Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam
setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang
dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus
Keperawatan, 1997).
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono,
MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000).
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh,
dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut
Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit
neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor
susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak
dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen);
selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia
50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang
dioperasi penulis dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai
alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak
berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di
beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem,
cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA),
jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi
tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme
perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak
dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah
proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom,
kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang
menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.

Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi
luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior
sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau
terkena pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku
dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak
adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood,
disfungsi seksual serta fatique.

Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar
membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang
timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi
tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita
tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif,
adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak,
sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-
anatomi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Tumor intrakranial ?
2.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam atau di sekitar organ
otak. Tumor otak dapat menyerang siapa saja, namun sebagian besar kasusnya terjadi
pada orang dewasa.
Ada bermacam-macam jenis tumor otak yang dibedakan ke dalam dua kelompok
berdasarkan perkembangannya, yaitu tumor jinak (tidak bersifat kanker) dan tumor
ganas (bersifat kanker). Tumor yang tumbuh di otak dikenal dengan istilah tumor otak
primer, sedangkan tumor yang tumbuh di bagian lain dari tubuh dan menyebar hingga
ke otak disebut dengan tumor otak sekunder atau metastatik.
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang, (lesi/berkas organ ang karena
proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ
tersebut dapat mengalami gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh diotak
meningen dan tengkorak (Ariani, 2012)
Tingkatan tumor otak terbagi dari tingkat 1 hingga tingkat 4. Pengelompokan ini
didasari oleh perilaku tumor itu sendiri, seperti lokasi tumbuhnya tumor, kecepatan
pertumbuhan, dan cara penyebarannya. Tumor otak yang tergolong jinak dan tidak
berpotensi ganas berada pada tingkat 1 dan 2. Sedangkan pada tingkat 3 dan 4, biasanya
sudah berpotensi menjadi kanker dan sering disebut sebagai tumor otak ganas atau
kanker otak.

B. Etiologi
Penyebab Tumor Otak
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tumor otak, diantaranya adalah:

1. Keturunan genetik: hanya sekitar 5 hingga 10 persen dari semua kanker yang
diwariskan secara genetis, atau keturunan. Sangat jarang tumor otak diturunkan
secara genetik.
2. Usia: risiko tumor otak meningkat seiring bertambahnya usia.
3. Ras: tumor otak secara umum lebih umum di kalangan orang Kaukasia.
4. Paparan Bahan kimia: terpapar bahan kimia tertentu, seperti yang ditemukan di
lingkungan kerja ataupun lingkungan tempat tinggal dapat meningkatkan risiko
kanker otak.
5. Paparan radiasi: orang yang telah terpapar radiasi memiliki peningkatan risiko
tumor otak.
Gejala Tumor Otak
Gejala tumor otak tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Beberapa tumor
menyebabkan kerusakan langsung dengan menyerang jaringan otak dan beberapa tumor
menyebabkan tekanan pada otak di sekitarnya. Kita akan memiliki gejala yang nyata
ketika tumor yang sedang tumbuh memberi tekanan pada jaringan otak Anda.
Masih dari sumber yang sama, sakit kepala adalah gejala umum tumor otak. Untuk
sakit kepala, biasanya kita akan mengalami sakit kepala yang lebih buruk di pagi hari
ketika bangun tidur, dan diperburuk dengan batuk, bersin, atau olahraga.
Gejala tumor otak lebih lanjut adalah:
1. Muntah
2. Penglihatan kabur atau penglihatan ganda
3. Kebingungan
4. Kejang (terutama pada orang dewasa)
5. Kelemahan anggota tubuh atau bagian wajah
6. Perubahan dalam fungsi mental
7. Kecanggungan
8. Hilang ingatan/Kebingungan
9. Kesulitan menulis atau membaca
10. Perubahan kemampuan mendengar, rasa, atau bau
11. Penurunan kewaspadaan, yang mungkin termasuk mengantuk dan kehilangan
kesadaran
12. Kesulitan menelan
13. Vertigo
14. Gerakan tak terkendali
15. Tremor tangan
16. Kehilangan keseimbangan
17. Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus
18. Mati rasa atau kesemutan di satu sisi tubuh
19. Kesulitan berbicara atau memahami apa yang dikatakan orang lain
20. Perubahan suasana hati, kepribadian, emosi, dan perilaku
21. Kesulitan berjalan
22. Kelemahan otot di wajah, lengan, atau kaki
Pengobatan Tumor Otak
Perawatan pada tumor otak tergantung pada jenis tumor, ukuran tumor, lokasi tumor,
dan kesehatan umum pada pasien.
Healthline menulis, perawatan yang paling umum untuk tumor otak ganas adalah
operasi. Tujuan operasi ini sendiri untuk mengangkat sebanyak mungkin kanker tanpa
menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang sehat.
Sementara lokasi beberapa tumor memungkinkan untuk pengangkatan yang mudah dan
aman, tumor lain mungkin terletak di daerah yang membatasi berapa banyak tumor
dapat dihapus. Bahkan pengangkatan sebagian kanker otak bisa bermanfaat.

Risiko operasi otak termasuk infeksi dan pendarahan. Tumor jinak yang berbahaya
secara klinis juga diangkat secara operasi. Tumor otak metastatik diperlakukan sesuai
dengan pedoman untuk jenis kanker asli.
Pembedahan dapat dikombinasikan dengan perawatan lain, seperti terapi radiasi dan
kemoterapi. Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara dapat membantu Anda pulih
setelah bedah saraf.

C. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor
pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.

b. Perubahan Status Mental


Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan
berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus
frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.

c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,
oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal
baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.

d. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat
menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

e. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut
juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam
hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan
adanya massa intracranial.

f. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.

D. Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya
sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar
tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik
yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena
itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini
antara lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi
timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial
oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab
hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil
sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranialyang
cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan
gangguan pernafasan).

E. Patway/COC
F. Penata laksanaan Medis
Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada
tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi
efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.
Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan
hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal.
Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik,
sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna.
Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-
gelaja yang ada pada penderita.

b. Radiotherapy

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses


keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.

Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga


pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat
mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh
toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena
maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan
metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.

Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam
tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.

c. Chemotherapy

Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau
dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor
pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini
diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang
singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah
lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor
berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang digunakan untuk kanker secara umum adalah:


1. Pemeriksaan Laboratorium
Hal ini dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis tumor padat, namun lebih
penting lagi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakahterdapat penyulit
pada kanker pasien dan juga baik untuk mengetahui persiapan terapiyang akan
dilakukan, baik bedah maupun medik. Diantaranya: darah lengkap, urinlengkap,
FAAL hati, Faal ginjal, gula darah, faal hemostatik, protein serum, alkalifsfatase,
elektrolit serum, LDH, asam urat, serum imunoglobulin, dll.
2. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan morfologi tumor baik secara makro maupun
mikro. Bahan yang digunakan dapat diperoleh dari biopsi.Ada beberapa cara
biopsi, diantaranya, biopsi insisi, eksisi, truncut, aspirasi, ataupunendoskop.
Setelah bahan didapatkan, diproses melalui beberapa cara agar dapat
terpotonghalus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dll, dan
dilakukan pengecatan sesuai tujuan pemeriksaan.
3. Imaging
Diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Banyak jenis imaging
dariyang sederhana sampai dengan yang canggih, dan juga berguna untuk
menentukan beberapa staging tumor.
4. Penanda Tumor
berupa molekul protein (enzim, hormon, dll) yang dalam keadaannormal tidak ada,
atau sedikit sekali diproduksi tubuh. PT dapat digunakan untuk skrining,
menegakkan diagnosisi, prognosis, pemantauan hasil pengobatan dan deteksi
kekambuhan.

H. Komplikasi Tumor Otak


a. Edema Serebral

Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi
ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).

b. Hidrosefalus

Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium
yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal
akibat massa.

c. Herniasi Otak

Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.

d. Epilepsi

f. Metastase ketempat lain

I. Askep Teorits
1. Pengkajian
a) Identitas
- Identitas Penanggung jawab
1. Identitas Klien :
Nama Klien :
Alamat:
Pendidikan :
Pekerjaan :
Umur :
Agama :
- Penanggung Jawab :
Nama :
Alamat:
Pendidikan :
Pekerjaan :
Umur :
Agama :

b) Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan adanya
gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat muntah-muntah, kejang, dan
penurunan tingkat kesadaran.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan
tingkat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam
intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
- Riwayat Penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang
dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intrakranial pada generasi terdahulu

c) Pengkajian saat ini

- Pemeriksaan Fisik
Bl (Breathing)
Inspeksi: Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kornpresi pada
medula oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
Pada klien tanpa kornpresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.

B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kornpresi pada medula
oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa
kornpresi medula oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan
darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.

B3-(Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis,
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial.
Pengkajian B3 \Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak
adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
Pengkajian Tingkat Kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan
parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian Fungsi Serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual, dan lobus frontal.

• Status Mental. Observasi penampilan, tingkah laku. nilai gaya bicara,


ekspresi wajah, dan aktivita.0 motorik klien. Pada klien tumor
intrakranial tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami
perubahan.
• Fungsi Intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami 'brain
damage' yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang
tidak begitu nyata.
• Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan mental,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.

Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi


argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang
benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan
lintasan motorik di dekat tumor. Jika area motorik terlibat, akan terjadi
epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas. Tumor yang
menyerang ujung bawah korteks prasentralis menyebabkan kelemahan pada
wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis
menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstremitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak
mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau
yang dominan terkena, akan terlihat adanya afasia dan apraksia.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan
telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan
kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustrasi
dalam program rehabilitasi mereka. Masalah psikologis lain juga uinum
terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil, bermusuhan, frustrasi,
dendam, dan kurang kerja sama.
Pengkajian Saraf Kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial
I-XII.
• Saraf I. Pada klien tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi
saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
• Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu
dari lintasan visual.
Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus (Gambar 9.2). Jika terlihat pada
pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan
intrakranial. Sering kali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai
diagnosis tumor otak karena pada beberapa individu fundus tidak
memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial amat tinggi.
Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan pcnglihatan, termasuk
pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat ketika penglihatan
berkurang).
• Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari
saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiformis (Gambar 9.3).
• Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf
trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema
yang menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah
unilateral.
• Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
• Saraf VIII. Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang
mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks
yang berbatasan.
• Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat
kesulitan membuka mulut.
• Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternoklcidomastoideus dan trapezius.
• Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi.
Indra pengecapan normal.

Pengkajian Sistem Motorik. Keseimbangan dan koordinasi, lesi


serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan. Gangguan ini bervariasi,
bergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum.
Gangguan yang paling sering dijumpai yang kurang mencolok tetapi
memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebelum adalah hipotonia
(tidak adanya resistensi normal terhadap regangan atau perpindahan
anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan
dalam koordinasi berpakaian (Gambar 9.4) merupakan ciri khas pada klien
dengan tumor pada lobus temporalis.
Pengkajian Refleks. Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang
memberikan tekanan pada area fokal kortikal tertentu, biasanya
menyebabkan kejang umum, terutama pada tumor lobus oksipital.
Pengkajian Sistem Sensorik. Mungkin nyeri kepala merupakan gejala
umum yang paling sering dijumpai pada klien tumor otak. Nyeri dapat
digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadang-kadang
hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat
oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti
membungkuk, batuk, atau mengejan pada waktu buang air besar. Nyeri
kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat
yang sakit. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan
oleh traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri dalam rongga intrakranial.
Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala
ini terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat
atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fosa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan
nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh
maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukkan pergeseran
ekstensif kandungan intrakranial yang meningkatkan tekanan intrakranial.
Tumor pada lobus parietalis korteks sensorik parietalis mengakibatkan
hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
diskriminasi dua-titik, grafestesia, kesan posisi, dan stereognosis.

B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
munrah pada fase akut. Mual dan muntah rerjadi sebagai akibat rangsangan
pusat muntah pada rnedula oblongata. Muntah paling sering terjadi pada
anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual
dan dapat berupa muntah proyektil.

