Anda di halaman 1dari 32

TUmOR Otak

LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Otak (Tumor Intrakranial)
Oleh : Subhan,Skep
Konsep Dasar
1. Pengertian.

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa
Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)

Meningioma adalah jenis tumor jinak otak yang paling banyak didapatkan. Tumbuh dan
berasal dari lapisan luar otak (duramater), sehingga letaknya bisa bervariasi. Lokasi tumor
yang sering diantaranya pada area konveksitas kalvaria, basis frontal (olfactory groove),
tuberculum sella, sphenoid wing atau di area fossa posterior. Tumor ini lebih banyak pada
wanita usia dewasa dan biasanya tumbuh lambat karena sifatnya jinak.

Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput


pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat
timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi,
umumnya terjadi di hemisfer otak di semua lobusnya. Kebanyakan
meningioma bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma malignan jarang
terjadi.
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan
frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Meningioma lebih sering dijumpai
pada wanita daripada pria terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun
dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa
anggota di satu keluarga.

Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung letak tumornya. Gejala paling sering adalah
nyeri kepala khronis yang semakin lama semakin berat. Gejala lain diantaranya gangguan
penglihatan, gangguan penciuman, kejang, kelemahan anggota badan sampai penurunan
kesadaran. Karena gejala timbul lambat sering diagnosis terlambat dan diabaikan. Diagnosis
ditegakkan dengan CT scan dan MRI kepala dengan kontras, pada kasus tertentu kadang
dibutuhkan pemeriksaan CTA atau angiografi.
Penanganan tumor jenis ini adalah dengan operasi pengangkatan tumor secara total. Tumor
ini biasanya dapat diangkat secara total karena batasnya jelas dan tempat melekat tumor di

duramater bisa diangkat atau dikoagulasi. Untuk tumor yang letaknya dalam perlu tindakan
bedah mikro dan memakai alat canggih seperti CUSA, Neuronavigasi atau alat endoskopi.
Pada kasus-kasus tertentu dimana terdapat sisa tumor yang tidak mungkin diambil saat
operasi bisa dipertimbangkan untuk dilakukan radioterapi paska operasi. Radioterapi hanya
efektif pada tumor yang berukuran kecil/sisa tumor.

Meningen adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon


dan medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang
letaknya berurutan dari superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan
piamater disebut leptomening.4
Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari
lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina
endostealis melekat erat pada dinding kanalis vertebralis, menjadi endosteum
(periosteum), sehingga di antara lamina meningialis dan lamina endostealis
terdapat spatium extraduralis (spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat
longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid
terdapat spatium subdurale yang berisi cairan limfe. Pada enchepalon lamina
endostealis melekat erat pada permukaan interior kranium, terutama pada
sutura, basis krania dan tepi foramen occipitale magnum. Lamina meningialis
mempunyai permukaan yang licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan
membentuk empat buah septa, yaitu:4
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae
Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeningens. Kedua
lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae.
Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale
dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium
subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid yang
membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus
facies superior cerebri tipis dan transparant. Arachnoid membentuk tonjolantonjolan kecil disebut granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus
venosus, terutama sinus sagitallis superior.4
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia
cerebri. Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut
reticularis dan elastic, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia
terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan

dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi semua permukaan otak dan
medulla spinalis.

2.1. Epidemiologi dan Insidensi


Tumor ini mewakili 20% dari semua neoplasma intrakranial dan 12 % dari
semua tumor medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa
kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan
biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan
muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut.Paling
banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan 10 % malignan. Meningioma
malignant dapat terjadi pada wanita dan laki-laki,meningioma benign lebih
banyak terjadi pada wanita.

