Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN NEUROLOGI NEUROONKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2021


UNIVERSITAS HASANUDDIN

NEURO - ONCOLOGY

Disusun oleh :

dr. A. Fadila Ariani Malaka

C155202003

Pembimbing :

dr. Cahyono Kaelan, Ph.D, Sp.PA (K), Sp.S

Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar

2021
TUGAS NEURO - ONCOLOGY

 SOAL INDIVIDU

1. Sebutkan tumor primer dan tumor brain metastase yang saudara


ketahui.

A. Tumor Primer :
Tumor primer adalah tipe tumor yang dimulai di sel otak dan bisa
menyebar ke bagian otak lain atau ke tulang belakang. Tumor otak primer
biasanya jarang menyebar ke organ lain, termasuk didalamnya :

a. Meningioma
Meningioma adalah jenis tumor otak yang terjadi di meninges, yaitu
lapisan jaringan yang mengelilingi bagian luar otak dan sumsum tulang
belakang. Jenis tumor ini dapat bermula di bagian otak manapun, tetapi
umumnya di otak besar dan otak kecil.
Penyakit meningioma merupakan tumor otak primer yang paling umum
terjadi pada orang dewasa, terutama berjenis kelamin perempuan.
Sebagian besar kasus tumor meningioma bersifat jinak atau berada di level
rendah (I). Namun, penyakit ini bisa tumbuh dan berkembang secara cepat
hingga mencapai level III atau menyebar ke wajah dan tulang belakang.
Tumor meningioma dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti mual dan
muntah, kejang, sakit kepala, perubahan perilaku dan kognitif, hingga
gangguan penglihatan.
b. Adenoma pituitary
Adenoma pituitary atau tumor hipofisis adalah jenis tumor otak yang
tumbuh pada kelenjar pituitari, yaitu kelenjar yang mengontrol berbagai
fungsi tubuh serta melepaskan hormon ke dalam aliran darah. Jenis tumor ini
biasanya ditemukan pada orang dewasa, dan umumnya memiliki tingkat
keganasan yang rendah (jinak).
Gejala yang ditimbulkan pada tumor hipofisis tergantung pada aktivitas
tumor, yaitu apakah menghasilkan hormon atau tidak. Beberapa gejala yang
umum terjadi, yaitu:
 Sakit kepala dan gangguan penglihatan akibat tekanan dari tumor
 Mual dan muntah
 Perubahan kognitif
 Berhenti menstruasi
 Timbul rambut abnormal pada perempuan
 Keluar cairan dari payudara
 Impotensi pada pria
 Kenaikan berat badan dan pertumbuhan tangan dan kaki yang tidak
wajar.
Adapun pengobatan adenoma pituitari atau tumor hipofisis di antaranya
pengawasan dokter (terutama bila tidak menimbulkan gejala), operasi,
radioterapi, obat untuk menurunkan kadar hormon, atau obat untuk pengganti
hormon.
c. Neuroma Akustik
Neuroma akustik atau schwannoma vestibular adalah jenis tumor otak
jinak yang bermula di sel Schwann. Sel Schwann berada di bagian luar saraf
vestibulocochlear, yaitu saraf yang menghubungkan otak ke telinga dan
berfungsi mengontrol pendengaran dan keseimbangan.
Tumor neuroma akustik umumnya tumbuh secara lambat dan bersifat
jinak. Oleh karena itu, penderitanya mungkin tidak memiliki gejala dalam
beberapa waktu. Meski demikian, beberapa gejala neuroma akustik atau
schwannoma vestibular yang mungkin timbul adalah gangguan pendengaran
dan keseimbangan, dering atau suara berdengung di satu atau kedua telinga,
pusing atau vertigo, serta mati rasa pada wajah.

d. Craniopharyngioma
Craniopharyngioma atau kraniofaringioma adalah jenis tumor otak
yang terjadi di area otak yang berdekatan dengan mata atau sekitar bagian
bawah otak yang berdekatan dengan kelenjar pitutari. Jenis tumor ini bisa
terjadi pada anak-anak dan lansia serta bersifat jinak (non-kanker).
Adapun gejala yang ditimbulkan dari tumor craniopharyngioma
adalah gangguan penglihatan, sakit kepala, perubahan hormon pada orang
dewasa, atau gangguan pertumbuhan pada anak. Sementara pengobatan
penyakit ini diantaranya operasi, radioterapi, atau terapi pengganti hormon.

e. Tumor Kelenjar Pineal


Jenis tumor otak ini bermula di kelenjar pineal atau jaringan di
sekitarnya. Kelenjar pineal berada di tengah otak, tepat di belakang batang
otak, serta berfungsi memproduksi hormon melatonin yang mengontrol tidur.
Tingkat keganasan tumor kelenjar pineal bisa bervariasi, dari rendah hingga
ke tinggi, dan umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda.
Sementara gejala utama dari tumor kelenjar pineal, yaitu kelelahan,
sakit kepala, lemas, kesulitan mengingat, mual dan muntah, serta berpotensi
menyebabkan hidrosefalus.

f. Tumor Otak Glioma


Glioma merupakan tipe tumor otak ganas yang paling sering terjadi
pada orang dewasa. American Association of Neurological menyebut, sekitar
78 persen dari total kasus tumor otak ganas tergolong sebagai glioma.
Tumor otak glioma dimulai di sel-sel glial. Tipe ini terbagi lagi ke
dalam beberapa subtipe berdasarkan jenis sel glial yang terkena. Di bawah ini
beberapa subtipe tumor otak glioma, yaitu;
g. Astrositoma
Tumor astrositoma terjadi di sel glial yang disebut astrosit. Jenis tumor
ini memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Pada tingkat rendah (level I
atau II), astrositoma paling sering ditemukan pada anak-anak, tetapi pada
tingkat tinggi (level III atau IV) penyakit ini lebih sering terjadi pada orang
dewasa. Adapun astrositoma pada level IV atau dengan keganasan paling
tinggi dikenal juga dengan nama glioblastoma.

h. Oligodendroglioma
Tumor otak ini bermula di sel glial bernama oligodendrosit. Jenis ini
biasanya terjadi pada otak besar sisi depan dan pinggir serta mengganggu
pembentukan selaput myelin yang berfungsi dalam menghantarkan impuls
pada sel saraf. Sebagian besar penyakit ini ditemukan pada usia dewasa,
tetapi anak-anak juga dapat mengalaminya.

i. Ependymoma
Tumor ependymoma bermula di sel-sel glial bernama ependymal,
yaitu sel yang melapisi bagian otak di mana cairan serebrospinal (CSF)
diproduksi. Jenis tumor ini dapat terjadi di bagian otak tersebut atau di
sumsum tulang belakang. Umumnya, ependymoma ditemukan pada anak-
anak atau usia remaja, tetapi penyakit ini juga bisa terjadi pada orang dewasa.
Adapun tumor ini dapat menyebabkan pembesaran kepala akibat cairan
(hidrosefalus).

j. Glioma batang otak


Hampir sebagian besar kasus glioma batang otak terjadi pada anak-
anak di bawah usia 10 tahun. Tumor ini menyerang bagian bawah otak dan
dapat terjadi dengan tingkat keganasan rendah hingga tinggi.
k. Glioma saraf optic
Jenis tumor otak ini sebagian besar ditemukan pada bayi dan anak-
anak, tetapi juga dapat dialami oleh orang dewasa. Kondisi ini ditandai
dengan pertumbuhan tumor di sekitar saraf yang menghubungkan mata dan
otak. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan
progresif.