B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori,
dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai menderita lesi intrakranial harus menjalani
evaluasi medis lengkap dengan perhatian khusus pada pemeriksaan
neurologis.
Penyelidikan diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis
dan dimulai dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil
sampai tindakan yang mempergunakan teknik invasif dan yang lebih
berbahaya.
Radiogram tengkorak
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan,
dan kalsifikasi; posisi kelenjar pineal yang mengapur; dan posisi seta
tursika.

Elektroensefalogram
Memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neuron. Pergeseran
kandungan intraserebral dapat dilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan
radioaktif memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Tumor otak maupun oklusio vaskular, infeksi, dan trauma mengakibatkan
kerusakan barier darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat
radioaktif.

d). Diagnosis Keperawatan


1. Risiko tinggi peningkatan intrakranial yang berhubungan dengan desak ruang
oleh massa tumor intrakranial.
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kompresi pada pusat
pernapasan di rnedula oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan, dan
kegagalan fungsi pernapasan.
3. Nyeri kepala yang berhubungan dengan traksi dan pergeseran struktur peka-
nyeri daiam rongga intrakranial.
4. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan serangan kejang dan
penurunan tingkat kesadaran.
5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan kesadaran dan
kehilangan kontrol koordinasi gerakan.
6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
peningkatan pemakaian energi untuk metabolisme serta asupan nutrisi yang
kurang sekunder dari mual dan muntah.
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan misinterpretasi informasi,
tidak mengenal sumber-sumber informasi,'dan ketegangan akibat krisis
situasional.
8. Ansietas yang berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak jelas.
e) Intervensi
RISIKO PENINGKATAN TIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN DESAK RUANG
OLEH MASA TUMOR INTRAKRANIAL DAN EDEMA SEREBRAL

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 3 - 24 jam.

Kriteria : klien tidak gelisah. klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual mual dan muntah, CSG: 4,
5, 6, tidak terdapal papiledoma. TTV dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAUSASI
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi,
individu/penyebab koma/ penurunan perlusi mengkaji status neurologic tanda-tanda
jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan kegagalan untuk menentukan perawatan
TIK. kegawatan atau tindakan pembedahan.
Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral
terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai
dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari
outoregulator kebanyakan merupakan tanda
penurun difusi lokal vaskularisasi darah serebral.
Dengan peningkatan tekanan darah (diatolik)
maka dibarengi dengan peningkatan tekanan
darah intrakranial. Adanya peningkatan TO,
bradikardi, disritmia. dispneu merupakan tanda
terjadinya peningkatan TIK.
Evaluasi pupil. Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola
mata merupakan tanda dari gangguan nervus/
saraf jika balang otak terkoyak. Keseimbangan
saraf antara simpatis dan parasunpatis merupakan
respons refleks nervus kranial.
Monitor temperatur dan pengaturan suhu Panas merupakan refleks dari hipotalamus.
lingkungan. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2
akan menunjang peningkatan TIK.

Berikan periode istirahat antara tindakan Tindakan yang terus menerus dapat
perawatan dan batasi lamanya prosedur. meningkatkanTIK oleh elek rangsangan
kumulatif.

Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa Memberikan suasana yang tanang {colming
nyaman seperti masase punggung, lingkungan efect) dapat mengurangi respons psikologis dan
yang tenang. sentuhan yang ramah. dan suasana/ memberikan istirahat untuk mempertahankan
pembicaraan yang tidak gaduh. TIK yang rendah.

Cegah/hindarkan terjadinya valsava manuver Mengurangi tekanan intratorakal dan


intraabdominal sehingga menghindari
peningkatan TIK.