2. Penyebab

Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun


beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson
yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang
mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di
antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal
pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor
tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik.
Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat
berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda.
Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan
meningioma .
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor.
Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki
salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan
epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan
kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala,
sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor
untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5%
sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2.
Beberapa meningioma memiliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon
seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron
reseptor dilihat paling sering pada meningioma yang jinak, baik pada pria dan

wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering
kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka
tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.
Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum
ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin
meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.2,3

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:


1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral,
kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului
dengan aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang
menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan
obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial
mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan

kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin
angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi
disertai dengan papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari
otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
3. Type tumor otak
Tumor intraserebral primer :
a. Glioma : astrocytoma, oligodendrogliomas, ependymomas, medulloblastoma
dan glioblastoma.
Terdapat pada jaringan konektif otak, infiltrasi terutama pada jarinan hemisfer
serebral, berkembang cepat.
Tumor ekstraserebral primer :
a. Meningioma.
Terdapat pada lapisan meningeal yang menutupi otak. Biasanya beningna tapi
bias berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala neurologis seperti
anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi serebelar.
b. Tumor pituitary.
Terdapat pada berbagai jaringan.
c. Neuroma.
Berasal dari sel Schwann pada saraf cranial ketiga. Mulanya benigna kemudia
berubah menjadi maligna.
Tumor metastase
Sel kanker menyebar ke otak via system sirkulasi, pembedahannya sulit, dan
prognosis jelek. Metastase dapat terjadi pada epidural, meningeal atau parenkim

otak.
KLASIFIKASI MENINGIOMA

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah


diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan
derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop.
Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.7
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat, jika tumor tidak menimbulkan gejala,
mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara
periodik. Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat
menimbulkan
gejala,
kemudian
penatalaksanaan
bedah
dapat
direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan
bedah dan observasi yang berkelanjutan. 7
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan grade I dan juga mempunyai angka kekambuhan
yang lebih tinggi. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah
pembedahan.7
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignan atau meningioma anaplastik. Meningioma malignan terhitung kurang
dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah
penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi.
Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.7
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari
tumor8 :
a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx
adalah selaputyang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer
kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital
meningioma terdapat di sekitar falx.
b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada
permukaan atas otak.
c. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah
belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.
d. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung.

e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan


bawah bagian belakang otak.
f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah
kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari.
g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang
berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis
setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada,
gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di
sekitar mata cavum orbita.
i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan
di seluruh bagian otak.
4. Patofisiologi
Gejala tumor intracranial dapat memberikan efek local ataupun efek general.
Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi
system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang
Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala
(headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan
atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat
ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri kanan, deficit sensori
(kontralateral). Ada juga yang menekan secara langsung pada struktur saraf
menyebabkan degenerasi dan interferensi dengan sirkulasi local. Bisa timbul
edem local dan jika lama maka mempengaruhi fungsi jaringan saraf.
Suatu tumor otak sesuai type dimana-mana pada rongga cranial bias
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Bila tumor berada di
ventrikel maka dapat menyebabkan obstruksi. Bila edema meningkat maka
suplay darah ke otak menurun dan karbondioksida tertahan. Pembuluh darah
dilatasi untuk meningkatkan suplay oksigen darah. Hal ini malah akan
memperberat edem.
Papilledem merupakan efek general dari peningkatan tekanan intracranial dan
sering sebagai tanda terakhir yang timbul. Kematian akibat kompresi batang
otak.

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan


neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor :
gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang


bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor,
dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu
tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis
lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula
oblogata dan henti
pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi),
dan gangguan pernafasan.

Diagnosa
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada
nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa
didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti

Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada
pagi hari.
Perubahan mental
Kejang
Mual muntah
Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,
perubahan status mental
Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme
otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan
gaya berjalan,
Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing
5. Komplikasi :
a. Edema serebral
b. Tekanan intracranial meningkat.
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain.

a. Gangguan fisik neurologist


b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual
6. Studi diagnostic dan hasil.
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel
serebral.

f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.

Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
radiografi. Foto polos kepala dapat memberikan gambaran kalsifikasi karena
ada meningioma pada dasar tulang kepala dengan bentuk yang konveks.
Meningioma dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis yang tidak
berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan
meningioma yang jinak dan malignan.
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma
masih memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering
terlihat plak yang hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion.
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan
hasil false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak
dapat ditegakkan secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.
a. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos. Foto polos diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi
tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang
tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi
arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 2025% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.
b. Computed Tomography (CT scan)
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto
sebelum kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada
foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen kistik dan
kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan
jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat
terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi
sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas,
yang menyebabkan hiperostosis. Gambaran CT-scan paling baik untuk
menunjukkan kalsifikasi dari meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut. The CT nature of the calcification may be nodular, fine and punctate,
or dense.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala

tergantung pada lokasi tumor berada.9 Kelebihan MRI dalam memberikan


gambaran meningioma adalah resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk
membedakan tipe dari jaringan ikat, kemampuan multiplanar, dan rekonstruksi
3D.
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat memberikan gambaran lokasi dari intratumoral
hemorrhage, perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa
tumor, kalsifikasi, invasi parenkim oleh meningioma malignan, dan massa
lobus atau multi lobules yang hanya dapat digambarkan dengan
ultrasonografi.
e. Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan
gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri dan kapiler
memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang
disebut dengan mother and law phenomenon.

7. Manajemen medis.
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau
kombinasi ketiga tiganya.
a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat.
b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur
shunting, dan reservoir Ommaya.
c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine
reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik.

2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai
pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa
tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan
pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi
sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan
tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor.
Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk
dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.12
Rencana preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan
dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2
antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik

perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk


organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang
memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian
metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi
direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga,
atau mastoid.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial12 :
Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal
Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan
dura atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang
atau tulang yang hiperostotik)
Grade IV : Reseksi parsial tumor
Grade V : Dekompresi sederhana (biopsy)
2.9. Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak
dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy
dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi
subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi
sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat
dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada
pasien yang menolak dilakukan operasi, external beam irradiation masih
belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi
external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma
yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini
belum banyak dikemukakan.
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat
rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat
ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi 12.
Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu
penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk
meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui teknik yang
bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari
Co gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat
(proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan
stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan

diameter kurang dari 2,5 cm 12. Steiner dan koleganya menganalisa pasien
meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5
tahun. Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat
dikontrol. Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan
pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti
yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5
hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan tumor sekitar 93
% kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit neurologis
baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya
sekitar 5 %.
Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna.
Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau
jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan
regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum,
decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya
sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari Chamberlin pemberian
terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar
5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam
penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari
siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian
hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini
memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma
yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat
memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang
agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding
pemberian dengan kemoterapi.
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus
dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti
estrogen) dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2
kali/hari selama 4 hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh
kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang
sulit dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10
pasien, stabilisasi sementara pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon
minimal atau parsial pada tiga pasien.12

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
Data Subjektif
Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama
Jenis kelamin
Usia
Status
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Bahasa
Suku bangsa
Dx Medis
Sumber biaya
Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan genogram
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Alergi
- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain lain yang merugikan kesehatan)
Riwayat penyakit keluarga
Diagnosa Medis dan Therapi
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,

serta ukur respirasi rate.


Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan
PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan
skala nyeri)
Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
- Tingkat kesadaran CCS
Tanda-tanda vital
Keadaan fisik
Kepala dan leher
Dada
Payudara dan ketiak
Abdomen
Genitalia
Integument
Ekstremitas
Pemeriksaan neurologist

Pengkajian saraf cranial


Olfaktori(penciuman )
Optic (penglihatan )
Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)
Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)
Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)
Abdusens(gerakan bola mata menyamping)
Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)
Auditori(pendengaran)
Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)
Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)
Aksesori(gerakan kepala dan bahu)
Hipoglosal(posisi lidah)
Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF
Pemeriksaan Penunjang
Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra

serebral.
Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari
zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
Nyeri akut berhubungan dengan
Resiko cidera berhungan dengan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
Ansietas berhubungan dengan
Resiko kekurangan nutrisi
3.Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan
Tujuan :Setelah diberikan askep selama ..x24 jam,diharapakan nyeri yang
dirasakan pasien berkurang dengan ,kriteria hasil:
Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,
Wajah pasien tidak meringis
Intervensi :
mandiri
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu
hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,


gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika
nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi
beratnya serangan.
4. Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi
Kolaborsi
Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.
R/ : menurunkan nyeri
Dx 2. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
Tujuan :setelah diberikan askep selama .x24 jam,diharapkan gangguan
perfusi jaringan berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:
Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran
biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi motorik/sensorik
Tanda-tanda vita stabil
Intervensi :
mandiri
1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat
menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat
2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial
adanya peningkatan TIK

3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana


R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan
4. Pantau tekanan darah
R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan
pada saat fluktasi tekanan darah sistemik
5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan
dan penglihatan kabur
R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik
pada otak ,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan akan
mempengaruhi intervensi
5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi
R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan
terjadi peningkatan TIK
6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi
R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan
7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK
8.Hindari /batasi penggunaan restein
R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan
meningkatkan TIK
9. tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi
R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi
kongesti dan
edema atau resiko terjadi peningkatan TIK
Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama .x24 jam


,diharapkan Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:
-Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi
mandiri
1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan
klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas
Kedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
2. Focusing on tumor meningioma[ cited 2009 November 20]. Availble

from:http://www.abta.org/meningioma.pdf
3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009
November 20]. Availble
from:http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%2
0dan%20klasifikasi%20meningioma.doc
4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar:
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
5. Image of meninx. [cited 2009 November 20]. Available from:www. American
Society of Oncology
6. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology.
USA: Icon Custom Communication: 2002. P. 24
7. Meningiomas. [cited 2009 November 20]. Available from: www.
Mayfieldclinic.com
8. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available
from:. http://www.cancer.net
9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology.
SA: Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.
10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma.
[cited 2009 November 20]. Available
from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm
11. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available
from:http://www.meddean.luc.edu/Lumen/meded/radio/curriculum/N/Meningio
ma1.ht
12. Manajemen Meningioma. [cited 2009 November 20]. Available from:
www.google . com
13. Widjaja D, Meningioma intracranial[cited 2009 November 23]. Available
from:http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.
pdf/09MeningiomaIntrakranial016.html

Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S.H. DENGAN MENINGIOMA SPHENOID
DI RUANG SARAF A RSDS SURABAYA
TANGGAL 26 28 NOPEMBER 2001

Pengkajian
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama : Tn. S.H. (Perempuan, 52 tahun).
2. Suku/bangsa : Madura/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : TS/petani
6. Bahasa yang digunakan : Madura
7. Alamat : Dusun Sarip Rt 04 RW 1 Bajang, Pakong-Pamekasan
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien :
Suami dan anak sebagai penanggung jawab.
II. Alasan masuk rumah sakit
A. Alasan dirawat : mata kanan tidak dapat melihat dan nyeri kepala sejak 2
tahun yang lalu.
B. Keluhan utama : pasien mengatakan pusing, dan tidak ada napsu makan
karena stress dengan penyakitnya, dimana dijanjikan akan dilakukan
pembedahan tetapi belum terlaksana.
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita tekanan
darah tinggi 3 tahun yang lalu, nyebabnya tidak diketahui, pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit, riwayat alergi seperti obat dan makanan tidak ada.
B. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 2 tahun yang lalu pasien merasa nyeri
kepala, mata kanan menonjol dan tidak bisa melihat. Berobat jalan ke RS
Pamekasan tetapi tidak ada perubahan. Oleh keluarga dibawa ke RS Mata
Undaan Surabaya. Dari RS Undaan dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
C. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara
kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
Genogram :

IV. Informasi khusus


A. Masa balita : tidak dikaji
B. Klien wanita : tidak dikaji
V. Aktivitas hidup sehari hari :
Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit
A. Makan dan minum
1. Nutrisi

2. Minum
Pola makan 3 kali/hari, tidak ada makanan pantangan.

Minum air putih 8-10 gelas sehari, kadang-kadang minum kopi.