l. Glioma Campuran
Jenis glioma ini merupakan campuran dari beberapa jenis glioma
dengan tingkat keganasan yang cenderung tinggi.Penderita tumor otak jenis
glioma umumnya merasakan berbagai gejala, seperti kejang, sakit kepala,
perubahan perilaku, perubahan kemampuan kognitif, dan/atau mengalami
kesulitan berjalan atau kelumpuhan. Adapun pengobatan untuk tumor otak
glioma di antaranya operasi, radioterapi, dan kemoterapi.

m. Limfoma sistem saraf pusat

Limfoma adalah kanker yang tumbuh dan berkembang di sistem


limfatik, yang tersebar di seluruh tubuh termasuk sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Kanker limfoma yang tumbuh di otak umumnya
bermula di bagian depan otak atau disebut otak besar.

Jenis tumor ini biasanya terjadi pada lansia dan bersifat sangat ganas
(agresif) sehingga cenderung sulit diobati. Adapun gejala yang ditimbulkan
dari penyakit ini, seperti sakit kepala, penglihatan buram, kejang, perubahan
perilaku, atau kesulitan berjalan dan keseimbangan.
B. BRAIN METASTASE

Brain metastase tumor adalah tipe tumor yang dimulai di bagian lain tubuh
dan kemudian menyebar ke otak. Brain Metastase disebut juga tumor otak
metastasis yang terjadi secara sekunder. Jenis tumor ini umumnya berasal dari
organ lain dari tubuh, seperti paru-paru, payudara, ginjal, usus besar, atau kulit,
dianataranya:

 tumor paru yang bermetastase ke otak


 tumor payudara / ca payudara yang bermetastase ke otak
 tumor uterus / ca uterus / ca cerviks yang bermetastase ke otak
 tumor medula spinalis yang bermetastase ke otak.

Sebagian besar tumor otak metastase ini terletak di otak besar, tetapi dapat
pula menyerang atau meyebar ke otak kecil dan batang otak. Adapun gejala yang
ditimbulkan diantaranya: sakit kepala, kejang, perubahan perilaku dan kognitif,
serta penurunan koordinasi tubuh yang diikuti dengan penurunan berart badan
secara cepat.

Sedangkan untuk tumor brain metastasis yang paling sering terjadinya adalah
berdasarkan table berikut :
Sumber :
- Buku ajar Neurologi (Buku ke2) FKUI
- WHO Classification of Tumours of the Central Nervous System
2. Terangkan Penalatalaksaan Treatment Glioblastoma.

 Terapi konvensional untuk Glioblastoma dibagi menjadi 3 tahap adalah:

- Operasai (pembedahan)

- Radioterapi

- Kemoterapi

 Setelah diagnosis awal glioblastoma (GBM), pengobatan standar terdiri


dari reseksi bedah maksimal, radioterapi, dan kemoterapi bersamaan dan
adjuvant dengan temozolomide. Temozolomide adalah agen alkilasi oral
aktif yang digunakan untuk orang-orang yang baru didiagnosis dengan
glioblastoma.
 Pengobatan Glioblastoma tersedia saat ini adalah pengobatan kuratif.
pengobatan pasien dengan glioma ganas masih tetap paliatif dan meliputi
operasi, radioterapi, dan kemoterapi.
 Terapi radiasi, operasi atau pembedahan dikombinasikan dengan
kemoterapi telah ditunjukkan untuk memperpanjang kelangsungan hidup
pada pasien dengan glioblastoma multiformes dibandingkan dengan
pembedahan saja. Penambahan radioterapi operasi mampu meningkatkan
ketahanan hidup pasien.
 Penatalaksanaan Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :

1. Pembedahan

2. Radiotherapi

3. Kemotherapy
 Manipulasi hormonal dan imunoterapi.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah


bermetastase. Sedangkan untuk imunoterapi dengan menggunakan antibody
monoclonal yang diciptakan secara khusus untuk menyerang dan
menghancurkan sel tumor otak.

 Terapi Kortikosteroid,

Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan


kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison)
menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya.
Obat-obat lain mencakup agen-agen osmotic (manitol, gliserol) untuk
menurunkan cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-
obat anti kejang (penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang.

Sumber : Jones K, Chang S. Clinical Relevance Of Molecular Markers In Gliomas. Rev Médica
Clínica Las Condes. 2017;28:343-51.

3. Apa yang saudara ketahui tentang IDH mutant dan IDH wild type

IDH merupakan suatu enzim yang berperan pada siklus tricarboxylic acid
(TCA) yang penting dalam metabolisme energi. IDH mutan akan menghasilkan
metabolit 2- hydroxyglutaric acid (2-HG) yang tampaknya berperan pada
gliomagenesis pada kasus glioma difus dengan IDH mutan.3,4,5 Mutasi IDH
dijumpai pada lebih dari 70% kasus glioma difus grade II/III dan glioblastoma
sekunder.

IDH1 dan IDH2 terlibat dalam tumorigenesis beberapa jenis keganasan


seperti glioma, leukemia myeloid akut, limfoma, kolangiokarsinoma
intrahepatik, dan kondrosarkoma.2 Pada glioma difus, mutasi IDH ini tampaknya
berperan pada proses awal tumorigenesis pada sebagian besar kasus glioma
grade II dan III, serta sebagian kasus glioblastoma sekunder.

Sumber : Turkalp Z, Karamchandani J, Das S. IDH mutation in glioma: New insights and
promises for the future. JAMA Neurol. 2014;71:1319-25. 7. Monga V,

4. Apa yang dokter ketahui tentang Paraneoplastic Syndrome


 Sindrom Paraneoplastic adalah kelainan langka yang dipicu oleh respon
sistem imun diubah suatu neoplasma, didefinisikan sebagai sindrom klinis yang
melibatkan efek sistemik nonmetastatic yang menyertai penyakit ganas.
 Sindrom Paraneoplastik adalah kompleks gejala selain kakeksia yang terjadi
pada pasien dengan kanker dan tidak dapat dijelaskan oleh penyebaran tumor
lokal atau jauh atau oleh pengeluaran hormon yang berasal.
 Sindrom ini muncul pada 10% sampai 15% pasien dengan kanker, dan sindrom
ini perlu dikenali karena beberapa alasan :

- Sindrom mungkin mencerminkan manifestasi paling dini suatu neoplasma


samar.
- Pada pasien yang mengidapnya, sindrom ini mungkin menimbulkan
masalah yang signifikan dan dapat mematikan .
- Sindrom mungkin mirip penyakit metastasis dan mengacaukan
pengobatan.
- Sindrom ini adalah koleksi gejala yang dihasilkan dari zat-zat yang
dihasilkan oleh tumor, dan mereka terjadi jauh dari tumor itu sendiri.
Gejala mungkin endokrin, neuromuskuler atau muskuloskeletal,
kardiovaskular, kulit, hematologi, gastrointestinal, ginjal, atau lain-lain di
alam.

 Sejarah ; Sindrom paraneoplastic paling sering terjadi pada pasien tidak


dikenal memiliki kanker, serta pada mereka dengan kanker aktif dan orang-
orang dalam remisi setelah perawatan. Sejarah lengkap dan temuan
pemeriksaan fisik dapat menyarankan neoplasia. Orang dengan riwayat
keluarga keganasan (misalnya, payudara , usus ) mungkin meningkatkan risiko
dan harus diskrining untuk kanker. gejala nonspesifik dapat mendahului
manifestasi klinis dari tumor, dan kejadian ini merupakan faktor prognostik
negatif.
 Karena kompleksitas dan variasi, presentasi klinis sindrom ini bisa sangat
bervariasi. Biasanya, sindrom paraneoplastic dibagi menjadi beberapa kategori
berikut:
- Miscellaneous (spesifik)
- Rheumatologic
- Ginjal
- Pencernaan
- Hematologi
- Kulit
- Endokrin
- Neuromuscular

 Manifestasi klinis/ khas ; Demam , dysgeusia, anoreksia, dan cachexia.


Demam sering dikaitkan dengan limfoma , 9 leukemia akut , sarkoma,
karsinoma sel ginjal (Grawitz tumor), dan keganasan pencernaan
(termasuk hati). Walaupun demam adalah presentasi yang paling umum,
beberapa gambar klinis dapat diamati, yang secara khusus mensimulasikan
kondisi umum lebih jinak. Sindrom ini bervariasi dari dermatomiositis-
polymyositis untuk Cushing sindrom ke karsinoid sindrom ganas .

 Patofisiologi sindrom paraneoplastic adalah kompleks dan menarik. Ketika


tumor muncul, tubuh dapat memproduksi antibodi untuk melawannya dengan
cara mengikat dan menghancurkan sel tumor. Sayangnya, dalam beberapa
kasus, antibodi ini bereaksi silang dengan jaringan normal dan menghancurkan
mereka, yang dapat mengakibatkan gangguan paraneoplastic. Sebagai contoh,
antibodi atau sel T diarahkan terhadap tumor keliru dapat menyerang sel-sel
saraf yang normal. Deteksi antibodi anti-saraf paraneoplastic pertama kali
dilaporkan pada tahun 1965.
 Paraneoplastic sindrom hasil dari produksi dan pelepasan zat fisiologis aktif
oleh tumor. Tumor bisa menghasilkan hormon, prekursor hormon, berbagai
enzim, atau sitokin. Beberapa kanker memproduksi protein yang fisiologis
disajikan dalam rahim oleh sel embrio dan janin tetapi tidak diungkapkan oleh
sel dewasa normal. Zat-zat dapat berfungsi sebagai penanda tumor (misalnya,
Carcinoembryonic antigen [CEA], alfa-fetoprotein [AFP], karbohidrat antigen
19-9 [CA 19-9]). Lebih jarang, tumor dapat mengganggu jalur metabolisme
normal atau metabolisme steroid. Akhirnya, beberapa sindrom paraneoplastic
yang idiopatik.
 Frekuensi yang dilaporkan berkisar sindrom paraneoplastic 10-15% menjadi
2-20% dari keganasan, Namun, ini dapat meremehkan. sindrom Neurologis
paraneoplastic diperkirakan terjadi pada kurang dari 1% dari pasien dengan
kanker.
 Mortalitas / Morbiditas ; Kejadian sebenarnya dari kematian dan komplikasi
yang berhubungan dengan sindrom paraneoplastic tidak diketahui.
 Ras ; Tidak ada predileksi ras dilaporkan.
 Seks / Jenis kelamin ; Tidak ada predileksi seks dikenal.
 Umur ; Orang-orang dari segala usia dapat dipengaruhi oleh kanker dan
sindrom terkait paraneoplastic.

 Tabel. Beberapa Sindrom Paraneoplastik


Sindrom Klinis Bentuk Utama Kanker Mekanisme Penyebab
Penyebab
Endokrinopati

Sindrom Cushing Kanker sel kecil di paru ACTH atau zat mirip-
Karsinoma pankreas ACTH
Tumor Saraf
Sindrom sekresi Karsinoma sel kecil di paru
ADH yang tidak Neoplasma intrakranium ADH atau faktor
sesuai (syndrome in natriuretik atrium
inappropriate ADH
secretion)
Hiperkalsemia Karsinoma sel skuamosa di
paru PTHrP, TGF-α,
Karsinoma payudara vitamin D
Sindroma karsinoid Karsinoma ginjal
Karsinoid bronkus
Karsinoma pankreas Serotonin, bradikinin,
Polisitemia Karsinoma lambung histamine (?)
Karsinoma Ginjal
Hemangioma Serebelum Eritropoietin
Karsinoma hepatoselular
Sindrom Saraf dan
Otot
Gangguan sistem Karsinoma sel kecil di paru
saraf perifer dan Karsinoma payudara Imunologik (?), toksik
sentral Timoma (?)
Miastenia gravis
Imunologik (?)
Kelainan Tulang,
Sendi, dan Jaringan Karsinoma paru
Lunak
Osteoartropati Tidak diketahui
hipertrofik dan jari
gada
Karsinoma pankreas
Kelainan Pembuluh Karsinoma paru
Darah Kanker lain Hiperkoagulabilitas
Trombosis Vena Kanker tahap lanjut
(fenomenaTrousseau
) Hiperkoagulabilitas

