LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Otak (Tumor Intrakranial)
Oleh : Subhan,Skep
Konsep Dasar
1. Pengertian.
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa
Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)
Meningioma adalah jenis tumor jinak otak yang paling banyak didapatkan. Tumbuh dan
berasal dari lapisan luar otak (duramater), sehingga letaknya bisa bervariasi. Lokasi tumor
yang sering diantaranya pada area konveksitas kalvaria, basis frontal (olfactory groove),
tuberculum sella, sphenoid wing atau di area fossa posterior. Tumor ini lebih banyak pada
wanita usia dewasa dan biasanya tumbuh lambat karena sifatnya jinak.
Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung letak tumornya. Gejala paling sering adalah
nyeri kepala khronis yang semakin lama semakin berat. Gejala lain diantaranya gangguan
penglihatan, gangguan penciuman, kejang, kelemahan anggota badan sampai penurunan
kesadaran. Karena gejala timbul lambat sering diagnosis terlambat dan diabaikan. Diagnosis
ditegakkan dengan CT scan dan MRI kepala dengan kontras, pada kasus tertentu kadang
dibutuhkan pemeriksaan CTA atau angiografi.
Penanganan tumor jenis ini adalah dengan operasi pengangkatan tumor secara total. Tumor
ini biasanya dapat diangkat secara total karena batasnya jelas dan tempat melekat tumor di
duramater bisa diangkat atau dikoagulasi. Untuk tumor yang letaknya dalam perlu tindakan
bedah mikro dan memakai alat canggih seperti CUSA, Neuronavigasi atau alat endoskopi.
Pada kasus-kasus tertentu dimana terdapat sisa tumor yang tidak mungkin diambil saat
operasi bisa dipertimbangkan untuk dilakukan radioterapi paska operasi. Radioterapi hanya
efektif pada tumor yang berukuran kecil/sisa tumor.
dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi semua permukaan otak dan
medulla spinalis.
2. Penyebab
wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering
kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka
tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.
Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum
ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin
meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.2,3
kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin
angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi
disertai dengan papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari
otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
3. Type tumor otak
Tumor intraserebral primer :
a. Glioma : astrocytoma, oligodendrogliomas, ependymomas, medulloblastoma
dan glioblastoma.
Terdapat pada jaringan konektif otak, infiltrasi terutama pada jarinan hemisfer
serebral, berkembang cepat.
Tumor ekstraserebral primer :
a. Meningioma.
Terdapat pada lapisan meningeal yang menutupi otak. Biasanya beningna tapi
bias berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala neurologis seperti
anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi serebelar.
b. Tumor pituitary.
Terdapat pada berbagai jaringan.
c. Neuroma.
Berasal dari sel Schwann pada saraf cranial ketiga. Mulanya benigna kemudia
berubah menjadi maligna.
Tumor metastase
Sel kanker menyebar ke otak via system sirkulasi, pembedahannya sulit, dan
prognosis jelek. Metastase dapat terjadi pada epidural, meningeal atau parenkim
otak.
KLASIFIKASI MENINGIOMA
Diagnosa
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada
nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa
didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti
Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada
pagi hari.
Perubahan mental
Kejang
Mual muntah
Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,
perubahan status mental
Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme
otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan
gaya berjalan,
Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing
5. Komplikasi :
a. Edema serebral
b. Tekanan intracranial meningkat.
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain.
Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
radiografi. Foto polos kepala dapat memberikan gambaran kalsifikasi karena
ada meningioma pada dasar tulang kepala dengan bentuk yang konveks.
Meningioma dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis yang tidak
berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan
meningioma yang jinak dan malignan.
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma
masih memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering
terlihat plak yang hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion.
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan
hasil false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak
dapat ditegakkan secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.
a. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos. Foto polos diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi
tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang
tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi
arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 2025% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.
b. Computed Tomography (CT scan)
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto
sebelum kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada
foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen kistik dan
kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan
jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat
terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi
sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas,
yang menyebabkan hiperostosis. Gambaran CT-scan paling baik untuk
menunjukkan kalsifikasi dari meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut. The CT nature of the calcification may be nodular, fine and punctate,
or dense.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala
7. Manajemen medis.
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau
kombinasi ketiga tiganya.
a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat.
b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur
shunting, dan reservoir Ommaya.
c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine
reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik.
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai
pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa
tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan
pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi
sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan
tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor.
Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk
dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.12
Rencana preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan
dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2
antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik
diameter kurang dari 2,5 cm 12. Steiner dan koleganya menganalisa pasien
meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5
tahun. Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat
dikontrol. Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan
pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti
yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5
hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan tumor sekitar 93
% kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit neurologis
baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya
sekitar 5 %.
Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna.
Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau
jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan
regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum,
decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya
sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari Chamberlin pemberian
terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar
5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam
penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari
siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian
hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini
memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma
yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat
memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang
agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding
pemberian dengan kemoterapi.
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus
dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti
estrogen) dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2
kali/hari selama 4 hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh
kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang
sulit dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10
pasien, stabilisasi sementara pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon
minimal atau parsial pada tiga pasien.12
I. Pengkajian
Data Subjektif
Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama
Jenis kelamin
Usia
Status
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Bahasa
Suku bangsa
Dx Medis
Sumber biaya
Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan genogram
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Alergi
- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain lain yang merugikan kesehatan)
Riwayat penyakit keluarga
Diagnosa Medis dan Therapi
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,
Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
- Tingkat kesadaran CCS
Tanda-tanda vital
Keadaan fisik
Kepala dan leher
Dada
Payudara dan ketiak
Abdomen
Genitalia
Integument
Ekstremitas
Pemeriksaan neurologist
serebral.
Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari
zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
Nyeri akut berhubungan dengan
Resiko cidera berhungan dengan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
Ansietas berhubungan dengan
Resiko kekurangan nutrisi
3.Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan
Tujuan :Setelah diberikan askep selama ..x24 jam,diharapakan nyeri yang
dirasakan pasien berkurang dengan ,kriteria hasil:
Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,
Wajah pasien tidak meringis
Intervensi :
mandiri
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu
hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
from:http://www.abta.org/meningioma.pdf
3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009
November 20]. Availble
from:http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%2
0dan%20klasifikasi%20meningioma.doc
4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar:
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
5. Image of meninx. [cited 2009 November 20]. Available from:www. American
Society of Oncology
6. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology.
USA: Icon Custom Communication: 2002. P. 24
7. Meningiomas. [cited 2009 November 20]. Available from: www.
Mayfieldclinic.com
8. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available
from:. http://www.cancer.net
9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology.
SA: Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.
10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma.
[cited 2009 November 20]. Available
from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm
11. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available
from:http://www.meddean.luc.edu/Lumen/meded/radio/curriculum/N/Meningio
ma1.ht
12. Manajemen Meningioma. [cited 2009 November 20]. Available from:
www.google . com
13. Widjaja D, Meningioma intracranial[cited 2009 November 23]. Available
from:http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.
pdf/09MeningiomaIntrakranial016.html
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S.H. DENGAN MENINGIOMA SPHENOID
DI RUANG SARAF A RSDS SURABAYA
TANGGAL 26 28 NOPEMBER 2001
Pengkajian
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama : Tn. S.H. (Perempuan, 52 tahun).
2. Suku/bangsa : Madura/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : TS/petani
6. Bahasa yang digunakan : Madura
7. Alamat : Dusun Sarip Rt 04 RW 1 Bajang, Pakong-Pamekasan
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien :
Suami dan anak sebagai penanggung jawab.
II. Alasan masuk rumah sakit
A. Alasan dirawat : mata kanan tidak dapat melihat dan nyeri kepala sejak 2
tahun yang lalu.
B. Keluhan utama : pasien mengatakan pusing, dan tidak ada napsu makan
karena stress dengan penyakitnya, dimana dijanjikan akan dilakukan
pembedahan tetapi belum terlaksana.
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita tekanan
darah tinggi 3 tahun yang lalu, nyebabnya tidak diketahui, pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit, riwayat alergi seperti obat dan makanan tidak ada.
B. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 2 tahun yang lalu pasien merasa nyeri
kepala, mata kanan menonjol dan tidak bisa melihat. Berobat jalan ke RS
Pamekasan tetapi tidak ada perubahan. Oleh keluarga dibawa ke RS Mata
Undaan Surabaya. Dari RS Undaan dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
C. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara
kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
Genogram :
2. Minum
Pola makan 3 kali/hari, tidak ada makanan pantangan.
dirasakan sebagai suatu masalah pada konsep dirinya. Keadaan emosi : pasien
marah-marah, sedih. Mekanisme koping adalah diam saja.
B. Sosial : hubungan antar anggota keluarga (suami dan anak-anaknya)
harmonis dimana anak dengan setia menunggu sedangkan suami kadangkadang menjenguk karena harus bekerja mencari nafkah.
C. Spiritual : di rumah ibadah dengan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit
pasien berdoa dalam hati. Keyakinan tentang kesehatan sekarang ini adalah
bahwa ia mengharapkan agar cepat dilakukan pembedahan.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : pasien nampak sakit sedang. Kesadaran kompos mentis,
GCS : 4-5-6, T 150/90 mmHg, N 120 x/menit, S 375 0C, RR 18 X/menit.
B. Head to toe :
1. Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala bersih.
2. Rambut. Rambut agak ombak, sebagian berwarna uban, dan nampak bersih.
3. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan pada mata kanan tidak dapat
melihat konjungtiva anemis, pupil kanan enoftalmus, ptosis, dan refleks cahaya
mata kanan negative, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
4. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum,
epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe,
peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien.
Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
6. Mulut dan gigi. Tidak ada bau mulut, perdarahan dan peradangan, ada karang
gigi/karies. Lidah bersih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada
faring.
7. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
8. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi
paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
9. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar,
tidak ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 12 X/menit.
10. Repoduksi
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan
ekstremitas bawah 4-4.
12. Integumen.
Kulit keriput, pucat.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
B. Radiologi : 23 10 2001 : CT scan kepala : meningioma sphenoid sisi
kanan dengan tanda-tanda invasi ke jaringan lunak dan kanalis opticus.
C. EKG/USG/IVP :
D. Endoskopi :
Analisa data
Data pendukung Masalah Etiologi
1. Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada napsu makan, menanyakan mengapa pembedahan
ditunda terus, mengatakan sudah banyak biaya yang sudah dikeluarkan.
Obyektif :
Volume suara tinggi, tidak menghabiskan porsi yang disiapkan, hari perawatan
32 hari, T : 150/90, N 120 x/menit, S : 375oC, RR 1/menit
2. Subyektif :
Keluarga menanyakan bagaimana persiapan operasi, mengatakan belum pernah
dijelaskan mengenai persiapan pembedahan.
Obyektif :
Pendidikan pasien tidak sekolah, belum pernah opname/masuk rumah sakit.
3. Subyektif :
Pasien mengatakan kepalanya sering nyeri (cekot-cekot), mata kanan tidak
dapat melihat.
Obyektif :
Mata kanan enoftalmus, ptosis, CT scan meningioma sphenoid kanan dengan
tanda invasi ke jaringan lunak dan kanalis opticus Depresi
Keterbatasan kognitif
Metastase tumor
12.00
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga dengan
memperkenalkan diri dan menyapa pasien dan keluarga.
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya.
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan
ketidakpastian pengobatan : pmbedahan
Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga
Jam 13.30
S : mengatakan mau makan, mengatakan jika tidak dioperasi dalam waktu
dekat maka akan pulang paksa.
O: nampak pasrah, T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, tenang,
tidak marah.
A : pasien menerima keadaan dan ketidakpastian pmbedahan.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2.
10.30
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan pre
operasi
Menjelaskan tentang persiapan pre oeprasi secara umum : informed consent,
GI, kulit, dan psikologis.
Jam 13.30
S : mengatakan belum mengerti tentang persiapan GI, kulit dan psikologis.
O: mampu menyebutkan persiapan informed consent
A : hanya memahami persiapan informed consent
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3
10.00
Mengukur tanda vital : T 120/80, N 100 x/menit, RR 10 x/menit
10.45
Mengukur tanda vital
pusing.
A : tidak terjadi peningkatan TIK
P: tindakan keperawatan dipertahankan sampai pasien dilakukan pembedahan