Sejak 3 hari yang lalu pasien tidak ada napsu makan, tidak menghabiskan porsi
yang disiapkan
Minum air putih 4-6 gelas, kadang minum susu yang disiapkan.
B. Eliminasi BAB dan BAK tidak ada kelainan. Kadang keringat dingin. BAB 1-2
kali/hari, konsistensi lembek dan BAK 1000-1500 cc/hari, warna kuning.
C. Istirahat dan tidur Pasien istirahat jam 13.00-14.30 dan tidur malam 22.0005.30 Pasien istirahat di tempat tidur saja. Tidur kalau merasa mengantuk.
Kesulitan tidur karena stress belum dilakukan pembedahan
D. Aktivitas Pasien sebagai seroang petani bekerja di sawah. Pasien mengatakan
ia hanya duduk
E. Kebersihan diri Mandi 2 kali sehari, menggosok gigi tidak pasti Dilakukan di
kamar mandi
F. Rekreasi Pasien senang menonton televise. Tidak bisa dilakukan.
VI. Psikososial
A. Psikologis : pasien dan keluarga mengatakan tidak mau minum obat dan
napsu makan menurun karena pusing memikirkan pelaksanaan operasi yang
selalu ditunda dan biaya yang dikeluarkan sudah banyak. Konsep diri : tidak

dirasakan sebagai suatu masalah pada konsep dirinya. Keadaan emosi : pasien
marah-marah, sedih. Mekanisme koping adalah diam saja.
B. Sosial : hubungan antar anggota keluarga (suami dan anak-anaknya)
harmonis dimana anak dengan setia menunggu sedangkan suami kadangkadang menjenguk karena harus bekerja mencari nafkah.
C. Spiritual : di rumah ibadah dengan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit
pasien berdoa dalam hati. Keyakinan tentang kesehatan sekarang ini adalah
bahwa ia mengharapkan agar cepat dilakukan pembedahan.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : pasien nampak sakit sedang. Kesadaran kompos mentis,
GCS : 4-5-6, T 150/90 mmHg, N 120 x/menit, S 375 0C, RR 18 X/menit.
B. Head to toe :
1. Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala bersih.
2. Rambut. Rambut agak ombak, sebagian berwarna uban, dan nampak bersih.
3. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan pada mata kanan tidak dapat
melihat konjungtiva anemis, pupil kanan enoftalmus, ptosis, dan refleks cahaya
mata kanan negative, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
4. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum,
epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe,
peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien.
Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
6. Mulut dan gigi. Tidak ada bau mulut, perdarahan dan peradangan, ada karang
gigi/karies. Lidah bersih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada
faring.
7. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
8. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi
paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
9. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar,
tidak ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 12 X/menit.
10. Repoduksi
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan
ekstremitas bawah 4-4.
12. Integumen.
Kulit keriput, pucat.
VIII. Pemeriksaan penunjang

A. Laboratorium :
B. Radiologi : 23 10 2001 : CT scan kepala : meningioma sphenoid sisi
kanan dengan tanda-tanda invasi ke jaringan lunak dan kanalis opticus.
C. EKG/USG/IVP :
D. Endoskopi :
Analisa data
Data pendukung Masalah Etiologi
1. Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada napsu makan, menanyakan mengapa pembedahan
ditunda terus, mengatakan sudah banyak biaya yang sudah dikeluarkan.
Obyektif :
Volume suara tinggi, tidak menghabiskan porsi yang disiapkan, hari perawatan
32 hari, T : 150/90, N 120 x/menit, S : 375oC, RR 1/menit
2. Subyektif :
Keluarga menanyakan bagaimana persiapan operasi, mengatakan belum pernah
dijelaskan mengenai persiapan pembedahan.
Obyektif :
Pendidikan pasien tidak sekolah, belum pernah opname/masuk rumah sakit.
3. Subyektif :
Pasien mengatakan kepalanya sering nyeri (cekot-cekot), mata kanan tidak
dapat melihat.
Obyektif :
Mata kanan enoftalmus, ptosis, CT scan meningioma sphenoid kanan dengan
tanda invasi ke jaringan lunak dan kanalis opticus Depresi

Kurang pengetahuan tentang persiapan pembedahan

Tekanan intrakranial Ketidakpastian pembedahan

Keterbatasan kognitif

Metastase tumor

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)


1. Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan
2. Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan
keterbatasan koginitf.
3. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan
metastase tumor ke jaringan lunak.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan
Setelah tindakan keperawatan tidak terjadi depresi dengan criteria tidak marah,
menerima keadaan dan penjelasan yang diberikan, tanda vital dalam batas
normal, melakukan ADL seperti biasa. 1. Bina hubungan saling percaya dengan
pasien dan keluarga.
2. Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan alasan
ketidakpastian pembedahan.
4. Kolaborasi dengan dokter acara pembedahan.

5. Anjurkan pasien dan keluarga menggunakan mekanisme koping yang


konstruktif. Pasien akan mengungkapkan perasaan pada orang yang sudah
dipercayainya.
Mengungkapkan perasaan merupakan salah satu upaya mengurangi depresi.
Mningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga sehingga depresi berkurang.
Memberikan kepastian pengobatan yang akan dipeorleh pasien.
Mencegah kerusakan diri sendiri dan orang lain
Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan
keterbatasan koginitf.
Setelah 3 kali pertemuan pasien dan keluarga mampu mengenal dan mengerti
persiapan pre oeprasi secara umum dengan criteria menyebutkan persiapan
fisik, psikologis, administrasi 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Berikan penjelasan tentang persiapan pre operasi secara umum : informed
consent, persiapan GI, kulit, dan psikologis.
3. Evaluasi pemahaman keluarga tentang penjelasan yang telah diberikan.
Ketepatan dalam memberikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pengetahuan
dan pemahaman klien
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga dan meningkatkan kooperatif
bila sudah ada acara pmbedahan
Meyakinkan kembali pemahaman pasien dan keluarga tentang penjelasan yang
diberikan.
Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan metastase
tumor ke jaringan lunak. Tidak terjadi peningkatan tekanan intracranial selama
perawatan dengan criteria tidak muntah, mual, nyeri kepala, takikardi dan tanda
vital dalam batas normal. 1. Monitor tanda vital tiap 4 jam.
2. Monitor tanda-tanda dan gejala peningkatan tekanan intracranial.
3. Anjurkan pasien untuk mencegah valsava maneuver.
4. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat.
5. Anjurkan pasien dan keluarga segera melaporkan kepada dokter atau perawat
bila menemukan tanda dan gejala peningkatan TIK.
6. Berikan obat : Tramadol, Neurosanbe dan Genvibrofit sesuai order. Melihat
perubahan status sistemik pasien.
Penemuan dini mencegah komplikasi lebih lanjut
Valsava maneuver meningkatkan tekanan pembuluh darah dan selanjutnya
meningkatkan TIK
Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan dan mencegah peningkatan TIK
Bantuan dan dukungan dari pasien dan keluarga sangat membantu
perawat/dokter dalam memberikan tindakan yang tepat dan segera

Membantu proses penyembuhan


Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa kep. Hari/tanggal
(jam) Tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
1. Senin, 26 11- 2001
10.00

12.00
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga dengan
memperkenalkan diri dan menyapa pasien dan keluarga.
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya.
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan
ketidakpastian pengobatan : pmbedahan
Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga
Jam 13.30
S : mengatakan mau makan, mengatakan jika tidak dioperasi dalam waktu
dekat maka akan pulang paksa.
O: nampak pasrah, T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, tenang,
tidak marah.
A : pasien menerima keadaan dan ketidakpastian pmbedahan.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2.
10.30
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan pre
operasi
Menjelaskan tentang persiapan pre oeprasi secara umum : informed consent,
GI, kulit, dan psikologis.
Jam 13.30
S : mengatakan belum mengerti tentang persiapan GI, kulit dan psikologis.
O: mampu menyebutkan persiapan informed consent
A : hanya memahami persiapan informed consent
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3
10.00
Mengukur tanda vital : T 120/80, N 100 x/menit, RR 10 x/menit

Memonitor tanda dan gejala penignkatan TIK


Menganjurkan pasien untuk menghindari mengedan, batuk yang terlalu kuat,
berjalan ke kamar mandi.
Menganjurkan untuk segera melaporkan dokter atau perawat bila menemukan
tanda dan gejala TIK meningkat seperti nyeri kepala, muntah, mual, bradikardi
atau takikardi, peningkatan suhu dan tanda vital lainnya serta perubahan
kesadaran. Jam 13.30
S : mengatakan mata kanan tidak bias melihat, nyeri kepala tetapi kadangkadang.
O: tidak muntah, GCS 4-5-6, T 100/70, N 80, RR 12 x/menit, suhu 37oC.
A : masalah tidak terjadi.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
1. Selasa, 27 11- 2001 08.00
Menganjurkan pasien dan keluarga mengungkapan perasaan terutama yang
dikeluhkan sekarang ini.
Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
Jam 13.00
S : mengatakan mau makan, dan menghabiskan porsi yang disiapkan dan
mengharapkan cepat operasi
O: tidak marah, menerima alasan atau penjelasan perawat
A : depresi berkurang
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2.
09.00
Menjelaskan pada pasien dan keluaraga tentang persiapan preoperasi yaitu GI,
psikologis, kulit. Jam 12.00
S : mengatakan mengerti penjelasan perawat.
O: mampu menjawab pertanyaan
A : masalah teratasi.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3.
08.00

10.45
Mengukur tanda vital

Menyiapkan obat Tramadol, Neurosanbe dan Genvibrofit 1 tablet


Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK
Menganjurkan pasien dan keluarga perawat untuk segera melapor perawat atau
dokter bila terjadi peningkatan TIK
Menganjurkan pasien untuk menghindari valsava maneuver Jam 13.30
S : mengatakan kadang nyeri kepala seperti diturusk-tusuk, mata kanan tidak
bias melihat.
O: tidak muntah, T 100/80, N 80 x/menit, RR 12 x/menit, GCS 4-5-6, tidak
pusing.
A : tidak terjadi peningkatan TIK
P: tindakan keperawatan dipertahankan
1. Rabu, 28 11- 2001
15.00
Menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan dan memberikan dukungan
emosional dengan mengatakab bahwa tim kesehatan akan memberikan yang
terbaik bagi pasiennya dan menginginkan agar pasien cepat sembuh seperti
haraapan pasien dan keluarga. Jam 20.00
S : mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan bias menerima
penjelasan
O: tenang, rileks, tidak marah
A : depresi hilang dan pasien siap menunggu jadwal pembedahan.
P: tindakan keperawatan dihentikan
2.
18.30
Megingatkan kembali pasien dan keluarga tentang persiapan pre operasi dengan
menanyakan kembali pnjelasan yang sudah diberikan. Jam 20.30
S : mengatakan mengerti semua penjelasan perawat
O: menjawab semua pertanyaan perawat.
A : masalah teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
3.
15.00
Mengukur tanda vital
Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK
Menganjurkan pasien untuk menghindari valsava maneuver. Jam 20.30
S : mengatakan nyeri kepala hilang, mata kanan tidak bisa melihat.
O: tidak muntah, T 110/70, N 90 x/menit, RR 10 x/menit, GCS 4-5-6, tidak

pusing.
A : tidak terjadi peningkatan TIK
P: tindakan keperawatan dipertahankan sampai pasien dilakukan pembedahan

Anda mungkin juga menyukai