Endokarditis
trombotik
nonbakterialis

Sumber :
- Paraneoplastic Syndromes, 2011, Darnell & Posner
- NINDS Paraneoplastic Syndromes Information Page Diarsipkan 2015-01-04 di Wayback
Machine. National Institute of Neurological Disorders and Stroke
- Roberts,W.K., Darnell,R.B. (2004), "Neuroimmunology of the paraneoplastic
neurological degenerations", Current Opinion in Immunology, 16 (5): 616–622,
doi:10.1016/j.coi.2004.07.009, PMID 15342008
- Albert,M.A., Darnell,R.B. (2004), "Paraneoplastic neurological degenerations: keys to
tumour immunity", Nature Reviews Cancer, 4 (1): 36–44, PMID 14708025
TUGAS NEURO - ONCOLOGY

 SOAL GRUP (GRUP 1)

Karsinoma Leptomeningeal

 Perawatan / Manajemen
Prognosis Leptomeningeal Carsinoma tetap buruk meskipun ada kemajuan
dalam terapi. Ada kekurangan uji klinis acak, dan metode pengobatan berasal
dari studi bukti yang lebih rendah atau pendapat ahli klinis. Perawatan berfokus
pada peningkatan defisit neurologis, kualitas hidup, dan memperpanjang
kelangsungan hidup sambil meminimalkan toksisitas. Umumnya, radiasi
diterapkan pada lesi anatomi yang besar atau simtomatik diikuti dengan
kemoterapi IT. Obstruksi aliran CSF dihilangkan dengan intervensi bedah;
namun, pembedahan memiliki peran yang sangat kecil dalam pengelolaan LC.
Terapi sistemik dapat ditambahkan ke rejimen untuk mengobati tumor primer
dan berpotensi memperpanjang kelangsungan hidup.
Perawatan paliatif dan suportif diberikan sesuai kebutuhan dengan
antidepresan, ansiolitik, dan agen opioid dan non-opioid. Psikostimulan harus
selalu diberikan selain mengejar pengobatan penyakit/kanker.

 Onkologi Bedah, Indikasi dan Teknik:


Prosedur bedah memainkan peran yang sangat kecil dalam pengelolaan
penyakit ini. Ventriculoperitoneal (VP) shunt atau kateter intraventrikular
dapat ditempatkan untuk menghilangkan gejala hidrosefalus dan pemberian
kemoterapi IT, masing-masing. Dalam kasus yang jarang terjadi, reseksi
penyakit SSP besar atau biopsi leptomeninges pada primer yang sebelumnya
tidak diketahui dapat dilakukan. Namun, tidak ada manfaat kelangsungan
hidup yang diketahui dari prosedur bedah. Dampak buruk:Efek samping
termasuk infeksi, perpindahan shunt, dan kegagalan kateter.
 Onkologi Radiasi, Indikasi:
Radiasi penting untuk meringankan gejala, terutama pada keterlibatan
tulang belakang, karena dapat mengurangi rasa sakit. Kadang-kadang dapat
meredakan hidrosefalus dan gejala terkait dan memfasilitasi pemberian
kemoterapi TI. Namun, sebuah penelitian retrospektif gagal menunjukkan
manfaat kelangsungan hidup. Pemberantasan radiasi kraniospinal tumor
diperlukan, yang membawa toksisitas sistemik dan SSP yang sangat tinggi dan
risiko myelosupresi dan komplikasi lainnya. Mengingat prognosis yang buruk,
secara teknis dianggap tidak praktis.
Dosis: Whole-brain radiotherapy (WBRT) biasanya diberikan dengan
dosis 30 sampai 40 gray (Gy) dalam 2 sampai 3 fraksi Gy. Radioterapi fokal
dilakukan untuk lesi tulang belakang.
Dampak buruk: Gangguan kognitif, mengantuk, dan leukoensefalopati
lanjut bila dikombinasikan dengan kemoterapi IV atau IT.

 Onkologi Medis, kemoterapi TI:


Kemoterapi TI telah menunjukkan manfaat kelangsungan hidup dalam
studi retrospektif. Agen yang digunakan biasanya meliputi metotreksat (MTX),
sitarabin, tiotepa, dan sitarabin liposomal pelepasan berkelanjutan. Penelitian
telah menunjukkan kemanjuran yang lebih baik dari sitarabin pelepasan
berkelanjutan dibandingkan dengan MTX.
Meningitis aseptik/kimia adalah komplikasi umum yang dapat ditangani
dengan steroid. Meningitis infeksi (biasanya organisme yang terlibat adalah
Staphylococcus epidermidis), kejang, myelosupresi, leukoensefalopati adalah
beberapa komplikasi lain yang ditemui.
Kemoterapi sistemik: Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa
kemoterapi sistemik telah meningkatkan kelangsungan hidup. Ini melewati
masalah administrasi kemoterapi TI, mengobati tumor primer, dan juga efektif
dalam mengobati LC tipe nodular. BBB terganggu di LC; maka kemoterapi
sistemik telah ditunjukkan untuk mencapai tingkat terapeutik di CSF. Agen
yang digunakan termasuk MTX dosis tinggi, sitarabin dosis tinggi,
capecitabine (khususnya untuk kanker payudara), thiotepa, dan temozolomide.
Tampaknya ada beberapa janji dalam menggunakan etoposide pada kanker
paru-paru sel kecil.

 Terapi yang ditargetkan:


Bevacizumab dan dabrafenib (inhibitor BRAF) telah dilaporkan
menunjukkan respons pada LC dari melanoma. IT trastuzumab di LC dari
kanker payudara positif HER-2 juga telah menunjukkan beberapa harapan dan
profil efek samping yang menguntungkan. Ada beberapa uji coba fase II yang
sedang berlangsung pada subjek. EGFR-mutant non-small cell lung cancer
(NSCLC) telah menunjukkan respon terhadap erlotinib dan gefitinib, tetapi
pada dosis yang lebih tinggi, karena mereka tidak melewati BBB dengan
mudah. Ada uji coba yang sedang berlangsung dari inhibitor tirosin kinase
(TKI) lainnya di LC dari NSCLC mutan EGFR yang telah menunjukkan hasil
yang menjanjikan dalam hal kelangsungan hidup yang diperpanjang. Inhibitor
limfoma kinase (ALK) anaplastik adalah kelas obat lain yang terbukti efektif
pada LC dari NSCLC dengan penataan ulang ALK dalam uji coba yang sedang
berlangsung.
 Terapi baru:
Imunoterapi adalah pendekatan pengobatan baru lainnya untuk LC. Agen
seperti nivolumab, ipilimumab, dan pembrolizumab telah dipelajari dan telah
menunjukkan beberapa hasil positif. Terapi intratekal Interleukin-2 (IL-2) dan
tumor-infiltrating lymphocyte (TIL) intratekal juga telah dipelajari, tetapi data
tentang terapi ini sejauh ini masih sedikit, dan uji coba lebih lanjut diperlukan
sebelum rejimen ini dapat dipertimbangkan dalam pengobatan rutin.

Anda mungkin juga menyukai