Anda di halaman 1dari 14

ATRESIA ANI

MERI ROTUA 1420116003

CHINTIYA ROMAITO 1420116014

VICKY INDAH 1420116017

VANIA SISILYA 1420116020

NATALIA YOSSY 1420116027

ANGELITA HERLINAWATI 1420116033

YOSINA WEYA 1420116045

NIKO

IMELDA
Definisi

• Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak


adanya lubang atau saluran anus (donna, 2003).
• Atresia ani adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara
kongenital (dorland, 1998)
Klasifikasi atresia

Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu :


1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus
sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara
rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Atresia terbagi menjadi 3 kelompok antomi :
1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. Levator ani (M.
Puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu
rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran
kencing atau saluran genital.
• Intermediate : rektum terletak pada m. Levator ani tetapi tidak
menembusnya.
• Rendah : rektum berakhir di bawah m. Levator ani sehingga
jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
Anatomi fisiologi
sistem pencernaan :
Mulut
Faring
Esofagus
Lambung
Usus halus
Usus besar
Anus
Etiologi

1. Kegagalan pembentukan septum urorektal


2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur
3. Kegagalan pertumbuhan bayi saat dalam kandungan (saat bayi usia
3 bulan dalam kandungan )
4. Kelainan bawaan
Faktor yang mempengaruhi

1. Kelainan sisitem pencernaan, terjadi kegagalan perkembangan


anomaly pada gastrointestinal
2. Kelainan sistem perkemihan, terjadi kegagalan pada genitourinari.
Patofisologi
Gejala yang akan timbul :
1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang
letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. (Ngastiyah, 2005)
Komplikasi
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
- Eversi mukosa anal.
- Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
- Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
- Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
-Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
- Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
Penatalaksanaan

• Pembuatan kolostomi
• PSARP (posterio sagital ano rectal plasty)
• Tutup kolostomi
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan radiologis
• Sinar X terhadap abdomen
• Ultrasound terhadap abdomen
• CT scan
• Pyelografi intra vena
• Pemeriksaan fisik rektum
• Rontgenogram abdomen dan pelvis
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAK b.d dysuria
2. Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, dysuria
3. Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
5. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan post operasi
6. Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
7. Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak
terkontrol
……

Anda mungkin juga menyukai