoflurane
Relaksasi dengan : Atracurium
Ukuran ETT & kedalaman : ETT non king no 7 kedalaman 19 cm
Mode (Presure/Volume) : Pressure Control
Teknik Anestesi : General Anestesi Brain Protection
Stadium Anestesi : Stadium 3 Plana 2
Lembar observasi Intra operasi
Tabel 3.3 Obat obatan

Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.45 Midazolam 2 mg 08.51 Ketorolac 30 mg
08.46 Sufentanyl 15 mcg 08.52 Asam traneksamat 1 gr
08.47 Thiopental 150 mg
08.48 Atracurium 30 mg
08.49 Dexametason 10 mg
08.50 Ondansentron 4 mg

08.45 09.45 10.45

N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2
BB : 70 kg Hb : 13,0 Kristaloid 500 1000
EBV : 4.550 cc Input Koloid 0 0
ABL (10) : 1.050 cc (8) : 1.750 cc Darah 0  0
M : 110 cc Urine 50 100
O : 140 Output Darah  25 50
  M+O 250 500
Defisit / Excess Defisit / Excess
TOTAL
+125 +250
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS :- Agen farmakologis (D.0005)
DO: (obat anestesi) Pola napas tidak
- Pasien terpasang ETT non king no efektif
7,5 Kelemahan otot-otot
- Pernapasan dibantu mesin pernapasan
- Pernapasan dengan pressure
control Pola nafas tidak
- RR : 16 efektif
- TD : 123/75 mmHG
- Nadi : 81x/menit
- SpO2 : 99%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. L
No RM : 11540xxx
Tanggal : 06 Juni 2023

NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 (D.0005) Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas


Pola napas tidak efektif berhubungan keperawatan selama 3x60 menit Observasi
dengan efek agen farmakologis (obat diharapkan pola napas membaik - Monitor TTV pasien
anestesi) yang ditandai dengan dengan kriteria luaran - Pemberian relaxan yang benar
- Pasien terpasang ETT non king no - Dispnea menurun - Pengaturan mesin anestesi yang sesuai
7,5 - Frekuensi napas membaik Terapeutik
- Pernapasan dibantu mesin - Kedalaman napas membaik - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pernapasan dengan pressure - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
control detik
- RR : 16 - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- TD : 123/75 mmHG penghisapan endotracheal
- Nadi : 81x/menit 2. Pemantauan respirasi
- SpO2 : 99% Observasi
- Monitor saturasi oksigen
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : Ny. L
No RM : 11540xxx
OK : 601

TGL/ JAM TINDAKANKEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

06-06-2023 1. Memonitoring TTV pasien 06-06-2023 S : - Ningsih


08.45 2. Memberikan relaxan yang benar 11.15
3. Mengatur mesin anestesi yang sesuai O:
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Jalan napas paten
- Napas spontan
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari
- Tidak ada lendir/sekret
15 detik - SpO2 : 99%
- TD : 120/60 mmHg
6. Melakukan hiperoksigenasi sebelum
- Nadi : 80x/menit
penghisapan endotracheal - RR : 16x/menit
7. Memonitoring saturasi oksigen
Amasalah teratasi

P : intervensi dihentikan
POST ANESTESI

Data Subyektif : -
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup TD : 120/60 mmHg ( - ) Skala nyeri
( -) Sesak Nadi : 80x/mnt ( √ ) Menggigil
( √) Terpasang O2 NRBM 8 lpm SpO2 :99 % ( - ) Mual & Muntah
RR :18 x/mnt ( √ ) Aldrete skore = 10
11.15 12.15 13.15

N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20

A. Aldrete Score (dewasa)


Nilai Warna:
         Merah muda    (2)√
         Pucat               (1)
         Sianosis           (0)
Pernapasan:
         Dapat bernapas dalam dan batuk                    (2)√
         Dangkal namun pertukaran udara adekuat     (1)
         Apnea atau obstruksi                                    (0)
Sirkulasi:
         Tekanan darah menyimpang <20% dari normal         (2)√
         Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal     (1)
         Tekanan darah menyimpang >50% dari normal         (0)
Kesadaran:
         Sadar, siaga dan orientasi                               (2)√
         Bangun namun cepat kembali tertidur            (1)
         Tidak berespons                                              (0)
Aktivitas:
         Seluruh ekstremitas dapat digerakkan            (2)√
         Dua ekstremitas dapat digerakkan                  (1)
         Tidak bergerak                                                (0)
Jika jumlahnya > 8, pasien dapat dipindahkan ke ruangan.
ANALISA DATA (POST ANESTESI)
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS : - Pasien pasca ( D.0136)
DO: anesthesia Resiko cedera
- Pasien masih tidur
- Napas spontan
- Airway paten
- TD : 120/60 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Terpasang O2 NRBM 8 lpm
- SpO2 : 99%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. L
No RM : 11540xxx
Tanggal : 06 Juni 2023
NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 ( D.0136) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pemantauan cedera


Resiko cedera yang ditandai selama 60 menit diharapkan resiko Terapeutik
dengan cedera menurun dengan kriteria luaran - Pasang alat pengaman misal pagar tempat tidur
- Pasien masih tidur - Tingkat kesadaran membaik untuk membatasi mobilitas fisik pada situasi
- Napas spontan - Orientasi waktu, tempat dan orang yang membahayakan
- Airway paten meningkat - Beri pemantauan selama proses pemulihan
- TD : 120/60 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Terpasang O2 NRBM 8 lpm
- SpO2 : 99%
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : Ny. L
No RM : 11540xxx
OK : 601

TGL/ TINDAKANKEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA


JAM
06-06-2023 1. Memasang alat pengaman misal pagar 06-06-2023 S : pasien mengatakan sudah tidak Ningsih
11.15 tempat tidur untuk membatasi mobilitas 12.15 mengantuk lagi

fisik pada situasi yang membahayakan 

2. Memberikan pemantauan selama proses - Pasien sadar


- Pola napas membaik
pemulihan - Nadi : 80x/menit
- RR : 18x/menit
- SpO2 : 99%
- TD : 110/60 mmHg

masalah teratasi

P : intervensi dihentikan


DAFTAR PUSTAKA

Alimul,AAA.Hidayat.2006.Pengantar KDM dan Proses Keperawatan Buku 2.Jakarta : Salemba

Medika

Carpento,LJ.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :

Salemba Medika.

Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik

Vol.2.Edisi 5. Jakarta : EGC

Sarwadi & Erwanto. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Dunia Cerdas

Anda mungkin juga menyukai