MENINGIOMA
Pembimbing Klinik :
DISUSUN OLEH :
Ahmad Suhadi
2011102411139
2022
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar jaringan parenkim otak yaitu
berasal dari meningen otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat (Al-
Hadidy, 2007).
Meningioma merupakan tumor asal meninginen, sel-sel mesotel, serta sel-sel jaringan penyambung arakhnoid
dan dura meter yang paling penting. Sebagian besar tumor adalah jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan
yang berdekatan namun menekan struktur yang berada di bawahnya (Muttaqin, 2008).
Meningioma adalah tumor otak jinak yang sering ditemui dan melibatkan semua lapisan meningen (Black, Joyce
M & Hawks, Jane Hokanson, 2014).
Jadi meningioma merupakan tumor jinak yang melibatkan semua lapisan meningen dan tumbuh dari sel-sel
arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat.
2. Etiologi
Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari
meningioma mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma
dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah trauma.
Beberapa penyelidik berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara meningioma
dengan trauma. Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir kehamilan, mungkin hal ini dapat
dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat
juga sebagai penyebabnya. Pada penyelidikan dengan lught microscope ditemukan virus like inclusion bodies dalam
nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron microscope
inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membrane inti. Beberapa teori telah diteliti dan
sebagian besar menyetujui bahwa kromosom yang jelek menyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang
mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningioma
berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2) NF2 merupakan gen supresor tumor
pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadic. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2
sindrom famili yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple dan sering terjadi pada usia muda.
Disamping itu, depresi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma (American Brain Tumor
Association, 2018).
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui,
meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan
epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini.
Ada beberapa penyebab lain seperti radiasi pada bagian kepala, riwayat kanker payudara, atau neurofibromatosis
tipe 2 dapat menjadi faktor resiko terjadinya meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai 15% dari
pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningioma memiliki reseptor yang
berinteraksi dengan hormone seks progestron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progestron reseptor dilihat
paling sering pada meningioma yang jinak baik pada pria dan wanita.
Gejala khusus :
4. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari tumor meningen atau meningioma adalah sebagaiberikut(Ariani, 2012):
a) Edema serebralEdema serebri atau edema otakadalah keadaan patologis terjadinya akumulasi cairan di
dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak yang meningkatkan volume intraseluler (lebih
banyak di daerah substansia grisea) maupun ekstraseluler (daerah substansia alba), yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
b) Tekanan intrakranial meningkat (TIK).Peningkatan tekanan intrakranial sendiri dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan tumor otak atau meningioma. Peningkatan tekanan intrakranial ini diakibatkan oleh karena
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi
cairan serebrospinal.
c) Herniasi otak
d) HidrosefalusHidrosefalus dapat teradi karena diakibatkan oleh adanya obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid.
e) KejangSerangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim
otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologis fokal.
f) Metastase ke tempat lain.
5. Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2008), Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis yang progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulakn
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak yang mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi
secara akut dan dapat diperparah dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan
otak.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa
dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam
jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan
cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak menimbulkan
peningkatan volume intrakranial dan meningkatkan TIK (Batticca, 2008).
Peningkatakan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intra
cranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan
cairan intrasel, dan mengurangi sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan menimbulkan
herniasiun kusserebellum. Herniasiunkus timbul jika girusmedialislobus melalui insis urat entorial karena adanya
lobus temporalis bergeserke inferior melalui insis urat entorial karena adanya massa dalam hemis ferotak. Herniasi
menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke 3.Padah erniasiserebellum,
tonsil serebellum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla
oblongata dan hentina faster jadi dengan cepat. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan intrakranial
yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan (Batticca, 2008).
6. Pathway
7. Penatalaksaan Farmakologis dan Non Farmakologis
(1) Penatalaksanaan Medis
Medikamentosa Pemberian kortikosteroid (deksamethason), dengan dosis :
- Dewasa: 10 mg loading intravena, diikuti dosis rumatan 6 mg peroral atau intravena tiap 6 jam. Pada kasus
dengan edema vasogenik yang berat maka dosis dapat ditingkatkan sampai 10 mg tiap 4 jam
(2) Pembedahan
Pembedahan adalah terapi primer untuk pasien meningioma. Reseksi total/komplit menghasilkan harapan yang
tinggi untuk terbebas dari meningioma.
(3) Radioterapi/radiosurgery : dipertimbangkan pada kasus tumor yang lokasinya sulit/resiko tinggi untuk operasi
(mis: meningioma sinus kavernosa), tumor unresectable, subtotal reseksi atau tumor yang rekuren.
(4) Terapi lain sifatnya suportif guna meningkatkan ketahanan dan meningkatkan kualitas hidup.
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dibuktikan dengan tidak mampu mandi,
mengenakan pakaian, makan, ke toilet, berhias secara mandiri
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret pada pernafasan
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan bedrest total
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitasi istirahat dan tidur. 37
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
3. Pola napas tidak efektif L. 01004 Pola Napas I.01011Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan Ekspektasi: Membaik Observasi
gangguan neurologis Kriteria Hasil: - Monitor pola napas
dibuktikan dengan pola - Ventilasi semenit meningkat. - Monitor bunyi napas
napas abnormal. - Kapasitas vital meningkat. - Monitor sputum Terapeutik
- Diameter thoraks anterior - Pertahankan kepatenan jalan napas
meningkat. - Posisikan semi fowler atau fowler
- Tekanan ekspirasi meningkat. - Lakukan fisioterapi dada
- Tekanan inspirasi meningkat. - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
- Dispnea menurun. detik
- Penggunaan otot bantu -Lakukan hiperoksigenasi sebelum
pernapasan menurun. penghisapan endotrakeal
- Pemanjangan fase ekspirasi -Keluarkan sumbatan benda padat
menurun. -Berikan oksigenasi, jika perlu
- Ortopnea menurun. Edukasi
- Pernapasan pursed lip menurun. - Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika
- Pernapasan cuping hidung tidak kontraindikasi.
menurun. - Anjurkan teknik batuk efektif.
- Frekuensi napas membaik. Kolaborasi
- Kedalaman napas membaik. -Kolaborasi pemberian bronkodilator,
- Ekskursi dada membaik. ekspektorat, mukolitik, jika perlu.
E. DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1010/2/KTI%20Meningioma_Hesty%20Setianingsih_P17127.pdf
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/13435/2/R014192001_skripsi%201-2.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia