Anda di halaman 1dari 22

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing : Rahmawati Ramli S.Kep,Ns,M.Kes

PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA LANSIA PADA


BERBAGAI SISTEM

OLEH :

Nama : Afriani Fatur Reski

Stambuk : 14220160049

Kelas : B2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang......................................................................................................

B. Rumusan
Masalah................................................................................................

C. Tujuan...............................................................................................................
..

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses
Menua......................................................................................

B. Perubahan yang Terjadi Pada


Lansia....................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................
...

B. Saran..................................................................................................................
..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya akan mengalami serangkaian perkembangan
dengan periode berurutan, mulai dari periode parental hingga lansia. Setiap
masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat
diulang kembali. Hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu, akan
memberikan pengaruh terhadap tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan
dilalui oleh individu tersebut adalah masa lanjut usia (lansia). Masa lansia
adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikis, dan sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lansia
mengalami beberapa perubahan, seperti 1) perubahan pada penampilan wajah,
tangan, dan kulit, seseorang yang pada masa mudanya dianggap cantik, atau
tampan akan merasa kehilangan daya tariknya jika memasuki masa tua, 2)
perubahan pada bagian dalam tubuh, seperti fungsi otak yang menurun, hati,
jantung, dan limpa, 3) perubahan panca indera, seperti penglihatan, penciuman,
perasa, dan pendengaran, 4) perubahan seksualitas di dalam performa seksual,
dan 5) perubahanmotorik antara lain berkurangnya kecepatan, kekuatan, dan
belajar keterampilan baru .
Hurlock (1991)menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kondisi psikisnya.Salah
satu contohnya perubahan motorik pada lansia, yang mengakibatkan dirinya
tidak dapat mengerjakan aktivitas sebaik pada masa muda dulu, sehingga
menyebabkan lansia menjadi rendah diri dan menarik diri dari lingkungan
sosialnya.Selain perubahan di atas, lansia juga mengalami perubahan
sosioemosi.Bentuk-bentuk perubahan yang terjadi, seperti 1) kepribadian pada
masa lansia, 2) bekerja dan masa pensiun, 3) hubungan konsensual dan 4)
ikatan keluarga non marital. Melihat masalah-masalah yang potensial, seperti
yang sudah dipaparkan di atas, maka perlu diperoleh suatu cara untuk
mencegah atau mengurangi beban dari masalahtersebut, untuk
mempertahankanharapan hidup pada lansia. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh lansia adalah dengan mencapai kesejahteraan psikologis
(psychological well-being) yang optimal. Psychological well-being adalah
suatu kondisi psikologis individu sehat,yang ditandai dengan berfungsinya
aspek-aspek psikologis positif dalam proses mencapai aktualisasi
diri.Psychological well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu penerimaan diri
(self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positif relation with
others), kemandirian (autonomy), penguasaan terhadap lingkungan
(environtmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan
pribadi (personal growth).
Psychological well-beingatau kebahagiaan pada lansia bergantung
dipenuhi. Psychological well-beingatau kebahagiaan pada lansia bergantung
dipenuhi atau tidaknya “tiga A” dari kebahagiaan (three A’s of happiness) yaitu
acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement
(pencapaian) (Hurlock, 1991),dan dijelaskannya bahwa jika lansia tidak dapat
mencapai ketiga hal tersebut akan memunculkan perasaan rendah diri, merasa
diabaikan oleh keluarga, dan menganggap prestasi masa lalu tidak memenuhi
harapan. Selain itu, jika lansia tidak memiliki psychological well-beingyang
optimal,akan menghambat penyesuaian diri dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian proses menua?
2. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian proses menua
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Menua


Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho,
2008). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus menerus
berlangsung secara alamiah, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan
pada lansia, fungsi kognitif lansia juga mengalami penurunan. Perubahan yang
Terjadi Pada Lansia
Kesehatan lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan banyak
perubahan yang terjadi sehingga kondisinya tidak lagi seperti manusia dewasa.
Perubahan-perubahan itu seringkali mendorong lansia untuk menjadi lebih
rapuh dibanding anak-anak ataupun manusia dewasa. Perubahan yang terjadi
ini merupakan proses fisiologis usia tua. Adapun perubahan karakteristik pada
lansia mencakup :
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia digolongkan menjadi
perubahan yang dapat terlihat dan tidak dapat terlihat. Perubahan yang
dapat terlihat antara lain berkurangnya elastisitas kulit, kulit menjadi
berkeriput, rambut yang memutih, tubuh yang terlihat lebih pendek, dan
bungkuk. Sedangkan perubahan fisik yang kurang terlihat pada lansia
meliputi (1) penurunan berat otak akibat menurunnya jumlah sel neuron,
dan menyebabkan keterlambatan respon, (2) penurunan fungsi alat indra,
yang sering menghambat aktivitas lansia, (3) penurunan kekuatan otot dan
keseimbangan tubuh (4) penurunan fungsi seksual, dimana terjadi
penurunan libido, dan menopause pada wanita sehingga secara hormonal
akan mempengaruhi perubahan tubuh, (5) dan cenderung mengalami 13
penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan penurunan status kognitif ini
sering berakhir sebagai penderita Alzheimer dan Parkinson. Perubahan
fisik meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya )
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami
penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas
permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose
difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu
prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

a) Penglihatan
 Kornea lebih berbentuk skeris.
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
 Hilangnya daya akomodasi.
 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala.
b) Pendengaran
 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 %
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
c) Pengecap dan penghidu.
 Menurunnya kemampuan pengecap.
 Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan
selera makan berkurang.
d) Peraba
 Kemunduran dalam merasakan sakit.
 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
c. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (
mengakibatkan pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
d. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai
50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (
biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
e. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
f. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
g. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) resiko terjadi fraktur.
3) kyphosis.
4) persendian besar & menjadi kaku.
5) pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi
badan berkurang ) :
a) Gerakan volunter / gerakan berlawanan.
b) Gerakan reflektonik / Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus.
c) Gerakan involunter / Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai
reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
d) Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
h. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adipose
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya
aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta
warna rambut kelabu
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot
i. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam
tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara
biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain
sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan
kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang
dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim
dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling
diharapkan dalam menjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu
dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak
yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara
lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih
banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam
pengalaman sex.
2. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada lansia berhubungan erat dengan perubahan
gaya hidup. Hal ini terutama diakibatkan karena banyaknya waktu luang
setelah pensiun (tidak bekerja). Lansia yang sebelumnya bekerja seringkali
merasa kehilangan identitas dirinya setelah masa pensiun.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah
mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,
tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga
diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak
dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan
femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan
psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat
mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause
terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-
hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung
ingat.
b. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan
lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering
dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya
kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun
sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat
oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia
yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang
yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan
semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang
terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah
memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang
mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang
berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama
juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai
awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang
cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa
sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila
ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson
(1990 :9) adalah sebagai berikut :
1) Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan
psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
2) Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti:
khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-
besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif,
merasa tidak berdaya.
3) Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti :
menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin
melarikan diri, lari dari kenyataan.
4) Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti
: gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan
agitasi.
5) Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti :
berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut
kering. Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu
mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh
makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya.Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu
memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan
tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau
mengurangi bahaya atau ancaman.Menjadi cemas pada tingkat
tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk
mengatasi masalah sehari-hari.Bagaimana juga, bila kecemasan
ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu
dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
6) Mudah Tersinggug
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan.Wanita
lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang
sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin
disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi
sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam
dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan
perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan
perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses
penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya
7) Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa
was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause.
Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam
lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah
tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak
ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi
produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh
secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan
dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif.
Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung
pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya.
Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya
diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat
individual sifatnya. Respon orang terhadap sumber stress sangat
beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress
yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya
konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat
digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber
stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana
hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai
dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang
lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon
orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa
faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu
dalam menanggapi stress tersebut.
8) Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d
12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di
dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5%
s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena
gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan
bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita
depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih,
karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih
karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih
karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena
kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali,
kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan
sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan
tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan
rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional
dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit
dihindarkan.
Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau
dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate
Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
a) Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah
marah.
b) Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat
dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-
ragu, harga diri rendah.
c) Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan
menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin
melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
d) Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering
mondar-mandir, menangis, mengeluh.
e) Simton biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau
nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur
terganggu, gelisah.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga


mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan
keadaan kepribadian lansia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan


berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut :
 Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua.
 Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe
ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
 Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada
tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
 Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe
ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
 Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
3. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah
orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya
seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang
merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah
acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya
punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif.
Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak
positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan
kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu
untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah
bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan
yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan
memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya
memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta,
cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat
hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping
pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup
menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak
membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna,
menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.
4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran)
masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care)
dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya
pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah
meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho,
2008). Kesehatan lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan banyak
perubahan yang terjadi sehingga kondisinya tidak lagi seperti manusia dewasa.
Perubahan-perubahan itu seringkali mendorong lansia untuk menjadi lebih
rapuh dibanding anak-anak ataupun manusia dewasa.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, serta bisa melakukan tindakan
yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,wahyudi.2000.Perawatan Usia Lanjut.jakarta;EGC

Nugroho, Wahjudi SKM.2000.Keperawatan Gerontik Edisi 2 Cetakan 1.Jakarta:EGC

Nugroho, Wahjudi SKM.2008.Keperawatan Gerontik Edisi32 Cetakan 1.Jakarta:EGC

Darmojo, Boedi, Martono Hadi.1999.Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.F.K.U.I

Hayati, R. & Nurviyandari, D., 2014. Depresi Ringan pada Lansia Setelah
Memasuki Masa Pensiun. Depok: Skripsi Universitas Indonesia.
Jayanti, Sedyowinarso & Madyaningrum, 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Depresi Lansia di Panti Werdha Wiloso Wredho
Purworejo. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(2), pp. 133-138

Anda mungkin juga menyukai