Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN “MENINGIOMA” DI

RUANGAN BAJI KAMASE RSUD LABUANG BAJI

MAKASSAR

NAMA : AFRIANI FATUR RESKI


STAMBUK : 14220160049

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
MENINGIOMA (TUMOT OTAK)

KONSEP MEDIS

A. Definisi Meningioma
Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat
timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi,
umumnya terjadi di hemisfer otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma
bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma malignan jarang terjadi.
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan
frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Meningioma lebih sering dijumpai
pada wanita daripada pria terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun dan
memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di
satu keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam pencarian
karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada umumnya meningioma
dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid.
Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang
terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi
radiks.
Tempat predileksi di ruang kranium supratentorial ialah daerah
parasagitalis. Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal
biasanya gepeng atau kecil bundar. Jika meningioma terletak infratentorial,
kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di dekat sudut
serebelopontin. Meningioma spinalis mempunyai kecenderungan untuk
memilih tempat di bagian T.4 sampai T.8. Meningioma yang bulat sering
menimbulkan penipisan pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng justru
menimbulkan hyperostosis.
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan
dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan
bagian otak yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus
frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis. Sindroma
lobus frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku
seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi
eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood.
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak
(Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000). Tumor
otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau
di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

B. Etiologi Meningioma
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun
beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson
yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang
mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di
antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal
pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor
pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien
dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat
berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda.
Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan
meningioma .
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor.
Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki
salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan
epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan
kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah
payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk
mengembangkan meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai
15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2.
Beberapa meningioma memiliki reseptor yang berinteraksi dengan
hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron
reseptor dilihat paling sering pada meningioma yang jinak, baik pada pria dan
wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering
kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.
Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum
ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin
meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.

C. Patofisiologi meningioma
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor :
gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal. Peningkatan
tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan
intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain
bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon,
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi
medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang
cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan
nadi), dan gangguan pernafasan.

D. Manifestasi Klinis Meningioma


Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan
tumor pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan
oleh terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan
pada nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa
didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti

1. Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada
pagi hari.
2. Perubahan mental
3. Kejang
4. Mual muntah
5. Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
1. Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
2. Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,
perubahan status mental
3. Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
4. Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman,
5. Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan
spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan,
gangguan gaya berjalan,
6. Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
7. Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
8. Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
9. Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan radiografi. Foto polos kepala dapat memberikan gambaran
kalsifikasi karena ada meningioma pada dasar tulang kepala dengan bentuk
yang konveks. Meningioma dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis yang
tidak berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan
meningioma yang jinak dan malignan. Pemeriksaan foto polos kepala
sebagai penunjang penyaki meningioma masih memiliki derajat
kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak yang
hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion. Kalsifikasi tanpa adanya
tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil false-negatif pada
meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat ditegakkan
secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.
a. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada
foto polos. Foto polos diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak
erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik
pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx
menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor.
Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun
difus.
b. Computed Tomography (CT scan)
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling
banyak meningioma. Tampak gambaran isodense hingga hiperdense
pada foto sebelum kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang
homogen pada foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran
komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem
peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan cairan
intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan
meningioma. Invasi sepanjang dura serebri sering muncul akibat
provokasi dari respon osteoblas, yang menyebabkan hiperostosis.
Gambaran CT-scan paling baik untuk menunjukkan kalsifikasi dari
meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. The CT nature
of the calcification may be nodular, fine and punctate, or dense.
Penelitian histologi membuktikan bahwa proses kalsifikasi > 45%
adalah meningioma.