Bantu pasien jika batuk atau muntah. Aktivitas ini dapat meningkatkan intra
torak/tekanan dalam torak dan tekanan dalam
abdomen di mana aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan TIK.
Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada Tingkah nonverbal ini dpat merupakan indikasi
pagi hari. peningkatan TIK alau memberikan refleks nyeri
di mana pasien tidak mampu mengungkapkan
keluhan secara verbal dan nyeri yang tidak
menurun dapat meningkatkan TIK.
Palpasi pada pembesaranlpelebaran blader, Dapat meningkatkan respons automatik yang
pertahankan drainage urine secara paten jika potensial menaikkan TIK.
digunakan dan juga monitor terdapatnya
konstipasi.
Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan Meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan
keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkat. perawatan klien dan mengurangi kecemasan.

Observasi tingkat kesadaran dengan GCS. Perubahan kesadaran menunjukkan


peningkatan TIK dan berguna menentukan
lokasi dan perkembangan penyakit.

Kolaborasi:

• pemberian O2 sesuai indikasi; Mengurangi hipoksemia, di mana dapat


meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume
darah dan menaikkan TIK,

Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk


• berikan cairan intravena sesuai dengan mengurangi edema selebral, peningkatan
yang diindikasikan; minimum pada pembuluh darah, tekanan darah,
dan TIK.

• berikan obat diuretik osmotic, contohnya Diuretik mungkin digunakan pada fase akut untuk
mannitol. furoscide; mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi
edema serebral dan TIK.

Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan


• berikan steroid, contohnya mengurangi edema jaringan.
dextamethason, methyl prednisolone;
Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri
• berikan analgesik narkotik, contohnya dan obat ini berefek negatif pada TIK tetapi dapat
codein; digunakan dengan tujuan untuk mencegah dan
menurunkan sensasi nyeri.

Mengurangi/mengontrol hari dan pada


• berikan antipiretik, contohnya metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan.
aseptaminophen;

• monitor hasil laboratorium sesuai dengan


indikasi seperti prothrombin. LEO. Membantu memberikan informasi tentang
efektivitas pemberian obat.
NYERI AKUT YANG BERHUBUNGAN DENGAN TRAKSI DAN PERGESERAN
STRUKTUR PEKA-NYERI DALAM RONGGA INTRAKRANIAL

Tujuan: nyeri berkurang/hilang atau beradaptasi.

Kriteria: secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
INTERVENSI RASIONAL
nyeri. Klien tidak gelisah, Skata nyeri 1 (0-4).
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif. nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Ajarkan relaksasi: Akan melancarkan peredaran darah, sehingga


kebutuhan 0. oleh jaringan akan terpenuhi,
Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan sehingga akan mengurangi nyerinya.
otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas
nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
Ajarkan metode distraksi seiama nyeri akut. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan.
Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
nyeri dan berikan posisi yang nyaman; misal sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab Pengetahuan yang akan dirasakan membantu


nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri mengurangi nyerinya dan dapat membantu
akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik.
Observasi tingkat nyeri dan respons motorik Pengkajian yang optimal akan memberikan
klien, 30 menit setelah pemberian obat perawat data yang objektif untuk mencegah
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya dan kemungkinan komplikasi dan melakukan
setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan intervensi yang tepat.
Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.
seiama 1-2 hari. Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga
nyeri akan berkurang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang, (lesi/berkas organ ang karena
proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ
tersebut dapat mengalami gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh diotak
meningen dan tengkorak (Ariani, 2012)
Tingkatan tumor otak terbagi dari tingkat 1 hingga tingkat 4. Pengelompokan ini
didasari oleh perilaku tumor itu sendiri, seperti lokasi tumbuhnya tumor, kecepatan
pertumbuhan, dan cara penyebarannya. Tumor otak yang tergolong jinak dan tidak
berpotensi ganas berada pada tingkat 1 dan 2. Sedangkan pada tingkat 3 dan 4, biasanya
sudah berpotensi menjadi kanker dan sering disebut sebagai tumor otak ganas atau
kanker otak.
DAFTAR PUSTAKA

https://yuliasafwati23.wordpress.com/2013/06/19/makalah-tumor-intrakranial/
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/jenis-tumor-otak-jinak-ganas/
http://yunivalentri.blogspot.com/2016/07/pemeriksaan-penunjang-kanker.html
https://hellosehat.com/penyakit/kanker-otak/

Anda mungkin juga menyukai