F. Penatalaksanaan
1. Operasi
Pembedahan merupakan pengobatan utama untuk meningioma yang berada
di daerah yang mudah diakses dari otak atau sumsum tulang belakang,
meskipun Beberapa tumor mungkin tidak bisa dioperasi. Faktor lain yang
dipertimbangkan Ahli bedah saraf apakah organ vital pasien (jantung, paru-
paru, ginjal dan hati) cukup kuat tahan terhadap anestesi dan operasi.
Tujuan operasi adalah untuk mendapatkan jaringan tumor untuk
diagnosis dan untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin. Jika tumor
tidak bisa diangkat, biopsi untuk mendapatkan Sampel jaringan tumor bisa
dilakukan. Sebuah program komputer yang menggabungkan gambar MR
berbeda yang diambil sebelum operasi dapat digunakan untuk membuat
peta tiga dimensi, atau stereotactic otak pasien. Peta ini membantu ahli
bedah saraf merencanakan operasi untuk mengeluarkan sebanyak mungkin
tumor sementara menghindari bagian otak yang mengendalikan fungsi
vital.
Selama operasi, ahli bedah dapat menggunakan pencitraan stereotaktik
dan instrumen panduan teknologi untuk menavigasi melalui otak.
Terkadang, operasi itu dilakukan dalam MRI khusus (intraoperative MRI),
yang memungkinkan ahli bedah untuk melihat tumor selama operasi dan
menentukan tingkat tumor yang diangkat. Mikroskop bertenaga tinggi
dapat digunakan untuk membantu ahli bedah agar lebih baik melihat
tumornya. Aspirator ultrasonik digunakan untuk memecah dan mengisap
keluar bagian tumor.
Dalam kasus dimana tumor tidak bisa diangkat Secara keseluruhan,
penghapusan parsial dapat membantu menurunkan gejala. Radiasi
kemudian dapat digunakan untuk mengobati Tumor yang tersisa.
2. Radiasi
Terapi radiasi (sinar eksternal) dapat digunakan untuk Tumor yang tidak
bisa dioperasi, tumor yang tidak sepenuhnya diangkat dalam operasi, tumor
atipikal dan ganas, atau tumor rekuren Ada berbagai jenis radiasi, yang
menggunakan berbagai dosis dan jadwal. Sebagian besar bentuk radiasi,
bagaimanapun, ditujukan pada tumor dan daerah kecil sekitar tumor.
Radiasi sinar eksternal konvensional adalah "standar" Radiasi yang
diberikan lima hari seminggu selama lima atau enam minggu. Radiasi
stereotaktik bertujuan mengumpulkan sinar radiasi pada tumor Terapi
intensitas radiasi termodulasi. juga disebut IMRT, menyesuaikan sinar
radiasi dengan bentuk tumor.
Stereotactic radiosurgery (SRS) menggunakan banyak sinar radiasi
halus yang terfokus untuk ditangani secara akurat satu dosis tinggi
pengobatan ke tumor, sementara meminimalkan efek ke jaringan normal
yang berdekatan. Karena itu, diluar namanya, ini adalah prosedur
noninvasive dan tidak ada "operasi" nyata yang terlibat. Ini mungkin sangat
menguntungkan bagi pasien kandidat bedah yang buruk, memiliki tumor di
daerah beresiko otak, atau memiliki rekurensi yang tidak lagi setuju dengan
bentuk operasi konvensional dan terapi radiasi. Kelemahannya adalah jika
Tidak ada operasi atau biopsi yang dilakukan, tidak ada jaringan yang
didapat untuk pemeriksaan di bawah mikroskop; tekniknya mungkin hanya
menghambat pertumbuhan lebih lanjut, menstabilkan – bukan membunuh
atau mengeluarkan - tumor, dan tekniknya terbatas pada tumor yang relatif
kecil, biasanya yang berukuran kecil berukuran kurang dari tiga sentimeter.
Untuk tumor besar, atau tumor yang letaknya dekat dengan struktur
kritis, radioterapi konvensional atau stereotaktik sering digunakan sebagai
gantinya. Sedangkan radiosurgery stereotactic (SRS) melibatkan
penggunaan satu dosis besar radiasi yang terfokus, radioterapi stereotactic,
(SRT), melibatkan pemberian dosis yang lebih kecil dari radiasi terfokus
dalam jangka waktu yang lebih lama (sampai beberapa minggu). Hal ini
mengurangi potensi pembengkakan atau cedera struktur sekitarnya.
3. Perawatan Lainnya
Terapi sistemik dapat diindikasikan untuk tumor yang ada tidak dapat
diakses melalui pembedahan atau untuk pasien dimana radiasi yang lebih
lanjut tidak mungkin Beberapa perawatan ini ditawarkan dalam studi
penelitian terorganisir yang disebut uji klinis. Dokter Anda bisa
menentukan apakah Anda calon pengobatan di salah satu percobaan ini.
Beberapa pendekatan pengobatan lain telah atau sedang ada dieksplorasi:
a. Hidroksiurea (digunakan sebagai obat radiosensitisasi di pengobatan
jenis tumor lainnya)
b. Penghambat reseptor progesteron (misalnya mifepristone)
c. Somatostatin analog (hormon yang mencegah pelepasan hormon
pertumbuhan) (misalnya octreotide)
d. Agen molekul yang ditargetkan (misalnya everolimus)
e. Penghambat faktor pertumbuhan reseptor epidermal (Epidermal growth
factor receptor / EGFR) (misalnya erlotinb)
f. Reseptor Platelet-derived growth factor receptor (PDGFR) inhibitors
(eg. imatinib)
g. Faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) inhibitor (misalnya
bevacizumab)
h. Imunoterapi atau penggunaan agen biologis merangsang sistem
kekebalan tubuh (misalnya interferon alfa, nivolumab)

Ada juga beberapa obat yang digunakan untuk mengobati gejalanya dari
tumor otak Steroid digunakan untuk mengurangi pembengkakan, atau
edema, sekitar tumor. Kontrol obat anti-kejang kejang. Obat anti mual
mencegah muntah dan bantuan kontrol mual. (American Brain Tumor
Association (2017)

G. Komplikasi Meningioma
1. Ganguan fisik neurologist
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data Subjetif
1. Identitas Pasien
Nama,Jenis
kelamin,Usia,Status,Agama,Alamat,Pekerjaan,Pendidikan,Bahasa,Suku,ba
ngsa,Dx Medis,Sumber biaya.
2. Riwayat keluarga
a. Genogram
b. Keterangan genogram
c. Status kesehatan
3. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
b. Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
4. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
c. Pernah dirawat
d. Alergi
e. Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan
kesehatan)
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Diagnosa Medis dan Therapi
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson,
yaitu:
- Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau
batuk, serta ukur respirasi rate.
- Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah
disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun
kedua-duanya.
- Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS,
apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya).
- Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
- Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam
melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini
adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani
perawatan di RS.
- Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala
penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan
atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
- Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
- Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa
lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
- Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS
dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
- Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang
diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk
kesembuhannya.
- Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia
senangi.
- Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah
pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit
medis ataupun sebaliknya.
Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
- Tingkat kesadaran CCS
-Tanda-tanda vital
b. Keadaan fisik
- Kepala dan leher
- Dada
- Payudara dan ketiak
- Abdomen
- Genitalia
- Integument
- Ekstremitas

2. Pemeriksaan neurologist

a. Pengkajian saraf cranial

- Olfaktori(penciuman )
- Optic (penglihatan )

- Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)

- Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)

- Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)

- Abdusens(gerakan bola mata menyamping)

- Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)

- Auditori(pendengaran)

- Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)

- Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)

- Aksesori(gerakan kepala dan bahu)

- Hipoglosal(posisi lidah)

3. Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF

4. Pemeriksaan Penunjang

- Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi


pada sistem ventrikel dan cisterna.

- CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

- Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai


struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang
mengapur; dan posisi selatursika.

- Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan


kepekaan neuron.
- Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebral.

- Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi


abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan
sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

B. Diagnosis

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia seebral.

3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan.

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan: Nyeri yang dirasakan berkurang

Kriteria Hasil:

a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat


diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
b. Klien tidak merasa kesakitan.
c. Klien tidak gelisah

Intervensi:

a. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang


memperburuk dan meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh
pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang
cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
c. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika
nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi
beratnya serangan.
d. Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
e. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
R/ Mengurangi rasa nyeri yang dialami klien.
f. Kolaborasi pemberian analgesic.
R/ Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia seebral.
Tujuan: Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil
Kriteria hasil:
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg,
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
b. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
c. Orientasi pasien baik
d. RR 16-20x/menit
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi

Intervensi:
a. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai
standar.
R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial
peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan
dan perkembangan kerusakan SSP.
b. Pantau tanda vital tiap 4 jam.
R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang
stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan
vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
c. Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan
menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan
TIK.
d. Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan
keadaan membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan.
e. Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah,
pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra
abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
f. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan
tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK
atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara verbal.
g. Kolaborasi: Kolaborasi dalam pemberian oksigen
R/ Memenuhi kebutuhan oksigen
h. Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
R/ Mengurangi peningkatan TIK
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang
memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas.
Intervensi:
a. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R/ Seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko
kecelakaan.
b. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena
tekanan.
R/ Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh
tubuh.
c. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R/ Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi.
d. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan
R/ Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
e. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
DAFTAR PUSTAKA

American Brain Tumor Association (2017). Meningioma. Website: www.abta.org

Focusing on tumor meningioma. Availble from: http://www.abta.org/meningioma.pdf

Luhulima JW. Menings. 2003. Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin;.

Mardjono M, Sidharta P. 2003. Neurologi klinis dasar. Jakarta :Fakultas Kedokteran


Universtas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai